Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.

S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS TIPE II
DIPUSKESMAS BUKIT HINDU
PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH:
Hermawati
2020-01-14201-061

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN

1
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Hermawati
NIM : 2020-01-14201-061
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn. S Dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas
Bukit Hindu Palangka Raya”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK IV) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Dian Mitra D Silalahi, Ners.,M.Kep Emila Karyawati, S. ST, S. Kep, Ns

2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. S Dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus Di Ruang Pelayanan Umum Puskesmas Bukit
Hindu Palangka Raya” Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan IV ( PPK IV ).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners,M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawaty, S. Kep.,Ners selaku Koordinator PPK IV.
4. Ibu Dian Mitra D Silalahi, Ners.,M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
5. Ibu Emila Karyawati, S.ST,S.Kep,Ns selaku Pembimbing Lahan yang telah
banyak memberi arahan saat melakukan praktik di ruang Pelayanan Umum
Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 05 Desember 2023

Hermawati

3
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Lansia
2.1.1 Definisi...................................................................................... 4
2.1.2 Batasan Lansia.......................................................................... 4
2.1.3 Tipe Lansia................................................................................ 5
2.1.4 Tugas Perkembangan Lansia..................................................... 6
2.1.5 Teori Proses Menua .................................................................. 6
2.2 Konsep Dasar Diabetes Melitus (DM)
2.2.1 Definisi...................................................................................... 10
2.2.2 Anatomi Fisiologi...................................................................... 11
2.2.3 Etiologi……………………………………………………….. 12
2.2.4 Klasifikasi................................................................................. 14
2.2.5 Patofisiologi (WOC)................................................................. 15
2.2.6 Manifestasi Klinis..................................................................... 18
2.2.7 Komplikasi................................................................................ 19
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang............................................................ 21
2.2.9 Penatalaksanaan Medis............................................................. 22
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian................................................................................. 23
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................. 26

4
2.3.3 Intervensi Keperawatan............................................................. 27
2.3.4 Implementasi Keperawatan....................................................... 35
2.3.5 Evaluasi Keperawatan............................................................... 35
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN......................................................... 36
BAB 4 PENUTUP....................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 83
Lampiran
Laeflet

5
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan
daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.
(Efendi, 2009 dalam Kanza, F. 2017). Frekuensi DM merupakan masalah
yang berkembang di seluruh dunia karena tingginya angka harapan hidup
dan perubahan gaya hidup . Pada usia lanjut DM menjadi masalah yang
mengkhawatirkan di negara maju dan bahkan di negara berkembang karena
menurut beberapa penulis satu dari dua orang lanjut usia adalah penderita
diabetes atau pradiabetes. Yang sering terjadi adalah penyakit
kardiovaskular akibat usia tua dan arterosklerosis dini yang spesifik untuk
DM .
Diabetes Melitus (DM) yang dikenal dengan sebutan “Penyakit
Kencing Manis” di masyarakat adalah salah satu penyakit yang juga
menjadi perhatian penting di Indonesia sejak dulu sampai sekarang
termasuk 1 ke dalam salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM), Diabetes
Mellitus sering disebut sebagai pembunuh manusia secara diam-diam
“Silent Killer” karena Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang tidak
menimbulkan gejala (asimptomatik). Diabetes Mellitus merupakan penyakit
yang bersifat kronis dengan jumlah penderita yang terus meningkat di
seluruh dunia.(Rahayu dkk, 2012 dalam Prihastini, T. 2017).
Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2017) tingkat
prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari
keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun

1
2014 menjadi 387 juta kasus. Indonesia merupakan negara menempati
urutan ke 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina,
India dan Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico. Menurut World Health
Organization (WHO, 2014), menunjukkan bahwa seluruh kematian akibat
diabetes mellitus di dunia, 70% kematian terjadi di Negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. The World Health Organizasion (WHO,
2011) melaporkan 80% penderita Diabetes Melitus berasal dari negara
miskin dan berkembang. Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) prevalensi
diabetes mellitus sebanyak 1,6% dan meningkat sebanyak 0,3% sehingga
menjadi 1,9%. Diabetes Melitus berada pada peringkat keempat penyakit
tidak menular penyebab kematian pada semua umur di Indonesia setelah
asma, PPOK dan kanker yaitu sebesar 2,1%. Berdasarkan data profil
kesehatan Kalimantan tengah (2018), jumlah penderita diabetes melitus
yaitu sebanyak 7.256 dan di prediksi akan terus bertambah .
Untuk kota Palangkaraya sendiri menduduki peringkat ke 7 dengan
jumlah penderita 4.712 orang. Berdasarkan catatan medis dalam kurun
waktu 3 bulan terakhir dari November 2019 sampai Januari 2020 tercatat
bahwa penyakit terbanyak adalah hipertensi dan yang kedua penyakit
diabetes mellitus. Penyakit diabetes melitus tercatat sebanyak 180 orang.
Penderita diabetes mellitus yang terjadi pada November 2019 sebesar 43
orang (23,89%) pada laki-laki sebanyak 18 orang (41,86%) dan perempuan
sebanyak 25 orang (58,13%) , Desember 2019 penderita diabetes mellitus
sebesar 35 orang (19.44%) pada laki-laki sebanyak 15 orang (42,85%) dan
perempuan 20 orang (57,14%), sedangkan pada Januari 2020 penderita
diabetes mellitus sebesar 30 orang (16,66%) pada laki-laki sebanyak 17
orang (56,66%) dan perempuan 13 orang (43,33%). Jadi disimpulkan bahwa
penderita diabetes melitus dari November 2019 sampai Januari 2020
mengalami penurunan.
Kejadian diabetes melitus di dunia modern ini semakin meningkat dan
komplikasinya semakin banyak terjadi. Komplikasi yang terjadi akibat

2
diabetes mellitus yaitu penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, amputasi
karena luka DM, bahkan sampai berujung pada kematian. Maka upaya dan
penanggulangan telah dilakukan pemerintah dalam menangani masalah DM,
namun masalah DM masih tinggi di Indonesia dan semakin parah dengan
munculnya berbagai macam penyakit komplikasi akibat DM. Masalah -
masalah yang dialami oleh penderita DM dapat diminimalisir jika penderita
DM memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk mengontrol
penyakitnya, yaitu dengan cara melakukan self care. Self care merupakan
kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat dalam upaya menjaga
kesehatan, meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit,
mengatasi kecacatan dengan atau tanpa dukungan penyedia layanan
kesehatan. (Putri, 2017 dalam Hartati, dkk. 2019).
Berdasarkan data peningkatan jumlah penyakit diatas, maka solusi
untuk penderita Diabetes Melitus yaitu 5 Tips sehat ala DM dengan diet
sehat,olahraga,konsumsi obat secara teratur, ikut edukasi DM, dan cek gula
teratur. Penulis tertarik menulis laporan asuhan keperawatan gerontic
dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. S Dengan Diabetes
Melitus Tipe-II Di Puskesmas bukit hindu palangka raya’’ dengan harapan
karya asuhan keperawatan ini nantinya dapat bermafaat bagi pelayanan
maupun pendidikan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada kasus- kasus diabetes mellitus.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah
yaitu bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. S dengan
diagnosa medis Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Bukit Hindu
Palangka Raya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan Asuhan Keperawatan Gerontik pada
pasien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

3
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian menggambarkan :
1) Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Tn. S dengan diagnosa medis Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas
Bukit Hindu Palangka Raya
2) Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa Keperawatan Pada gerontic
Tn. S dengan diagnosa medis Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas
Bukit Hindu Palangka Raya
3) Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. S dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Bukit Hindu Palangka
Raya
4) Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Diabetes Melitus
Tipe II diPuskesmas Bukit Hindu Palangka Raya.
5) Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari hasil tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien Gerontik dengan diagnosa medis Diabetes
Melitus Tipe II diPuskesmas Bukit Hindu Palangka Raya
6) Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari laporan pendahuluan
dan asuhan keperawatan gerontic yang telah dilaksanakan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan gerontik dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh
pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan STIKES Eka Harap Palangka
Raya.
1.4.2 Untuk Klien dan keluarga

4
Klien dan keluarga mampu mengetahui penyakit Diabetes Melitus dan
mampu meningkatkan derajat kesehatan mereka.

1.4.3 Untuk Institusi


Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki pembuatan asuhan
keperawatan pada pasien dan juga mampu mengembangkan ilmu untuk
dibagi kepada institusi/mahasiswa pada institusi tersebut sehingga dapat
membuat institusi semakin berkembang menjadi lebih baik.
1.4.4 Untuk IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan tekhnologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Lanjut usia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu tahap


lanjut dari suatu kehidupan dimana lansia berada pada fase akhir yang
ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam melakukan adaptasi
dengan lingkungannya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi di dalam tubuhnya. Individu
dikategorikan ke dalam lansia ketika telah memasuki usia diatas 60 tahun.
Banyak lansia yang mengalami gangguan akibat penurunan fungsi tubuh
seperti gangguan kardiovaskuler, pernafasan, pencernaan, panca indra,
persarafan, endokrin, integument dan muskuloskeletal .
Lanjut usia merupakan suatu bagian dari proses tumbuh kembang.
Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi melalui proses tahapan
atau perkembangan dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Lansia merupakan proses alami yang diikuti dengan perubahan
fisik dan perilaku. Semua individu akan mengalami proses menjadi tua dan
masa tua merupakan masa hidup tahap akhir dari manusia, dimana
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap
(Artinawati, 2017).
2.1.2 Batasan Lansia
1) Menurut WHO, lansia dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:
a. Usia pertengahan (Middle Age) = Usia 45 – 59 Tahun
b. Usia Lanjut (Elderly) = Usia 60 – 74 Tahun
c. Usia Lanjut Tua (Old) = Usia 75 – 90 Tahun
d. Usia Sangat Tua (Very Old) = Usia > 90 Tahun
2) Menurut Siti Maryam (2009), lansia dikategorikan sebagai berikut:
a. Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia di antara 45 – 59 Tahun
b. Lansia
4
Seseorang yang berusia 60 atau lebih
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, hinggs bergantung pada
orang lain.
3) Menurut Undang – Undang No.13 Tahun 1998
Seseorang dikatakan sebagai lanjut usia setelah sampai umur 60 tahun
keatas
4) Menurut Departemen Kesehatan tahun 1994
a. Kelompok lanjut usia dini (55 – 64 tahun), yakni kelompok baru
memasuki lanjut usia
b. Kelompok lanjut usia (65 tahun keatas)
c. Kelompok lanjut usia resiko tinggi, yakni lanjut usia yang berusia
lebih dari 70 tahun.
2.1.3 Tipe Lansia
Lansia yang ada pada lansia tergantung oleh karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Siti Maryam,
2018) :
1) Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi
panutan.
2) Tipe Mandiri

5
Mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi
undangan.
3) Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan
banyak menuntut.
4) Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasip baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5) Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif dan acuh tak acuh.
2.1.4 Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Siti Maryam (2009), tugas perkembangan pada lansia yaitu :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pasien
c. Membentuk hubungan yang baik dengan orang seusiannya
d. Mempersiapkan kehidupan baru
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial atau masyarakat
secara santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematian dan kematian pasangan
Tugas perkembangan pada usia lanjut menurut Tamher (2009) yaitu :
a. Penyesuaian terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan fisik
b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan penghasilan
c. Penyesuaian terhadap kematian pasangan atau orang terdekat,
membangun suatu perkumpulan dengan sekelompok seusia,
mengambil prakarsa dan beradaptasi terhadap peran sosial dengan cara
yang fleksibel, serta membuat pengaturan hidup atau kegiatan fisik
yang menyayangkan.
2.1.5 Teori Proses Menua

6
a. Teori Biologi
Teori biologi tentang proses penuaan terdiri dari :
1) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas mempu merusak membran sel, lisosom,
mitokondria, dan inti membran melalui reaksi kimia yang disebut
peroksidasi lemak. Teori radikal bebas pada penuaan ditujukkan
oleh hormon yang ditandai dengan munculnya efek patologis.
Radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya pigmen dan kolagen
pada proses penuaan. Meningkatnya radikal bebas dapat dihambat
dengan pengaturan diet (jumlah kalori) serta konsumsi obat atau
makanan yang mengandung banyak anti oksidan seperti makanan
yang mengandung Vitamin E, Vitamin C, selenium, glutation
peroksidae dan superokside dismutase.
2) Teori Autoimun
Menurut teori autoimun, penuaan diakibatkan oleh antibodi yang
bereaksi terhadap sel normal dan merusakknya. Reaksi tersebut
terjadi karena tubuh gagal mengenal sel normal dan memproduksi
antibodi yang salah. Akibatnnya, antibodi tersebut akan bereaksi
terhadap sel normal, disamping sel abnormal yang menstimulasi
pembentukannya. Teori ini didukung dengan kenyataan bahwa
jumlah antibodi meningkat pada lansia dan terdapat persamaan
antara penyakit inum (seperti artritis reumatoid, diabetes, tiroidtis
dan amiloidosis) dengan fenomena menua di masyarakat.
3) Teori Telomer
Dalam pembelahan sel, DNA membelah dengan proses mekanisme
satu arah. Setiap pembelahan akan menyebabkan panjang ujung
telomer (ujung lengan pendek kromosom) berkurang panjangnnya
(65 rantai dasar asam amino) saat terjadi pemutusan duplikat
kromosom. Semakin sering sel membelah, semakin cepat ujung
telomer memendek dan akhirnya tidak mampu untuk membelah
lagi

7
4) Teori Hormonal
Pusat terjadinya proses penuaan terletak pada otak. Hal ini
didasarkan pada studi tentang hipotiroidisme yang dapat menjadi
fatal apabila tidak diobati dengan tiriksin. Manifestasi dari penuaan
akan tampak jika penyakit tersebut tidak segera ditangani seperti
penurunan sistem kekebalan, kulit yang mulai keriput, munculnya
uban dan penuruanan proses metabolisme secara perlahan.
5) Teori Mutasi Somatik (error catastrophe)
Menurut teori ini terjadi penuaan karen adanya mutasi somatik
yang diakibatakan oleh pengaruh lingkungan yang buruk. Mutasi
somatik bisa terjadi karena adanya kesalahan dalam proses
transkripsi DNA-aRNA dan proses translasi RNA-a protein atau
enzim, dan belangsung terus-menerus, hingga terjadi penurunan
fungsi organ atau sel -sel menjadi kanker atau penyakit.
6) Teori Stres
Teori ini didasarkan pada fakta bahwa menua sebai akibat dari
hilangnnya sel – sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel – sel
lelkah terpakai kembali.
b. Teori Sosiopsikologis
1) Teori Aktivitas atau Kegiatan
Teori ini menyatakan bahwa lansia harus tetap aktif mengikuti
kegiatan di masyarakat untuk mencapai kesejahteraan pada
usiannya. Aktivitas sosial dibutuhkan oleh lansia untuk
mempertahankan kepuasan hiup dan konsep diri yang positif.
Lansia yang masih aktif diharapkan tetap bersemangat dan tidak
merasa terasingkan oleh masyarakat karena faktor usia. Teori ini
didasarkan pada tiga asumsi bahwa lebih baik aktif daripada pasif,
lebih baik bahagia daripada murung dan lansia sejahtera adalah
lansia yang bisa selalu aktif dan bahagia

8
2) Teori Pembebasan
Dalam teori ini dijelaskan bahwa bertambahnnya usia, seseorang
perlahan – lahan mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial pada lansia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda
yaitu kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya
komitmen.
3) Teori Kepribadian Lanjut
Teori kepribadian lanjut menyangkal teori aktivitas dan teori
pembebasan. Perubahan yang terjadi pada seseorang yang usiannya
telah lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe personaliti yang
dimilikinnya.
4) Teori Lingkungan
a) Exposure Theory
Teori ini menyatakan bahwa paparan sinar matahari dapat
mengakibatkan percepatan proses penuaan
b) Radiation Theory
Adanya paparan radiasi sinar gamma, sinar X dan ultraviolet
dari alat – alat medis memudahkan sel mengalami denaturasi
protein dan mutasi DNA
c) Polution Theory
Polusi udara, air, dan tanah mengandung substansi kimia yang
mempengaruhi kondisi epigenetik dan menimbulkan penuaan
dini
d) Stress Theory
Stres fisik maupun psikis yang terjadi dapat meningkatkan
kadar kortisol dalam darah. Jika kondisi stres berlangsung terus
– menerus, maka proses penuaan akan terjadi lebih cepat.

9
2.2 Konsep Penyakit Diabetes Melitus

2.2.1 Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2018).
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin
dan kehilangan toleransi terhadap glukosa dan sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin
yang tidak adekuat ( Rab, 2017).
Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya
bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang
kadang-kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui
pada usia lanjut.Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolisme yang
kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan
tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine
(glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
10
protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut/relatif
dan atau adanya gangguan fungsi insulin (Mansjoer, 2019).
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi
insulin absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, protein, lemak. Sedangkan menurut Arisman dan soegondo
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Billota,2018).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Arisman dan soegondo,2017).
Jadi, Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial
yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary, 2017).

2.2.2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Pankreas (Indah et al., 2019)

Pankreas merupakan kelenjar dengan panjang 15-20 cm pada


manusia. Berat pankreas 75-100 g pada dewasa, dan 80-90% terdiri dari
jaringan asinar eksokrin. Pankreas terbentang dari atas sampai ke
lengkungan besar dari perut dan dihubungkan oleh dua saluran ke
duodenum terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum

11
sehingga termasuk organ retroperitonial kecuali bagian kecil kaudanya yang
terletak dalam ligamentum lienorenalis. Pankreas dapat dibagi menjadi
empat bagian menurut Indah et al. (2019), yaitu:

1. Caput Pancreatis, berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam


bagian cekung duodenum. Sebagian caput meluas di kiri di belakang
arteri dan vena mesenterica superior serta dinamakan Processus
Uncinatus.
2. Collum Pancreatis, merupakan bagian pankreas yang mengecil dan
menghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatic
terletak di depan pangkal vena portae hepatis dan tempat di
percabangkannya arteria mesenterica superior dari aorta. Corpus
Pancreatis, berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada
potongan melintang sedikit berbentuk segitiga.
3. Cauda Pancreatis, berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis
dan mengadakan hubungan dengan hilum lienale.
2.2.3 Etiologi
1) Diabetes Tipe 1
a) Autoimun
b) Faktor Genetik
c) Faktor Lingkungan (Infeksi Proses Tertentu)
2) Diabetes Tipe 2
a) Kelainan Genetik
b) Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologi yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan
ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pangkreas
untuk memproduksi insulin.
c) Gaya hidup dan stres
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencarui makanan yang
cepat saji kaya pengawt, lemak, gula. Makanan ini berpengaruh besar
terhadap kerja pangkreas. Stres juga akan meningkatkan kerja
12
metbolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
berakibat pada kenaikan kerja pangkreas. Beban yang tinggi membuat
pangkras mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
d) Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama sama meningkatkan
resiko terkena Diabetes
e) Obesitas (terutama pada abdomen)
Obesitas mengakibatkan sel sel beta pangkreas mengalami Hipertrovi
sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan prosduksi insulin.
Peningkatan berat badan 10 kg pada pria dan 8 kilo pada wanita dari
batas normal IMT (Indeks Masa Tubuh) akan meningkatkan resiko
DM Tipe 2 (Camacho, P.M., dkk.,2017 ) selain itu pada obesitas juga
terjadi penurunan adiponektin. Adiponektin adalah hormon yang di
hasilkan adiposit, yang berfungsi untuk memperbaiki sensitifitas
insulin dengan cara menstimulasi peningkatan penggunaan glukosa
dan oksidasi asam lemak otot dan hati sehingga kadar trigliserida
turun. Penurunan adiponektin menyebabkan resistansi insulin.
Adipoktin berkorelasi positif dengan HDL dan berkorelasi negatif
dengan LDL (Renaldy, O.,2019; Umar, H. Dan Adam J., 2019).
f) Infeksi
Masuknya bakteri atau virus kedalam pangkreas akan berakibat
rusaknya sel – sel pangkreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan
fungsi pangkreas. (Aini, Nur 2017)
3) Diabetes Tipe Lain
a) Defek genentik fungsi sel ß (maturity onset diabetes of the young
[MODY] 1,2,3 dan DNA mitokondria).
b) Defek genetik kerja insulin
c) Penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis, tumor/pankreatektomi, dan
pankreatopati fibrokalkulus)
d) Infeksi (rubella kongenital, sitomegalovirus)
4) Diabetes Melitus Gestational (DMG)

13
Diabetes ini di sebaban karena terjadi resistansi insulin selama kehamilan
dan biasanya kerja insulin akan kembali normal setelah melahirkan.
No Permasalahan DM Tipe 1 DM Tipe 2
2.2.3 1. Awitan Usia < 40 Tahun >40 tahun
2. Habitus Tubuh Normal – Kurus Gemuk
3. Insulin Plasma Rendah – Negatif Normal – Tinggi
4. Genetik Lokus Kromosom 6 Kromosom 11
(Tetapi masih
belum jelas dan di
pertanyakan)
5. Komplikasi Komaketoasidosis Hiperosmolar Non
Akut Ketotik
6. Terapi Insulin Responsif Responsif –
Resisten
7. Obat Oral Tidak Responsif Responsif
Klasifikasi

Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s


Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2017)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI).Lima persen sampai sepuluh persen penderita
diabetik adalah tipe I.Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya
menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan
suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya
mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI).
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan
insulin.Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika
kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
14
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes

2.2.4 Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan
untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal
insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)
dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam
amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses
15
ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila
tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi
gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan
kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-
sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,

16
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut
lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik
(HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang
berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat
tinggi.(corwin,2017

17
Sumber : woc penyakit diabetes melitus Helwiyah Ropi, SKP.,
2.2.5 WOC
Genetik, usia, pola makan, gaya hidup,
Autoimun, Faktor Genetik, Faktor obesitas, infeksi
Lingkungan (Infeksi Proses Tertentu)

DM Tipe 1 DM Tipe 2

Kerusakan/terganggunya sel beta


pankreas

Penurunan kemampuan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin

Ketidakmampuan insulin untuk merubah glukosa menjadi


glukagon

B1 (Breating) B2 (Bleeding) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Pemecahan lemak Starvasi selluler Penurunan sirkulasi Glukosa diginjal Jumlah glukosa
arteri Ketosis dan asidosis,
Jumlah glukosa dalam dalam sel berkurang
darah berkurang
Penumpukan keton Penurunan penyerapan Reabsopsi dalam
Penyumbatan
bersifat asam dalam darah glukosa oleh sel dan batas normal
pembuluh darah
pengeluaran glukosa Asam hidroklorida
oleh hati (HCL) dilambung
meningkat
MK : Pola Nafas Produksi/akumulasi asam Tekanan osmotik
Tidak Efektif laktat pada jaringan ATP diambil dari
lemak dan otot
MK : Ketidakstabilan
kadar glukosa darah MK : Defisit
MK : hipovolemia Nutrisi
hiperventilasi MK : Gangguan MK : Intoleransi
Rasa Nyaman Aktivitas
MK: Ketidaksetabilan MK: Hipovolemia Penurunan BB
17kusmaul nafas
Pernafasan kadar glukosa darah
berbau keton MK: gangguan Penurunan massa otot
rasa nyaman dan kelemahan
MK: Defisit nutrisi
MK: Pola Nafas Tidak Efektif MK: Intoleransi
Aktivitas
2.2.6 Manifestasi Klinis

Menurut Smelltzer, (2017), berikut beberapa tanda dan gejala pada


penyaki diabetes melikut adalah :
1. Diabetes Tipe I
a. Hiperglikemia berpuasa
b. b.Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. Keletihan dan kelemahan
d. Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
c. Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)
Menurut Khasanah (2019), berikut penjelasan bagi munculnya beberapa
gejala tersebut :
a. Gula Keluar Bersama Urine (Glukosuria): Glukosa akan turut terbawa
aliran urine ketika kadar glukosa dalam darah meningkat. Peningkatan
kadar glukosa darah menyebabkan jumlah yang disaring melalui ginjal
melebihi kemampuan ginjal untuk menyerapnya kembali ke dalam
tubuh. Karena glukosa rasanya manis, maka kandungan glukosa dalam
air kencing dapat mengundang semut untuk mengerumuni urine
tersebut. Inilah yang kemudian membuat penyakit diabetes mellitus
disebut juga penyaking kencing manis.
b. Banyak Kencing (Poliuria): Sehubungan dengan sifat glukosa yang
menyerap air, maka jumlah air yang dikeluarkan tubuh juga akan turut
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah glukosa yang
dikeluarkan melalui urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa
18
yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih daam jumlah
berlebihan, maka penderita diabetes mellitus sering berkemih dalam
jumlah yang banyak (poliuria).
c. Banyak Minum (Polidipsi): Dampak dari banyak kencing adalah
tubuh akan mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Kondisi ini
akan menimbulkan rasa haus yang terus-menerus, sehingga penderita
diabetes mellitus menjadi banyak minum.
d. Penurunan Berat Badan: Pada penderita diabetes mellitus, proses
penyerapan glukosa ke dalam jaringan tubuh akan terganggu. Tubuh
tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya, sehingga memecah
jaringan lemak tubuh untuk diubah menjadi energi. Jika hal ini terus
terjadi dalam jangka waktu lama, maka penderita akan mengalami
penurunan berat badan.
e. Banyak Makan (Polifagi): Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tubuh
penderita diabetes mellitus tetap kekurangan energi meskipun kadar
glukosa dalam darah tinggi. Hal ini karena tubuh tidak mampu
menyerap kadar gula dalam darah, sehingga tidak dapat digunakan
tubuh. Karena tubuh kekurangan energi, tubuh akan memberika sinyal
ke otak untuk merangsang rasa lapar, sehingga menimbulkan banyak
makan.
2.2.6 Komplikasi

Diabetes melitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan


komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung,
pembuluh darah,kaki, saraf dan lain-lain. (cowin, 2019)
Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menimbulkan komplikasi jika
tidak dikendalikan. Peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang lama
bisa merusak pembuluh darah, jantung, otak, mata, ginjal, saraf, kulit, dan
jaringan tubuh lainnya. Menurut Khasanah (2017), beberapa komplikasi
diabetes mellitus tersebut sebagai berikut.
a. Hipertensi dan Penyakit Jantung: Gula yang terlalu tinggi dalam darah
dapat menempel pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh
darah menebal. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga dapat
19
b. menyebabkan kadar lemak dalam darah meningkat. Hal ini akan
memepercapat terjadinya penyempitan pembuluh darah. Akibatnya,
tekanan darah meningkat dan terjadilah hipertensi.
c. Katarak: Katarak dalah penyalit atau kerusakan pada mata yang
menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi
keruh, sehingga cahaya tidak dapat menembusnya. Kaitannya dengan
penyakit diabetes mellitus, katarak merupakan efek sekunder yang
timbul dari penyakit ini.
d. Gagal Ginjal: terjadi ketika kedua ginjal mengalami kerusakan
permanen dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya,
yaitu untuk menyaring darah. Kaitannya dengan penyakit diabetes
mellitus, kadar gula darah yang tinggi akan memperberat kerja ginjal
dalam menyaring darah. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka dapat
menyebakan gagal ginjal. Salah satunya adalah penyakit Pielonefritis
kronik merupakan penyakit infeksi kronik pada ginjal yang
disebabkan oleh infeksi berulang pada ginjal yang memicu terjadinya
perubahan struktur ginjal berupa fibrosis pembentukan jaringan parut
pada korteks dan perubahan bentuk kaliks ginjal dan atrofi ginjal.
e. Gangguan pada Saraf: Jika saraf yang terhubung ke tangan, tungkai,
dan kaki mengalami kerusakan, maka penderita akan sering
mengalami sensasi kesemutan atau nyeri, seperti terbakar, dan terasa
lemah pada lengan dan tungkai. Kerusakan saraf juga dapat
menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera, karena penderita
dapat merasakan perubahan tekanan maupun suhu.
b. Luka yang Susah Sembuh dan Gangren: Berkurangnya aliran darah ke
sel-sel kulit juga bisa menyebabkan penderita mudah luka dan proses
penyembuhan luka berjalan lambat. Luka di kaki bisa sangat dalam
dan rentan mengalami infeksi, karena masa penyembuhannya agak
lama. Dalam beberapa kasus, sebagian tungkai si penderita harus
diamputasi untuk menyelamatkan jiwanya.

20
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mubin,(2012) berikut data dari hasil pemeriksaan penunjang
pada diabetes melitus adalah :
1. Kadar glukosa darah
2. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2
kali pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu>200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemusian
sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial
(oo)>200 mg/dl).
3. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
4. Tes saring pada DM:
a. GDP, GDS
b. Tes glukosa urin
5. Tes diagnostic
Tes-tes diagnostic pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP (Glukosa
Darah 2 jam post prandial), glukosa jam ke-2 TTGO.
6. Tes monitoring terapi
a. GDP : plasma vena, darah kapiler
b. GD2PP : plasma vena
c. A1c : darah vena, darah kapiler
7. Tes mendeteksi komplikasi
a. Mikroalbuminuria : urin
b. Ureum, kreatinin, asam urat
c. Kolesterol total : plasma vena (puasa)
d. Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
e. Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
f. Trigliserida : plasma vena (puasa)

21
Cara pemeriksaan TTGO: (Mansjoer, A, 2017)Tiga hari sebelum
pemeriksaan pasien makan biasa.
a. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak
b. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
c. Periksa glukosa darah puasa
d. Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam 250 ml, lalu minum
dalam waktu 5 menit
2.2.8 Penatalaksanaan Medis
Menurut Smelltzer (2017),Tujuan utama terapi DM adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal
tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
Ada empat komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet diabtes melitus
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3
J yaitu:
a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
b. Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
c. Jenis makanan yang manis harus dihindari
b. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet,
poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
c. Obat : Metformin adalah obat untuk mengendalikan gula darah pada
penderita DM Tipe 2 . Vitamin B12 adalah obat untuk pembentukan sel
darah merah yang sehat , mengoftimalkan fungsi saraf , menghasilan energi
dan menjaga kesehatan kulit .
d. Cangkok pancreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup
saudara kembar identic.

22
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan Teori

2.3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat Kesehatan
Sekarang Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya
luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

23
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /
ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
g. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas
i. Sistem neurologis

24
Terjadi penurunan sensoris, parasthesi, anastesia,letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan kebutuhan
a. Aktivitas / istrahat. Tanda :
1. Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus
otot menurun.
2. Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
3. Letargi / disorientasi, koma.
b. Sirkulasi Tanda :
1. Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan
pada ekstremitas dan tachicardia.
2. Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang
menurun / tidak ada.
3. Disritmia, krekel : DVJ
c. Neurosensori
Gejala :Pusing/pening, gangguan penglihatan,
disorientasi :mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit
kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau mental,
refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis
dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
e. Keamanan Gejala :
1. Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
2. Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia /
paralysis otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam).
3. Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat).
4. Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif
(diare).

25
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ),
dan merah bata ( ++++).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (D. 0077, Hal: 172)
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah. D.0027
3. Pola nafas tidak efektif (D. 0005, Hal: 26)
4. Gangguan Rasa Aman dan Nyaman (D.0074)
5. Hipovolemia (D.0027)
6. Defisit Nutrisi (D.0019)
7. Intoleransi Aktivitas (D. 0056, Hal: 128)

26
2.3.3 intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


1. Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan keperawatan Management hiperglikemia (SIKI. I.14507,
glukosa darah. D.0027 diharapkan masalah teratasi dengan kriteria Hal: 182)
hasil: Observasi
1) Kadar glukosa dalam darah membaik. 1. Monitor kadar glukosa darah.
2) Kadar glukosa dalam urin membaik. 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia.
3. Konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk.
4. Ajarkan pengelolaan diabetes
5. Ajarakan diet diabetes melitu
6. Kolaborasi dengan tim medis mengenai terapi
obat.

2. Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan Intervensi maka pola nafas Manajemen jalan napas (I.01011)
klien membaik, dengan kriteria hasil : (SLKI
L.01004 Hal.95) 1. Monitor pola napas

1. Tekanan aspirasi meningkat 2. Monitor bunyi napas

2. Tekanan inspirasi meningkat 3. Monitor sputum

3. Dipsnue menuru 4. Pertahankan kepatenan jalan napas

4. Penggunaan otot bantu napas menurun 5. Posisikan semi-fowler

27
5. Pemanjangan fase ekspirasi menurun 6. Berikan minum hangat

6. Ortopnea menurun 7. Lakukan fisioterafi dada

8. Lakukan penghisapan lendir

9. Lakukan hiperoksigenasi

10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan


forsep

11. Berikan oksigen jika perlu

12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari

13. Ajarkan Teknik batuk efektif

14. . Kolaborasi pemberian Bronkodilator

3. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal. 201)
diharapkan Nyeri klien dapat teratasi. Kondisi Observasi :
klien membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Keluhan Nyeri Menurun (5) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Skala nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Klien tidak meringis lagi 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
- Gelisah menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri

28
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
6. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
7. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, terapi pijat, aroma
terapi, kompres hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


4. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Intervensi maka pola nafas Terapi relaksasi (SIKI, I09326 Hal, 436)
klien membaik, dengan kriteria hasil : (SLKI Observasi

29
L.08064 Hal. 110) 3. Identifikasi penurunan tingkat
energiketidakmampuan berkonsentrasi, atau
1. Keluhan tidak nyaman menurun gejala lain yang
4. mengganggu kemampuan kognitif
2. Gelisah menurun Identifikasi indak relaksasi yang pernah
efektif digunakan
5. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan indak sebelumnya
6. Periksa ketegangan ototfrekuensi
naditekanan darah, suhu sebelum dan
sesudah Latihan
7. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyamanjika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur indak relaksasi Gunakan
pakaian longgar Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan berirama
3. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan indakan atau indakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuanmanfaat, indaka, dan jenis
relaksasi yang tersedia (mismusikmeditasi
napas dalam, relaksasi otot progresif)
Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi

30
yang dipilih
2. Anjurkan mengambil posisi nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
3. Anjurkan sering mengulangi atau melatih
indak yang dipilih
4. Demonstrasikan dan latih indak relaksasi
(mis. Napas dalam, pereganganatau
imajinasi terbimbing

4. Hypovolemia Setelah dilakukan Intervensi maka pola nafas Managemen hypovolemia SIKI, I.03116,
klien membaik, dengan kriteria hasil : (SLKI HAL: 184)
L.03028 Hal. 107) Observasi
1. Periksa tanda dan gejala indakania (mis.
1. Kekuatan nadi sedang Frekuensi nadi meningkatnadi teraba
lemahtekanan darah menurun, tekanan nadi
2. Output urine sedang menyempit, turgor kulit menurunmembran
mukosa keringvolume urin menurun,
3. Dispnea menurun hematokrit meningkat, haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
4. Edema menurun Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
5. Perasaan lemah menurun 2. Berikan posisi modified Trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral Edukasi

31
Edukasi
6. Tekanan darah membaik 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi
7. Turgor kulit membaik mendadak
2. Kolaborasi Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (misNaClRL)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(misglukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
2. Kolaborasi pemberian cairan koloid
(misalbuminPlasmanate)
3. Kolaborasi pemberian produk darah

5. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka Management nuutrisi (SIKI, I. 03119 Hal,
defisit nutrisi dapat diatasi, dengan kriteria 200)
hasil: Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
1. porsi makan yang dihabiskan meningkat 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
2. berat badan membaik Identifikasi makanan yang disukai
3. indeks masa tubuh membaik 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrien Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastric
4. Monitor asupan makanan - Monitor berat
badan
5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

32
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu - Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. piramida makanan)
2. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi Berikan
makanan tinggi kalori dan tinggi protein –
3. Berikan suplemen makanan, jika perlu -
Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi dudukjika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mispereda nyeri, antiemetik)jika p
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibu jika perlu

33
6. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka Terapi aktivitas (SIKI, I.02079, Hal 345)
Toleransi Aktivitas meningkat, dengan kriteria Observasi:
hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Toleransi Aktivitas (SLKI, L.05047, Hal 149) mengakibatkan kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat (5) 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Saturasi oksigen meningkat (5) 3. Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama
3. Keluhan Lelah menurun (5) melakukan aktivitas
4. Dyspnea saat beraktivitas menurun (5) Terapeutik:
5. Dyspnea setelah beraktivitas menurun (5) 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi:
4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

34
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi dalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders unt uk membantu klien mencapai
tujuan yang di harapkan. Oleh karena itu, rencana tidakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien (Nursalam, 2017).
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam
standar praktik keperawatan, yaitu:
1. Independen
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa perintah atau
petunjuk dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
2. Interdependen
Tindakan keperawatn yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga
sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
3. Dependen
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan
tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
dan untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien (Gaffar, 2017).

35
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN
Dikaji pada tanggal: 05 Desember 2023

1.1 Pengkajian
1.1.1 Data Biografi
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat & Tanggal Lahir : P. Raya, 20 Desember 1957

Gol.Darah :B

Pendidikan Terakhir : S1

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

TB/BB : 165 Cm / 60 Kg
Penampilan : Rapi, Bersih
Ciri-ciri Tubuh : Tinggi & badan berisi
Alamat : JL. Mahakam No. 10

Orang Yang Dekat Di hubungi : Ny. M

Telp/08524972xxxx
Hubungan dengan Lansia : Tidak dikaji
Alamat : JL. Mahakam No. 10
1.1.2 Riwayat Keluarga
1. Susunan Anggota Keluarga

No Nama Jenis Hubungan Pendidikan Pekerjaan Keterangan


Kelamin Keluarga
1. Tn. S L Bapak S1 Pengacara
2. Ny. M P Ibu SMA Ibu Rumah Tangga -
3. Tn.H L Anak kandung SMA Tukang

36
Genogram Keluarga

: Laki-Laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien
: Hubungan Keluarga
: Tinggal Serumah

1.1.3 Riwayat Pekerjaan


Pekerjaan saat ini : Pengacara Alamat Pekerjaan di Rektorat
UPR ,Jarak dari rumah 3,5 KM, Alat transpotasi : Sepeda Motor,
pekerjaan sebeblumnya : Bangunan sumber pendapatan dan
kecukupan terhadap kebutuhan : Dari gajih yang di dapat.
1.1.4 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)
Tn. S tinggal di rumah bersama Istri dan anaknya. Tipe tempat
tinggal Ny.M permanen dan berjumlah 3 kamar. Kondisi tempat
tinggal klien cukup bersih, pencahayaan baik, ventilasi cukup dan
tidak pengap. Jumlah orang yang tinggal total ada 3 orang yang
terdiri dari Tn. S, Ny. M, Tn. H, .

37
1.1.5 Riwayat Rekreasi
Klien sering berada di rumah, hobby Olahraga, lari sewaktu sehat-
sehat dulu, kegiatan Tn. S dirumah Membaca buku,koran, menonton
tv, dan berkebun.
1.1.6 Sistem Pendukung
Klien mengatakan ketika sakit klien datang ke puskesmas terdekat.
Jarak dari RS Doris Sylvanus ke rumah Tn. S ± 3,5 km, ke
Puskesmas terdekat ± 700 M.
1.1.7 Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan dirumah selalu berdoa sebelum memulai kegiatan.
Sebelum dan sesudah makan selalu berdoa.
1.1.8 Status kesehatan
1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien
mengatakan memiliki riwayat penyakit Reumatik.
2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien
mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit karena selalu
berobat di puskesmas Bukit Hindu dan riwayat Diabetes mellitus 3
bulan yang lalu .
Keluhan utama :
Pada saat pengkajian pasien mengatakan badan lemas ”pada tangan
terasa kesemutan, 2 minggu yang lalu kadar gula saya naik ”.

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Klien masih


kurang mengetahui makanan apa saja yang tidak boleh dimakan selama
ada penyakit yang diderita sekarang

Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan

38
Obat-Obatan :
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Metformin 2x50 g Metformin adalah obat untuk
mengendalikan kadar gula darah pada
penderita diabetes melitus tipe 2
2. Bioron 1x1 tab Bioron Tablet sebagai vitamin
neurotropik yang berguna menjaga
kesehatan sistem saraf agar bisa
bekerja dengan baik. Atasi pegal, lelah
dan nyeri di otot.

Status Imunisasi : (catat tanggal terbaru)


Tetanus, difteri: tidak ada, Influenza: tidak ada, Pneumothoraks: tidak ada
Alergi : (catat agen dan reaksi spesifik)
Obat-obatan: Antalgin
Makanan: cumi-cumi , ikan laut dan telor
Faktor lingkungan: Tidak ada
Pen yakit yan g dider ita :
Hipertensi
Diabetes Melitus 
Kolestrol
Jantung
Dimensia
1.1.9 Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (ADL)
Indeks Katz : Tn. S adalah A (kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi),

Oksigenasi : Pernafasan normal RR 20x/menit,

Cairan & Elektrolit : Minum ±1,5- 2 Liter/hari,

Nutrisi Eliminasi Aktivitas : Makan 3x/hari,

Istirahat & Tidur : klien mengatakan tidur nyenyak dan tidak ada gelisah,
mata terlihat normal, dan bersemangat, tidak terdapat lingkar hitam dimata
pasien Istirahat pada saat siang 2 jam dan saat pada malam hari 8 jam/hari
Personal Hygiene : Badan bersih dan rapi

39
Seksual : Tidak dikaji
Rekreasi : Tidak dikaji
Psikologis: Tidak dikaji
- Persepsi: Tn. S mengatakan kurang mengetahui lebih dalam tentang
penyakitnya dan cara mengatur pola makannya .
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
- Konsep diri: Tn. S mengatakan dirinya masih mampu menjalan
aktivitasnya, mengatakan dirinya adalah seorang suami, jadi harus
bisa memberikan contoh yang baik.
- Emosi: Tn. S mengatakan dirinya tidak mudah emosi dan selalu sabar
dalam menjalani hidup
- Adaptasi: Tn. S mudah bergaul dengan orang lain dan menjalankan
hubungan dengan baik. Tn. S mengatakan dirinya tidak suka
menyendiri, ia lebih suka ngobrol dengan orang lain
- Mekanisme Pertahanan Diri: Tn. S mengatakan jika dirinya
menghadapi masalah selalu menceritakan kepada anaknya dan
mencari solusi yang tepat
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
- Keadaan umum : kesadaran compos mentis, pupil
isokor, TTV: TD: 125/76 mmHg, Nadi: 96 x/mnt, Suhu : 36,5 ºC, RR
20 x/mnt, GDP tanggal 05 Desember : 166 g/dl, AU : 6, 6 g/dl Akral :
hangat, merah, lembab. CRT : < 2 detik, konjungtiva : normal, sklera
normal, badan terasa lemas, Tampak kulit keriput, Turgor kulit
lembab, tangan terasa kesemutan , diagnosa medis : Diabetes Mellitus.
Masalah keperawatan : Ketidaksetabilan kadar glukosa darah

- Tingkat Kesadaran. : Compos Mentis


- GCS. : Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6.
- Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah klien 125/76 mmHg.
- Sistem Pernafasan : RR : 20x/menit, bentuk thorax
simetris,tidak ada bunyi nafas tambahan.
- Sistem Integumen. : Kulit tampak keriput, elastisitas kulit
berkurang, warna kulit kuning
40
langsat.
- Sistem Perkemihan : BAK ± 5x sehari
- Sistem Moskuluskeletal : Bentuk simetris tidak ada kelainan,
tidak ada fraktur, kaki kiri dan kaki kanan tidak nyeri saat jalan dan
berpindah ada mengeluh sakit jika digerakkan dan berpindah, tangan
kanan dan kiri cukup kuat.

- Sistem Endokrin : Pankreas tidak dapat


menghasilakn insulin dengan optimal
- Sistem Gastrointestinal : Tidak ada mual atau muntah
- Sistem Reproduksi :-
- Sistem Persyarafan : Mengalami daya ingat berkurang
- Sistem Penglihatan : Klien masih melihat dengan jelas
- Sistem Pendengaran : Dapat mendengar dengan baik
- Sistem Pengecapan : Dapat mengecap dengan baik
- Sistem Penciuman : Tn. S mampu mencium bau-bauan
- Tactil respon : Normal
2.9.10 Status Kognitif/Afektif/Sosial
Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ): fungsi intelektual
utuh Mini Mental State Exam (MMSE): 27 Poin
Inventaris Depresi Beck : 0 Depresi
APGAR Keluarga : 9 skor
2.9.11 Data Penunjang
Tanggal: 18 Oktober 2023, Pukul: 10:00 WIB
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
GDS 396 mg/Dl <200mg/Dl
UA 5,5 mg/dl 3.4-7.0
Tanggal: 16 November 2023, Pukul: 10.00 WIB
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
GDS 434 mg/Dl <200mg/dL
UA 5,9 mg/dl 3.4-7.0

Tanggal 5 Desember 2023


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
GDP 166 g/dl 70-110 mg/dl
UA 6,6 g/dl 3.4-7.0
41
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari

Nama klien : Tn. S Tanggal : 05 Desember 2023


Jenis kelamin : Laki-laki TB/BB : 165 Cm /60 Kg
Agama : Islam Gol darah : B
Pendidikan : S1
Alamat : JL. Mahakam No. 10 Palangka Raya

Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi.

B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


satu dari fungsi tersebut

C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, dan satu fungsi tambahan

D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di
klasifikasikan sebagai C, D, E Atau F

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


42
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia

Nama klien : Tn. S Tanggal : 05 Desember 2023


Jenis kelamin : Laki-laki TB/BB : 165 Cm /60 Kg
Agama : Islam Gol darah : B
Pendidikan : S1
Alamat : JL. Mahakam no 10 Palangka Raya
No. Benar Salah Pertanyaan Jawaban Pasien
1.  Tanggal berapa hari ini ? 05 N0vember 2023

2.  Hari apa sekarang ? Selasa

3.  Apa nama tempat ini ? Jl. Mahakam No. 10

4.  Berapa nomor telepon ibu? 08124611xxxx

5.  Berapa umur bapak? 66 Tahun

6.  Kapan bapak lahir ? 20 Desember 1957

7.  Siapa presiden Indonesia ? Jokowi

8. Siapa presiden Indonesia Jokowi



Sebelumnya ?
9.  Siapa nama ibu anda ? Sumiati

10.  Kurang 3 dari 20 ? 17

Jumlah 10
Keterangan:
1. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1(satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
 Bisa dimaklumi bila kurang dari1 (satu) kesalahan bila subyek
mempunyai pendidikan lebih dari SD
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit
hitam, dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.

43
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental
NILAI
Maks KLIEN PERTANYAAN
ORIENTASI
5 5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana
5 5 kita : (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-
masing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah
mengatakan. Beri 1 point untuk tiap jawaban yang benar,
kemudian ulangi sampai ia mempelajari ke 3 nya
jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban,
berganti eja kata belakang) (7 kata dipilih eja dari
belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point
untuk kebenaran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1
point.
30 30
KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:
 Composmenthis Apatis Somnolens Suporus Coma
Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu
penyelidikan lanjut)

44
INVENTARIS DEPRESI BECK
(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1957)

Nama klien : Tn. S Tanggal : 05 Desember 2023


Jenis kelamin : Perempuan TB/BB : 165 Cm /60 Kg
Agama : Islam Gol darah : B
Pendidikan : S1
Alamat : JL. Mahakam No. 10 Palangka Raya
URAIAN

A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
45
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

46
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


47
Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia

Nama klien : Tn. S Tanggal : 05 Desember 2023


Jenis kelamin : Perempuan TB/BB : 165 Cm /60 Kg
Agama : Islam Gol darah : B
Pendidikan : S1
Alamat : JL. Mahakam No. 10 Palangka Raya

No Uraian Fungsi Skore


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali ADAPTATION 2
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga PARTNERSHIP 2
(temanteman) saya mebicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga GROWTH 2
(temanteman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga AFFECTION 2
(temanteman) saya mengekspresikan
afek dan berespons terhadap emosi-
emosi saya seperti marah, sedih/
mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman RESOLVE 1
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.

Penilaian: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
• Selalu: skore 2
• Kadang-kadang: skore 1
• Hampir tidak pernah: skore 0

ANALISA DATA

48
N DATA INTERPRETASI MASALAH
O
1. DS: pasien mengatakan badan lemas ”pada Usia Ketidaksetabilan
kadar glukosa
tangan terasa kesemutan, 2 minggu yang
darah
lalu kadar gula saya naik ”. Diabetes Melitus

DO:
Penurunan kemampuan
- Tampak kulit keriput
sel beta pankreas dalam
- Turgor kulit lembab memproduksi insulin
- Diagnosa medis: Diabetes Mellitus
tipe II
- Terapi obat Metformin 2x50 g dan Kadar glukosa darah
Bioron 1x1 tab. meningkat

TTV:
TD: 125/76 mmHg,
Nadi: 96 x/mnt,
Suhu: 36,5 ºC,
RR: 20 x/mnt,
GDP tanggal 05 Desember : 166 g/dl
Terapi komplementer rebusan daun akasia.

2 DS : Kurang terpapar Defisit


Klien mengatakan kurang informasi Pengetahuan
mengetahui lebih dalam tentang ↓
penyakit nya . Ketidakmampuan
menemukan sumber
DO: informasi
- Klien tampak bertanya ↓
bagaimana cara Pengetahuan kurang
mengendalikan kadar glukosa
darahnya
- Klien di berikan obat resep
dokter dari puskesmas
- Metformin 2x50 g
- Bioron 1x1 tab.
GDP tanggal 05 Desember : 166 g/dl

PRORITAS MASALAH
49
1. Ketidaksetabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
ditandai dengan pasien mengatakan badan lemas ”pada tangan terasa kesemutan, 2
minggu yang lalu kadar gula saya naik ”.
Objektif: Tampak kulit keriput, Turgor kulit lembab, Diagnosa medis:
Diabetes Mellitus tipe II , Terapi obat Metformin 2x50 g dan Bioron 1x1 tab.
TTV:
TD: 125/76 mmHg,
Nadi: 96 x/mnt,
Suhu: 36,5 ºC,
RR: 20 x/mnt,
GDP tanggal 05 Desember : 166 g/dl
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi di
3 tandai dengan pasien mengatakan kurang mengetahui lebih dalam tentang
penyakitnya .
Objektif : tampak bertanya bagaimana cara mengendalikan kadar glukosa
darahnya . klien di berikan obat resep dokter dari puskesmas Metformin
2x50g dan Bioron 1x1tab.
GDP tanggal 05 Desember : 166 g/dl

50
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : Di rumah
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Ketidaksetabilan kadar glukosa darah Setelah dilakukan 1. Monitor kadar glukosa darah. 1. Untuk mengetahui kadar gula
berhubungan dengan resistensi insulin tindakan keperawatan 2. Konsultasi dengan medis jika darah
ditandai dengan pasien mengatakan selama 3× kunjungan tanda dan gejala hiperglikemia 2. Untuk mengontrol kadar gula
badan lemas ”pada tangan terasa diharapkan Aktivitas tetap ada atau memburuk. darah
kesemutan, 2 minggu yang lalu kadar klien dapat teratasi, 3. Edukasi 5 kunci sehat ala DM 3. Untuk memberikan edukasi
kondisi klien membaik 4. Kolaborasi dengan terapi kepada pasien pentingnya tidur
gula saya naik ”.
dengan kriteria hasil komplementer dengan daun selama sakit
Objektif: Tampak kulit keriput, 1) Kadar glukosa akasia 4. Membantu menurunkan kadar
Turgor kulit lembab,Diagnosa dalam darah 5. Kolaborasi dengan tim medis glukosa darah
medis: Diabetes Mellitus tipe II , membaik. mengenai terapi farmakologi. 5. Mengontrol kadar gula darah
Terapi obat Metformin 2x50g dan 2) Kadar glukosa
Bioron 1x1tab. dalam urin
TTV: membaik.
TD: 125/76 mmHg,
Nadi: 96 x/mnt,
Suhu: 36,5 ºC,
RR: 20 x/mnt,
GDP tanggal 05 Desember : 166 g/dl

54
Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan asuhan keperawatan selama 3 x kemampuan menerima seberapa banyak
kurang terpapar kunjungan diharapkan tingkat informasi tentang 5 kunci informasi yang
informasi di tandai dengan sehat Ala penyakit DM diketahui klien
pengetahuan meningkat
pasien mengatakan kurang 2. Sediakan materi dan media 2. Untuk mengetahui
mengetahui lebih dalam Dengan kriteria : pendidikan kesehatan apa yang menjadi
tentang penyakitnya . 1. Perilaku sesuai anjuran 3. Jelaskan faktor resiko yang faktor kurangnya
Objektif : tampak cukup meningkat dapat mempengaruhi motivasi
bertanya bagaimana cara 2. Persepsi yang keliru cukup kesehatan seperti makanan 3. Memberikan
mengendalikan kadar menurun manis, sayuran seperti kol informasi kepada
glukosa darahnya . klien di 3. Perilaku gaya hidup yang dan buah durian . klien
berikan obat resep dokter 4. Ajarkan perilaku hidup 4. Memberikan waktu
baik cukup meningkat
dari puskesmas Metformin bersih dan sehat supaya klien dapat
2x50 g dan Bioron 1x1tab. 5. Pendidikkan kesehatan untuk mengespresikan apa
GDP : tanggal 05 desember : menyampaikan informasi yang ingin ditanyakan
166 g/dl kesehatan 5. Menjelaskan apa
faktor yang
mempengaruhinya

55
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. S


Ruang Rawat : Di Rumah
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat

Selasa, 05 Desember 2023 Diagnosa Keperawatan 1 S: pasien mengatakan badan lemas ”pada tangan terasa
Pukul 16:10 WIB 1. Memonitor kadar gula darah
kesemutan, 2 minggu yang lalu kadar gula saya naik ”.
2. Menganjurkan asupan cairan oral
(air putih)
3. Memberikan Pendidikan Kesehatan O:
tentang diet diabetes mellitus 5 - Tampak kulit keriput
kunci sehat ala penderita DM - Turgor kulit lembab
4. Berkolaborasi pemberian obat - Terapi obat Metformin 2x50g dan Bioron
Metformin dan Bioron 1x1tab. Hermawati
5. Kolaborasi dengan terapi - Pasien tampak belum paham apa yang
komplementer dengan daun akasia
disampaikan oleh perawat
- Pasien memahami bagaimana terapi
komplementer pada daun akasia

TTV:
TD: 125/76 mmHg,
Nadi: 96 x/mnt,
Suhu: 36,5 ºC,
RR: 20 x/mnt,
GDP : 166 g/dl

56
A: Masalah Ketidaksetabilan kadar glukosa darah
belum teratasi

Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat


Selasa, 05 Desember 2023 Diagnosa Keperawatan 3 S:
Pukul 16:10 WIB - Klien mengatakan senang menerima informasi terkait
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan penyakit Diabetes Melitus
menerima informasi O:
2. Melakukan pendidikan kesehatan dan - Klien tampak memahami tentang edukasi yang
menyediakan materi, media leaflet tentang disampaikan terkait Diabetes Melitus
DM dan diet pada DM - Namun Klien tampak masih bingung
3. Menjelaskan faktor resiko yang
- Klien tampak bertanya terkait materi edukasi yang Hermawati
mempengaruhi kesehatan seperti makanan
diberikan “ bagaimana cara mengendalikan
manis, sayuran seperti kol dan buah
kepatuhan minum obat dan diet nya”
durian
A: Masalah defisit pengetahuan teratasi sebagian
4. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
P: lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4

57
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari / Tanggal
Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
/Jam
Selasa 05 Diagnosa 1. Memonitor kadar gula S: Pasien mengatakan “badan saya terasa
Desember Keperawatan 1 darah enteng, saya tetap minum obat diabetes
2023 2. Menganjurkan asupan saya, saya selalu minum air putih”
Pukul 16.00 cairan oral (air putih) O:
WIB 3. Memberikan Pendidikan - Tampak kulit keriput
Kesehatan tentang diet - Turgor kulit lembab
diabetes melitus - Pasien tampak paham apa yang
4. Berkolaborasi disampaikan oleh perawat mengenai
pemberian obat pendidikan kesehatan tentang 5 kunci
Metformin dan Bioron sehat Ala DM
5. Berkolaborasi dengan - Pasien mendapatkan obat rutin Hermawati
terapi komplementer Metrofmin dan Bioron
pada daun akasia - Pasien memahami apa yang

58
disampaikan perawat mengenai terapi
komplementer pada daun akasia
TTV:
TD: 120/80 mmHg,
Nadi: 96 x/mnt,
Suhu: 36,5 ºC,
RR: 20 x/mnt
- GDP 166 g/dl
A: Ketidaksetabilan kadar glukosa darah
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Rabu 6 Diagnosa Keperawatan 1. Menjelaskan faktor - Klien mengatakan senang sudah banyak
Desember 2 resiko yang menerima informasi terkait penyakit DM
2023 mempengaruhu O:
Pukul 17.00 - Klien tampak memahami tentang
kesehatan
WIB edukasi yang disampaikan terkait faktor
2. Memberikan
kesempatan klien untuk resiko yang mempengaruhi kesehatan
bertanya dengan penyakit DM
A : Masalah defisit pengetahuan teratasi
P : Intervensi di hentikan .
Kamis 7 Diagnosa keperawatan 1. Memonitor kadar S: Pasien mengatakan “badan saya terasa
Desember 1 gula darah enteng, saya tetap minum obat diabetes
2023 2. Menganjurkan saya, saya selalu minum air putih”
Pukul 16.30 asupan cairan oral O:
WIB (air putih) - Tampak kulit keriput
3. Memberikan

59
Pendidikan - Turgor kulit lembab
Kesehatan tentang - Pasien tampak paham apa yang
diet diabetes melitus disampaikan oleh perawat mengenai
4. Berkolaborasi pendidikan kesehatan tentang 5 kunci
pemberian obat sehat Ala DM
Metformin dan - Pasien mendapatkan obat rutin
Bioron Metformin dan Bioron
5. Berkolaborasi - Pasien memahami apa yang
dengan terapi disampaikan perawat mengenai terapi
komplementer pada komplementer pada daun akasia
daun akasia
TTV:
TD: 120/80 mmHg,
Nadi: 96 x/mnt,
Suhu: 36,5 ºC,
RR: 20 x/mnt
- GDS 335 mg/dl
A: Ketidaksetabilan kadar glukosa darah
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

60
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik pada Tn .S dengan
diagnosa Diabetes Melitus di UPT Puskesmas Bukit Hindu didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
4.1.1 Pengkajian yang didapatkan pada Tn. S pada hari senin tanggal 05
Desember 2023, berdasarkan pengkajian tersebut didapatkan Tn. S
mengeluh mengalami tangan terasa kesemutan, kadar glukosa
meningkat, dan persepsi pengetahuan .
4.1.2 Masalah keperawatan yang timbul pada Tn. S adalah diagnosa yang
pertama yaitu ketidaksetabilan kadar glukosa dalam darah
berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus, diagnosa yang
kedua defisit pengetahuan.
4.1.3 Rencana tindakan yang ditetapkan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Intervensi yang diberikan kepada Tn. S
pada diagnosa pertama yaitu mengontrol kadar gukosa dalam darah,
diagnosa diagnosa yang ketiga memberikan Pendidikan kesehatan
tentang 5 tips sehat ala diabetes melitus, dan terapi komplementer
pada daun akasia .
4.1.4 Implementasi dilakukan selama 3 hari sesuai dengan intervensi
keperawatan yang disusun sebelumnya dan selanjutnya akan
dilanjutkan pasien di rumah secara mandiri.
4.1.5 Hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnosa pertama, kedua,
masalah teratasi Sebagian, Penulis menyarankan untuk melakukan
mengontrol kadar gukosa dalam darah ke puskesmas terdekat &
terapi komplementer pada daun akasia
4.2 Saran
Dari hasil pemaparan data-data di atas, maka saran yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut :
4.2.1 Bagi pasien dan keluarga

81
Diharapkan pasien dan keluarga dapat mengerti dan memahami tentang
pentingnya menjaga kesehatan, dapat memahami dengan benar cara
pengobatan Diabetes Melitus, dan dapat mengikuti setiap kegiatan yang
diberikan atau diajarkan oleh perawat maupun tim medis lainnya.
4.2.2 Bagi Perawat
1. Dapat menyiapkan asuhan keperawatan dengan lebih baik
dan benar lagi yang bertujuan pada kesembuhan pasien, dan
dapat menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif
terhadap pasien dengan Diabetes Melitus
2. Semua tindakan harus dijelaskan agar tidak ada kesalahan
interpretasi dan dicatat dalam status secara jelas, dan
mencantumkan nama petugas yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan keperawatan yang telah dilakukan.
3. Dapat bekerjasama dengan baik menjalin hubungan saling
percaya terhadap pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya untuk meningkatkan dan mempercepat proses
penyembuhan penyakit pada pasien.
4. Bagi pasien yang akan pulang, diharapkan perawat harus
segera menyiapkan pendidikan kesehatan bagi pasien serta
keluarganya dan dilakukan secara komprehensif pada
pasien maupun keluarga pasien. Sehingga pasien dan
keluarga dapat mengerti dan menyadari pentingnya
kesehatan bagi dirinya dan keluarganya

82
Daftar Pustaka
Aspiani, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Doenges, M E dkk. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Nursalam. (2019). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan
Praktik,Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Helwiyah Ropi, SKP., MCPN, penyakit diabetes melitus. Akses pada tanggal 2
November 2022
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 Cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Wijaya Andra S. & Putri Yessi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa).Yogyakarta: Nuha Medika.

83
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah penyakit kencing manis,merupakan
penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah
melebihi normal : > 140 mg/dl.
2. Tanda dan gejala
1. Banyak makan (polifagia)
2. Banyak minum (polidipsi)
3. Banyak kencing (poliuria)
4. Berat badan turun dengan cepat
5. Timbulnya rasa gatal
6. Sering kesemutan
7. Mudah lelah.
3. Akibat
1. Gagal jantung
2. Stroke
3. Katarak
4. Gagal ginjal
5. Luka yang tidak sembuh sampai menjadi gangrene
sehingga harus diamputasi
4. Cara pencegahan
1. Biasakan hidup sehat,minumair putih
2. Olahraga secara teratur
3. Diet seimbang
4. Jangan merokok
5. Gunakan alas kaki yang lembut
6. Periksa ke puskesmas / RS terdekat

84
a. Control gula darah
b. Control berat badan
c. Control tekanan darah.

LEAFLET

85
Journal of Telenursing (JOTING)
Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2023
e-ISSN: 2684-8988
p-ISSN: 2684-8996
DOI : https://doi.org/10.31539/joting.v5i1.5828
AIR REBUSAN DAUN AKASIA MENURUNKAN KADAR GLUKOSA
DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat intervensi pemberian air rebusan daun
akasia terhadap penurunan kadar glukosa dalam darah. Metode studi kasus
digunakan untuk
mengumpulkan data secara langsung terhadap responden dengan wawancara,
lembar observasi dan pengukuran glukosa arah. Hasil penelitian
menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah
diberikan air rebusan daun akasia selama tiga hari.

86
Simpulan, edukasi terkait diabetes melitus dan terapi komplementer diberikan
bersamaan dengan pemberian intervensi, diperoleh adanya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dan sikap partisipan.

Kata Kunci : Daun Akasia, Diabetes Melitus, Glukosa Darah,Polifenol.

ABSTRACT
This study looks at the intervention of giving acacia leaf boiled water to
reduce blood
Glucose levels. The case study method collected data directly on
respondents using interviews, observation sheets, and direction glucose
measurements. The results showed a decrease in blood glucose levels before and
after being given acacia leaf boiled water for three days. In conclusion, education
related to diabetes mellitus and complementary therapy are given together with
the provision of interventions, and an increase in the knowledge, skills, and
attitudes of the participants is obtained.
Keywords: Acacia Leaves, Diabetes Mellitus, Blood Glucose, Polyphenols.
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu gangguan metabolisme
yang paling umum yang menjadi perhatian besar di seluruh dunia. DM
disebabkan karena kekurangan insulin atau produksi insulin yang tidak
efektif di pankreas dan menyebabkan kelainan pada metabolisme karbohidrat,
protein dan lipid. Sebanyak 463 juta orang dilaporkan menderita DM pada tahun
2019 dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 578 juta pada tahun
2030 dan 700 juta pada tahun 2045 (Kumar et al.,2020). Berdasarkan data
International Diabetes Federation(IDF) Indonesiaberada di peringkat kelima
duniadengan perkiraan jumlah penderita diabetes sebanyak juta orang pada
tahun 2021(Kusumawaty et al., 2021; Setyawati et al., 2020). Riskesdas (2018)
menunjukkan, tren prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia meningkat
dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen prevalensi penyakit Diabetes Melitus
menurut diagnosa dokter meningkat dari 1,2 persen menjadi 2 persen. 2023.

87
Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 590-600591Diabetes Melitus
dikategorikan menjadi dua kelas: tipe 1 dan tipe 2. Pada Diabetes melitis tipe
1, produksi insulin tidak mencukupi karena kerusakan sel β pankreas,
sedangkan Diabetes melitis tipe 2 dimanifestasikan dengan gangguan sekresi
insulin di sel β pankreas atau oleh resistensi insulin yang menyebabkan
hiperglikemia
(Bharti et al., 2018).
Pasien dengan diabetes yang memiliki gangguan fungsi sel ginjal
yang dimana ekskresi albumin urin, urea, asam urat, dan kreatinin yang
lebih tinggi, BUN, retensi cairan, lesi glomerulus, dan laju filtrasi
glomerulus (GFR) yang lebih rendah (Sirajoet al.,2022).
Pembentukan radikal bebas atau spesies oksigen reaktif biasanya terjadi di
dalam sel ketika disuplai dengan glukosa darah tinggi, yang, pada gilirannya,
dapat merusak makromolekul seluler seperti lipid, asam nukleat, dan protein,yang
pada akhirnya mengarah pada diabetes dan berkembangnya penyakit terkait
(Sharma et al., 2022) .Diabetes melitus membutuhkan pengobatan seumur hidup
yang sangat sulit untukdidukungoleh pasien diabetes. Sejumlah besar obat
antidiabetes sintetik tersedia untuk mengurangi efek diabetes melitus dan
komplikasi terkaitnya, namun belum ada obatnya. Selain itu, pasien diabetes
menderita efek samping yang terkait dengan berbagai obat antidiabetes
sintetik
(Blahova et al., 2021). Karena berbagai tantangan dalam pengelolaan
diabetes melitus menggunakan obat sintetik, produk herbal semakin
populer di negara berkembang dan maju karena diyakini memiliki efek
samping yang lebih rendah, biaya rendah, dan aksesibilitas yang lebih
mudah (Niyodusenga et al., 2019). Di Afrika Selatan, tanaman herbal sering
digunakan sebagai salah satu tanaman untuk mengontrol kadar gula darah
(Cock et al., 2021).
Penggunaan pengobatan komplementer semakin populer untuk
pengelolaan diabetes melitus, hasil sistematis review menunjukkan efektivitas
bahan alam sebagai komplementer untuk mengontrol glikemik diabetes melitus

88
seperti berberis aristata/Silybum marianum, fenugreek seed, pare(Askari et al.,
2022), suplemen kayu manis atau whortleberry, kombinasi tanaman herbal (C.
spinosa, R. canina, dan S. securigera),Nigella sativa, jus Mulberry, chicory, teh
chamomile, dan jus paprika,kecombrang Putri(2021), bawang (Allium
Sativum) Beshbishy et al., (2020), dan daun akasia terbukti efektif digunakan
sebagai pengobatan alternative (Saad et al., 2022).
Rebusan daun akasia dipercaya masyarakat Indonesia sebagai alternatif
pengobatan diabetes melitus, selain bahannya yang melimpah terutama
bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area hutan tanamanindustri
perusahaan pembuatkertas. Perusahaan hanya menggunakan batangakasiauntuk
bahan kertas, sementara daunnya di buang atau di bakar, sehingga ribuan
hektar daun akasia sisa setelah batangnya diambil tidak dimanfaatkan.
Masyarakat sudah lama mengenal rebusan daun akasia dapat menurunkan kadar
gula darah dengan cara mengambil daun yang muda dan segar, kemudian di
cuci lalu di masak dengan 1-2 gelas airhingga air mendidih selama beberapa
menit, kemudian air rendamannya diminum sekali dalam sehari tergantung
kondisi(El-Taher et al., 2022).
Tumbuhan akasia telah dikenal luas sebagai agen antioksidan alami
(Oktavia & Sutoyo, 2021). Dengan demikian, terapi produk alami penghilang
radikal bebas dapat membuktikan taktik terapi yang bermanfaat dalam
pengendalian diabetes (Sharma et al., 2022). Ada beberapa pendekatan
terapeutik dalam penatalaksanaan DM untuk
mengurangi hiperglikemia postprandial dengan menghambat enzim
penghidrolisis karbohidrat, seperti α-amilase dan α-glukosidase (Chokki et al.,
2020). Sebagai contoh spesies Acacia yang memiliki manfaat obat sebagai
anti-diabetes dan anti-mikroba (Kisoi et al., 2016; Mukundi, 2015).2023.
Journalof Telenursing (JOTING) 5 (1) 590-600592Acacia auriculiformis A.
Cunn. (famili: Fabaceae) umumnya dikenal sebagai babool Australia atau
earpod wattle. Ini diperkaya dengan karbohidrat seperti asam glukuronat,
asam metil glukuronat,galaktosa, L-rhamnose dan arabinosa, dan bijinya
mengandung saponin, terutama, proacaciaside-I dan proacaciaside-II dan

89
Acaciaside-A dan Acaciaside B serta flavonoid, yaitu, -)-teracacidin dan (-)-
isoteracidin (Sharma et al., 2022; Hussain et al., 2020).
Tumbuhan ini telah dilaporkan memiliki beberapa aktivitas biologis, yaitu
aktivitas antimutagenik dan kemopreventif, antidiabetes, antimalaria dan
antiulcer (Kaur & Singhl, 2017; Tjeck et al., 2017).
Acacia nilotica subalata adalah salah satu subspesies yang ditemukan
di Kenya. Acacia nilotica telah digunakan dalam pengobatan tradisional
dalam banyak situasi seperti pengobatan diare, kusta, asma, kanker mata dan
tuberculosis. Acacia nilotica dianggap sebagai obat yang membantu untuk
mengobati ejakulasi dini. Ekstrak Acacia nilotica telah menunjukkan sifat
analgesik dan antipiretik. Daun Acacia nilotica indica kaya akan polifenol
yang diketahui dapat menurunkan glukosa darah dan tanin yang memusuhi
kontraksi otot polos dan jantung yang diinduksi kalsium, sehingga
menurunkan tekanan darah (Niyodusenga et al., 2019). Acacia seyal milik
keluarga Fabaceae (Mimosoideae). Ini adalah pohon berukuran kecil hingga
sedang dengan tinggi hingga 17 m dan diameter 60 cm, tersebar luas di
zona semi-kering Afrika tropis dan Laut Merah dan dari lembah Nil di
selatan hingga Zambia (Kisoi et al., 2016).
Fokus pada penelitian ini adalah penggunaan air rebusan daun akasia
dalam menurunkan kadar glukosa darah, selain itu belum ada yang penelitian
sebelumnya yang meneliti tentang rebusan daun akasia.
Pembuatan Air Rebusan Daun Akasia dan Cara Konsumsinya :
Pertama, gunakan10 lembar daun akasiayang masih muda dan segar lalu
cuci bersih. Langkah kedua, rebus dengan 5 gelas air sampai mendidih dan
air rebusan tersisa 3 gelas.
Langkah ketiga angkat air rebusan lalu dinginkan. Langkah kelima, minumlah
air hasil rebusan 3kali sehari, yaitu pagi setelah sarapan, setelah makan siang
dan malam Ketika akan tidur.

90
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

91
Oleh :
Hermawati
2020-01-14201-061

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

1. Satuan Acara Penyuluhan


Pokok Bahasan : Diabetes Melitus
Sasaran : Tn.S
Tempat : Rumah pasien
Hari,tanggal : Rabu,06 Desember 2023
92
Waktu : 25 Menit ( 16.00 – 16.25 WIB )
2. Tujuan
2.1 Tujuan Intruksional
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga
mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang Diabetes Melitus
2.2 Tujuan Instruksi Khusus :
a. Menjelaskan pengertian Diabetes Melitus
b. Menyebutkan penyebab timbulnya Diabetes Melitus
c. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi Diabetes Melitus
3. Metode
1. Ceramah dan Tanya Jawab
4. Media
1. Leaflet

93
No Kegiatan Waktu Metode

1 Pendahuluan : 5 - Menjawab
- Memberi salam dan memperkenalkan diri Menit salam
- Menjelaskan maksud dan tujuan penyuluhan - Mendengarkan
- Melakukan evaluasi vadilasi - Menjawab
pertanyaan

2 Penyajian : 10 -Mendengarkan
- Pengertian gagal ginjal kronik Menit dengan
- Factor-faktor yang mempengaruhi seksama
Diabetes Melitus -Mengajukan
- Mengkaji Persepsi Diabetes Melitus pertanyaan
- Cara-cara Mengatasi Diabetes Melitus

3 Evaluasi : 5 - Menjawab
- Memberikan pertanyaan akhir dan evaluasi Menit - Mendemontrasi

4 Terminasi : 5 - Mendengarkan
- Menyimpulkan bersama-sama hasil kegiatan penyuluhan Menit - Menjawab salam
- Menutup penyuluhan dan mengucapkan salam

94
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi Tentang perilaku sehat dengan Diabetes Melitus.
5. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Rabu,06 Desember 2023
2. Pukul : 16.00-16.25
3. Alokasi : Rumah Tn.S jln. Mahakam, waktu 25 Menit
6. Evaluasi
6.1 Evaluasi Struktur
1. Peserta dan keluarga hadir di tempat penyuluhan
2. Penyelenggaraan di rumah pasien
3. Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya
6.2 Evaluasi Proses
1. Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “Diabetes
Melitus
2. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3. Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan
6.3 Evaluasi Hasil
2. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Diabetes Melitus”
3. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Diabetes Melitus”
4. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Waktu Pelaksanaan, Hal-
Hal yang Perlu di Perhatikan, Teknik, dan Prosedur/Langkah-Langkah
penyakit Diabetes Melitus .

95
Dokumentasi tgl 05 Desember 2023

96
Dokumentasi tgl 06 Desember 2023

97
98

Anda mungkin juga menyukai