Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS JURNAL DAN PRESENTASI KASUS

“Optimizing the Combination of Oxytocin Massage and Hypnobreastfeeding for


Breast Milk Production among Post-Partum Mothers atau Mengoptimalkan
Kombinasi Pijat Oksitosin dan Pemberian Hypnobreast untuk Produksi ASI di
kalangan Ibu Post-Partum”

“Asuhan Keperawatan Maternitas Post Partum P1A0 Pada Ny.S Dengan Post
Partum Spontan Di Ruang Bersalin (VK) Rumah Sakit Nur Hidayah”

Di Susun Oleh

Egi Riska (18310123)

Indah Ayu Ningsih (18310134)

Jati Rahmahwati Putri (18310129)

Nirwana Y. Domu (18310122)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi Jurnal “Optimizing the Combination of Oxytocin Massage and


Hypnobreastfeeding for Breast Milk Production among Post-Partum Mothers
” dan Presentasi Kasus “Asuhan Keperawatan Maternitas Post Partum G1P0A0
Pada Ny.S Dengan Post Partum Spontan Di Ruang Bersalin (VK) Rumah Sakit
Nur Hidayah”

Oleh :

1. Egi Riska
2. Indah Ayu Ningsih
3. Jati Rahmahwati Putri
4. Nirwana Y. Domu

Stikes Yogyakarta

Disahkan pada tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Dina Putri Utami, S.Kep.,Ns., M.Kep) (Nana Triana, S.Kep.,Ns)

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perempuan merupakan salah satu makhuk yang mendapat anugrah dari
Tuhan Yang Maha Esa untuk dapat mengandung, melahirkan dan menyusui.
Kodrat yang diberikan kepada perempuan ini ditandai oleh perangkat
reproduksi yang dimilikinya, yakni rahim dan semua bagiannya,
untuk tempat tumbuh kembang janin selama di dalam kandungan, dan
payudara untuk dapat menyusui anak ketika ia sudah dilahirkan, artinya
semua perempuan berpotensi untuk menyusui anaknya, sama dengan
potensinya untuk dapat mengandung dan melahirkan (Perinasia, 2010).
Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak
sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa post partum dini dan masa
post partum lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan
khusus. Selain itu ibu sering benar mengeluhkan bayinya sering menangis
atau menolak menyusu. Sering diartikan bahwa ASInya tidak cukup atau ASI
nya tidak enak, sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk
menghentikan menyusui (Maliha, dkk, 2011).
Menyusui memberi anak awal terbaik dalam hidupnya. Diperkirakan
lebih dari satu juta anak meninggal tiap tahun akibat diare, penyakit saluran
napas dan infeksi lainnya karena mereka tidak disusui secara memadai. Ada
lebih banyak lagi anak yang menderita penyakit yang tidak perlu diderita
jika mereka disusui. Menyusui juga membantu melindungi kesehatan ibu
(Perinasia, 2017).
Air susu ibu bisa mencerdaskan dan meningkatkan kualitas generasi
muda bangsa, setiap bayi yang diberi ASI akan mempunyai kekebalan alami
terhadap penyakit karena ASI banyak mengandung antibodi, zat kekebalan
aktif yang akan melawan masuknya infeksi ke dalam tubuh bayi. Saat ini
sekitar 40 % kematian balita terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi,
dengan pemberian ASI akan mengurangi 22 % kematian bayi dibawah 28

3
hari, dengan demikian kematian bayi dan balita dapat dicegah melalui
pemberian ASI Eklslusif secara dini dari sejak bayi dilahirkan di awal
kehidupannya (Roesli, 2017).
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Menurut
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kematian bayi (AKB)
juga masih tinggi, 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka itu hanya turun sedikit
dari AKB SDKI 2007 yang 34 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI,
2012). Kemenkes RI mengungkapkan penyebab kematian bayi di Indonesia,
antara lain bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%), tetanus dan infeksi
(15%), masalah pemberian minum (10%), masalah hematologi (6%), diare
serta pneumonia (13%) (Depkes RI, 2018).
Besarnya manfaat ASI tidak diimbangi oleh peningkatan perilaku
pemberian ASI sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik. Beberapa
faktor diduga menjadi penyebab bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik
salah satunya adalah faktor pengetahuan ibu.Keengganan ibu untuk menyusui
karena rasa sakit saat menyusui, kelelahan saat menyusui, serta kekhawatiran
ibu mengenai perubahan payudara setelah menyusui. Faktor sosial budaya,
kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan dalam proses menyusui juga
sangat berpengaruh terhadap proses pemberian ASI. Kurangnya pendidikan
kesehatan mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan produksi ASI
turut mempengaruhi pengetahuan ibu primipara yang dapat menyebabkan
kurangnya volume ASI (Budiharjo, 2003 dalam Lubis, 2010).
Tidak semua ibu postpartum langsung mengeluarkan ASI karena
pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon yang berpengaruh
terhadap pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon oksitosin selain
dipengaruh oleh isapan bayi juga dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada
sistem duktus, bila duktus melebar atau menjadi lunak maka
secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk

4
memeras air susu dari alveoli (Soetjiningsih, 2014), oleh karena itu perlu
adanya upaya mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu postpartum.
Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi dan
pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan
pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan
keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau
melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada
tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa
nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar
dan ASI pun cepat keluar (Maliha, dkk, 2011).
Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran
produksi ASI. Pijat adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Roesli,
2017). Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai
dari nervus ke 5- 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga
oksitosin keluar (Suhermi, 2010). Pijatan atau rangsangan pada tulang
belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung
mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan
oksitosin sehingga menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan merileksasi ketegangan dan
menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosoin keluar dan akan
membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting
susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Guyton,
2017). Pijat stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi untuk
merangsang hormon oksitosin agar dapat memperlancar ASI dan meningkatan
kenyamanan ibu. Penelitian yang dilakukan oleh Eko (2011) menunjukkan
bahwa kombinasi teknik marmet dan pijatoksitosin dapat meningkatkan

5
produksi ASI. Selain dengan pijat oksitosin cara mempercepat pengeluaran
ASI juga dapat dilakukan tindakan Hypnobreastfeeding, Teknik relaksasi
hipnosis yang dikenal dengan hypnobreastfeeding adalah cara atau metode
terbaru yang sangat baik untuk membangun niat positif dan motivasi dalam
menyusui serta mampu memaksimalkan kuantitas dan kualitas ASI. Berbagai
cara dilakukan ibu menyusui, mulai dari konsumsi sayuran hingga jamu
tertentu agar dapat memenuhi kebutuhan ASI sang buah hati. Kini teknik
terbaru hypobreastfeeding diyakini dapat membantu hal tersebut (Suherni,
2010). Dalam hypnobreastfeeding, perubahan yang diinginkan adalah segala
hal yang mempermudah dan memperlancar proses menyusui.
Hypnobreastfeeding terdiri dari dua kata yaitu hypno=hipnosis yang artinya
adalah suatu kondisi nirsadar yang terjadi secara alami, dimana seseorang
menjadi mampu menghayati pikiran dan sugesti tertentu untuk mencapai
perubahan psikologis, fisik maupun spritual yang diinginkan untuk diketahui,
pikiran bawah sadar (subconscius mind) berperan 82% terhadap fungsi diri.
Sedangkan breastfeeding artinya menyusui. Jadi, proses menyusui dapat
berlangsung nyaman karena ibu merekam pikiran bawah sadar bahwa
menyusui adalah proses alamiah dan nyaman. Sehingga dasar dalam
melakukan hypno-breastfeeding adalah relaksasi yang dicapai bila jiwa raga
berada dalam kondisi tenang. Relaksasi merupakan sebuah ketrampilan.
Untuk itu perlu diulang-ulang untuk menentukan keberhasilannya. Adapun
timbulnya suasana relaks dapat didukung oleh ruangan atau suasana tenang,
menggunakan musik untuk relaksasi ditambah aromatherapy, panduan
relaksasi otot, napas dan pikiran. (Ardi, 2012).

B. Tujuan
Mengetahui manfaat dari Kombinasi Pijat Oksitosin dan
Hypnobreastfeeding untuk Produksi ASI di antara Ibu Post Partum

6
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami melakukan analisis
jurnal tentang “Mengoptimalkan Kombinasi Pijat Oksitosin dan
Hypnobreastfeeding untuk Produksi ASI di antara Ibu Post Partum”

BAB II
ANALISIS JURNAL
A. Introduction
Blues post-partum sering terjadi di antara mereka ibu setelah mereka
melahirkan. Stres yang mungkin dialami ibu post-partum dapat menghambat
kelancaran produksi ASI (Dahro, 2012). Berdasarkan hasil beberapa
penelitian, dilaporkan di luar negeri post-partum blues adalah 82,78%
sementara ibu yang mengalami stres postpartum sudah 17,21%. Kejadian ini
telah lebih sering ditemukan di antara ibu migravida (melahirkan bayi untuk
pertama kali) yaitu 68,00% (Rukh et al., 2013).

7
Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2017) satu
dari sepuluh wanita yang baru saja melahirkan bayi cenderung mengalami
post-partum blues. Salah satu gejala postpartum blues adalah
kecemasan. Kecemasan yang sering muncul hampir di antara ibu nifas,
terutama mereka yang melahirkan bayi untuk pertama kali, kecemasan yang
sering mereka keluhkan yaitu tentang cara merawat bayi mereka, sindrom
tidak menghasilkan ASI yang cukup sehingga para ibu menganggap bahwa
bayinya belum merasa puas setiap kali mereka menyelesaikan kegiatan
menyusui.
Psikologis, sosial, dan spiritual stres akan mempengaruhi hipotalamus
dan kemudian akan mempengaruhi kelenjar hipofisis untuk mengekspresikan
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH). Ini akhirnya mungkin memengaruhi
adrenalin hormon (hormon yang memengaruhi stres) dan menghasilkan
kortisol. Ketika jumlahnya hormon kortisol tinggi, menyebabkan pengeluaran
ASI akan terhambat (Christian, 2012).
Kecemasan / stres yang dialami ibu nifas pasca melahirkan telah
menjadi faktor risiko yang memengaruhi penghentian awal proses menyusui.
Penghentian awal ini berkontribusi pada tingginya tingkat kegagalan ASI
eksklusif di Indonesia (Demilade et al., 2014; Sitepoe, 2013). Berdasarkan
analisis terbaru, tampak bahwa praktik menyusui yang kurang optimal,
termasuk tidak memberikan ASI eksklusif, memberikan kontribusi sekitar
11,60% hingga kematian bayi di bawah lima tahun (WHO, 2014).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI,
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012) angka kematian neonatal
(Angka Kema-tian Neonatal) pada 2012 adalah 19 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka ini masih sangat jauh di bawah target tujuan pembangunan
berkelanjutan (SDG), yaitu untuk menurunkan angka kematian neonatal
menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kemenkes, 2014).
Tindakan yang relatif terjangkau dan dapat diterapkan untuk
meningkatkan kesehatan dan tingkat kelangsungan hidup bayi baru lahir

8
adalah menyusui segera setelah melahirkan, yang telah dikenal sebagai
inisiasi menyusui dini (IMD) dan menyediakan ASI eksklusif. Produksi ASI
yang lancar telah menjadi kunci keberhasilan dalam memberikan ASI
eksklusif. Kombinasi terapi hypnobreastfeeding dan pijatan oksitosin telah
menjadi intervensi yang mungkin dilakukan secara holistik untuk mengatasi
masalah kecemasan. Terapi ini memperhatikan tubuh, pikiran dan jiwa.
Penerapan ilmu kesehatan secara holistik harus memperhatikan aspek
psychoneuro-endocrino-imuno (PNE-I) karena ketidakseimbangan antara
pikiran dan jiwa akan mengakibatkan gangguan keseimbangan antara sistem
saraf, hormon dan kekebalan tubuh (Andriana, 2007; Andriani, 2014).
Hipnosis diakui oleh American Medical Association pada tahun 1957
sebagai terapi yang berguna untuk mengatasi berbagai keluhan fisik dan
emosional. WHO telah mengakui hipnosis sebagai terapi alternatif yang valid
selain ilmu kedokteran barat. Program relaksasi untuk menyusui dikenal
sebagai hypnobreastfeeding, di mana hipnoterapi ini dilakukan dengan
melakukan kontak langsung ke pikiran bawah sadar. Ketika tubuh mencapai
kondisi rileks yang dalam dan stabil, seseorang dapat menanam program atau
konsep baru yang secara otomatis akan memengaruhi kehidupan dan tindakan
sehari-hari.
Pijat oksitosin adalah pijat yang melibatkan tulang belakang dan
costae keenam keenam. Pijatan atau stimulati yang terlibat pada vertebra akan
menyebabkan neuro-transmitter merangsang medula oblongata dan medula
oblongata ini akan secara langsung mengirim pesan ke hipotalamus di
kelenjar hipofisis posterior yang seharusnya menghasilkan oksitosin.
Akibatnya, payudara akan mulai memproduksi ASI. Pijatan ini juga akan
merilekskan ketegangan yang intens dan akan menghilangkan (Astutik, 2014).
Penelitian yang terkait dengan efektivitas pijat oksitosin untuk
produksi ASI telah dilakukan secara besar-besaran, misalnya oleh Sulaeman et
al. (2016), Kosova et al. (2016) dan Morhen (2012), dan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pijat oksitosin secara efektif mampu meningkatkan

9
produksi ASI di antara ibu post-partum dan untuk mengurangi jumlah hormon
Adenocorticotropic Hormone (ACTH). Mirip dengan itu, penelitian yang
berkaitan dengan relaksasi untuk mengurangi kecemasan di antara ibu nifas
juga telah dilakukan secara besar-besaran. Namun, penelitian yang terkait
dengan kombinasi pijat oksitosin dan pemberian hypnobreastfeed belum
dilakukan.
B. Metods
1. Desain
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental observasional
analitik dengan pendekatan Randomized Con-trol Trial (RCT). Desain
yang peneliti terapkan adalah desain eksperimental yang sepenuhnya acak.
observasional analitik
2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 200 ibu nifas yang memenuhi
inklusi dan kriteria eksklusi
Kriteria inklusi
a. Ibu post-partum dalam 48 jam pertama
b. ibu primigravida dan ibu multigra-vida dengan persalinan
normal dan sectio caesarea tanpa komplikasi seperti sepsis,
kelainan jantung, dan pre-eklampsia selama periode kelahiran.
yang telah memiliki mobilisasi tempat duduk selama 48 jam post-
partum.
c. Ibu nifas yang hanya menyusui bayi mereka
d. Ibu nifas yang segera menyusui bayinya dan bayinya sehat,
yang tidak memiliki masalah terkait refleks mengisap dan yang
tidak memiliki kelainan bawaan sejak lahir.
Kriteria eksklusi
Ibu post-partum yang tidak melakukan aktivitas menyusui untuk
bayi mereka dan bayi yang lahir prematur dengan berat <2.500 g.
3. Sampel
Subjek dalam penelitian ini diukur dengan menerapkan simple random
sampling. Jumlah sampel adalah 60 ibu nifas dan ibu-ibu ini akan dibagi
menjadi dua kelompok

10
a. Sebanyak 30 ibu akan dimasukkan ke dalam kelompok
intervensi
b. Sebanyak 30 ibu lainnya akan dimasukkan ke dalam kelompok
kontrol.
Kelompok intervensi akan diberikan kombinasi kombinasi pijat oksitosin
dan pemberian ASI.
4. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner daftar
periksa untuk mengukur kecemasan dengan menggunakan Spielberger
State dan Trait Anxiety Inventory (STAI). STAI telah menjadi alat
pengukuran yang valid untuk menilai kecemasan dan telah divalidasi juga
untuk dioperasikan di antara populasi perinatal, mulai dari trimester ketiga
pada periode kehamilan hingga dua delapan kunjungan nifas. Skala
pengukuran ini menilai secara terpisah sifat-sementara (keadaan-A) dan
kecemasan mendasar (sifat-A) (Stuebe et al., 2013; Cox et al., 2015).
Proses produksi ASI diukur dengan mendistribusikan daftar
pertanyaan kuesioner dengan kriteria kecukupan ASI baik untuk bayi dan
bayi dan kriteria total dalam kuesioner ini adalah 12. Proses produksi ASI
akan baik jika skor ≥ 6.00 dan, pada sebaliknya, proses produksi ASI tidak
akan baik jika skornya <6,00 (Roesli, 2012). Jumlah produksi ASI diukur
dengan mengukur gelas selama 24 jam pertama untuk setiap kali bayi
memiliki aktivitas menyusui harus sekitar 6 ml (WHO, 2009).
5. Analistik Statistik
Normalitas data dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Para peneliti
melakukan tes statistik oleh Kruskal-Wallis dengan tes post-hoc oleh
Mann-Whit-ney.
C. Result And
1. Analisis Univariat
Karakteristik subjek
Karakteristik subjek menunjukkan bahwa 30 subjek dalam kelompok
intervensi telah diberikan dengan kombinasi terapi oksitosin dan terapi

11
hypnobreastfeeding dan 30 subjek pada kelompok kontrol telah dijelaskan
berdasarkan karakteristik, kriteria, frekuensi dan persentase.
a. Usia
Ada 22 ibu (47,80%) pada kelompok intervensi dan ada 24 ibu
(52,20%) pada kelompok kontrol yang usianya antara 20-35 tahun.
b. Pendidikan
Ada 16 ibu (66,70%) pada kelompok intervensi yang memiliki
gelar sekolah dasar-sekolah menengah pertama dan ada 22 ibu
(61,10%) pada kelompok kontrol yang memiliki gelar sekolah
menengah atas atau lebih tinggi.
c. Pendapatan
Ada 17 ibu (54,80%) dalam kelompok intervensi yang
pendapatannya lebih rendah dari upah minimum regional atau
lebih tinggi dan ada 16 ibu (55,20%) yang pendapatannya sama
dengan upah regional minimum atau lebih tinggi.
d. MUAC (Ukuran lingkar lengan atas)
Ada 29 ibu (50,90%) pada kelompok intervensi dan 28 ibu (49,
10%) pada kelompok kontrol yang ukurannya sama dengan 23,5
cm atau lebih tinggi dari ukuran lingkar lengan atas (MUAC).
e. Paritas
Terdapat 18 ibu (50%) pada kelompok intervensi dan 18 ibu
(50%) pada kelompok kontrol adalah multi-paritas. Ibu melahirkan
tipe 21 ibu (50%) pada kelompok intervensi dan 21 ibu (50%)
pada kelompok kontrol normal.
2. Analisis Bivariat
Berdasarkan uji beda Mann-Whitney, para peneliti menemukan bahwa
kombinasi antara pijatan oksitosin dan pemberian hypnobreastfeeding
memiliki kecemasan yang meningkat secara signifikan dengan p <0,001.
Rata-rata, kecemasan yang dialami oleh kelompok intervensi lebih
rendah daripada kelompok kontrol dengan median yang sama dengan
24,00. Kombinasi terapi juga dapat meningkatkan jumlah produksi ASI
dengan p <0,001. Pada ave-rage, ASI yang diproduksi oleh kelompok
intervensi adalah 10 cc lebih tinggi dalam hal jumlah dibandingkan

12
kelompok kontrol. Pada saat yang sama, kombinasi terapi mungkin
meningkatkan proses produksi ASI dengan hampir signifikan (p = 0,145).
D. Discusion
1. Pengaruh Kombinasi Pijat Oksitosin dan Pemberian Hipno-
menyusui terhadap Kecemasan Ibu Postpartum
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu postpartum yang
diberikan kombinasi pijat oksitosin dan pemberian hypnobreastfeeding
sebagai intervensi mereka menunjukkan kecemasan yang lebih rendah
daripada yang diberikan kombinasi terapi. Sebagai hasilnya, para peneliti
menyimpulkan bahwa kombinasi terapi telah efektif dalam mengurangi
kecemasan di antara ibu post-partum.
Pijat dan relaksasi dapat menyeimbangkan hormon setelah ibu
melahirkan anak. Selama kehamilan, tingkat hormon estro-gen dan
progesteron meningkat dan setelah melahirkan tingkat kedua hormon
menurun; hormon estrogen dan pro-gesteron kemudian digantikan oleh
oksitosin dan prolaktin yang memengaruhi payudara
proses dan jumlah produksi susu. Oxy-tocin diproduksi di hipotalamus
dan dikirim bersamaan dengan neuron sekretorik untuk disimpan di
kelenjar hipofisis posterior. Setelah itu, oksitosin akan dilepaskan dari
hipotalamus setelah sti-mulated oleh pijatan dan pengisapan bayi (Dixon
et al., 2013).
Sentuhan lembut dan ringan memberikan efek menenangkan bagi
tubuh. Pijat sebagai terapi non-farmakologi untuk perawatan kesehatan
telah dianggap efektif untuk penyakit dan kondisi seperti stres, konstipasi
dan insomnia (Ruffin, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian ini, terapi pijat dapat meningkatkan
respon positif seperti kesejahteraan, kenikmatan dan kenyamanan, dan
bahkan terapi pijat dapat mengurangi emosi negatif seperti kecemasan,
rasa sakit, stres, kesepian, tidak berarti dan trauma karena gejala fisiologis
(Lindgren, 2012).

13
Pijat di sekitar tulang belakang atau tulang belakang dapat
menurunkan noradrenalin hor-mone sehingga ibu akan mencapai kondisi
yang tenang dan santai. Noradrenaline hor-mone adalah hormon yang
diproduksi medula dan yang memengaruhi sistem neuron simpatis.
Selama proses pemijatan, hormon serotonin dan dopamin meningkat
sementara norepineprhine dan kortisol (stres akibat mone) menurun.
Akibatnya, sekresi hormon oksitosin menjadi lancar (Moberg et al., 2013).
Terapi non-farmakologi lain yang mungkin dilakukan untuk membantu
wanita, atau ibu, dalam mencapai situasi yang tenang dan santai adalah
relaksasi / hipnosis. Hipnosis telah terbukti bermanfaat bagi wanita
dengan gejala fisik dan fisiologis selama masa kehamilan, persalinan dan
masa nifas. Berdasarkan hasil penelitian ini, hipnosis dapat efektif untuk
mengurangi gejala hypermesis gravidarum selama kehamilan, untuk
mengurangi rasa sakit selama kehamilan dan mengurangi sindrom de-
pression post-partum (Beevi et al., 2016).
Ini sesuai dengan penelitian oleh Teixeira et al. (2009) yang
menunjukkan bahwa ibu hamil dalam kelompok intervensi yang diberikan
intervensi hipnosis dalam bentuk relaksasi selama periode awal kehamilan
akan mengalami stres, kegelisahan dan depresi menurun ketika kehamilan
mereka mencapai usia 36 minggu di perusahaan. rison ke kelompok
kontrol yang tidak diberikan intervensi. Hypnothe-rapy dan hypnosis
berkontribusi terhadap penurunan kecemasan dan keseimbangan antara
tubuh dan pikiran.
Relaksasi untuk ibu nifas, terutama yang menyusui, umumnya dikenal
sebagai hypnobreastfeeding. Relaksasi mengacu pada metode, proses, dan
prosedur yang mungkin membantu ibu menjadi rileks, mencapai
ketenangan, mengurangi tekanan darah dan detak jantung serta
memperlambat pernapasan.
Hypnobreastfeeding adalah salah satu teknik relaksasi dalam bentuk
mediasi yang telah terbukti efektif dalam mengurangi stres di antara ibu-

