Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PIJAK OKSITOSIN

KELOMPOK 1 RUANG NIFAS

 Eni Wahyuni
 Erin Saputra
 Evi Mulyati
 Hikma Ilmul Yaqin
 Jahmat

SEMESTER V KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

PRODI S-1 KEPERAWATAN

2018/2019
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT
INFEKSI NOSOCOMIAL

A. PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah bagi bayi dengan kandungan gizi
paling sesuai untuk pertumbuhan optimal (Hegar, 2008). Oleh karena itu World Health
Organization (WHO) merekomendasikan agar setiap bayi baru lahir mendapatkan ASI
eksklusif selama enam bulan, namun pada sebagian ibu tidak memberikan ASI eksklusif
karena alasan ASInya tidak keluar atau hanya keluar sedikit sehingga tidak memenuhi
kebutuhan bayinya.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan hanya 40,6 %, jauh dari target nasional yang mencapai 80%.
Kurangnya produksi ASI menjadi salah satu penyebab ibu memutuskan memberikan susu
formula pada bayinya. United Nations Children’s Fund (UNICEF) menegaskan bahwa
bayi yang menggunakan susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada
bulan pertama kelahirannya, dan kemungkinan bayi yang diberi susu formula adalah 25
kali lebih tinggi angka kematiannya daripada bayi yang disusui ibunya secara eksklusif
(Selasi, 2009). Susu formula tidak memiliki kandungan yang lengkap seperti ASI, dan
tidak mengandung antibody seperti yang terkandung dalam ASI. Hal ini menyebabkan
bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif akan mudah sakit.
Penurunan produksi dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan
dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat
berperan dalam kelancaran produksi dan pengeluaran ASI. Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran ASI yaitu perawatan
payudara, frekuensi penyusuan, paritas, stress, penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi
rokok atau alkohol, pil kontrasepsi, asupan nutrisi yang kurang (Bobak, 2005). Perawatan
payudara sebaiknya dilakukan segera setelah persalinan (1-2 hari), dan harus dilakukan
ibu secara rutin. Dengan pemberian rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu
merangsang hormon prolaktin untuk membantu produksi air susu (Bobak, 2005).
Masalah yang sering timbul di awal menyusui karena ASI sudah mulai diproduksi
adalah payudara bengkak (breast engorgement). Payudara yang bengkak akan
menyebabkan berbagai ketidaknyamanan untuk ibu. Seperti payudara terasa berat dan
penuh, nyeri pada tulang belakang karena harus menopang beban payudara, ibu menjadi
stres dan tidak mau menyusui, nyeri pada payudara, dan payudara sulit ditekan/ mengeras
(Sakarnadi, 2014). Jika kondisi seperti ini dilakukan pijat pada payudara yang umumnya
dilakukan, tentu saja akan semakin meningkatkan ketidaknyamanan ibu. Ibu akan
merasakan sakit saat payudaranya dipijat. Tetapi, terdapat alternatif lain yang dapat
dilakukan untuk membantu meningkatkan produksi ASI yang sedikit/kurang yakni
dengan pijat oksitosin.
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mempercepat dan
memperlancar produksi dan pengeluaran ASI yaitu dengan pemijatan sepanjang tulang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima atau keenam. Pijat ini akan memberikan
rasa nyaman dan rileks pada ibu setelah mengalami proses kehamilan maupun persalinan
sehingga tidak menghambat sekresi hormone prolaktin dan oksitosin (Biancuzzo, 2003;
Roesli, 2009). Pijat oksitosin ini bisa dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya
dengan durasi 2-3 menit, frekuensi pemberian pijatan 2 kali sehari. Pijatan ini tidak harus
dilakukan langsung oleh petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh suami atau
anggota keluarga yang lain. Petugas kesehatan mengajarkan kepada keluarga agar dapat
membantu ibu melakukan pijat oksitosin karena teknik pijatan ini cukup mudah dilakukan
dan tidak menggunakan alat tertentu.

