Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS
“PIJAT OKSITOCIN”

OLEH :

1. LUSIA LOI (011201048)


2. EPHIVANIA TRISILA (011201049)
3. WALDETRUDIS INDRIYANI (011201050)
4. ROSALIA ROSDIANTI INTAN (011201047)
5. DIONISIUS D.D. MITE(011201051)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, telah memberikan kami kesempatan untuk
menyelesaikan makalah Keperawatan Maternitas. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Maternitas. Kami juga berharap makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Keperawatan Maternitas yang lebih mendalam tentang Pijat
Oksitosin. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Maumere,12 Februari 2021

Penulis

BAB I
PENDAHUALUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ
reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil. Di negara berkembang
seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya.
Pada masa ini ibu mengalami kelelahan setelah melahirkan sehingga dapat
mengurangi produksi ASI .
Penurunan produksi ASI dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama
melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya produksi hormon prolaktin dan hormon
oksitosin. Faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran ASI
yaitu perawatan payudara, frekuensi menyusui, paritas, stres, penyakit atau kesehatan
ibu, konsumsi rokok atau alkohol, sebaiknya dilakukan segera pil kontasepsi, asupan
nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan harus dilakukan ibu
secara rutin, dengan pemberian rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu
merangsang hormon prolaktin untuk membantu produksi air susu ibu.
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein laktose
dan garam – garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu sebagai
makanan utama bagi bayi. ASI sangat bermanfaat bukan hanya untuk bayi saja, juga
untuk ibu, keluarga, dan negara.

Manfaat untuk bayi antara lain nutrien yang sesuai untuk bayi, mengandung zat
protektif sehingga jarang menderita penyakit, efek psikologis, pertumbuhan yang
baik, mengurangi karies dan maloklusi.Sedangkan manfaat untuk ibu adalah sebagai
keluarga berencana, aspek psikologis dan kesehatan ibu karena dengan isapan bayi
akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjear hipofisis sehingga dapat
membantu involusi uterus serta mencegah terjadinya perdarahan.
ASI menurut stadium laktasi terdiri dari kolostrum, ASI transisi, dan ASI
matur. Kolostrum merupakan ASI yang di produksi beberapa saat setelah bayi lahir
sampai hari ke tiga atau ke empat, warnanya lebih kuning dan lebih kental dari pada
ASI. Kolostrum akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh sehingga berfungsi
sebagai imunisasi aktif dan pasif.
Berbagai kelebihan kolostrum tersebut sangat dianjurkan pada ibu untuk
memberikan kolostrum segera setelah kelahiran bayinya, dengan tujuan untuk
menurunkan angka kesakitan (morbidity) pada bayi dari berbagai penyakit infeksi
bakteri, virus, dan jamur. Oleh karena itu kolostrum sangat penting dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Untuk memperlancar pengeluaran kolostrum maka harus sering menyusukan


bayi agar terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis,
sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks untuk memperlancar keluarnya
hormon oksitosin maka perlu dilakukan pula merangsang refleks oksitosin yaitu pijat
oksitosin. Pijat oksitosin adalah teknik pemijatan pada daerah tulang belakang leher,
punggung, atau sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima
sampai keenam. Pijat ini berfungsi untuk meningkatkan oksitosin yang dapat
menenangkan ibu, sehingga ASI pun keluar sendirinya (Biancuzzo, 2003; Roesli,
2009 dalla Afiani 2016). Sedangkan menurut Mulyani (2009 dalam Wulandari 2014),
pijat merupakan salah satu terapi yang efektif untuk mengurangi ketidaknyamanan
fisik serta memperbaiki mood.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti proses pembelajaran mahasiswa diharapkandapat mengetahui
pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu Nifas.
2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui pengertian pijat oksitosin
2. Mengetahui manfaat dan indikasi pijat oksitosin
3. Mengetahui mekanisme pijat oksitosin
4. Mengetahui prosedur pijat oksitosin

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PIJAT OKSITOSIN

Menurut Ummah (2014), pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk


merangsang hormon oksitosin. Pijat yang lakukan disepanjang tulang vertebre sampai
tulang costae kelima atau keenam.
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran
produksi ASI. Menurut Depkes RI (2007 dalam Setiowatii, 2017), pijat okitosin
dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang kedua sisi tulang
belakang sehingga diharapkan ibu akan merasakan rileks dan mengurangi kelelahan
setelah melahirkan akan hilang.

B. MEKANISME PIJAT OKSITOSIN


Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang
(vertebre) sampai costae ke lima atau keenam (Ummah, 2014). Melalui pemijatan pada
tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung
mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Dengan pijat oksitosin
ini juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress serta meningkatkan rasa
nyaman (Perinasia, 2007 dalam Wulandari, 2014).

Saat ibu merasa nyaman atau rileks, tubuh akan mudah melepaskan hormon oksitosin.
Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisi posterior. Setelah diproduksi
oksitosin akan memasuki darah kemudian merangsang sel-sel meopitel yang
mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel meopitel
mendorong ASI keluar dari alveolus mammae melalui duktus laktiferus menuju ke sinus
laktiferus dan disana ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap puting susu, ASI
yang tersimpan di sinus laktiferus akan tertekan keluar kemulut bayi (Widyasih, 2013).
Hasil penelitian Setiowati pada tahun 2017, tentang tentang hubungan pijat oksitosin
dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum fisiologis hari ke 2 dan ke 3,
menyatakan ibu post partum setelah diberikan pijat oksitosin mempunyai prosduksi ASI
yang lancar. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ummah (2014), tentang pijat
oksitosin untuk mempercepat pengeluaran ASI pada pasca salin normal di dusun Sono,
didapatkan hasil rata-rata ASI pada ibu post partum yang diberikan pijat oksitosin lebih
cepat dibandingkan ibu post partum yang tidak diberi pijat oksitosin.

C. MANFAAT PIJAT OKSITOSIN


Pijat oksitosin mempunyai beberapa manfaat yang sangat membantu bagi ibu
setelah persalinan. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyan (2009), dalam Wulandari
(2014), pijat oksitosin dapat mengurangi ketidak nyamanan fisik serta memperbaiki
mood. Pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang ini juga dapat merelaksasikan
ketegangan pada punggung dan menghilangkan stres sehingga dapat memperlancar
pengeluaran ASI. Sedangkan menurut Depkes RI (2007, dalam Wijayanti, 2014), pijat
oksitosin dapat mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI dan mempertahankan
produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.

D. INDIKASI PIJAT OKSITOSIN


Indikasi pijat oksitosin dalah ibu post partum dengan gangguan produksi ASI

E. PELAKSANAAN TINDAKAN PIJAT OKSITOSIN


Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat ini dilakukan selama
15 sampai 20 menit (Sari, 2015). Pijat ini tidak harus selalu dilakukan oleh petugas
kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan oleh suami atau keluarga yang sudah dilatih.
Keberadaan suami atau keluarga selain membantu memijat pada ibu, juga memberikan
suport atau dukungan secara psikologis, membangkitkan rasa percaya diri ibu serta
mengurangi cemas. Sehingga membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu yang pertama ibu melepas pakaian bagian atas
dan bra, pasang handuk di pangkuan ibu, kemudian posisi ibu duduk dikursi (gunakan
kursi tanpa sandaran untuk mem udahakan penolong atau pemijat), kemudian lengan
dilipat diatas meja didepannya dan kepala diletakkan diatas lengannya, payudara
tergantung lepas tanpa baju. Melumuri kedua telapak tangan menggunakan minyak atau
baby oil Selanjutnya penolong atau pemijat memijat sepanjang tulang belakang ibu
dengan menggunakan dua kepal tangan, dengan ibujari menunjuk ke depan dan
menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan melingkar
kecil-kecil dengan kedua ibujari. Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua
sisi tulang belakang, dari leher kearah tulang belikat. Evaluasi pada pemijatan oksitosin
dilakukan (Depkes RI, 2007 dalam Trijayati, 2017).
Gambar . Pijat oksitosin (Sumber : Vaikoh, 2017)

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tidak semua ibu post partum langsung mengeluarkan ASI, karena pengeluaran
ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik,
saraf dan bermacam-macan hormon yang berpengaruh pepngeluaran oksitosin.
Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi juga dipengaruhi
oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus melebar atau menjadi
lunak maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan
untuk memeras air susu dari alveoli oleh karena itu perlu adanya upaya mengeluarkan
ASI untuk beberapa ibu post partum. Pengeluaran ASI dapat di pengaruhi oleh dua
faktor yaitu produksi dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon
prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon
oksitosin akan keluar melalui rangsangan puting susu melalui isapa mulut bayi atau
melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang
belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan
mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun
cepat keluar.
Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi
ASI. Pijat adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai
tulang costae ke 5-6 dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan. Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon
oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar.

B. SARAN

1. Bagi Ibu Nifas


Diharapkan bagi ibu nifas agar mengikuti apabila ada penyuluhan atau dari
tenaga kesehatan tentang pijat oksitosin yang bermanfaat untuk kelancaran
produksi ASI.

2. Bagi Petugas Kesehatan


Diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan dan perawat di rumah sakit
melakukan penyuluhan atau pelatihan tentang pijat oksitosin dan mengikut
sertakan suami dalam pelatihan tersebut.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan salah satu referensi dalam memahami materi tentang Pijat
Oksitosin terhadap Ibu Nifas.

DAFTAR PUSTAKA

Trijayati, T. 2017, Penerapan Pijat Oktitosin Menggunakan Baby Oil Terhadap


Repoduksi Dan Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Rowokele
Intan Puja Yulia, 2018, Penerapan Pijat Oksitosin Ibu Menyusui Pada Masa Post
Partum Di Puskesmas Melati II
Yessi Roulina Siregar, Skripsi “Pengaruh Pijat Oksitocin terhadap Pengeluaran
ASI pada Ibu Post Partum, di Klinik Sally Kecamatan Medan Tembung, 2018

Anda mungkin juga menyukai