14
ibu post-partum. Berdasarkan hasil penelitian ini, latihan relaksasi per-
pembentukan selama 10 menit setiap hari telah terbukti secara signifikan
mengurangi stres dan kecemasan di kalangan ibu post-partum.
Teknik relaksasi telah terbukti efektif sebagai terapi nyeri persalinan
dan telah mampu mengurangi kecemasan dan in-somnia. Teknik relaksasi
bahkan telah dapat menyebabkan individu mengendalikan emosi dan
perilaku mereka. Relaksasi adalah fenomena fisiologis yang telah
diaktifkan oleh sistem neuron parasimpatis dan, akibatnya, kecemasan
akan berkurang dengan memfasilitasi sekresi endorfin. Setelah otot rileks
dan ada perubahan dari sistem neuron simpatis menjadi pa-rasimfatik,
seseorang akan mendapatkan relaksasi. Dalam situasi ini, perhatian
individu lebih difokuskan pada aktivitas fisik sehingga ia akan lebih santai
karena individu dapat mengendalikan emosi, kemarahan dan kecemasan
(Toosi et al., 2017).
Singkatnya, para peneliti menyimpulkan bahwa kombinasi pijatan
oksitosin dan relaksasi hypnobreastfeeding telah efektif dalam mengurangi
anxietpost-partum blues; pada kenyataannya, kombinasi terapi dapat
mencegah depresi postpartum jika terapi relaksasi telah dilakukan sejak
awal periode kehamilan terutama pada tahap awal. Pijat dan relaksasi
mungkin diimplementasikan sebagai manajemen stres terbaik dan dapat
merangsang sekresi oksitosin dan hormon prolaktin di antara ibu
menyusui sehingga tingkat kegiatan menyusui eksklusif dapat
ditingkatkan.
2. Pengaruh Kombinasi Pijat Oxytocin dan Hypno-breastfeeding
terhadap Proses dan Produksi ASI di kalangan Ibu Post-Partum
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi pijatan oksitosin
dan pemberian hyp-nobreast efektif dalam mengurangi kecemasan dan
telah mampu meningkatkan produksi ASI di antara ibu postpartum pada
kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak.
disediakan dengan kombinasi terapi sebagai intervensi mereka.

15
Menurut WHO (2009), pada hari post-partum pertama jumlah
kolostrum yang telah diproduksi dalam 24 jam adalah 50 ml, sedangkan
pada hari kedua dan ketiga post-partum payudara mampu memproduksi
susu sekitar 300-400 ml. Jika bayi menyusui 8-12 kali dalam sehari, maka
jumlah produksi ASI pada hari pertama adalah 6 ml sedangkan pada hari
kedua dan ketiga jumlahnya 50 ml.
Beberapa faktor yang mungkin menghambat proses dan jumlah
produksi ASI adalah kecemasan, kelelahan dan stres / nyeri. Di sisi lain,
faktor-faktor yang sangat mempengaruhi proses dan jumlah produksi ASI
adalah frekuensi menyusui bayi. Semakin banyak bayi menyusui, semakin
baik produksi ASI. Biasanya, bayi menyusui 8-12 kali dalam sehari
(Roesli, 2012; Yancey et al., 2012).
Kondisi fisik dan mental yang ibu dengan pengalaman persalinan
secio-secarea berbeda dan ibu dengan pengalaman kelahiran anak yang
normal berbeda; akibatnya, perbedaan-perbedaan ini sangat memengaruhi
proses lactoge-nesis. Ibu dengan persalinan secio-secarea mengalami
kecemasan dan keterbatasan dalam 24 jam pertama pasca-partum
mobilitas; sebagai akibatnya, keterlambatan kelayakan dalam kegiatan
menyusui dini sering terjadi dan keterlambatan ini dapat memengaruhi
produksi ASI yang dihasilkan karena frekuensi menyusui bayi dalam 24
jam pertama masih terbatas (Hobbs et al., 2016).
Hormon yang memengaruhi laktogenesis adalah prolaktin dan
oksitosin, yang sering dikaitkan dengan anti-depresan dan ansiolitik. Hasil
beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui telah mampu
memberikan perlindungan kesehatan psikologis ibu karena mampu
melemahkan hormon stres (hormon kortisol). Sebagai hasilnya, semakin
banyak ibu menyusui bayi semakin meningkatkan hormon prolaktin dan
oksitosin dan semakin banyak ASI yang diproduksi (Figueiredoa, 2013).
Eksposur stres baik fisik (nyeri) maupun emosional (kecemasan) akan
mengaktifkan sistem endocryne, yaitu hipo-thalamus-kelenjar hipofisis-

