Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL KEGIATAN

PENYULUHAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

Dusun Plebengan, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul

Stase Keperawatan Komunitas

DISUSUN OLEH :

Kelompok II

Dukuh Turi, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal kegiatan “penyuluhan kesehatan keselamatan kerja” di Dusun


Plebengan, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul telah disetujui pada :

Hari :
Tanggal :

Ketua Pelaksana

(Felly Saputra, S. Kep)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Istichomah, S.Kep., Ns., M.Kes Puji Hartono, S.Kep., SE


PROPOSAL
PENYULUHAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA
DUSUN PLEBENGAN, SIDOMULYO, BAMBANGLIPURO, BANTUL

I. Latar belakang
Lingkungan tempat kerja merupakan salah satu tempat yang mempunyai
risiko terhadap kesehatan orang-orang yang bekerja di lingkungan tersebut.
Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit pada
pekerjanya yang lebih dikenal dengan istilah Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Oleh sebab itu penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
tempat kerja perlu dilakukan untuk mengatur dan mengurangi risiko
kesehatan tersebut. Perkembangan dunia usaha di Indonesia terus meningkat
dari waktu ke waktu seiring kemajuan zaman. Akan tetapi kepedulian para
pengusaha baik perusahaan besar maupun kecil terhadap kesehatan para
pekerjanya masih tergolong rendah. Salah satunya alasannya adalah karena
kurangnya wawasan para pengusaha terhadap K3 dan menganggap PAK
merupakan hal yang biasa, padahal banyak penyakit yang timbul akibat
faktor lingkungan dan pekerjaan itu sendiri (Siswanto & Kuswadji dalam
Tempo, 2009).
Usaha sektor informal merupakan salah satu usaha yang memiliki risiko
kesehatan yang sangat tinggi, akan tetapi usaha di sektor ini pada umumnya
masih belum tersentuh oleh kepedulian pemilik usaha terhadap kesehatan
para pekerjanya. Banyak penyakit akibat kerja maupun yang berhubungan
dengan pekerjaan yang timbul di sektor usaha informal ini yang diabaikan
saja baik oleh pemilik usaha maupun pekerja itu sendiri. Salah satu industri
informal yang banyak terdapat di Indonesia dan yang memiliki risiko
kesehatan yang cukup tinggi adalah industri tekstil/ usaha jahitan. Usaha ini
dapat kita temui hampir diseluruh pelosok tanah air, baik yang bersifat
perorangan maupun yang berada dalam satu naungan usaha.
Penyakit atau injuri yang paling banyak terjadi pada sektor usaha jahitan
ini adalah penyakit yang berhubungan dengan otot dan rangka atau yang
dikenal dengan sebutan musculoskeletal disorders (MSDs). Selain itu MSDs
juga dikenal dengan istilah cummulative trauma disorders (CTS) atau
repetitive strain injury (RSI). MSDs dapat terjadi karena kurang/ tidak
diterapkannya prinsip-prinsip ergonomi dalam usaha/ kegiatan yang
dilakukan. Ergonomi adalah ilmu terapan yang berusaha untuk
menyesuaikan pekerjaan dengan manusia ‘fitting job to the man’ sehingga
manusia merasa aman dan nyaman dalam bekerja.
Permasalahan ergonomi terutama MSDs merupakan salah satu faktor
yang dapat menyebabkan turunnya hasil produksi, hilangnya jam kerja,
tingginya biaya pengobatan dan material, meningkatnya absensi, rendahnya
kualitas kerja, injuri dan ketegangan otot, meningkatnya kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja dan error, meningkatnya biaya pergantian
tenaga kerja, dan berkurangnya cadangan yang berhubungan dengan kondisi
darurat.
Di Indonesia sendiri diketahui bahwa penerapan prinsip ergonomi dapat
menurunkan beban kerja sebesar 10,61%, menurunkan kelelahan pekerja
sebesar 53,97%, menurunkan keluhan sistem musculoskeletal sebesar
48,01% dan mampu meningkatkan produktivitas sebesar 48,84% (Artayasa,
2006). Permasalahan MSDs di tempat kerja dapat terjadi karena pekerjaan
mengandung faktor risiko yang dapat menyebabkan MSDs yaitu postur
ketika bekerja, durasi kerja, repetisi/ pengulangan dan force (Bridger, 2015).
Faktor risiko ergonomi yang dapat menyebabkan MSDs di bidang tekstil
sendiri antara lain adalah postur janggal, forceful exertion pada kegiatan
manual handling dan getaran (Tiwari, Pathak, & Zodpey, 2009). Khusus
pada operator mesin jahit, faktor pekerjaan yang dapat menyebabkan
terjadinya MSDs adalah gerakan yang berulang-ulang, durasi kerja dan
faktor fisik yang membutuhkan peregangan otot (Wang, 2009). Sedangkan
Kaergaard & Andersen (2010) menyebutkan bahwa faktor pekerjaan
terhadap MSDs pada operator mesin jahit perempuan adalah pekerjaan yang
monoton, repetisi pekerjaan yang tinggi, postur duduk yang cenderung
membungkuk ke arah mesin jahit/ postur janggal dan kebutuhan visual,
konsentrasi dan akurasi yang tinggi. Faktor-faktor risiko tersebut disebabkan
oleh postur pekerjanya sendiri, pergerakan yang berulang sebagai tuntutan
dari pekerjaan dan desain tempat kerja seperti tempat duduk yang tidak
memadai, tinggi meja yang tidak sesuai, kurangnya pencahayaan,
penempatan pedal yangmembuat postur kaki dan lutut menjadi salah, dan
ukuran mesin yang tidak sesuai dengan postur pekerja. Semua faktor risiko
tersebut sangat berpotensi menyebabkan terjadinya MSDs pada pekerja di
bidang usaha jahitan (Burgel et. al, 2008).
Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu penyuluhan terhadap factor risiko
pekerjaan yang dapat menyebabkan timbulnya MSDs, sehingga dapat
dicegah pada faktor risiko tersebut masih dapat ditolerir atau tidak.
Kegiatan penyuluhan ini dapat dijadikan sebagai tindakan pengendalian
terhadap faktor risiko MSDs yang tidak dapat ditolerir yang ada pada
pekerjaan menjahit terutama pada pekerja penjahit sektor usaha informal.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 24 juni 2019 dapat di
ketahui bahwa tenaga kerja di pabrik industri sarung tangan sebagian besar
adalah kaum wanita yaitu sebanyak 80 karyawati. Dalam sehari setiap
karaywan bekerja selama 8 jam dan libur di hari sabtu dan minggu, dalam
sehari setiap karyawan mempunyai waktu istirahat selama 1 jam / hari.
Beberapa karyawan yang ditemui banyak yang mengeluhkan mengalami
pegal-pegal di bagian tulang belakang akibat terlalu lama duduk dan posisi
duduk saat menjahit. Sehingga berdasarkan kasus tersebut dapat di angkat
diagnosa masalah kesehatan gangguang rasa nyaman, resiko gangguan
muskuloskeletal dan resiko cedera.
Oleh karena itu dengan diadakanya penyuluhan kesehatan keselamatan
kerja pada karyawan dapat meningkatkan pengetahuan dan mengurangi
resiko penyakit akibat kerja yang nantinya diharapkan mencapai derajat
kesehatan yang optimal dengan melakukan kerjasama dengan pihak tenaga
kesehatan dari puskesmas seperti perawat, kesehatan lingkungan dan k3.
II. Tujuan
a. Tujuan umum
Meningkatkan pengetahuan dan kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada
karyawan sektor informal di PT. Sarung Tangan Plebengan.
b. Tujuan khusus
1. Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan
kerja pada PT. Sarung Tangan Plebengan peserta atau karyawan
dapat mengenali masalah kesehatan yang terjadi di lingkungan
kerja.
2. Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan
kerja di PT. Sarung Tangan Plebengan dapat mencegah terjadinya
resiko gangguan kesehatan muskuloskeletal.

III. Nama kegiatan


“ Penyuluhan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)”

IV. Metode kegiatan


Ceramah dan diskusi

V. Tempat kegiatan
Hari / tanggal : Sabtu, Juli 2019
Waktu : 13.00 WIB – selesai
Tempat : Dusun Plebengan, Sidomulyo, Bambanglipuro

VI. Sasaran
Perangkat dan tokoh masyarakat Dusun Sumberjo:
1. Karyawan Pt Sarung Tangan Plebengan
VII. Kepanitiaan
(terlampir)

VIII. Anggaran dana


(terlampir)

IX. Susunan acara


(Terlampir)

X. Penutup
Demikian proposal kesehatan keelamatan kerja yang kami ajukan, demi
kelancaran kegiatan tersebut partisipasi dan kerjasamanya dalam kegiatan
ini, atas kerjasamanya. kami sampaikan terima kasih

Lampiran 1

SUSUNAN KEPANITIAAN
PENYULUHAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA
DUSUN PLEBENGAN, SIDOMULYO, BAMBANGLIPURO, BANTUL

Ketua pelaksana : Upriyani, S.kep


Sekretaris dan Humas : Ika Desi Amalia, S.kep
Veti Constantia, S.Kep
MC : Fatihatur,S.Kep
Moderator : Lismawati, S.Kep
Pemateri : Pihak Puskesmas
Observator : Felly Saputra, S.Kep
Yenni Agutina Indriyani, S.Kep
Nita Purnama Sari, S.Kep
Fasilitator : Lukas Lake Hobamatan, S.Kep
Rahmania Mochtar, S.Kep
Muhamad Husen, S.Kep
Indah Ayu Ningsih, S.Kep

Lampiran 2

REKAPITULASI DANA
PENYULUHAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA
DUSUN PLEBENGAN, SIDOMULYO, BAMBANGLIPURO, BANTUL

1. Perlengkapan
 Print proposal : Rp. 10.000,-

2. Sie Konsumsi.
 Minum : Rp. 90.000,-
 Snack : Rp. 350.000,-

Total keseluruhan : Rp 440.000,00

Lampiran 3
SUSUNAN ACARA
PENYULUHAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA
DUSUN PLEBENGAN, SIDOMULYO, BAMBANGLIPURO, BANTUL

No Jam Kegiatan Keterangan


1 13.00 – 13.10 WIB Pembukaan MC
Sambutan Ketua
2 13.15 – 13.30 WIB Ketua Kelompok II
Kelompok II
Sambutan
3 13.00 – 13.15 WIB Kepala Dukuh Turi
Owner/Perwakilan
Perkenalan Ners Stikes Mahasiswa Ners
4 13.20 – 13.30 WIB
Yogyakarta Stikes Yogyakarta
Mahasiswa dan
5 13.35 – 13.45 WIB Makan dan Minum
Warga
Diskusi Permasalahan Mahasiswa dan
6 13.35 – 13.55 WIB
Kesehatan Warga
7 13.55 – 14.00 WIB Penutup MC

Anda mungkin juga menyukai