DENGAN DM”
OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas
dengan judul Makalah Keperawatan Gerontik dalam “Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Halusinasi” dengan baik dan lancar.“ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA
LANSIA DENGAN DM”
Dalam penulisan makalah ini banyak hambatan yang peulis lalui mulai dari waktu
penulisan hingga cara penyusunan penulisan pada makalah ini, oleh karena itu penulis mohon
atas dukungan dan kritikan yang membangun agar penulis bisa membuat suatu makalah yang
lebih baik lagi. Atas perhatian semuanya dalam kesempatan yang baik ini penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
A. Kesimpulan ……………………………………………………..........
B. Saran ……………………………………………………………........
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan bisa terjadi pada semua individu dan dimana proses menua setiap
individu pasti akan berbeda. Karena kebiasaan atau gaya hidup yang berbeda juga. “ Ada
beberapa teori penuaan yaitu seperti teori biologi, teori kultural, teori sosial, teori
genetika, teori rusaknya sistem imun tubuh, teori menua akibat metabolisme dan teori
kejiwaan sosial” (Sunaryo et al., 2016).
Lanjut usia selalu terjadi penurunan fungsi tubuh dimana salah satunya adalah
penurunan fungsi pancreas. Pada lansia yang sering dijumpai ketika terjadi penurunan
fungsi pancreas adalah penyakit diabetes melitus. Diabetes Melitus adalah suatu keadaan
ketika tubuh tidak mampu menghasilkan atau menggunakan insulin (hormon yang
membawa glukosa darah ke sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen), dengan
kondisi tersebut mengakibatkan terjadi hiperglikemia yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat hormonal, melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak serta menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada organ tubuh (Stuart dan
Laraia, 2017).
Estimasi terakhir (IDF, 2013) di dunia lebih dari 382 juta orang terkena DM, dan
pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang.
Badan organisasi dunia (WHO, 2017) memperkirakan Diabetes Melitus menjadi
penyebab utama ke tujuh kematian di dunia pada tahun 2030. Jumlah kematian akibat
DM digambarkan meningkat lebih dari 50% dalam 10 tahun ke depan. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas, 2013) mengatakan bahwa penderita diabetes melitus di Indonesia
meningkat pada tahun 2013 dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2007. Prevalensi
Diabetes Melitus pada tahun 2013 adalah 2,1% sedangkan prevalensi Diabetes Melitus
tahun 2007 adalah sebesar 1,1%. Hanya dua provinsi di Indonesia yang terlihat ada
kecenderungan menurunnya prevalensi Diabetes Melitus, yaitu Papua Barat dan Nusa
Tenggara Barat, sedangkan 31 provinsi lainnya di Indonesia menunjukkan kenaikan
prevalensi Diabetes Melitus yang cukup berarti salah satunya adalah Sumatera Barat.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) Wilayah Jawa Timur jumlah pravalensi
Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur adalah 2,0%,
untuk jumlah pravelensi Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk
umur > 15 tahun Di Wilayah Jawa Timur sebesar 2,6%. Pravelensi Diabetes Melitus
berdasarkan pemeriksaan Kadar Gula Darah pada penduduk umur >15 tahun menurut
karakteristik tertinggi berada pada umur 55-64 tahun dengan jumlah 15,6%. Angka
kejadian lansia terkena Diabetes Melitus di panti Griya Werdha jambangan sebanyak 15
orang dari jumlah total lansia 135 lansia.
Pertambahan usia merupakan faktor resiko yang penting untuk DM karena
penuaan berhubungan dengan resistensi insulin, seperti halnya resistensi insulin terkait
dengan DM tipe 2. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan mikrovaskuler (mengenai
pembuluh darah besar seperti pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi dan pembulu
darah otak), makrovaskuler (mengenai pembuluh darah kecil : retinopati diabetik,
nefropati diabetik), neuropati diabetik, rentan infeksi, dan kaki diabetik. (Stuart dan
Laraia, 2017). Permasalahan lansia karena adanya proses menua yang menyebabkan
banyak perubahan pada tubuh lansia seperti perubahan psikologis, sosial dan penurunan
fungsional tubuh. Akibat penurunan kapasitas fungsional ini lansia umumnya tidak
berespons terhadap berbagai rangsangan. Penurunan kapasitas untuk merespon
rangsangan menyebabkan lansia homeostasis tubuh. Gangguan terhadap homeostasis,
salah satu homeostasis yang terganggu yaitu sistem pengaturan kadar glukosa darah.
Gangguan pengaturan glukosa darah pada lansia meliputi tiga hal yaitu resistensi insulin,
hilangnya pelepasan insulin fase pertama, dan peningkatan kadar glukosa darah
postprandial diantara ketiga gangguan tersebut yang paling berperan adalah resistensi
insulin. Resistensi insulin tersebut dapat disebabkan oleh perubahan komposisi lemak
tubuh lansia berupa meningkatnya komposisi lemak dari 14% menjadi 30% (masa otot
lebih sedikit sedangkan jaringan lemak lebih banyak), menurunnya aktivitas fisik
sehingga terjadi penurunan reseptor insulin, perubahan pola makan lebih banyak makan
karbohidrat, dan perubahan neurohormonal (Reswan, Alioes, Rita, Nan, & Sicincin,
2016).
Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada lansia pada Panti di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya berdasarkan SDKI masalah keperawatan yang dapat terjadi
pada pasien dengan diabetes melitus adalah ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d
gangguan toleransi glukosa darah, resikojatuh b/d gangguan keseimbangan, gangguan
mobilitas fisik b/d ketidakbugaran fisik. Sebagai tenaga medis, perawat dapat
memberikan edukasi kepada lansia yang menderita diabetes melitus untuk melakukan
pola hidup sehat misalnya mengatur pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik
misalnya olah raga, senam, atau latihan jasmani lainnya, agar kadar gula darah selalu
dapat berada dalam keadaan terkendali karena dengan melakukan latihan jasmani berupa
olah raga apapun itu dapat menimbulkan proses terjadinya peningkatan aliran darah,
pembuluh kapiler lebih banyak terbuka sehingga mengakibatkan banyaknya reseptor
insulin dan reseptor akan lebih aktif sehingga hal ini berdampak terhadap penurunan
kadar gula darah pada penderita diabetes.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksudkan dengan diabetes melitus?
2. Apa etiologi diabetes melitus pada lansia?
3. Bagaimana patofisiologi diabetes melitus pada lansia?
4. Bagaimana manifestasi klinik diabetes mellitus pada lansia?
5. Apa saja klasifikasi penyakit Diabetes Mellitus pada lansia?
6. Apa saja komplikasi penyakit DM pada lansia?
7. Apa saja terapi farmakologi pada lansia dengan DM?
8. Bagaimana pemeriksaan kadar gula darah pada lansia dengan DM?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Pengertian DM
2. Etiologi DM
3. Patofisiolgi DM
4. Manifestasi Klinis DM
5. Klasifikasi DM
6. Komplikasi DM
7. Terapi farmakologi DM
8. Pemeriksaan kadar gula darah DM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN MEDIK
1) Konsep Dasar Diabetes Melitus
a. Pengertian Diabetes Melitus
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h. Teori program
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
b. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis
danberbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan
glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal
dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
4) Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen
dan fasiamengalami penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
parutetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikanruang paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot,kartilago dan sendi torak mengakibatkan
gerakan pernapasan terganggu dankemampuan peregangan toraks
berkurang.
g. Sistem perkemihan
h. Sistem saraf
i. Sistem reproduksi
2. Perubahan Kognitif:
(1) Daya Ingat (Memory); (2) IQ (Intellegent Quotient); (3) Kemampuan
Belajar (Learning); (4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension);
(5)Pemecahan Masalah (Problem Solving); (6) Pengambilan Keputusan
(Decision Making); (7)Kebijaksanaan (Wisdom); (8)Kinerja (Performance);
(9)Motivasi (Motivation)
3. Perubahan mental
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda
dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),
lansia sering merasa tetangganya mencuri barang- barangnya atau
berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-
main dengan feses dan urinnya, sering menumpuk barang dengan tidak
teratur.Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang
kembali.
f. Tipe Lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis sehingga motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansiayang memiliki motivasi yang
rendah dalam melakukan kegiatan, maka akanmempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memilikimotivasi yang
tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansiadan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senangmempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negatif, tetapiada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosialmasyarakat menjadi
positif.
3) Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4) Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur,tachicardi/ tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas
sehari hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
5) Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga klien
mengalami kesulitan tidur.
6) Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
7) Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh ,
lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem).
8) Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan.
9) Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta
memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan
pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko
lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.
10) Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan penderita
tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruktif/adaptif.
11) Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksan penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengarui pola ibadah penderita.
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Tingkat Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, somnolen, coma
3. GCS : E4 : V5 : M6
4. Pemeriksaan vital sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah
dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi
dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi
infeksi.
5. Antropometri
a) Tinggi Badan :
Pada pria: 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut (cm)
Pada wanita: 84,88- (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut (cm)
b) Berat Badan IMT= BB (TB)2 dalam meter
c) Pemeriksaan kulit Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau
sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
d) Pemeriksaan kepala dan leher Kaji bentuk kepala,keadaan rambut
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening,
dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5- 2 cmH2.
e) Pemeriksaan dada (Thorak) Pada pasien dengan penurunan kesadaran
acidosis metabolic pernafasan cepat dan dalam.
f) Pemeriksaan jantung (cardiovaskuler) Pada keadaan lanjut bisa terjadi
adanya kegagalan sirkulasi.
g) Pemeriksaan abdomen Dalam batas normal
h) Pemeriksaan integuinal, genetalia, anus Sering BAK
i) Pemeriksaan musculoskeletal Sering merasa lelah dalam melakukan
aktifitas, sering merasa kesemutan
j) Pemeriksaan ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa
baal
k) Pemeriksaan neurologi
GCS :15, Kesadaran Composmentis Cooperative (CMC)
l) Pengkajian Instrument Geriatric
1) Fungsional Bartel
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis sebagai akibat dari masalah
kesehatan yang sudah terjadi maupun yang masih beresiko. Diagnosa keperawatan
sejalan dengan diagnosa medis, sebab dalam mengumpulkan data, yang dibutuhkan
untuk menegakkan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit dalam
diagnosa medis (Dinarti dan Mulyanti, 2017).
Diagnosa yang mungkin muncul pada penderita Diabetes mellitus menurut
SDKI (2016) meliputi :
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Disfungsi pancreas
(D.0027)
b. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik (D.0077)
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
d. Resiko Infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis (diabetes mellitus) (D.0142)
e. Resiko jatuh dibuktikan dengan perubahan kadar glukosa darah (D.0143)
f. Risiko berat badan lebih (D.0031)
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Implementasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu menghasilkan
atau menggunakan insulin (hormon yang membawa glukosa darah ke sel-sel dan
menyimpannya sebagai glikogen), dengan kondisi tersebut mengakibatkan terjadi
hiperglikemia yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat hormonal, melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak serta menimbulkan berbagai
komplikasi kronis pada organ tubuh (Stuart dan Laraia, 2017).
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA