Anda di halaman 1dari 87

SEMINAR KASUS KMB I

ASKEP PADA Tn. S DENGAN DIABETES MELLITUS TYPE II


DI RUANG RAWATAN KELAS I SITI MUKMIN RSI IBNU SINA
YARSI PADANG PANJANG.

OLEH

1. AGUS RIZAL
2. ANIKA FRASENTYA
3. ATTINI PUTRI HADERANI
4. DEBY FRISTIANDI
5. FEBBY RAHMADHANI
6. PUTRI HANDAYANI
7. RIDHO HIDAYATULLAH
8. RIZA YULIANI
9. SINDI KURNIA

CI KLINIK CI AKADEMIK

(Ns. DES AFIFAH S.Kep) (Ns. DONA AMELIA M.Kep)

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TA : 2017 / 2018
LAMPIRAN PERSETUJUAN

Laporan Pratek Klinik ini telah di setujui oleh

Pembimbing Lapangan dan Pebimbing Akademik

Padang panjang , 02 April 2017

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

( Ns. Des Afifah S.kep ) ( Ns. Dona Amelia S.kep M.Kep )

Ka. Prodi D3 Keperawatan Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi

( Aida Andriani SKM M. Kes )


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan segala
rahmat dan karunianya kepada kita semua. Karena hanya dengan berkat rahmat
dan hidayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.

Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing akademik dan CI pembimbing
bidang keperwatan RSI Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang yang terus memberikan
dorongan motivasi dan arahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini yang bermanfaat untuk bahan seminar kasus.

Akhir kata kami meminta maaf bila terdapat banyak kekurangan. Penulis
pun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi acuan untuk
dapat membuat makalah selanjutnya yang jauh lebih baik dari sekarang.

Padang Panjang, 01 Mei 2017

Penulis
DARTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DARTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

F. Tujuan ..................................................................................................................... 4

G. Manfaat ................................................................................................................... 4

BAB II................................................................................................................................. 6

TINJAUAN TEORITIS ...................................................................................................... 6

A. Konsep Dasar Penyakit ........................................................................................... 6

B. Asuhan Keperawatan Teoritis ............................................................................... 21

BAB III ............................................................................................................................. 41

TINJAUAN KHUSUS ...................................................................................................... 41

BAB IV ............................................................................................................................. 75

PEMBAHASAN ............................................................................................................... 75

BAB V .............................................................................................................................. 79

KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan penyakit keturunan yang sulit
disembuhkan. Dari tahun ke tahun penderita Diabetes di Indonesia
semakin bertambah, bahkan penyakit Diabetes Mellitus membunuh lebih
banyak dibandingkan dengan penyakit HIV. Diabetes Mellitus yang
selanjutnya disebut DM adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat penggunaan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2010).

Diabetes Mellitus sering menimbulkan komplikasi yang bersifat


menahun (kronis). Pasien Diabetes Mellitus yang tidak mendapat
penanganan yang baik akan mengalami komplikasi (Marliani, 2007).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan Indonesia menduduki
kedudukan ke-4 di dunia dalam hal jumlah pasien Diabetes Mellitus.
Indonesia dengan populasi 230 juta penduduk, merupakan negara ke-4
terbesar pasien diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat (Xinhua,
2007). Berdasarkan data statistik, penderita Diabetes Mellitus di Indonesia
cukup tinggi mencapai angka 8,2 juta jiwa pasien, yang akan meningkat
pada tahun 2030 menjadi 194 juta (Perkeni, 2007). Menurut data
Riskesdas tahun 2013 Diabetes Mellitus berada diurutan ke 4 penyakit
kronis. Dan Sumatera Barat berada diurutan ke 14 dari 33 provinsi yang
ada di Indonesia. Berdasarkan umur, penderita banyak dalam rentang usia
56-64 tahun (Kemenkes, 2013). Kejadian Diabetes Mellitus di kota
Padang Panjang tahun 2005 adalah sebanyak 129 kasus dan pada tahun
2008 penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit 10 terbesar di kota

1
Padang Panjang dan setiap tahunnya selalu terjadi peningkatan
(Adiningsih, 2011).

Penyakit Diabetes Mellitus dapat dikendalikan dengan mengatur


pola makan dan diet seimbang (Waspanji, 2007). Pelaksanaan diet
Diabetes Mellitus sangat dipengaruhi adanya dukungan dari keluarga.
Menurut Friedman (1981) dalam Setiadi (2007) peran dukungan keluarga
yang mempengaruhi kepatuhan diet yaitu mengenal gangguan
perkembangan kesehatan setiap anggota yang menderita Diabetes
Mellitus, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat pada
pasien Diabetes Mellitus, memberikan perawatan kepada anggota keluarga
yang menderita Diabetes Mellitus, mempertahankan suasana rumah yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarganya, memanfaatkan dengan baik fasilitas fasilitas kesehatan
untuk pasien Diabetes Mellitus.

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini, maka
kelompok 1 melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan
keperawatan pada Tn. S Diabetes type II di ruang rawatan kelas I Siti
Mukmin RSI Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan
Keperawatan pada Tn. S dengan Diabetes Type II di RS IBNU SINA
PADANG PANJANG dengan pendekatan proses keperawatan dari tahap
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan Diabetes Type
II.

2
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan
Diabetes Type II.
c. Mampu mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada Tn. S
dengan Diabetes Type II.
d. Mampu mendiskripsikan tindakan dari Asuhan Keperawatan pada
Tn. S dengan Diabetes Type II.
e. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan dari Asuhan Keperawatan
yang dilakukan pada Tn. S dengan Diabetes Type II.
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan yang dilakukan
pada Tn. S dengan Diabetes Type II.

D. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan Seminar ini, penulis hanya membatasi
permasalahan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. S dengan Diabetes
Type II di Rs. Ibnu sina padang panjang yang dilaksanakan dari tanggal 26
April sampai dengan 29 April 2017 di ruang Bedah Safa marwah Rs.ibnu
sina padang panjang.

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah
Metode Deskriptif, dimana penyusun melaporkan kondisi pasien dengan
apa adanya. Untuk memperoleh data yang akurat dalam penyusunan
laporan inti ini maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data yaitu :
Teknik wawancara:
1. Dilakukan secara langsung pada keluarga pasien dan perawat
ruangan
2. Observasi: Yaitu mengamati secara langsung prilaku pasien sehari-
hari
3. Study literatur: Untuk memperkuat landasan teori, penulis mencari
informasi dari buku-buku yang terkuat dengan kasus tersebut.

3
4. Pemeriksaan fisik: Melakukan pemeriksaan fisik secara langsung
pada pasien dengan inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi.
5. Studi dokumentasi: Dengan mempelajari dokumentasi pasien yang
terdapat dalam status yang berisikan catatan keperawatan pasien.

F. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
Diabetes type II di ruang rawatan kelas I Siti Mukmin RSI Ibnu Sina
Yarsi Padang Panjang.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui dan memahami konsep Diabetes Mellitus
b. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes Mellitus
c. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus
d. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus
e. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus
f. Melakukan implementasi pada pasien dengan Diabetes Mellitus
g. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus

G. Manfaat
Dari segi praktis, makalah seminar ini akan bermanfaat bagi:

1. Bagi pelayanan keperawatan di Rumah sakit.

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan sakit di
rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pasien dengan
Diabetes type II dengan baik.

2. Bagi pasien

4
Diharapkan pasien dapat mengetahui penyakit yang dideritanya, baik
dari pengertian, penyebab maupun penanggulangannya serta perawatan
dirinya agar pasien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri.

a. Bagi keluarga

Diharapkan keluarga mengerti tentang penyakit yang diderita anggota


keluarga baik pengertian, penyebab, dan pencegahan. Agar bisa memberi
motivasi untuk mematuhi pengobatab untuk pasien Diabetes type II dan
tidak mengisolasi pasien dengan Diabetes type II tersebut.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil studi kasus ini dapat dijadikan salah satu rujukan bagi
mahasiswa berikutnya, yang akan menyusun makalah seminar pada asuhan
keperawatan pada pasien Diabetes type II.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Berikut ini adalah pengertian Deabetes Melitus Tipe II menurut
beberapa ahli, diantaranya:
a. Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin
Dependent Millitus (NIDDM) adalah keadaan dimana hormone
insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, hal
ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam
produksi insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan
jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah. (Nurul Wahdah, 2011)
b. Diabetes Mellitus Tipe II adalah defek sekresi insulin, dimana
pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan glukosa plasma yang normal, sehingga terjadi
hiperglikemia yang disebabkan insensitifitas seluler akibat insulin.
(Elizabeth J Corwin, 2009)
c. Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa
tinggi, kadar insulin tinggi atau normal namun kualitasnya kurang
baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk dalam sel,
akibatnya terjadi gangguan transport glukosa yang dijadikan
sebagai bahan bakar metabolisme energi. (FKUI, 2011)

2. Etiologi
Penyebab dari DM Tipe II antara lain:
a. Penurunan fungsi cell pankreas: penurunan fungsi cell
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

6
1) Glukotoksisitas: kadar glukosa darah yang berlangsung
lama akan menyebkan peningkatan stress oksidatif, IL-1
DAN NF-B dengan akibat peningkatan apoptosis sel beta.
2) Lipotoksisitas: peningkatan asam lemak bebas yang berasal
dari jaringan adiposa dalam proses lipolisis akan
mengalami metabolism non oksidatif menjadi ceramide
yang toksik terhadap sel beta sehingga terjadi apoptosis.
3) Penumpukan amiloid: pada keadaan resistensi insulin, kerja
insulin dihambat sehingga kadar glukosa darah akan
meningkat, karena itu sel beta akan berusaha
mengkompensasinya dengan meningkatkan sekresi insulin
hingga terjadi hiperinsulinemia. Peningkatan sekresi insulin
juga diikuti dengan sekresi amylin dari sel beta yang akan
ditumpuk disekitar sel beta hingga menjadi jaringan
amiloid dan akan mendesak sel beta itu sendiri sehingga
akirnya jumlah sel beta dalam pulau Langerhans menjadi
berkurang. Pada DM Tipe II jumlah sel beta berkurang
sampai 50-60%.
4) Efek inkretin: Inkretin memiliki efek langsung terhadap sel
beta dengan cara meningkatkan proliferasi sel beta,
meningkatkan sekresi insulin dan mengurangi apoptosis sel
beta.
5) Umur: diabetes Tipe II biasanya terjadi setelah usia 30
tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun,
selanjutnya terus meningkat pada usia lanjut. Usia lanjut
yang mengalami gangguan toleransi glukosa mencapai 50
92%. Proses menua yang berlangsung setelah usia 30 tahun
mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada
tingkat jaringan dan ahirnya pada tingkat organ yang dapat
mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen tubuh yang
mengalami perubahan adalah sel beta pankreas yang

7
mengahasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan terget yang
menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang
mempengaruhi kadar glukosa.
6) Genetik: determinan genetik dianggap sebagai faktor
penting pada kebanyakan penderita diabetes. Pada penderita
diabetes mellitus dependen atau tipe I, determinan ini
dinyatakan oleh peningkatan atau penurunan frekuensi
antigen histokompabilitas (HLA) dan respon imunitas
abnormal yang akan mengakibatkan pembentukan auto-
antibodi sel langerhans. Pada penderita diabetes mellitus
insulin non-dependen atau type II memiliki kecendrungan
familial atau menurun pada keturunan yang kuat. Penyakit
ini sering menyerang anak-anak, remaja, dan dewasa dari
keluarga yang sama secara autosom dominan. Kelainan
yang diturunkan ini dapat langsung mempengaruhi sel beta
dan mengubah kemampuannya untuk mengenali dan
menyebarkan rangsangan sekretoris atau serangkaian
langkah kompleks yang merupakan bagian dari sintesis atau
pelepasan insulin. Besar kemungkinan keadaan ini
meningkatkan kerentana individu yang terserang penyakit
tersebut terhadap kegiatan faktor-faktor lingkungan
disekitarnya, termasuk virus atau diet tertentu.
b. Retensi insulin: penyebab retensi insulin pada DM Tipe II
sebenarnya tidak begitu jelas, tapi faktor-faktor berikut ini banyak
berperan:
1) Infeksi oleh virus dianggap sebagai trigger factor pada
mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetik
terhadap diabetes mellitus. Virus-virus dianggap
mempunyai pengaruh adalah: virus coxsackie, virus
encephalomiocarditis, mumps, cytomegalovirus,
mononucleosis infectiosa, varicella, dan virus hepatitis.
2) Nutrisi

8
Obesitas:
Mengurangi jumlah reseptor insulin di target
cells
Menyebabkan resistensi terhadap insulin
karena perubahan-perubahan pada
postreceptor:
- Transport glukosa berkurang
- Menghalangi metabolisme glukosa
intraseluler
Menimbulkan faktor-faktor yang
bertanggung jawab terhadap defek-defek
selular, berupa:
- Bertambahnya penimbunan lemak
- Bertambah masuknya inersi kedalam
tubuh
- Komposisi diet (terutama banyak
makan lemak)
- Inaktivitas fisik
Malnutrisi protein: sel-sel beta (B) yang
rusak menyebabkan MRDM (Malnutrition
Related Diabetes Mellitus).
Akohol: menambah resiko terjadianya
pankreastitis (akut, kronis, relapsing) dan
obesitas.
3) Stress: reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya
sekresi sistem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi
simpatis adrenal medular dan bila stress menetap maka
sistem hipotalamus pituitari akan diaktifkan. Hipotalamus
mensekresi corticotropin releasing factor yang
menstimulasi pituitari anterior memproduksi kortisol, yang
akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah.
(FKUI, 2011)

9
4) Obat-obat
Yang bersifat sototoksik terhadap sel-sel beta (B)
pankreas seperti alloxan, streptozocin dan vactor rat
poison
Yang mengurangi sekresi insulin seperti deriverat
thiazide, diphenythidantoin, phenothiazine
Pada umumnya hiperglikemia pada diabetes mellitus ini
menghilang jika obat-obat dihentikan
5) Penyakit-penyakit endokrin (hormonal)
Sindrom chusing karena consentrasi hidrokortison
dalam darah tinggi
Akromegali: karena jumlah Growth Hormone
meninggi
Glukagonoma: karena konsentrasi glukagon dalam
darah meninggi
Feokromositomi: karena kadar katekholamin
meninggi
Pada umumnya diabetes mellitus sekunder ini
menghilang jika panyakit primer dapat diatasi
6) Penyakit-penyakit pankreas
Kemokromatosis: banyak destruksi dari sel-sel
pankreas, sekitar 65% menderita diabetes
Oankreatitis akut: sekitar 1% menderita diabetes
temporer dan 2% diabetes permanen
Karsinoma pankreas: pada 50% sampai 70% terjadi
gangguan toleransi terhadap glukosa
Kasifikasi pankreas: terjadi oleh malnutrisi baik
karena alkohol maupun malnutrisi protein.
Kerusakan parenkim menyebabkan defisiensi
insulin dan bisa terjadi diabetes mellitus. Kini

10
dianggap sebagai MRDM jenis fobrocalculous
pancreatic diabetes (FCPD). (M.W Hazman, 1991)

3. Faktor Resiko
Berikut ini adalah faktor resiko yang dapat terkena DM Tipe II, antara
lain:
a. Usia 45 tahun
b. Usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23
kg/m2 yang disertai dengan faktor resiko:
1) Kebiasaan tidak aktif
2) Turunan pertama dari orang tua dengan DM
3) Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000
gram, atau riwayat DM gestasional
4) Hipertensi (140/90 mmHg)
5) Kolesterol HDL 35 mg/dl dan atau trigliserida 250
mg/dl
6) Menderita polycyctic ovarial syndrome(PCOS) atau
keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin
7) Adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu (TGT)
atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya
8) Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular
c. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
d. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
e. Kurang gerak badan
f. Faktor geneti
g. Konsumsi obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
h. Stress
(FKUI, 2011)

4. Patofisiologi
Patogenesis diabetes melitus Tipe II ditandai dengan adanya resistensi
insulin perifer, gangguan hepatic glucose production (HGP), dan

11
penurunan fungsi cell , yang akhirnya akan menuju ke kerusakan total
sel . Mula-mula timbul resistensi insulin yang kemudian disusul oleh
peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi retensi insulin itu
agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel beta tidak
akan sanggup lagi mengkompensasi retensi insulin hingga kadar
glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun saat
itulah diagnosis diabetes ditegakkan. Ternyata penurunan fungsi sel
beta itu berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali
tidak mampu lagi mengsekresi insulin. (FKUI,2011)
Individu yang mengidap DM Tipe II tetap mengahasilkan insulin.
Akan tetapi jarang terjadi keterlambatan awal dalam sekresi dan
penurunan jumlah total insulin yang di lepaskan. Hal ini mendorong
semakin parah kondisi seiring dengan bertambah usia pasien. Selain
itu, sel-sel tubuh terutama sel otot dan adiposa memperlihatkan
resitensi terhadap insulin yang bersirkulasi dalam darah. Akibatnya
pembawa glukosa (transporter glukosa glut-4) yang ada disel tidak
adekuat. Karena sel kekurangan glukosa, hati memulai proses
glukoneogenesis, yang selanjutnya makin meningkatkan kadar glukosa
darah serta mestimulasai penguraian simpanan trigliserida, protein, dan
glikogen untuk mengahasilkan sumber bahan bakar alternative,
sehingga meningkatkan zat- zat ini didalam darah. Hanya sel-sel otak
dan sel darah merah yang terus menggunakan glukosa sebagai sumber
energy yang efektif . Karena masih terdapa insulin , individu dengan
DM Tipe II jarang mengandalkan asam lemak untuk menghasilkan
energi dan tidak rentang terhadap ketosis. (Elizabeth J Corwin, 2009)

5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala spesifik DM Tipe II, antara lain:
a. Penurunan penglihatan
b. Poliuri (peningkatan pengeluaran urine) karena air mengikuti
glukosa dan keluar melalui urine

12
c. Polidipsia (peningkatan kadar rasa haus) akibat volume urineyang
sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi
ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti ekstrasel karena air intrasel
akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi
keplasma yang hipertonik (konsentrasi tinggi) dehidrasi intrasel
menstimulasi pengeluaran hormon anti duretik (ADH,
vasopresin)dan menimbulkan rasa haus
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat kataboisme protein di otot
dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan
glukosa sebagai energi. Aliran darah yang buruk pada pasien DM
kronis menyebabkan kelelahan
e. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif
yang kronis, katabolisme protein dan lemak dan kelaparan relatif
sel. Sering terjadi penurunan berat badan tanpa terapi
f. Konfusi atau derajat delirium
g. Konstipasi atau kembung pada abdomen (akibat hipotonusitas
lambung)
h. Retinopati atau pembentukan katarak
i. Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki akibat
kerusakan sirkulasi perifer, kemungkinan kondisi kulit kronis
seperti selulitis atau luka yang tidak kunjung sembuh, turgor kulit
buruk dan membran mukosa kering akibat dehidrasi
j. Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan
kemungkinan nyeri perifer atau kebas
k. Hipotensi ortostatik (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer,2007)

Tanda dan gejala non spesifik DM Tipe II, antara lain:


a. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa
diskresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah
b. Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan keseimbangan
air atau pada kasus yang berat terjadi kerusakan retina
c. Paretesia atau abnormalitas sensasi

13
d. Kandidiasis vagina ( infeks ragi ), akibat peningkatan kadar
glukosa disekret vagina dan urine, serta gangguan fungsi imun .
kandidiasis dapat menyebabkan rasa gatal dan kadas di vagina
e. Pelisutan otot dapat terjadi kerena protein otot digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi tubuh
f. Efek Somogyi: Efek somogyi merupakan komplikasi akut yang
ditandai penurunan unik kadar glukosa darah di malam hari,
kemudian di pagi hari kadar glukosa kembali meningkat diikuti
peningkatan rebound pada paginya. Penyebab hipoglikemia malam
hari kemungkinan besar berkaitan dengan penyuntikan insulin di
sore harinya. Hipoglikemia itu sendiri kemudian menyebabkan
peningkatan glukagon, katekolamin, kortisol, dan hormon
pertumbuhan. Hormon ini menstimulasi glukoneogenesis sehingga
pada pagi harinya terjadi hiperglikemia. Pengobatan untuk efek
somogyi ditujukan untuk memanipulasi penyuntikan insulin sore
hari sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan hipoglikemia.
Intervensi diet juga dapat mengurangi efek somogyi. Efek somogyi
banyak dijumpai pada anak-anak.
g. Fenomena fajar ( dawn phenomenon) adalah hiperglikemia pada
pagi hari ( antara jam 5 dan 9 pagi) yang tampaknya disebabkan
oleh peningkatan sirkadian kadar glukosa di pada pagi hari.
Fenomena ini dapat dijumpai pada pengidap diabetes Tipe I atau
Tipe II. Hormone-hormon yang memperlihatkan variasi sirkadian
pada pagi hari adalah kortisol dan hormon pertumbuhan, dimana
dan keduanya merangsang glukoneogenesis. Pada pengidap
diabetes Tipe II, juga dapat terjadi di pagi hari, baik sebagai variasi
sirkadian normal maupun atau sebagai respons terhadap hormone
pertumbuhan atau kortisol. (Elizabeth J Corwin, 2009)

6. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara
lain:

14
a. Hipoglikemia. Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita
diabetes yang di obati dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik
oral. Hal ini mungkin di sebabkan oleh pemberian insulin yang
berlebihan, asupan kalori yang tidak adekuat, konsumsi alkohol,
atau olahraga yang berlebihan. Gejala hipoglikemi pada lansia
dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak disadari sampai
kondisinya mengancam jiwa.
b. Ketoasidosis diabetic. Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia
berat, merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Ketoasidosis
diabetik biasanya terjadi pada lansia dengan diabetes Tipe 1, tetapi
kadang kala dapat terjadi pada individu yang menderita diabetes
Tipe 2 yang mengalami stress fisik dan emosional yang ekstrim.
c. Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosomolar
hyperglycemic syndrome, HHNS) atau koma hiperosmolar.
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien
yang menderita diabetes. Sebagai suatu kedaruratan medis, HHNS
di tandai dengan hiperglikemia berat(kadar glukosa darah di atas
800 mg/dl), hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi
berat akibat deuresis osmotic. Tanda gejala mencakup kejang dan
hemiparasis (yang sering kali keliru diagnosis menjadi cidera
serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat kesadaran (biasanya
koma atau hampir koma).
d. Neuropati perifer. Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat
menyebabkan kebas atau nyeri dan kemungkinan lesi kulit.
Neuropati otonom juga bermanifestasi dalam berbagai cara, yang
mencakup gastroparesis (keterlambatan pengosongan lambung
yang menyebabkan perasaan mual dan penuh setelah makan), diare
noktural, impotensi, dan hipotensi ortostatik.
e. Penyakit kardiovaskule. Pasien lansia yang menderita diabetes
memiliki insidens hipertensi 10 kali lipat dari yang di temukan
pada lansia yang tidak menderita diabetes. Hasil ini lebih
meningkatkan resiko iskemik sementara dan penyakit

15
serebrovaskular, penyakit arteri koroner dan infark miokard,
aterosklerosis serebral, terjadinya retinopati dan neuropati
progresif, kerusakan kognitif, serta depresi sistem saraf pusat.
f. Infeksi kulit. Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap
infeksi karena kandungan glukosa epidermis dan urine mendorong
pertumbuhan bakteri. Hal ini membuat lansia rentan terhadap
infeksi kulit dan saluran kemih serta vaginitis. (Jaime Stockslager
L dan Liz Schaeffer, 2007)

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang DM Tipe II antara lain:
a. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah. Kadar glukosa dapat diukur
dari sample berupa darah biasa atau plasma. Pemeriksaan kadar
glukosa darah lebih akurat karena bersifat langsung dan dapat
mendeteksi kondisi hiperglikemia dan hipoglikemia. Pemeriksaan
kadar glukosa darah menggunakan glukometer lebih baik daripada
kasat mata karena informasi yang diberikan lebih objektif
kuantitatif. (FKUI,2011)
b. Pemeriksaan Kadar Glukosa Urine. Pemeriksaan kadar glukosa
urin menggambarkan kadar glukosa darah secara tidak langsung
dan tergantung pada ambang batas rangsang ginjal yang bagi
kebanyakan orang sekitar 180 mg/dl. Pemeriksaan ini tidak
memberikan informasi tentang kadar glukosa darah tersebut,
sehingga tak dapat membedakan normoglikemia atau
hipoglikemia. (FKUI, 2011)
c. Kadar Glukosa Serum Puasa dan Pemeriksaan Toleransi Glukosa.
Memberikan diagnosis definitif diabetes. Akan tetapi, pada lansia,
pemeriksaan glukosa serum postprandial 2 jam dan pemeriksaan
toleransi glukosa oral lebih membantu menegakan diagnosis
karena lansia mungkin memiliki kadar glukosa puasa hampir
normal tetapi mengalami hiperglikemia berkepanjangan setelah

16
makan. Diagnosis biasanya dibuat setelah satu dari tiga kriteria
berikut ini terpenuhi:
1) Konsentrasi glukosa plasma acak 200 mg/dl atau lebih
tinggi.
2) Konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih
tinggi.
3) Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa per oral
200 mg/dl atau lebih. (Jaime Stockslager L dan Liz
Schaeffer, 2007)
d. Pemeriksaan Hemoglobin Terglikosilasi (hemoglobin A atau
HbA1c). Menggambarkan kadar rata-rata glukosa serum dalam 3
bulan sebelumnya, biasanya dilakukan untuk memantau
keefektifan terapi antidiabetik. Pemeriksaan ini sangat berguna,
tetapi peningkatan hasil telah ditemukan pada lansia dengan
toleransi glukosa normal. (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer,
2007)
e. Fruktosamina serum. Menggambarkan kadar glukosa serum rata-
rata selama 2 sampai 3 minggu sebelumnya, merupakan indicator
yang lebih baik pada lansia karena kurang menimbulkan kesalahan.
Sayangnya pemeriksaan ini tidak stabil sehingga jarang dilakukan.
Namun pemeriksaan ini dapat bermanfaat pada keadaan dimana
pengukuran AIC tidak dapat dipercaya, misalnya pada keadaan
anemia hemolitik. (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer, 2007)
f. Pemeriksaan keton urine. Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi
dan kurang hormone insulin menyebabkan tubuh menggunakan
lemak sebagai sumber energy. Keton urin dapat diperiksa dengan
menggunkan reaksi kolorimetrik antara benda keton dan
nitroprusid yang menghasilkan warna ungu. (FKUI,2011)
g. Pemeriksaan Hiperglikemia Kronik (Test AIC). Pada penyandang
DM, glikosilasi hemoglobin meningkat secara proporsional dengan
kadar rata-rata glukosa darah selama 8-10 minggu terakhir. Bila
kadar glukosa darah dalam keadaan normal antara 70-140 mg/dl

17
selama 8-10 minggu terakhir, maka test AIC akan menunjukkan
nilai normal. Pemeriksaan AIC dipengaruhi oleh anemia berat,
kehamilan, gagal ginjal dan hemoglobinnopati. Pengukuran AIC
dilakukan minimal 4bulan sekali dalam setahun. (FKUI, 2011)
h. Pemantauan Kadar Glukosa Sendiri (PKGS). PKGS memberikan
informasi kepada penyandang DM mengenai kendali glikemik dari
hai kehari sehingga memungkinkan pasien melakukan penyesuaian
diet dan pengobatan terutama saat sakit, latihan jasmani dan
aktivitas lain. PKGS memberikan feedback cepat kepada pasien
terhadap kadar glukosa setiap hari. (FKUI,2011)
i. Pemantauan Glukosa Berkesinambungan (PGB). Merupakan
metode sample glukosa cairan intestinal ( yang berhubungan
dengan glukosa darah) telah banyak digunakan untuk mengetahui
kendali glikemik. Caranya adalah menggunakan sistem
mikrodialisis yang dinsersi secara subkutan, konsentrasi glukosa
kemudian diukur dengan detector elektroda oksidasi glukosa.
Sensor glukosa pada PGB memiliki alaram untuk mendeteksi
kondisi hipoglikemi dan hiperglikemi. (FKUI)

8. Penatalaksanaan Medis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa:
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Pemicu sekresi insulin
Sulfonilurea. Golongan obat ini bekerja dengan
menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan
insulin yang tersimpan. Efek ekstra pankreas yaitu
memperbaiki sensitivitas insulin ada, tapi tidak
penting karena ternyata obat ini tidak bermanfaat
pada pasien insulinopenik. Mekanisme kerja
golongan obat ini antara lain:
Menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan ( Stored insulin)

18
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa (FKUI, 2011)
Glinid. Glinid merupakan obat yang cara kerjanya
sama dengan sulfonylurea, dengan meningkatkan
sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri
dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivate asam
benzoat) dan Nateglinid (derivate fenilalanin). Obat
ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian
secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.
(FKUI, 2011)
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin
Biguanid. Saat ini dari golongan ini yang masih
dipakai adalah metformin. Etformin menurunkan
glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap insulin
pada tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta
juga pada efeknya menurunkan produksi glukosa
hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa
oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah
dan menghambat absorbsi glukosa dari usus pada
keadaan sesudah makan. (FKUI, 2011)
Tiazolidindion. Tiazolidindion adalah golongan
obat yang mempunyai efek farmakologis
meningkatkan sesitivitas insulin. Golongan obat ini
bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel dan
mengurangi produksi glukosa dihati.( FKUI, 2011)
3) Penghambat glukosidase alfa. Obat ini bekerja secara
kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase alfa dalam
saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat
ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabakan

19
hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar
insulin.(FKUI, 2011)
4) Incretin mimetic, penghambat DPP-4. Obat ini bekerja
merangsang sekresi insulin dan penekanan terhadap sekresi
glukagon dapat menjadi lama, dengan hasil kadar glukosa
dapat diturunkan. (FKUI, 2011)
5) Insulin. Insulin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh
sel beta dari pulau Langerhanss kelenjar pankreas. Insulin
dibentuk dari proinsulin yang bila kemudian distimulasi,
terutama oleh peningkatan kadar glukosa darah akan
terbelah untuk menghasilkan insulin dan peptide
penghubung (C-peptide)yang masuk kedalam aliran darah
dalam jumlah ekuimolar.

20
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Keluhan seperti sering kesemutan, sering buang air kecil saat
malam hari, sering merasa haus, mengalami rasa lapar yang
berlebihan (polifagia), merasa lemah, dan pandangan kabur
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
Berapa lama pasien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulangi penyakitnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas / istirahat
Gejala :
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur

21
Tanda :
Takikardia dan takipnea pada keadaan isitrahat atau
dengan aktivitas
Letargi / disorientasi, koma
Penurunan kekuatan otot
2) Sirkulasi
Gejala :
Adanya riwayat hipertensi
Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremita
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda :
Takikardia
Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
Nadi yang menurun / tidak ada
Disritmia
Krekels
Kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung
3) Integritas Ego
Gejala :
Stress, tergantung pada orang lain
Masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi
Tanda :
Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
Nyeri tekan abdomen
Diare
Tanda :

22
Urine encer, pucat, kuning : poliuri
5) Makanan / cairan
Gejala :
Hilang nafsu maka
Mual / muntah
Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan
glukosa / karbohidrat
Penurunan BB lebih dari periode beberapa hari /
minggu
Haus
Penggunaan diuretic (tiazid)
Tanda :
Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor / koma
(tahap lanjut). Ganguan memori (baru, masa lalu)
kacau mental.
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda :
Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat
berhati-hati
7) Pernafasan
Gejala :
Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan / tanpa
sputum purulen (tergantung ada tidaknya infeksi)
Tanda :
Lapar udara
Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
Frekuensi pernafasan
8) Keamanan
Gejala :

23
Kulit kering, gatal; ulkus kulit
Tanda :
Demam, diaphoresis
Kulit rusak, lesi / ilserasi
Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak
(Doengoes, 2011)

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
2. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh,
hipovolemia
3. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan
(nkerosis luka gangren)
4. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes
melitus)
5. Retensi urineb.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter
kuat dan poliuri
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi
darah keperifer, proses penyakit (DM)
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuria dan
dehidrasi
8. Keletihan b.d penurunan produksi energi

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan (NIC)
keperawatan Hasil (NOC)

24
Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi kurang dari - Nutritional status Nutrition management
kebutuhan tubuh b.d - Nutritional status: - Kaji adanya alergi makanan
gangguan Food and Fluid intake - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
keseimbangan - Nutritional status: menentukan jumlah kalori dan
insulin, makanan dan nutrient intake nutrisi yang dibutuhkan pasien
aktifitas jasmani - Weight control - Anjurkan psien untuk meningkatkan
Batasan karakteristik Kriteria Hasil: intake Fe
: - Adanya peningkatan - Anjurkan pasien untuk
Kram abdomen BB sesuai dengan meningkatkan protein dan vitamin C
Nyeri abdomen tujuan - Berikan substansi gula
Menghindari
- BB ideal sesuai - Yakinkan diet yang dimakan
makanan
dengan TB mengandung tinggi serat untuk
BB 20% atau lebih
- Mampu mencegah konstipasi
dibawah BB ideal
mengidentifikasi - Berikan makanan yang terpilih
Kerapuhan kapiler
kebutuhan nutrisi (sudah dikonsultasikan dengan ahli
Diare
- Tidak ada tanda-tanda gizi)
Kehilangan rambut
malnutrisi - Ajarkan pasien bagaimana membuat
berlebihan
Bising usus - Menunjukkan catatan makanan harian

hiperaktif peningkatan fungsi - Monitor jumlah nutrisi dan


Kurang makanan pengecapan dari kandungan kalori
Penurunan BB menelan - Berikan informasi tentang
dengan asupan - Tidak terjadi kebutuhan tubuh
makanan adekuat penurunan BB yang - Kaji kemampuan pasien untuk
Kesalahan konsepsi berarti mendapatkan nutrisi yang
Kesalahan informasi dibutuhkan
Membran mukosa Nutrition Monitoring
pucat
- BB pasien dalam batas normal
Ketidakmampuan
- Monitor adanya penurunan BB
memakan makanan
- Monitor tipe dan jumlah aktifitas
Tonus otot menurun
yang biasa dilakukan
Mengeluh gangguan

25
sensasi rasa - Monitor lingkungan selama makan
Mengeluh asupan - Jadwalkan pengobatan dan tindakan
makanan kurang tidak selama jam makan
dari RDA - Monitor kulit kering ddan perubahan
(recommended daily
pigmentasi
allowance)
- Moitor turgor kulit
Cepat kenyang
- Monitor kekeringan, rambut kusam
setelah makan
dan mudah patah
Sariawan rongga
- Monitor mual dan muntah
mulut
Stearotea
- Monitor kadar albumin, total

Kelemahan oto protein, Hb dan kadar Ht


pengunyah - Monitor pertumbuhan dan
Kelemahan otot perkembangan
untuk menelan - Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Faktor-faktor yang - Monitor kalori dan intake nutrisi
berhubungan: - Catat adanya edema, hiperemik,
Faktor biologis hipertonik papila lidah dan cavitas
Faktor ekonomi oral
Ketidakmampuan - Catat jika lidah bewarna magenta,
untuk scariet
mengabsorbsi
nutrien
Ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan
Ketidakmampuan
menelan
makanan
Faktor psikologis

26
Resiko syok b.d NOC: NIC:
ketidakmampuan - Syok prevention Syok Prevention
elektrolit kedalam - Syok management - Monitor sirkulasi BP, warna kulit,
sel tubuh, Kriteria Hasil: suhu kulit, denyut jantung, HR,
hipovolemia - Nadi dalam batas ritme, nadi perifer dan kapiler refill
Resiko infeksi: yang diharapkan - Monitor tanda inadekuat oksigenasi
Hipotensi - Irama jantung dalam jaringan
Hipovolemi batas yang diharapkan - Monitor suhu dan pernafasan
Hipoksemia - Irama pernafasan - Moniotr input dan output

Hipoksia dalam batas yang - Pantau nilai labor: Hb, Ht, AGD dan

Infeksi diharapkan elektrolit

Sepsis - Natrium serum dbn - Monitor hemodinamik invasi yang


- Kalium serum dbn sesuai
Sindrom respons
inflamasi sistemik - Klorida serum dbn - Monitor tanda dan gejala asites
- Klasium serum dbn - Monitor tanda awal syok
- Magnesium serum - Tempatkan pasien pada posisi
dbn supine, kaki elevasi untuk
- PH darah serum dbn peningkatan preload dengan tepat
Hidrasi: - Lihat dan pelihara kepatenan jalan
- Indikator nafas
- Mata cekung tidak - Berikan cairan IV atau oral dengan
ditemukan tepat
- Demam tidak - Berikan vasodilator yang tepat
ditemukan - Ajarkan keluarga dan pasien tentang
- TD dbn tanda dan gejala datangnya syok
- Hematokrit dbn - Ajarkan keluarga dan pasien tentang
langkah untuk mengatasi gejala syok
Syok Management
- Monitor fungsi neurologis
- Monitor fungsi renal
- Monitor tekanan nadi

27
- Monitor status cairan, input dan
output
- Cata gas darah arteri dan oksigen
dijaringan
- Monitor EKG, sesuai
- Memanfaatkan pemantauan jalur
arteri untuk meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan darah sesuai
- Menggambarkan gas darah arteri
dan memonitor jaringan oksigenasi
- Memantau tren dalam parameter
hemodinamik
- Memantau faktor penentu
pengiriman jaringan oksigen
- Memantau tingkat karbondioksida
sublingual dan tonometry lambung,
sesuai
- Memonitor gejala gagal pernafasan
- Monitor nilai laboratorium
- Masukkan dan memelihara besarnya
kobosanan akses IV
Kerusakan NOC: NIC:
integritaas jaringan - Tissue integrity: skin Pressure ulcer prevention wound
b.d nekrosis and mucous care
kerusakan jaringan - Wound healing: - Anjurkan pasien untuk
(nekrosis luka primary and menggunakan pakaian yang longgar
gangren) secondary intention - Jaga kulit agar tetap bersih dan
Kriteria Hasil: kering
Batasan - Perfusi jaringan - Mobilisasi pasien
Karakteristik: normal - Monitor kulit akan adanya
Kerusakan - Tidak ada tanda-tanda kemerahan

28
jaringan ( mis: infeksi - Oleskan lotion atau minyak / baby
kornea, membran - Ketebalan dan tekstur oil pada daerah yang tertekan
mukosa, kornea jaringan normal - Monitor aktivitas dan mobilisasi
integumen, - Menunjukkan pasien
subkutan) pemahaman dalam - Monitor status nutrisi pasien
proses perbaikan kulit - Memandikan pasien dengan sabun
Faktor yang dan mencegah dan air hangat
berhubungan: terjadinya cidera - Observasi luka : lokasi, dimensi,
Gangguan berulang kedalaman luka, jaringan nekrotik,
sirkulasi - Menunjukkan tanda-tanda infeksi lokal, formasi
Iritan zat kimia terjadinya proses traktus
Defisit cairan penyembuhan luka - Ajarkan keluarga tentang luka dan

Kelebihan cairan perawatan luka

Hambatan - Kolaborasi ahli gizi pemberian diet

mobilitas fisik TKTP (tinggi kalori tinggi protein)

Kurang - Cegah kontaminasi feses dan urine

pengetahuan - Lakukan teknik perawatan luka


dengan steril
Faktor mekanik
- Berikan posisi yang mengurangi
Faktor nutrisi
tekanan pada luka
Radiasi
- Hindari kerutan pada tempat tidur
Suhu ekstrem
Resiko infeksi b.d Noc : Nic :
trauma pada Immune status Infection control (kontrol infeksi)
jaringan, proses Knowledge: - Bersihkan lingkungan setelah
penyakit ( diabetes infection control dipakai pasien lain
mellitus ) Risk control - Pertahankan teknik isolasi
Resiko infeksi -
Kriteria hasil Batasi pengunjung bila perlu
Defenisi : Pasien bebas dari - Instuksikan pada pengunjung untuk
mengalami tanda dan gejala mencuci tangan saat berkunjung dan
peningkatan resiko infeksi setelah berkunjung meninggalkan
terserang Mendeskripsikan pasien

29
organisme proses penularan - Gunakan sabun antimikrobia untuk
patogenik penyakit, factor cuci tangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi - Cuci tangan setiap sebelum dan
resiko : penularan serta sesudah tindakan keperawatan
Penyakit kronis penatalaksanaannya - Gunakan baju,sarung tangan sebagai
- Diabetes Menunjukkan alat pelindung
mellitus kemampuan untuk - Pertahankan lingkuangan aseptik
- Obesitas mencegah timbulnya selama pemasangan alat
Pengetahuan infeksi - Ganti letak IV perifer dan line
yang tidak cukup Jumlah leukosit central dan dressing sesuai dengan
untuk dalam batas normal petunjuk umum
menghindari Menunjukkan - Gunakan kateter intermiten untuk
pemanjanan perilaku hidup sehat menurunkan infeksi kandung
patogen kencing tingkatkan intake nutrisi
Pertahanan tubuh - Berikan terapi antibiotik bila perlu
primer yang tidak Infection protection (proteksi
adekuat terhadap infeksi)
- Gangguan - Monitor tanda dan gejala infeksi
peristalsis sistemik dan lokal
- Kerusakan - Monitor hitung granulosit, WBC
integritas - Monitor kerentanan terhadap infeksi
kulit - Batasi pengunjung
(pemasangan - Sering pengunjung terhadap
kateter penyakit menular
intravena, - Pertahankan teknik asepsis pada
prosedur pasien yang beresiko
invasiv) - Pertahankan tekhnik isolasi k/p
- Perubahan - Berikan perawatan kulit pada area
sekresi Ph epidema
- Penurunan - Inspeksi kulit dan membran mukosa
kerja siliaris terhadap kemerahan,panas,drainase

30
- Pecah - Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
ketuban dini - Dorong masukkan nutrisi yang
- Pecah cukup
ketuban lama - Dorong masukan cairan
- Merokok - Dorong istrahat
- Sitasis cairan - Instuksikan pasien untuk minum
tubuh antibiotik sesuai resep
- Trauma - Ajarkan pasien dan keluarga tanda
jaringan dan gejala infeksi
(mis,trauma - Lapor kecurigaan infeksi
destruksi - Lapor kultur positif
jaringan)
Ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder
- Penurunan
hemoglobin
- Imunosupresi
(mis,imunita
s didapat
tidak
adekuat,agen
farmaseotikal
termasuk
iminosupresa
n, steroid
anti bodi
monokolonal
,imunomudul
ator)
- Supresi