B. TEMA KEGIATAN
“pentingnya produksi ASI terhadap bayi baru lahir”

C. MATERI KEGIATAN
Adapun acara – acara yang akan terangkum dalam kegiatan tersebut antara lain :
1. Penyampaian materi tentang pijat oksitosin
2. Demonstrasi pijat oksitosin

D. TUJUAN
1. Meningkatkan pengetahuan keluarga dan ibu tentang pijat oksitosin
2. Memperlancar ASI bagi ibu nifas

E. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan di Ruang nifas pada pukul 10.00 wita- 10.30 wita. Adapun
kegiatannya yaitu:
1. Penyampaian materi pencegahan infeksi nosocomial
2. Demonstrasi mencuci tangan dan memakai masker yang benar
F. PESERTA
Ibu nifas dan keluarga

G. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : jum’at, 8 februari 2019
Waktu : 10.00 wita – 10.30 wita
Tempat : ruang nifas RSUD Gerung lombok barat

H. PELAKSANA
Mahasiswa Program Studi Keperawatan semester V kelompok 1 Susunan Panitia.

No Nama Uraian Tugas


1 Erin sapura Mengkoordinasi seluruh kegiatan pengabdian
pada masyarakat, berkoordinasi dengan RS,
menyiapkan materi dan memberikan materi
2 Hima ilmul yaqin menyiapkan materi dan memberikan materi
3 Evi mulyati Mengatur jalannya diskusi
4 Jahmat Mendokumentasikan proses penyuluhan
5 Eni wahyuni Mendemonstrasi pijat oksitosin

I. ANGGARAN KEGIATAN
No Rincian Pembiayaan Harga satuan Banyaknya Jumlah
(Rp)
1 Jajan konsumsi 5.000 Kotak 20 100.000

Total 100.000
Lampiran materi
Pijat Oksitosin: Perawatan Payudara
Dengan Produksi Asi Sedikit/Kurang

1. Hal yang Mempengaruhi Produksi ASI


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran
ASI, yaitu:
a. Perawatan payudara
Perawata payudara sebaiknya dilakukan segera setelah persalinan (1-2 hari), dan
harus dilakukan ibu secara rutin. Dengan pemberian rangsangan pada otot-otot
payudara akan membantu merangsang hormon prolaktin untuk membantu
produksi air susu (Bobak, 2005).
b. Frekuensi Penyusuan
Frekuensi penyusuan bayi kepada ibunya sangat berpengaruh pada produksi
dan pengeluaran ASI. Isapan bayi akan merangsang susunan saraf disekitarnya
dan meneruskan rangsangan ini ke otak, yakni hipofisis anterior sehingga
prolaktin disekresi dan dilanjutkan hingga ke hipofisis posterior sehingga sekresi
oksitocin meningkat yang menyebabkan otot-otot polos payudara berkontraksi dan
pengeluaran ASI dipercepat (Bobak, 2005). Oleh karena itu segera setelah bayi
lahir harus segera dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD).
c. Paritas
Paritas juga mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI, semakin sering
melahirkan maka pengalaman yang dimiliki ibu mengenai bayi akan semakin
baik sehingga segera setelah bayi lahir akan segera menyusui bayinya, sebaliknya
ibu yang baru pertama kali menyusui memerlukan waktu untuk bayi dan proses
menyusui itu sendiri (Manuaba, 2007).
d. Stres
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh kejiwaan, ibu yang selalu dalam
keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan
emosional akan menurunkan volume ASI bahkan produksi ASI berhenti sama
sekali (Perinasia, 2011).
e. Kesehatan Ibu
Kesehatan ibu memegang peranan penting dalam produksi ASI. Bila ibu
tidak sehat, asupan makanannya kurang atau kekurangan darah untuk membawa
nutrient yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara, hal ini akan meyebabkan
produksi ASI menurun (Bahiyatun, 2009).
f. Konsumsi Alkohol atau Rokok
Konsumsi alkohol maupun rokok dapat menurunkan produksi air susu
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi (Farrer,
2001).
g. Pil Kontrasepsi
Estrogen yang ada dalam kontrasepsi oral yang dikonsumsi ibu memberikan
efek yang yang negative terhadap produksi ASI, yaitu produksi ASI akan
menurun. Oleh sebab itu kontrasepsi yang mengandung estrogen tidak dianjurkan
bagi ibu yang menyusui.
h. Asupan Nutrisi yang Kurang
Adapun cakupan yang seimbang kira-kira 40 kkal/kgBB, dengan komposisi
protein 20-25% dan karbohidrat 50-60%. Jumlah cairan yang perlu diminum sekitar
2 liter per hari (Nugroho, 2011).