16
adreanline (HPA) dan sistem neuron simpatis sehingga produksi hormon
stres seperti kor-tisol, kortikotropik dan katekolamin meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peningkatan produksi hormon kortisol
akan diikuti oleh peningkatan kadar glukosa yang tinggi. Tingginya kadar
hormon kortisol dan glukosa terkait dengan keterlambatan produksi ASI
dan, dengan demikian, dapat menyebabkan penurunan produksi ASI di
setiap payudara dengan-pada minggu pertama post-partum (Coussons,
2012; Adedinsewo et al., 2013).
Relaksasi hypnobreastfeeding dan oxytocin adalah kombinasi terapi
yang mungkin digunakan secara holistik untuk relaksasi, mengurangi stres
dan nyeri, memperbaiki regulasi hormon, mengurangi gelombang yang
muncul pada periode menyusui awal dan meningkatkan produksi ASI
(Metz-ger) , 2013). Kombinasi terapi ini dapat dilakukan dalam 24 jam
pertama untuk ibu postpartum normal; sementara itu, kombinasi terapi ini
mungkin hanya dibentuk oleh ibu-ibu nifas dengan persalinan sectio-
secarea setelah 24 jam pertama karena mobilisasi terbatas. Hyp-
nobreastfeeding, jika dikombinasikan dengan pijatan oxy-tocin, mungkin
memberikan hasil maksimal untuk mengurangi kecemasan sehingga
produksi ASI dari ibu nifas pasca melahirkan akan meningkat.
Pijat oksitosin dapat menurunkan tingkat hormon kortisol. Oksitosin
memberikan efek yang sangat penting terhadap kondisi psikologis
seseorang. Oksitosin dapat menyebabkan situasi tenang dan rileks dan
dapat mengurangi stres / kecemasan. Kehadiran oksitosin dapat
meningkatkan kasih sayang dan keintiman antara ibu dan bayi. Salah satu
cara untuk membantu sekresi oxy-tocin adalah menyentuh / memijat
(WHO, 2009). Pijat yang diberikan kepada ibu nifas sebagai stimulus
untuk meningkatkan tingkat oksitosin dan prolaktin pada gilirannya akan
memengaruhi produksi ASI dan sewa kembali. Sebagai akibatnya, adalah
mungkin untuk menyusui bayi sampai bayi mencapai usia 6 bulan.

17
Dengan demikian, pijatan berkontribusi pada peningkatan produksi ASI
dan bayi harus diberi makanan sehat tanpa nutrisi tambahan sampai bayi
mencapai usia 6 bulan.
Relaksasi hypnobreastfeeding adalah teknik pencabutan kembali yang
melibatkan pikiran sub-sadar. Hynosis didefinisikan sebagai keadaan
pikiran di mana fungsi ana-lisis logis dalam pikiran berkurang sehingga
indivi-dual dapat memasuki pikiran bawah sadar / tidak sadar di mana
mereka memiliki beberapa kondisi internal yang mungkin bermanfaat
untuk meningkatkan kemampuannya. kualitas hidup. Indivi-dual yang
berada dalam kondisi trance hipnosis akan lebih terbuka terhadap
gangguan dan mungkin dinetralkan dari beberapa rasa sakit, trauma, dan
bahkan fobia. Individu yang mengalami hipnosis masih sadar dengan
situasi dan sekitarnya mereka dengan beberapa stimulio yang diberikan
terapis (Aprillia, 2010).
Teknik relaksasi ini telah menjadi metode terbaru dan sangat baik
untuk esta-blishing niat dan motivasi positif dalam kegiatan menyusui.
Pada saat yang sama, ia juga dapat memaksimalkan kuantitas dan kualitas
ASI. Fobia, kegelisahan, dan semua saran negatif yang ada di dalam
pikiran ibu mungkin diprogram ulang dengan saran positif agar produksi
ASI lancar dan cukup sesuai dengan kebutuhan bayi dan menyusui akan
nyaman dan proses yang alami. Ketika program-program positif ini
ditanamkan ke pikiran bawah sadar, mereka akan secara otomatis
mempengaruhi kehidupan dan tindakan sehari-hari sehingga para ibu akan
memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi (Andriana, 2007).
Berdasarkan hasil dan diskusi penelitian ini, para peneliti
menyimpulkan bahwa kombinasi pijat oksitosin dan pemberian
hypnobreast telah efektif dalam mengurangi kecemasan dan dalam
meningkatkan produksi ASI di antara ibu postpartum.

E. Implikasi Keperawatan

18
Jurnal tentang program untuk Mengoptimalkan Kombinasi Pijat Oksitosin dan
Hypnobreastfeeding untuk Produksi ASI di antara Ibu Post Partum, kami
mengevaluasi bahwa metode ini sangat efektif digunakan, dilihat dari
kelebihannya yaitu :
1. Mudah untuk dilakukan
2. Tidak memerlukan biaya yang banyak
3. Alat yang diperlukan sudah tersedia diruangan
4. Mampu mempercepat merangsang pengeluaran ASI
5. Mampu dilakukan sendiri yang didampingi oleh suami pasien
6. Mampu lebih merekatkan hubungan antara ibu dan suami pasien
dalam memberikan kasih sayang terhadap bayinya.
Kelemahannya yaitu :
1. Membutuhkan tempat yang tenang dan nyaman
2. Tidak berisik atau ramai dikarenakan hypobreastfeeding memerlukan
konsentrasi dan ketenangan untuk mencapai keberhasilan dalam
memberikan sugesti kepada ibu.
Penerapannya di Ruang bersalin Rumah Sakit Nur Hidayah khususnya sendiri
sudah sesuai dengan yang ada dijurnal ini, tetapi terkadang tidak dicontohkan,
hanya diberi tahu cara penatalaksanaannya untuk pijat oksitosin, untuk
hypobreastfeeding sendiri belum diterapkan dirumah sakit ini.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Mengoptimalkan Kombinasi Pijat Oksitosin dan Hypnobreastfeeding untuk
Produksi ASI di antara Ibu Post Partum efektif untuk pasien post partum yang
mengalami masalah dalam menyusui dan ASI nya hanya keluar sedikit.
Kombinasi pijatan oksitosin dan pemberian hypnobreastfeeding juga sangat

19
efektif dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan produksi ASI untuk
ibu nifas.
B. Saran
Setelah presentasi jurnal tentang program untuk metode
Mengoptimalkan Kombinasi Pijat Oksitosin dan Hypnobreastfeeding untuk
Produksi ASI di antara Ibu Post Partum di antara pasien pasien post partum
yang mengalami masalah dalam menyusui dan ASI nya hanya keluar sedikit
diruang bersalin dapat menerapkan metode ini secara keseluruhan dan
mengajarkan kepada pasien sampai pasien mampu meakukan sendiri dengan
bantuan keluarga, dan juga dapat memberikan manfaat.

Daftar Pustaka

Ardi, P. 2012, Hipnostetri: Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil dan Melahirkan.
Jakarta: GagasMedia
Kemenkes RI (2014). Pusat data dan infor-masi kementerian kesehatan RI. Situasi
dan Analisis ASI ekslusif.
Lindgren L (2012). Emotional and physio-logical responses to touch massage.
UMEA University Medical Dissertat-ions New series No.1531. ISSN 0346-6612.
Metzger S

20
Lutfiana Puspita Sari, Harsono Salimo, Uki Retno Budihastuti.(2017).Optimizing the
Combination of Oxytocin Massage and Hypnobreastfeeding for Breast Milk
Production among Post-Partum Mothers.Surakarta. Jurnal.
https://www.researchgate.net/profile/Lutfiana_Sari/publication/320713637_Optimi
zing_the_Combination_of_Oxytocin_Massage_and_Hypnobreastfeeding_for_Bre
ast_Milk_Production_among_PostPartum_Mothers/links/5b659c70aca2724c1f216
e5d/Optimizing-the-Combination-of-Oxytocin-Massage-and-Hypnobreastfeeding-
for-Breast-Milk-Production-among-Post-Partum-Mothers.pdf
Roesli U (2012). Panduan Konseling Me-nyusui. Jakarta : Pustaka Bunda.

Suhermi, Dkk. 2010 . Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya

WHO (2009). Infant and young child feed-ing. Model Chapter for textbooks for
medical students and allied health professional.
_____ (2014). WHA Global Nutrition Tar-gets 2025: Breastfeeding Policy Brief.
http://www.who.int/nutrition/publi-cations/globaltargets2025.

21

Anda mungkin juga menyukai