31
respon
inflamasi
Vaksinasi tidak
adekuat
Pemajanan
terhadap
patogen
lingkungan
meningkat
- Wabah
Prosedur infasif
Malnutrisi

Retensi urine b.d Noc : Nic :


inkomplit Urinary elimination Urinary retention care
pengosongan Urinary continence - Monitor intake dan output
kandung kemih, Kriteria hasil - Monitor penggunaan obat
sfingter kuat dan Kandung kemih antikolionergik
poliuri kosong secara penuh - Monitor derajat distensi bladder
Faktor resiko Tidak ada residu - Instruksiakan pada pasien dan
Defenisi : urine >100-200 cc keluarga untuk mencatat output
pengosongan Bebas dari ISK urine
kandung kemih Tidak ada spasme - Sediakan privacy untuk eliminasi
tidak komplit bladder - Stimulasi refleks bladder dengan
Batasan kmpres dingin pada abdomen
Balance cairan
karakteristik - Katerisasi jika perlu
seimbang
Tidak ada - Monitor tanda dan gejala ISK
haluaran urine (panas,hematuria,perubahan bau dan
Distensi konsistensi urine)
kandung kemuh Urinary eliminationt management
Menetes

32
Disuria
Sering berkemih
Inkontinensia
aliran berlebih
Residu urine
Sensasi
kandung kemih
penuh
Berkemih
sedikit
Factor yang
berhubungan
Sumbatan
Tekanan ureter
tinggi
Inhibisi arkus
reflex
Sfingter kuat
Ketidakefektifan Noc : Nic :
perfusi jaringan Circulation status Peripheral sensation management
perifer b.d Tissue perfusion: (manajemen sensasi perifer)
penurunan sirkulasi cerebral - Monitor adanya daerah tertentu yang
darah Kriteria hasil hanya peka terhadap
keperifer,proses Mendemonstrasikan panas/dingin/tajam/tumpul
penyakit(DM) status sirkulasi yang - Monitor adanya paretese
Resiko infeksi ditandai dengan : - Instruksikan keluarga untuk
Defenisi : Tekanan systole dan mengobservasi kulit jika ada isi atau
penurunan sirkulasi diastole dalam laserasi
darah ke perifer rentang yang - Gunakan sarung tangan untuk
yang dapat diharapkan proteksi
mengganggu Tidak ada ortastik - Batasi gerakan pada kepala,leher

33
kesehatan hipertensi dan punggung
Batasan Tidak ada tanda-tanda - Monitor kemampuan BAB
karakteristik peningkatan tekanan - Kolaborasi pemberian analgetik
Tidak ada nadi intrakranial (tidak - Monitor adanya tromboplebitis
Perubahan lebih dari 15 mmHg) - Diskusikan mengenai penyebab
fungsi motorik Mendemonstrasikan perubahan sensasi
Perubahan kemampuan kognitif
karakteristik yang ditandai dengan :
kulit Berkomunikasi
(warna,elastisita dengan jelas dan
s,rambut,kelem sesuai dengan
bapan,kuk,sensa kemampuan
si,suhu) Menunjukkan
Indek ankel perhatian,
brakhial <0.90 konsentrasi, dan
Perubahan orientasi
tekanan darah Memproses informasi
diekstermitas Membuat keputusan
Waktu dengan benar
pengisian Menunjukkan fungsi
kapiler >3 detik sensori motori cranial
Klaudikasi yang utuh : tingkat
Warna tidak kesadaran membaik,
kembali tidak ada gerakan-
ketungkai saat gerakan involunter
tungkai
diturunkan
Kelambatan
penyembuhan
luka perifer
Penurunan nadi

34
Edema
Nyeri
ekstermitas
Bruit femoral
Pemendekan
jarak total yang
ditempuh dalam
uji berjalan 6
menit
Pemendekan
jarak bebas
nyeri yang
ditempuh dalam
uji berjalan 6
menit
Perestesia
Warna kulit
pucat saat
elevasi
Factor yang
berhubungan
Kurang
pengetahuan
tentang faktor
pemberat
(mis,merokok,g
aya hidup
menonton,traum
a,obesitas,asupa
n garam,
imobilitas)

35
Kurang
pengetahuan
tentang proses
penyakit (mis,
diabetes,hiperlip
idemia)
Diabetes
mellitus
Hipertensi
Gaya hidup
menonton
merokok

Resiko Noc : Nic :


ketidakseimbangan Fluid balance Fluid management
elektrolit b.d gejala Hydration - Timbang popok/pembalut jika
poliuria dan Nutritional status : diperlukan
dehidrasi food and fluid - Pertahankan catatan intake dan
Resiko infeksi Intake output yang akurat
Defenisi : beresiko Kriteria hasil : - Monitor status hidrasi (kelembaban
mengalami Mempertahankan membran mukosa,nadi adekuat,
perubahan kadar urine output sesuai terkena darah ortostatik) jika
elektrolit serum dengan usia dan BB, diperlukan
yang dapat BJ urine normal, HT - Monitor vital sign
mengganggu normal - Monitor masukan makanan/cairan
kesehatan Tekanan darah, nadi, dan hitung intake kalori harian
Faktor resiko suhu tubuh dalam - Kolaborasikan pemberian cairan IV
Defisiensi batas normal - Monitor status nutrisi
volume cairan - Berikan cairan IV pada suhu
Tidak ada tanda-tanda
Diare dehidrasi, elastisitas ruangan
Disfungsi turgor kulit baik,
- Dorong masukan oral

36
endokrin membran mukosa - Berikan penggantian nesogatrik
Kelebihan lembab, tidak ada rasa sesuai output
volume cairan haus yang berlebihan - Dorong keluarga untuk membantu
Gangguan pasien makan
mekanisme - Tawarkan snack (jus buah, buah
regulasi (mis, segar
diabetes,isipidus, - Kolaborasi dokter jika tanda cairan
sindrom berlebih muncul memburuk
ketidaktepatan - Atur kemungkinan transfusi
sekresi hormon - Persiapan untuk transfusi
antidiuretik) Hypovolemia management
Disfungsi ginjal - Monitor status cairan termasuk

Efek samping intake dan output cairan

obat (mis, - Pelihara IV line

medikasi, drain) - Monitor tingkat Hb dan hematokrit

Muntah - Monitor tanda vital


- Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk menambaha
intake oral
- Pemberian cairan IV monitor adanya
tanda dan gejala kelebihan volume
cairan
- Monitor adanya tanda gagal ginjal
Keletihan Noc : Nic :
Defenisi : rasa letih Endurance Energy management
luar biasa dan Concentration - Observasi adanya pembatasan
penurunan Energy conservation pasien dalam melakukan aktifitas
kapasitas kerja fisik Nutritional status : - Dorong anak untuk mengungkapkan
dan jiwa pada energy perasaan terhadap keterbatasan

37
tingkat yang Kriteria hasil - Kaji adanya faktor yang
biasanya secara a. Memverbalisasikan menyebabkan kelelahan
terus-menerus peningkatan energy - Monitor nutrisi dan sumber enrgy
Batasan dan merasa lebih baik uang adekuat
karakteristik b. Me - Monitor pasien akan adanya
Gangguan njelaskan penggunaan kelelahan fisik dan emosi secara
konsentrasi energy untuk berlebihan
Gangguan libido mengatasi kelelahan - Monitor respon kardiovaskuler
Penurunan c. Kecemasan menurun terhadap aktifitas
performa d. Glu - Monitor pola tidur dan lamanya

Kurang minata kosa darah adekuat tidur/istrahat pasien

terhadap sekitar e. Kualitas hidup - Dukung pasien dan keluarga untuk

Mengantuk meningkat mengungkapkan perasaan,

Peningkatan f. Istrahat cukup berhubungan dengan perubahan

keluhan fisik g. Me hidup yang disebabkan keletihan


mpertahankan - Bantu aktivitas sehari-hari sesuai
Peningkatan
kemampuan untuk dengan kebutuhan
kebutuhan
berkonsentrasi - Tingkatkan tirah baring dan
istrahat
pembatasan aktivitas (tingkatkan
Introspeksi
periode istrahat)
Kurang energi
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk
Letargi
meningkatkan asupan makanan yang
Lesu
bernergi tinggi
Persepsimembutu
Behavior management
hkan energi
Activity terapy
tambahan untuk
Energy management
menyelesaikan
Nutrition management
tugas rutin
Mengatakan
kurang nergi
yang luar biasa
Mengatakan

38
kurang energi
yang tidak
kunjung reda
Mengatakan
perasaan lelah
Merasa bersalah
karena tidak
dapat
menjalankan
tanggung jawab
Mengatakan tidak
mampu
mempertahankan
aktifitas fisik
pada tingkat yang
biasanya
Mengatakan tidak
mampu
mempertahankan
rutinitas yang
biasanya
Mengatakan tidak
mampu
memulihkan
energi, setelah
tidur sekalipun
Faktor yang
berhubungan
Psikologis
- Ansietas,
depresi

39
- Mengatakan
gaya hidup
membosankan,
stres
Fisiologis
- Anemia, status
penyakit
- Peningkatan
kelemahan fisik
- Malnutrisi,
kondisi fisik
buruk
- Kehamilan,
deprivasi tidur
Lingkungan
- Kelembapan,
suhu, cahaya,
kebisingan
Situasional
- Peristiwa hidup
negatif
- pekerjaan

40
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

A. Data Klinis
Nama : Tn. S
No rekam medis : 07-02-33
Usia : 58 tahun
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sopir
Alamat : Silaiang Bawah
Sumber Biaya : BPJS
Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga
Waktu MRS : 26 April 2017/ 08.00 WIB
Waktu Pengkajian : 26 April 2017/ 17.00 WIB
Ruang / kelas : Sitti Mukmin / 1
Catat kedatangan : Kursi roda
Dx. Medis : Diabetes type II

Keluhan Utama :
Badan terasa lemas, letih, pusing mual

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengatakan badannya terasa lemas, sejak 2 hari yang lalu, mual ,muntah nafsu
makannya menurun sejak 2 hari yang lalu pula, GDR klien 537.

TB/BB : 163 cm / 55 kg
SUHU : 36,5oC
NADI : 82 x/i / Teratur
TD : 110/80 mmHg

41
Riwayat Penyakit Dahulu :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sebelumnya pernah di rawat di RSI Padang
Panjang pada bulan Januari 2017 dengan penyakit yang sama Dm Tipe II, mendapatkan
Noverapid 12 unit 3x sehari, Levemir 12 unit 3x sehari.

Orang yang bisa dihubungi/telp : Anatia Rosi (Anak) / 08127311----

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga mengatakan kalau dalam keluarga pasien tidak memiliki penyakit yang sama,
serta dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit turunan dan menular.
Genogram :

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Pasien

Meninggal

--- Tinggal serumah

POLA PERSEPSI DAN PENANGANA KESEHATAN

Persepsi terhadap penyakit :


Pasien memahami penyebab, penanganan, serta perawatan terhadap penyakit DM type II
yang dideritanya.

Penggunaan
Tembakau : Ya. / 1-2 bks/hari
Alkohol : Tidak
Obat-obatan lain : Tidak
Alergi (obat-obatan, makanan, plester, zat warna) : Tidak ada

42
POLA NUTRISI DAN METABOLISME
Diet / suplemen khusus : MLDD 1700kkal
Intruksi diet sebelumnya : Ya.
Nafsu makan : Menurun. Mual. Muntah.
Porsi : dari porsi
Gigi : Atas : Lengkap
Bawah : Lengkap
Perubahan berat badan 6 terakhir 5 kg
Riwayat masalah kulit/penyembuhan : Tidak ada
Gambaran diet pasien dalam sehari:
Makan pagi : 65 gr karbohidrat, 21 gr protein, 16 gr lemak
Makan siang : 80 gr karbohidrat, 21 gr protein, 16 gr lemak
Makan malam : 80 gr karbohidrat, 21 gr protein, 16 gr lemak
Pantangan/alergi :
Sumber protein hewani (keju, abon, dendeng, susu fullcream)
Buah-buahan yang manis dan diawetkan(durian, nangka, alpukat, kurma, manisan buah)
Minumam(beralkohol, susu kental manis, soft drink, es krim, youngart,dll)
Makanan-makanan yang manis (cake, dodol, coklat, permen, tape, mayunaise, dll)
POLA ELIMINASI

Kebiasaan defekasi : Normal


Kebiasaan berkemih : Poliuria
Alat bantu : Tidak

POLA AKTIVITAS/OLAHRAGA

Kemampuan Perawatan Diri


Skor :

1. mandiri
2. alat Bantu
3. dibantu orang lain dan alat
4. tergantung atau tidak mampu

43
SMRS MRS

Mandi 1 1

Berpakaian/dandan 1 1

Toileting/eliminasi 1 1

Mobilitas di tempat tidur 1 1

Berpindah 1 1

Berjalan 1 3

Naik tangga 1 3

Berbelanja 1 3

Memasak 1 3

Pemeliharaan rumah 1 3

Alat bantu berupa : Tidak memakai alat bantu

Kekuatan otot : Melemah sejak sakit

Keluhan saat beraktivitas : Cepat merasa lelah

PERSONAL HYGIENE

Aktifitas SMRS MRS


Mandi 2 x/hari 1 x/hari
Keramas 2 x/minggu Tidak ada
Ganti pakaian 2 x/hari 1 x/hari
Menyikat gigi 1 x/sehari 1 x/hari
Memotong kuku 2 x/bulan Tidak ada

POLA ISTIRAHAT/TIDUR

44
Kebiasaan : 10 jam/malam

Merasa segar setelah tidur : Tidak.

Masalah-masalah : Tidak ada

POLA KOGNITIF-PRESEPSI

Status mental : Sadar

Bicara : Normal

Bahasa sehari-hari : Minang

Kemampuan membaca bahasa Indonesia : Ya.

Kemampuan berkomunikasi : Ya.

Kemampuan memahami : Ya.

Tingkat ansietas : Sedang

Keterampilan interaksi: Tepat

Pendengaran : Normal

POLA KOPING-TOLERANSI STRESS

Perawatan tentang diri dirumah sakit atau penyakit (finansial, perawatan diri):

Biaya perawatan ditanggung BPJS. Pasien melakukan perawatan diri dibantu oleh
keluarga.

Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : Tidak.

Hal yang dilakukan saat ada masalah : Memusyawarahkan dengan keluarga

Penggunaan obat untuk menghilangkan stress: Tidak ada.

Keadaan emosi dalam sehari-hari : Santai

45
POLA KEYAKINAN-NILAI

Agama : Islam

Pantangan keagamaan : Tidak ada

Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien sangat berpedoman pada agamanya dalam
kehidupan sehari-hari.

Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini: Tidak

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Data Laboratorium

Tanggal 26 April 2017

Gula darah random : 537

Tanggal 26 April 2017 Normal

Hb : 13,9 gr% Pria 13-16 gr%

Wanita 10- 12 gr%

Leukosit : 12.000/m3 5.000-10.000/m3

Trombosit : 347.000 150.000-450.000

Hematoktrik : 40,2% Pria 40-48 %

Wanita 37-43 %

Gula random : 537 gr/100 ml 50-150 mg/dl

Kalium :5,22 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L

46
Natrium : 135,07 mmol/L 135-153 mmol/L

Klrorida :95,50 mmol/L 98-109 mmol/L

PEMERIKSAAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang

Tanda Vital : TD : 110/80 mmhg

S : 36,5 N : 82x/menit

RR : 23x/menit

Antopometri : TB : 163 cm

BB : 55 kg

Kepala

Inspeksi

Keadaaan rambut & hygiene : Kebersihan kurang

Warna rambut : Hitam sedikit beruban

Penyebaran : Merata

Mudah rontok : Tidak

Kebersihan rambut : Kebersihan kurang

Palpasi

Benjolan : Tidak ada

Nyeri tekan : Tidak ada

Tekstur rambut : Halus

Muka

Inspeksi

Simetris : Simetris

47
Bentuk wajah : Bulat lonjong

Gerakan abnormal :Tidak ada

Ekspresi wajah : Normal

Palpasi

Nyeri tekan : Tidak ada

Data lain : Tidak ada

Mata

Inspeksi

Palpebra :Tidak ada udema

Sclera :Tidak ikterik

Conjungtiva :Tidak anemis

Pupil : Isokor

Posisi mata : Simetris

Gerakan bola mata : Normal

Penutupan kelopak mata : Normal

Keadaan bulu mata :Normal

Keadaan visus : Normal

Penglihatan : Normal

Palpasi

Tekanan bola mata : Tidak ada

Data lain : Tidak ada

Hidung dan sinus

Inspeksi

48
Posisi hidung : Simetris

Bentuk hidung : Simetris

Keadaan septum : Di tengah

Secret / cairan : Tidak ada

Data lain : Tidak ada

Telinga
Inspeksi
Posisi telinga :Simetris
Ukuran / bentuk telinga : Normal
Aurikel : Normal
Lubang telinga : Bersih
Pemakaian alat bantu : Tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : Tidak ada
Mulut : Tidak berbau
Inspeksi
Gigi : Ada karies
Gusi : Tidak meradang
Lidah : Tidak kotor
Bibir : Tidak pucat
Data lain : Tidak ada
Tenggorokkan
Warna mukosa : Merah muda
Nyeri tekan : Tidak ada
Nyeri menelan : Tidak ada
Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi
Kelenjar thyroid : Tidak teraba kelenjar thyroid
Kaku kuduk : Tidak ada kaku kuduk
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

49
Data lain : Tidak ada
Thorax dan pernapasan
Bentuk dada : Simetris
Irama pernafasan : Reguler
Pengembangan diwaktu bernapas : Normal
Tipe pernapasan : Pernafasan dada
Data lain : Tidak ada
Palpasi

Vokal fremitus : Sama getaran kiri dan kanan


Massa / nyeri : Tidak ada
Auskultrasi
Suara nafas : Vesikuler
Bronchovesikuler
Suara tambahan : Tidak ada
Perkusi
Redup/pekak/hypersonor/tympani : Hypersonor
Data lain : Tidak ada
Jantung
Palpasi
Ictus cordis : Mid Clavicula ICS 5
Perkusi
Pembesaran jantung : Tidak ada
Auskultrasi
BJ I : LUP
BJ II :DUP
Bunyi jantung tambahan : Tidak ada bunyi jantung tambahan
Data lain : Tidak ada
Abdomen
Inspeksi
Membucit : Tidak membuncit
Ada luka / tidak : Tidak ada luka
Palpasi
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba

50
Nyeri tekan : Tidak ada
Auskultrasi
Peristaltik
Perkusi
Tympani : Normal
Redup : Normal
Data lain : Tidak ada
Genetalia dan anus : Bersih
Ekstremitas atas
Motorik
- Pergerakkan kanan/kiri : Normal
- Pergerakkan abnormal : Tidak ada
- Kekuatan otot kanan/kiri : Normal
- Tonus otot kanan/kiri : Normal
- Koordinasi gerak : Normal
Refleks
- Biceps kanan/kiri : Normal
- Triceps kanan/kiri : Normal
Sensori
- Nyeri : Normal
- Rangsangan suhu : Normal
- Rasa Raba : Normal
Ekstremitas bawah
Motorik
- Gaya berjalan : Normal
- Kekuatan kanan/kiri : Melemah
- Tonus otot kanan/kiri : Melemah
Refleks
- KPR kanan/kiri : Normal
- APR kanan/kiri : Normal
- Babinsky kanan/kiri : Normal
Sensori
- Nyeri : Tidak nyeri
- Rangsangan suhu : Normal
- Rasa raba : Normal

51
Data lain : Tidak ada
Status neurologi : Normal
Saraf - saraf cranial : Normal
Nervus I (Olfactorius) : Normal
Nervus II (Opticus) : Normal
Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, trochlearis, abducens)
- Konstriksi pupil : Normal
- Gerakan kelopak mata : Tidak cepat tidak lambat
- Pergerakan bola mata : Normal
- Pergerakan mata ke bawah & dalam : Normal
Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas/sensori : Normal
- Refleks dagu : Normal
- Refleks cornea : Normal
Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : Normal
- Pengecapan 2/3 lidah bagian depan : Normal
Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : Normal
Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : Normal
- Refleks muntah : Normal
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : Normal
- Suara : Normal
Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan ke kana/kiri : Normal
- Mengangkat bahu : Normal
Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : Normal
Tanda tanda peradangan selaput otak
- Kaku Kuduk : Tidak ada kaku kuduk
- Kernig Sign : Normal
- Refleks Brudzinski : Normal
- Refleks Lasegu : Normal
Data Lain : Normal

52
Obat obatan Dosis Frekuensi Indikasi
(Resep/Obat bebas)
Terapi infus RL 500 ml 12 Jam / Kolf Mempertahankan cairan dan
elektrolit
Nevorapid 14 Iu 3x 14 Iu Terapi Diabetes Melitus
jam AC
Levemir 12 Iu 1x12 Iu 22 Terapi Dibetes Melitus
Jam
Ondansetron 4 mg 2x4 mg Membantu mengurangi mual
muntah
Ranitidin 50 mg 2x50 mg Mengurangi produksi asam
lambung atau rasa nyeri

53
B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Gangguan keseimbangan insulin, Ketidakseimbang
Pasien makanan dan aktifitas jasmani an nutrisi kurang
mengatakan dari kebutuhan
kepala terasa tubuh
pusing, mual,
nafsu makan
menurun.
Pasien
mengatakan ia
merasa berat
badanya
berkurang.
Sebelumnya BB
klien 60 kg, BB
klien sekarang
55 kg
Keluarga pasien
mengatakan
kurangnya minat
pasien terhadp
makanan, klien
hanya
menghabiskan
dari porsi yang
diberikan

54
DO :
GDR : 226 mg/dl
Terapi Insulin :
12 Iu
DS : Penurunan produksi energi Keletihan
Pasien
mengatakan
badanya terasa
lemah, letih.
Pasien
mengatakan ia
sering
mengantuk dan
tidak merasa
segar setelah
bangun
Pasien
mengatakan
keletihan yang
tak kunjung reda

DO :
Pasien tampak
lesu dan
mengantuk
Pasien tampak
kurang
berkonsentrasi
TTV
TD : 110/80
mmHg
N : 82 x/i

55
RR : 20 x/i

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktifitas jasmani.
2. Keletihan b.d penurunan produksi energi

56
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. S
No MR : 07-02-33
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Aktivitas
o Keperawata (NOC) (NIC)
n
1 Ketidakseimba NOC: NIC: Aktivitas:
ngan nutrisi 1. Nutritional status 1. Nutriti 1. Kaji adanya
kurang dari 2. Nutritional status: Food on alergi makanan
kebutuhan and Fluid intake manag 2. Kolaborasi
tubuh b.d 3. Nutritional status: nutrient ement dengan ahli
gangguan intake gizi untuk
keseimbangan 4. Weight control menentukan
insulin, Kriteria Hasil : jumlah kalori
makanan dan a. Adanya peningkatan BB dan nutrisi
aktifitas sesuai dengan tujuan yang
jasmani b. BB ideal sesuai dengan dibutuhkan
TB pasien
c. Mampu mengidentifikasi 3. Yakinkan diet
kebutuhan nutrisi yang dimakan
d. Tidak ada tanda-tanda mengandung
malnutrisi tinggi serat
e. Menunjukkan untuk
peningkatan fungsi mencegah
pengecapan dari menelan konstipasi
f. Tidak terjadi penurunan 4. Berikan
BB yang berarti makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli
gizi)

57
5. Monitor
jumlah nutrisi
dan kandungan
kalori
6. Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
tubuh
7. Monitor
adanya
penurunan BB
8. Monitor tipe
dan jumlah
aktifitas yang
biasa dilakukan
9. Monitor
lingkungan
selama makan
10. Monitor
kulit kering
ddan
perubahan
pigmentasi,
turgor kulit,
rambut kusam
dan mudah
patah
11. Monitor
2. Nutriti mual dan
on muntah
Monito 12. Monitor,

58
ring Hb dan kadar
Ht

13. Monitor
pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
14. Monitor
kalori dan
intake nutrisi
2 Keletihan NOC : NIC : 1. Kaji
b.d 1. Endurance Energy adanya
penurunan 2. Concentration management faktor
produksi 3. Energy conservation yang
energi 4. Nutritional status : menyeba
energy bkan
Kriteria hasil kelelahan
a. Memverbalisasikan 2. Monitor
peningkatan energy dan nutrisi
merasa lebih baik dan
b. Menjela sumber
skan penggunaan energy enrgy
untuk mengatasi kelelahan uang
c. Kecemasan menurun adekuat
d. Glukosa 3. Monitor
darah adekuat pasien
e. Kualitas hidup meningkat akan
f. Istrahat cukup Behavior adanya
g. Memper management kelelahan
tahankan kemampuan Activity fisik dan

59
untuk berkonsentrasi terapy emosi
Energy secara
management berlebiha
Nutrition n
management 4. Monitor
respon
kardiovas
kuler
terhadap
aktifitas
5. Monitor
pola tidur
dan
lamanya
tidur/istra
hat
pasien
6. Bantu
aktivitas
sehari-
hari
sesuai
dengan
kebutuha
n
7. Tingkatk
an tirah
baring
dan
pembatas
an
aktivitas

60
(tingkatk
an
periode
istrahat)
8. Konsultas
i dengan
ahli gizi
untuk
meningka
tkan
asupan
makanan
yang
bernergi
tinggi

61
CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari / Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Tanggal Keperawatan Perawat
1 Rabu / Ketidakseimb 1. Mengkaji adanya S:
26 April angan nutrisi alergi makanan ( - Pasien
2017 kurang dari klien tidak memiliki mengatak
kebutuhan alergi makanan an nafsu
tubuh tertentu ) makan
2. Kolaborasi dengan menurun
ahli gizi untuk - Pasien
menentukan jumlah mengatak
kalori dan nutrisi an setiap
yang dibutuhkan sesudah
pasien ( makan dia
menentukan diet muntah
yang tepat bagi klien O :
) - Pasien
3. Meyakinkan diet tampak
yang dimakan menghabi
mengandung tinggi skan
serat untuk makanann
mencegah konstipasi ya hanya

(koaborasi dengan dari
ahli gizi ) porsi yang
4. Memberikan diberikan
makanan yang - Pasien
terpilih (sesuai terlihat
dengan yang telah lemas
dikonsultasikan - Hb 13,9
pada ahli gizi) g/dl
5. Memonitor jumlah - GDR 226

62
nutrisi dan gr%
kandungan kalori ( - Terapi
menyesuaikan insulin 12
dengan kebutuhan Iu
tubuh ) - Kebutuha
6. Memerikan n nutrisi
informasi tentang terpenuhi
kebutuhan tubuh dan tidak
pasien ( klien ada tanda-
membutuhkan 1700 tanda
kkal) malnutrisi
7. Memonitor adanya - BB 55 kg
penurunan BB (BMI =
(adanya penurunan 56,7 kg)
BB 5 kg selama
klien sakit ) A:
8. Memonitor Masalah
lingkungan selama belum
maka( adanya teratasi
peningkatan nafsu P:
makan klien saat Intervensi
lingkungan keperawatan
sekitarnya nyaman ) no 2, 4, 6, 7,
9. Memonitor kulit 8, 9, 10, 11,
kering dan dan 13
perubahan dilanjutkan
pigmentasi, turgor
kulit, rambut kusam
dan mudah patah (
kulit klien kering,
turgor kulit kurang
baik)

63
10. Memonitor
mual dan muntah (
klien mengalami
mual muntah )
11. Memonitor
Hb dan kadar Ht
(Hb 13,9 rg %, Ht
40,2 % )
12. Memonitor
pucat, kemerahan
dan kekeringan
jaringan konjungtiva
(klien pucat, kulit
kering )
13. Memonitor
kalori dan intake
nutrisi ( 1700 kkal)
Keletihan 1. Mengkaji S:
adanya faktor
-Pasien
yang
mengatakan
menyebabkan
badanya
kelelahan (
terasa lemah,
kelelahan
letih
disebakan oleh
GDR diatas -Pasien
normal ) mengatakan
2. Memonitor ia sering
nutrisi dan mengantuk
sumber energi dan tidak
yang adekuat merasa segar
(komposisi diit setelah
klien 60-70 %

64
karbohidrat, bangun
10-15 %
O:
protein, 20-25
% lemak ) * -Pasien
Konsensus tampak lesu
Endokrinologi dan
Indonesia mengantuk
PERKENI
-TD : 110/80
3. Memonitor
mmHg
pasien akan
adanya -N : 82 x/i
kelelahan fisik
-RR : 20 x/i
dan emosi
A : masalah
secara
belum
berlebihan(
teratasi
membatasi
P : intervensi
aktivitas klien
2, 5, 6, dan 7
selama di RS,
dilanjutkan
menberikan
lingkungan
yang nyaman)
4. Memonitor
pola tidur dan
lamanya
tidur/istrahat
pasien ( klien
tidur malam 8
jam, siang 1
jam)
5. Membantu
aktivitas
sehari-hari

65
sesuai dengan
kebutuhan (
membantu
klien dalam
perawatan diri
selama sakit)
6. Meningkatkan
tirah baring
dan
pembatasan
aktivitas
(tingkatkan
periode
istrahat)
7. Mengonsultasi
dengan ahli
gizi untuk
meningkatkan
asupan
makanan yang
bernergi tinggi
(komposisi diit
klien 60-70 %
karbohidrat,
10-15 %
protein, 20-25
% lemak) *
Konsensus
Endokrinologi
Indonesia
PERKENI

66
No Hari / Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawatan Perawat
1 Kamis / Ketidakseimb 1. Kolaborasi dengan S:
27 April angan nutrisi ahli gizi untuk - Pasien
2017 kurang dari menentukan jumlah mengatakan
kebutuhan kalori dan nutrisi nafsu
tubuh yang dibutuhkan makan
pasien (menentukan menurun
diet yang tepat bagi - Pasien
klien) mengatakan
2. Memberikan sudah tidak
makanan yang muntahdan
terpilih (sesuai mual sudah
dengan yang telah berkurang
dikonsultasikan O:
pada ahli gizi) - Pasien
3. Memerikan tampak
informasi tentang hanya
kebutuhan tubuh menghabisk

(klien membutuhkan an dari
1700 kkal) porsi yang
4. Memonitor diberikan
lingkungan selama - Pasien
makan (adanya terlihat
peningkatan nafsu lemas
makan klien saat - GDR 381
lingkungan gr%
sekitarnya nyaman) - Terapi
5. Memonitor mual insulin 14
dan muntah ( mual Iu

67
muntah mulai
berkurang ) A:
6. Memonitor kalori Masalah
dan intake nutrisi belum teratasi
(1700 kkal) P:
Intervensi
keperawatan
no 1, 2, 4, 5, 6
dan 7
dilanjutkan
Keletihan 1. Memonitor S:
nutrisi dan
-Pasien
sumber energi
mengatakan
yang adekuat
badanya terasa
(komposisi diit
lemah, letih
klien 60-70 %
karbohidrat, O:
10-15 %
-Pasien
protein, 20-25
tampak lesu
% lemak ) *
Konsensus -TD : 120/80
Endokrinologi mmHg
Indonesia
-N : 76 x/i
PERKENI
2. Memonitor -RR : 18 x/i
pola tidur dan A : masalah
lamanya belum teratasi
tidur/istrahat P : intervensi
pasien (klien 1, 2, 3,4 dan 5
tidur malam 8 dilanjutkan
jam, siang 1
jam)

68
3. Membantu
aktivitas
sehari-hari
sesuai dengan
kebutuhan
(membantu
klien dalam
perawatan diri
selama sakit)
4. Meningkatkan
tirah baring
dan
pembatasan
aktivitas
(tingkatkan
periode
istrahat)

No Hari / Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Tanggal Keperawatan Perawat
1 Jumat / Ketidakseimb 1. Kolaborasi dengan S:
28 April angan nutrisi ahli gizi untuk - Pasien
2017 kurang dari menentukan jumlah mengatakan
kebutuhan kalori dan nutrisi nafsu
tubuh yang dibutuhkan makan

69
pasien (menentukan meningkat
diet yang tepat bagi - Pasien
klien) mengatakan
2. Memberikan sudah tidak
makanan yang mual
terpilih (sesuai O:
dengan yang telah - Pasien
dikonsultasikan tampak
pada ahli gizi) menghabisk
3. Memonitor an makan
lingkungan selama - Pasien
makan (adanya tidak
peningkatan nafsu terkihat
makan klien saat letih
lingkungan - GDR 187
sekitarnya nyaman) gr%
4. Memonitor mual - Terapi
dan muntah ( klien insulin 6 Iu
sudah tidak mual
muntah ) A:
5. Memonitor kalori Masalah
dan intake nutrisi belum teratasi
(1700 kkal) P:
Intervensi
keperawatan
no 1, 2, dan 5
dilanjutkan
Keletihan 1. Memonitor S:
nutrisi dan
-Pasien
sumber energi
mengatakan
yang adekuat
badannya
(komposisi diit

70
klien 60-70 % sudah tidak
karbohidrat, letih
10-15 %
-Pasien
protein, 20-25
mengatakan
% lemak ) *
merasa segar
Konsensus
setelah bangun
Endokrinologi
Indonesia O:
PERKENI)
-Pasien
2. Memonitor
tampak relaks
pola tidur dan
lamanya - Pasien dapat
tidur/istrahat beristirahat
pasien (klien dengan cukup
tidur malam 8 ( 22.00-05.30)
jam, siang 1
-TD : 120/80
jam)
mmHg
3. Membantu
aktivitas -N : 78 x/i
sehari-hari
-RR : 18 x/i
sesuai dengan
A : masalah
kebutuhan
belum teratasi
(membantu
P : intervensi
klien dalam
1, 2, 3, dan 4
perawatan diri
dilanjutkan
selama sakit)
4. Meningkatkan
tirah baring
dan
pembatasan
aktivitas
(tingkatkan

71
periode
istrahat)

No Hari / Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Tanggal Keperawatan Perawat
1 Sabtu / Ketidakseimb 1. Kolaborasi dengan S:
29 April angan nutrisi ahli gizi untuk - Pasien
2017 kurang dari menentukan jumlah mengatakan
kebutuhan kalori dan nutrisi nafsu
tubuh yang dibutuhkan makan
pasien (menentukan meningkat
diet yang tepat bagi - Pasien
klien) mengatakan
2. Memberikan sudah tidak
makanan yang mual
terpilih (sudah O:
dikonsultasikan - Pasien
dengan ahli gizi) tampak
3. Memonitor menghabisk
lingkungan selama an makan
makan (adanya - Pasien
peningkatan nafsu tidak
makan klien saat terlihat
lingkungan letih
sekitarnya nyaman) - GDR 169
4. Memonitor kalori gr%
dan intake nutrisi - Terapi
(1700 kkal) insulin 6 Iu

A:
Masalah

72
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Keletihan 1. Memonitor S:
nutrisi dan
-Pasien
sumber energi
mengatakan
yang adekuat
badannya
(komposisi diit
sudah tidak
klien 60-70 %
letih
karbohidrat,
10-15 % O:
protein, 20-25
-Pasien
% lemak) *
tampak relaks
Konsensus
Endokrinologi -pasien
Indonesia tampak dapat
PERKENI melakukan
2. Memonitor aktivitas
pola tidur dan sehari-hari,
lamanya perawatan diri
tidur/istrahat dan beribadah
pasien (klien dengan baik
tidur malam 8
-TD : 120/80
jam, siang 1
mmHg
jam)
3. Membantu -N : 80 x/i
aktivitas
-RR : 18 x/i
sehari-hari
A : masalah
sesuai dengan
teratasi
kebutuhan
P : intervensi
(membantu
dihentikan

73
klien dalam
perawatan diri
selama sakit)
4. Meningkatkan
tirah baring
dan
pembatasan
aktivitas
(tingkatkan
periode
istrahat)

74
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.S di


ruangan siti mukmin RSI Yarsi Padang Panjang didapatkan pembahasan sebagai
berikut :
A. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian, Tn.S berusia 57 tahun masuk keruangan
siti mukmin dengan badan terasa lemas, letih, mual, muntah dan nafsu
makan berkurang sejak 2 hari. Dan data dari penggunaan tembakau didapat
bahwa pasien menggunakan tembakau 1-2 bungkus/hari dan berhenti 1
tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukan TD :
110/80 mmHg, Nadi : 82 x/i, Pernafasan ; 23 x/i dan Suhu : 36,5 0C.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di RSI Yarsi Padang Panjang dengan
riwayat DM Tipy II, dapat Noveraped 12 unit 3x sehari dan levermir 12 unit
3x sehari. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki
riwayat DM, peyakit keturunan dan penyakit menular.
Diabetes Mellitus Tipe II adalah defek sekresi insulin, dimana
pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan glukosa plasma yang normal, sehingga terjadi
hiperglikemia yang disebabkan insensitifitas seluler akibat insulin.
(Elizabeth J Corwin, 2009)
Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi,
kadar insulin tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga
gagal membawa glukosa masuk dalam sel, akibatnya terjadi gangguan
transport glukosa yang dijadikan sebagai bahan bakar metabolisme energi.
(FKUI, 2011)
Hasil Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 13,9%,leukosit
12.000/m3, trombosit 347.000, hematokrit 40,2%, GDR 537gr%, K 5,22
mmol/L, Na 135,07 mmol/L, Cl 95,50 mmol/L.

75
Gejala klinis yang dialami pasien badan lemas,letih,mengantuk,kepala
pusing dan nafsu makan menurun, mual (+),muntah (+), berat badan
menurun 5kg GDR meningkat. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa tanda dan gejala pasien dengan Diabetes Mellitus Type
II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi, kadar insulin tinggi atau
normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa
masuk dalam sel, akibatnya terjadi gangguan transport glukosa yang
dijadikan sebagai bahan bakar metabolisme energi. (FKUI, 2011)
Untuk memperbaiki kadar glukosa dalam darah maka pasien
mendapatkan infus RL 12 j/k, Nevorapid 14 unit 3x1, Levemir 12 unit 1x1,
Ondansetron 2x1, dan Ranitidin 2x1.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosa teori didapatkan :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
2. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh,
hipovolemia
3. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan
(nkerosis luka gangren)
4. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes
melitus)
5. Retensi urineb.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter
kuat dan poliuri
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi
darah keperifer, proses penyakit (DM)
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuria dan
dehidrasi
8. Keletihan b.d penurunan produksi energi

Sedangkan pada kasus Tn.S didapatkan diagnosa:

76
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktifitas jasmani.
2. Keletihan b.d penurunan produksi energi
Kami mengangkat diagnosa pada kasus Tn.S sesuai dengan keluhan hasil
observasi .
C. Rencana Keperawatan
Dalam penyusunan rencana keperawatan penulis menggunakan
rencana keperawatan berdasarkan standar NIC-NOC NANDA dan
DOENGOES. Dalam hal ini setiap rencana keperawatan dikembangkan
berdasarkan teori yang didapat ada beberapa yang tidak diterima dan sesuai
dengan kondisi pasien yaitu yakinkan diet yang dimakan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi, monitor adanya penurunan BB , dan monitor respons
kardiovaskuler terhadap aktivitas
D. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan juga dilakukan sesuai
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun tetapi ada beberapa kendala
seperti memonitor lingkungan selama makanan, memonitor tipe dan jumlah
aktivitas yang dilakukan dan memonitor respon kardiovaskular terhadap
aktivitas.

E. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan dari tanggal 2629 April
2017. Tn.S telah mengalami kemajuan. Keadaan umun Tn. S
menunjukkan keadan umum sedang dengan tingkat kesadaran Compos
Mentis. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
mengalami kemajuan berupa kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien
tampak menghabiskan makan, pasien tidak terlihat letih, GDR 169 gr%
,Terapi insulin 6 Iu.
Keletihan teratasi karena pasien mengalami kemajuan berupa Pasien
tampak relaks, pasien tampak dapat melakukan aktivitas sehari-hari,
perawatan diri dan beribadah dengan baik, TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/i,
RR : 18 x/i

77
78
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi,


kadar insulin tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal
membawa glukosa masuk dalam sel, akibatnya terjadi gangguan transport glukosa
yang dijadikan sebagai bahan bakar metabolisme energi. Penyebab DM Tipe II
antara lain: penurunan fungsi cell pankreas dan retensi insulin.
Faktor-faktor resiko yang dapat terkena DM Tipe II antara lain: usia 45
tahun, usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23 kg/m2
yang disertai dengan kebiasaan tidak aktif; turunan pertama dari orang tua dengan
DM; riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram, atau riwayat DM
gestasional; hipertensi (140/90 mmHg); kolesterol HDL 35 mg/dl dan atau
trigliserida 250 mg/dl; menderita polycyctic ovarial syndrome(PCOS) atau
keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin; adanya riwayat toleransi
glukosa yang terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya; memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, obesitas terutama yang
bersifat sentral (bentuk apel), diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kurang
gerak badan, genetic dan stress.
Tanda gejala DM Tipe II antara lain: penurunan penglihatan, poliuri
polidipsia, rasa lelah dan kelemahan otot, polifagia, konfusi atau derajat delirium,
konstipasi atau kembung pada abdomen, retinopati atau pembentukan katarak,
perubahan kulit, penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan
kemungkinan nyeri perifer atau kebas, hipotensi ortostatik , peningkatan angka
infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa diskresi mukus, gangguan fungsi
imun dan penurunan aliran darah , paretesia atau abnormalitas sensasi, kandidiasis
vagina, pelisutan otot, efek somogyi dan fenomena fajar.
Komplikasi yang dapat muncul antara lain: hipoglikemia, ketoasidosis
diabetic, sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosomolar

79
hyperglycemic syndrome, HHNS) atau koma hiperosmolar, neuropati perifer,
penyakit kardiovaskuler dan infeksi kulit.

B. Saran

Dari pembahasan diatas penulis memiliki beberapa saran diantaranya:


a. Biasakan diri untuk hidup sehat.

b. Biasakan diri berolahraga secara teratur.

c. Hindari makanan siap saji dengan kandungan karbohidrat dan lemak tinggi.

d. Konsumsi sayuran dan buah-buahan.

e. Hindari pemakaian alkohol dan konsumsi makanan yang terlalu manis.

80
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta : EGC, 1999.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Penatalaksanaan Diabetes


Melitus Terpadu, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Gibson, Jhon.2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2.


Jakarta:EGC

Hazman, M.W. 1991. Endokronologi. Bandung:Angkasa Offset

Stockslager L, Jaime dan Liz Schaeffer .2007. Asuhan Keperawatan Geriatric.


Jakarta:EGC.

Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC

Wahdah, Nurul. 2011 .Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta:


Multipress.

Anda mungkin juga menyukai