2. Pengertian Pijat Oksitosin


Pijat oksitosin merupakan salah satu cara untuk mempercepat dan memperlancar
produksi dan pengeluaran ASI yaitu dengan pemijatan sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima atau keenam. Pijat ini akan memberikan rasa
nyaman dan rileks pada ibu setelah mengalami proses persalinan sehingga tidak
menghambat sekresi hormone prolaktin dan oksitosin (Biancuzzo, 2003; Roesli, 2009).
Pijat oksitosin ini bisa dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya dengan durasi 2-3
menit, frekuensi pemberian pijatan 2 kali sehari. Pijatan ini tidak harus dilakukan
langsung oleh petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh suami atau anggota keluarga
yang lain. Petugas kesehatan mengajarkan kepada keluarga agar dapat membantu ibu
melakukan pijat oksitosin karena teknik pijatan ini cukup mudah dilakukan dan tidak
menggunakan alat tertentu.
3. Tujuan dan Manfaat Pijat Oksitosin
Tujuan dilakukannya pijat oksitosin adalah meningkatkan kenyamanan ibu sehingga
diharapkan dapat meningkatkan produksi ASI. Sedangkan manfaat dari pijat oksitosin
adalah:
a. Membantu ibu secara psikologis, menenangkan dan tidak stres
b. Membantu ibu mempunyai pikiran dan perasaan positif tentang bayinya
c. Meningkatkan produksi ASI
d. Memperlancar keluarnya ASI
e. Ekonomis
f. Praktis

g. Dapat dilakukan oleh siapapun

4. Persiapan Sebelum Melakukan Pijat Oksitosin


a. Persiapan alat:
 Minyak kelapa/baby oil atau minyak aromaterapi (sesuai pilihan ibu)
 Handuk kecil (2 buah)
 Waskom berisi air hangat untuk membersihkan punggung ibu setelah pijat
oksitosin atau jika ibu ingin payudaranya dikompres untuk mengurangi nyeri
b. Persiapan tempat:
 Sebaiknya dilakukan di tempat yang tenang sehingga membuat ibu nyaman dan
rileks
 Jika dilakukan di rumah sakit, jaga privasi ibu dengan menutup sampiran
c. Persiapan ibu:
 Sebelum mulai dipijat ibu sebaiknya dalam keadaan telanjang dada dan
menyiapkan handuk yang diletakkan di depan payudara untuk megantisipasi jika
ada ASI yang mungkin menetes keluar saat pemijatan dilakukan.
 Jika mau ibu juga bisa melakukan kompres hangat pada payudara terlebih
dahulu.
 Mintalah bantuan pada orang lain untuk memijat. Lebih baik jika dibantu oleh
suami

5. Langkah-langkah Pijat Oksitosin

a. Mencuci tangan.
b. Menganjurkan ibu untuk duduk. Ada 2 posisi yang bisa ibu coba. Yang pertama ibu
bisa telungkup di meja, atau posisi ibu telungkup npada sandaran kursi
c. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak kelapa/baby oil atau minyak
aromaterapi sesuai pilihan ibu
d. Melakukan pijatan di sepanjang sisi tulang belakang ibu. Kemudian memijat dari
leher ke arah tulang belikat.
e. Memijat bisa menggunakan jempol tangan kiri dan kanan atau punggung telunjuk
kiri dan kanan. Selain itu bisa menggunakan posisi tangan dikepal lalu gunakan
tulang-tulang di sekitar punggung tangan.
f. Mulailah pemijatan dengan gerakan melingkar-lingkar kecil perlahan-lahan lurus ke
arah bawah sampai batas garis bra. Dapat juga diteruskan sampai ke pinggang.
g. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 2-3 menit. Lebih
disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI.
h. Membersihkan punggung ibu dengan air hangat dan mengeringkan payudara ibu
dengan handuk.
i. Bantu memakaikan bra dan pakaian ibu kembali.
j. Mencuci tangan sesuai prosedur.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai