Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Andi Tenri Angka (P07224219004) (ketua)
Defi Nurwahidah Putri (P07224219007)
Dita Dwi Nur Shela (P07224219011)
Leni Anjarwati (P07224219023)
Pri Handini Hapsari (P07224219030)
Salsabila Rifha Amanda (P07224219033)
Sinta Alam Sari (P07224219036)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Taala, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah “DIABETES MELITUS” sebagai tugas mata kuliah Medical
Science.
Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Ns. Jasmawati,
S.Kep., M.Kes. selaku dosen mata kuliah Medical Science, atas bimbingan, dorongan
dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan inshaallah sesuai yang kami
harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diabetes Melitus..........................................................5
2.2 Tanda dan gejala Diabetes Melitus............................................5
2.3 Patofisiologi...............................................................................7
2.5 Komplikasi.................................................................................10
3.1 Kasus...........................................................................................28
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................36
4.2 Saran..........................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................37
3
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan
penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM
ercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit
degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik dan katarak
(Tjokroprawiro, 2001).
Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes merupakan salah satu ancaman
utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada
tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang
dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan
membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe II
merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanyadibandingkan
Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari
keseluruhan populasi penderita DM (Anonim, 2005).
Laksmanan (1986) memberitahukan alasan masuk rumah sakit yang
disebabkan oleh penyakit iatogrenik (akibat dari pengobatan) dimana sebanyak 47
kejadian iatogrenik yang muncul, ditemukan 35 kasus drug related illness. Kasus-
kasus tersebut diantaranya terjadi pada antihipertensi 8 kasus, antikonvulsan 4 kasus,
pengobatan jantung 2 kasus, antibiotik 2 kasus dan miscellaneous 1 kasus
(Cipolleetal., 1998).
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti
kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya
dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai organ
4
termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit
degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi (Rochmah, 2006). Umur secara
kronologis hanya merupakan suatu determinan dari perubahan yang berhubungan
dengan penerapan terapi obat secara tepat pada orang lanjut usia. Terjadi perubahan
penting pada respon terhadap beberapa obat yang terjadi seiring dengan
bertambahnya umur pada sejumlah besar individu (Katzung, 2004).
Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi insulin
pada usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya perubahan komposisi
tubuh, komposisi tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak 30%,
sedangkan tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal 5%. Faktor yang kedua
adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah reseptor
insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan transkolasi GLUT-4
(glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah perubahan pola makan
pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga prosentase
bahan makanan karbohidrat akan meningkat. Faktorkeempat adalah perubahan
neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan
dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Rochmah, 2006).
Prevalensi DM pada lanjut usia (geriatri) cenderung meningkat, hal ini
dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat
mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa.
Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun (Gustaviani,
2006).
Pada sebuah penelitian oleh Cardiovascular Heart Study (CHS) di Amerika
dari tahun 1996-1997 didapati hanya 12 % populasi lanjut usia dengan DM yang
mencapai kadar gula darah di bawah nilai acuan yang ditetapkan American Diabetes
Association. Pada penelitian tersebut juga diketahui 50% dari lanjut usia dengan DM
mengalami gangguan pembuluh darah besar dan 33% dari jumlah tersebut aktif
mengkonsumsi aspirin. Disisi lain banyak dari populasi lanjut usia dengan DM
5
memiliki tekanan darah > 140/90 mmHg, hanya 8% lanjut usia dengan kadar
kolesterol LDL < 100 mg/dl (Anonim, 2004).
Banyaknya obat yang diresepkan untuk pasien usia lanjut akan menimbulkan
banyak masalah termasuk polifarmasi, peresepan yang tidak tepat dan
ketidakpatuhan. Setidaknya 25% obat yang diresepkan untuk pasien usia lanjut tidak
efektif (Prest, 2003).
Penelitian ini mengambil subjek pasien Diabetes mellitus dan diambil dari
kalangan geriatri. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Kota Surakarta karena di rumah sakit ini penyakit Diabetes Melitus masuk dalam 10
penyakit terbesar.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit diabetes melitus
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes melitus
3. Untuk mengetahui patofisiologi diabetes melitus
4. Untuk mengetahui cara mendiagnosa diabetes melitus
5. Untuk mengetahui dampak diabetes melitus
6. Untuk Mengetahui dan memahami cara penularan diabetes melitus dalam
kehamilan
7. Untuk mengetahui dan memahami pencegahan serta penatalaksanan diabetes
melitus dalam kehamilan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
beberapa kali untuk buang air kecil. Itu pertanda ginjal berusaha singkirkan
semua glukosa ekstra dalam darah.
2. Rasa haus berlebihan
Dengan hilangnya air dari tubuh karena sering buang air kecil, penderita
merasa haus dan butuhkan banyak air. Rasa haus yang berlebihan berarti
tubuh Anda mencoba mengisi kembali cairan yang hilang itu. Sering ‘pipis‘
dan rasa haus berlebihan merupakan beberapa "cara tubuh Anda untuk
mencoba mengelola gula darah tinggi," jelas Dr. Collazo-Clavell seperti
dikutip dari Health.com.
3. Penurunan berat badan
Kadar gula darah terlalu tinggi juga bisa menyebabkan penurunan berat badan
yang cepat. Karena hormon insulin tidak mendapatkan glukosa untuk sel,
yang digunakan sebagai energi, tubuh memecah protein dari otot sebagai
sumber alternatif bahan bakar.
4. Sering lapar
Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya. Ketika kadar
gula darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan lebih
menginginkan glukosa yang dibutuhkan sel.
8
endotel atau EPC, yang melakukan perjalanan ke lokasi cedera dan membantu
pembuluh darah sembuhkan luka.
7. Keletihan dan mudah tersinggung
Ketika orang memiliki kadar gula darah tinggi, tergantung berapa lama sudah
merasakannya, mereka kerap merasa tak enak badan," kata Dr. Collazo-
Clavell. Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa kali di malam hari
membuat orang lelah. Akibatnya, bila lelah orang cenderung mudah
tersinggung.
8. Pandangan yang kabur
Penglihatan kabur atau atau sesekali melihat kilatan cahaya merupakan akibat
langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula darah Anda tidak
terkendali dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan permanen, bahkan
mungkin kebutaan. Pembuluh darah di retina menjadi lemah setelah bertahun-
tahun mengalami hiperglikemia dan mikro-aneurisma, yang melepaskan
protein berlemak yang disebut eksudat.
9. Kesemutan atau mati rasa
Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan rasa sakit
yang membakar atau bengkak, adalah tanda bahwa saraf sedang dirusak oleh
diabetes. Masih seperti penglihatan, jika kadar gula darah dibiarkan merajalela
terlalu lama, kerusakan saraf bisa menjadi permanen.
Pada diabetes, gula darah yang tinggi bertindak bagaikan racun. Diabetes
sering disebut ‘Silent Killer’ jika gejalanya terabaikan dan ditemukan sudah
terjadi komplikasi. Jika Anda memiliki gejala ini, segera tes gula darah atau
berkonsultasi ke petugas kesehatan.
2.3 Patofisiologi
a). DM Tipe 1 ( DMT 1 = Diabetes Mellitus Tergantung Insulin )
DMT 1 merupakan DM yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan
terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak
9
mampu mensintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas
yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi
pada kasus ini terdapat kekurangan insulin secara absolut (Tjokroprawiro,
2007). Pada DMT 1 biasanya reseptor insulin di jaringan perifer kuantitas dan
kualitasnya cukup atau normal ( jumlah reseptor insulin DMT 1 antara
30.000-35.000 ) jumlah reseptor insulin pada orang normal ± 35.000. sedang
pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin (Tjokroprawiro, 2007).
DMT 1, biasanya terdiagnosa sejak usia kanak-kanak. Pada DMT 1 tubuh
penderita hanya sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak
menghasilkan insulin, oleh karena itu untuk bertahan hidup penderita harus
mendapat suntikan insulin setiap harinya. DMT1 tanpa pengaturan harian,
pada kondisi darurat dapat terjadi (Riskesdas, 2007).16
10
menderita dibetes tipe 2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat
serius. Diabetes tipe 2 sudah menjadi umum di Indonesia, dan angkanya
terus bertambah akibat gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas
berolahraga (Riskesdas, 2007).
2.4 Diagnosis DM
Dinyatakan DM apabila terdapat :
1. Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena ) ≥ 200 mg/dl, ditambah dengan
gejala klasik: poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak jelas
sebabnya atau
2. Kadar glukosa darah puasa ( plasma vena ) ≥ 126 mg/dl atau
3. Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah makan atau beban
glukosa 75 gram pada TTGO. Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai
rutin di klinik. Untuk penelitian epidemiologis pada penduduk dianjurkan
memakai kriteria diagnosis kadar glukosa darah puasa.18 Ketiga kriteria
diagnosis tersebut harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain atau esok
harinya, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia yang jelas tinggi dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun
cepat. Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok tersebut
dibawah ini (Committe Report ADA-2006 ).
a. Kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
b. Obesitas BB ( kg ) > 110% BB ideal atau IMT > 25 ( kg/m2 )
c. Tekanan darah tinggi ( > 140/90 mmHg )
d. Riwayat DM dalam garis keturunan
e. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau abortus
berulang
f. Riwayat DM pada kehamilan
g. Dislipidemia ( HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl )
h. Pernah TGT ( Toleransi Glukosa Terganggu ) atau glukosa darah
puasa terganggu (GDPT
11
2.5 Komplikasi
Jika DM dibiarkan tidak terkendali, akan menimbulkan komplikasi yang dapat
berakibat fatal. Komplikasi diabetes dapat dicegah, ditunda atau diperlambat dengan
mengontrol kadar gula darah. Mengontrol kadar gula darah dapat dilakukan dengan
terapi misalnya patuh meminum obat (Sidartawan, 2007)
Komplikasi DM adalah semua penyakit yang timbul sebagai akibat dari DM,
baik sistemik, organ ataupun jaringan tubuh lainya. Proses glikosilasi19 (pengaruh
gkukosa pada semua jaringan yang mengandung protein) sangat berpengaruh pada
timbulnya komplikasi konis. Akhir-akhir ini AGE (Advanced Glycosylated
Endoproduct) diduga yang bertanggung jawab
atas timbulnya komplikasi kronis. Karena AGE inilah yang merusak jaringan tubuh
terutama yang mengandung protein, dan juga disebabkan disfungsi endotel dan
disfungsi makrofag (Tjokroprawiro, 2007). Klasifikasi komplikasi DM dibagi
menjadi : (Aryono, 2008 )
1. Komplikasi Akut
A. Hipoglikemi
Hipoglikemi merupakan komplikasi yang serius pada pengelolaan DM Tipe 2
terutama pada penderita DM usia lanjut, pasien dengan insufisiensi renal, dan
pasien dengan kelainan mikro maupun makroangiopati berat. Upaya untuk
mencegah terjadinya komplikasi diperlukan kendali gula darah yang berat
mendekati normal, sedangkan akibat dari kendali gula darah yang berat resiko
terjadinya hipoglikemi semakin bertambah berat.Diagnosis hipoglikemi
umumnya berdasarkan atas Trias Whipple yaitu adanya gejala hipoglikemi,
dengan darah berkadar gula yang rendah dan akan membaik bila kadar gula
kembali normal setelah pemberian gula dari luar. disebut gula darah rendah
adalah bila gula darah vena < 60 mg/dl. Penyebab terjadinya hipoglikemi :
- olah raga yang berlebih dari biasanya
- dosis obat diabetes berlebihan20
- jadwal makan yang tidak tepat dengan obat diabetes yang
diminum
12
- menghilangkan atau tidak menghabiskan makan atau snack
- minum alkohol
- tidak pernah kontrol sehingga obat yang diberikan dosisnya
tidak tepat
B. Keto Asidosis Diabetes ( KAD )
Merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan
penyakit DM. Kriteria diagnosis KAD adalah sebagai berikut :
- Klinis : poliuria, polidipsia, mual dan atau muntah, pernafasan Kussmaul
( dalam dan frekuen ), lemah, dehidrasi, hipotensi sampai syok, kesadaran
terganggu sampai koma.
- Darah : hiperglikemi lebih dari 300 mg/dl (biasanya melebihi 500 mg/dl).
Bikarbornat kurang dari 20 mEq/l dan pH < 7,35 ( asidosis metabolik ),
ketonemia.
- Urine : glukosuria, ketonuria.
C. Koma Hiperosmoler Non – Ketotik ( K. HONK )
Diagnosis klinis dikenal dengan sebutan tetralogi HONK : 1 yes, 3 no, yaitu :
1. Glukosa > 600 mg/dl ( hiperglikemia YES ) dengan tidak ada riwayat DM
sebelumnya ( NO DM ), bikarbonat > 15 mEq/l, tidak ada Kussmaul, pH
darah normal (NO Asidosis Metabolik), tidak ada ketonemia atau ketonuria
( NO ketonemia ).21
2. Dehidrasi berat, hipotensi sampai terjadi syok hipovolemi, didapatkan
gejala neurologi.
3. Diagnosis pasti ditegakkan apabila terdapat gejala klinis ditambah dengan
osmoloritas darah > 325-350 mOSM/l. Faktor pencetus KAD dan HONK:
- injeksi
- penghentian insulin atau terapi insulin yang tidak adekuat
- penderita baru
- infark miokard akut
- pemakaian obat steroid
13
2. Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis pada DM pada umumnya terjadi gangguan pembuluh
darah atau angiopati dan kelainan pada saraf atau neuropati. Angiopati pada
pembuluh darah besar disebut makroangiopati dan bila kena pembuluh darah kecil
disebut mikroangiopati, sedangkan
neuropati bisa merupakan neuropati perifer maupun neuropati otonom. Pada
penelitian UKPDS (United Kingdom Prospective Diabetes Study) umumnya
penderita DM yang datang berobat 50 % sudah mengalami komplikasi kronis ini.
Manifestasi klinis komplikasi kronis DM pada :
a. Infeksi (furunkel, karbunkel, TBC paru, UTI, mikosis) (Tjokroprawiro, 2007)22
b. Mata (Tjokroprawiro, 2007)
- Lensa cembung sewaktu hiperglikemia (miopi – reversible, tetapi katarak
irreversible)
- Retinopati DM = RD (Non – Prolifeverative Retinopathy, dan Proliferative
Retinopathy)
- Glaucoma
- Perdarahan Corpus Vitreum
c. Mulut (Tjokroprawiro, 2007)
- Ludah (kental, mulut kering = Xerostamia Diabetes)
- Gingiva (udematus, merah tua, gingivitis)
- Periodontium (rusak biasanya karena mikroangiopati
periodontitis DM, (semua menyebabkan gigi mudah goyah– lepas)
- Lidah (tebal, rugae, gangguan rasa akibat dari neuropati)
d. Traktus Urogenetalis (Tjokroprawiro, 2007 )
- Nefropati Diabetik, Sindrom Kiemmelstiel Wilson, Pielonefritis, Necrotizing
Papillitis, UTI, DNVD Diabetic Neorogenic Vesical Dysfunction = Diabetic
Bladder (dapat manyebabkan retensio /inkontinensia).
- Impotensi Diabetik.
e. Saraf ( Sri Murtiwi Aryono, 2008 )
14
Neuropati Diabetik ( ND ) merupakan gambaran keluhan dan gambaran gejala
fisik dari gangguan fungsi saraf tepi pada pasien DM setelah disingkirkan
penyebab lainnya.23
15
1. Infertilitas dan abortus meningkat pada pasien diabetes yang tidak
terkontrol.
2. Kelainan
Kelainan yang paling umum adalah jantung dan sindrom regresi kaudal.
Persalinan dan kelahiran premature dan kemungkinan janin besar (giant
baby) >4000 gr. Resiko kematian janin meningkat karean ketidak stabilan
glukosa ibu.
B. Diabetes Gestasional
Pada bayi terjadi makrosomia yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
yang berlebihan. Fokus perinatal adalh menghindari perlahiran sulit akibat
makrosomia disertai dengan distosia bahu. Secara spesifik, ibu yang mengidap
diabetes gestasional mengalami pengendapan lemak berlebih di bahu dan
16
badan, sehingga rentan distosia bahu. Bayi gemuk dari ibu diabetik lebih
sering memerlukan seksio sesarea atas indikasi disproposisi sefalopelvik.
Kegemukan ibu merupakan faktor resiko indipenden dan lebih penting
disbanding dengan intolerasi glukosa. Juga merupakan faktor perancu dalam
diagnosis diabetes gestasional.
C. Diabetes Overt
1. Efek pada Janin
a. Abortus
b. Persalinan Preterm
c. Malformasi
17
Diabetes dan kehamilan saling berinteraksi secara sigifikan, sehingga
kesejahteran ibu dapat mengalami gangguan serius. Kematian saat hamil
jarang terjadi, namun pada wanita demgan diabetes kelas H hanya separuh
yang bertahan hidup selama hamil.
D. Pengobatan
1. Perawatan Antenatal
a. Maksimalkan terapi sebelum terjadi kehamilan
b. Penentuan dekstrosa dengan fingerstick
c. Sesuaikan diet
Dengan keadaan gizi yang ideal berdasarkan tinggi badan, berat badan
dan bentuk tubuh. Yang tujuannya untuk mencegah hiperglikemia
selama keadaan puasa dan postpronidol (setelah makan). Contoh
komposisi dietnya adalah sebagai berikut:
18
2) Untuk mengendalikan kadar glukosa
3) Untuk mencegah kitosis akibat kelaparan
d. Olahraga
Olagraga yang sesuai adalah menggunakan otot tubuh bagian atas atau
tidak menimbulkan stres mekanik. Latihan kardiovaskuler untuk
bagian tubuh atas menurunkan kadar glukosa darah. Efek olahraga
pada kadar glukosa muncul setelah 4 minggu
f. Konsultasi
g. Memberikan insulin.
19
hari dan 1:1 pada malam hari, dan total pagi harus dua kali total
malam hari.
h. Penilaian rutin
i. Pemantauan janin
2. Persalinan dan Pelahiran
a. Pertimbangkan kelahiran elektif
Nilai status diabetes ibu selama nifas, karena dapat terjadi perubahan yang
luar biasa selam nifas ini. Misalnya, dosis insulin setelah melahirkan
hanya memerlukan sepertiga dosis insulin pada kehamilan lanjut.
4. Kontrasepsi
Tidaka ada satupun metode kontrasepsi yang cocok untuk wanita dengan
diabetes. Diabetes membawa resiko penyakit vascular dan esterogen
dalam kontrasepsi oral secara statistic meningkatkan tromboembolisme,
stroke dan infark miokardium. Disarankan untyk tidak menggunakan
kontrasepsi oral. Para dokter pun juga tidak menganjurkan pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim pada wanita diabetic, karena kemungkinan
meningkatnya resiko infeksi panggul. Dengan alasan tersebut banyak
wanita atau ibu dengan diabetes terutama diabetes overt memilih
sterilisasi.
E. Prognosis
20
Penanganan bersama ahli penyakit dalam, kebidanan dan ahli
kesehatan anak akan menurunkan kesakitan dan kematian iu dan perinatal.
Penanganan dan pengobatan yang tidak tepat merupakan faktor utama
penyebab kematian ibu yang sebenarnya. Peningkatan retinopati dan nefropati
diabetika terjadi pada sebagian besar pasien atau wanita selama kehamilan.
A) DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama Istri : Nama Suami :
Umur : Umur :
Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
21
Alamat :
2. Keluhan Utama
Kemungkinan yang ditemui : ibu mengalami DMG seperti sering kencing,
cepat haus.untuk mengetahui hal patologis dalam kehamilan yang dirasakan oleh ibu.
Misalnya : ibu dengan DM sering merasakan polyfagi ( ibu sring merasa lapar),
polyuri (sering kencing), polydipsi (sering mersa haus). Hal ini di karenakan ibu
hamil dengan DMG terjadi perubahan fisiologis, juga terjadi perubahan jumla atau
fungsi yang abnormal terhadp insulin. Sehingga terjadi juga perubahan kinetika serta
resistensi terhadap insulin yang mengakibatkan komposisi sumber energy dalam
plasma ibu rendah ( kadar gula darah tinggi dan kadar insulin juga tetap tinggi)..
5. Riwayat Menstruasi
No BB Abnor
Suami Anak UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK H M Laktasi Peny
/PB malitas
7. Riwayat Kontrasepsi
22
8. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Apabila wanita terinfeksi pada masa hamil dapat menyebabkan
malformasi kongenital berat karena protozoa ini dapat menembus melalui
plasenta ke janin. Kasus paling berat terjadi pada akhir trimester 1
(Varney, 2006)
9. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi Tidak bisa menjaga pola makan dan sering kali
minum minuman yang manis secara berlebihan
Eliminasi
Istirahat
Aktivitas
Personal Memakan makanan yang manis berlebihan
Hygiene Tidak mencuci tangan atau membersihkan diri
setelah memegang atau terpapar kotor (varney, 2006)
B) DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital : Tekanan darah :
23
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
Antropometri :
Berat Badan Sebelum Hamil :
Berat Badan saat ini :
Tinggi Badan :
LILA :
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Hidung :
Mulut :
Telinga :
Leher :
Dada :
Payudara :
Abdomen :
Genetalia :
Anus :
Ekstremitas :
Palpasi
24
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Leher :
Dada :
Abdomen:
Genetalia :
Anus :
Ekstremitas :
Auskultasi
Dada :
Abdomen :
Perkusi
Dada :
Abdomen :
Ekstremitas :
3. Pemeriksaan Khusus
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan kadar gula darah
merupakan aspek yang sangat penting untuk mendiagnosis diabetes
gestasional.
25
kehamilan 24-28 minggu. Kadar gula darah yang diukur adalah kadar gula darah
puasa dan 2 jam post prandial. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat
melakukan pengukuran adalah:
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan, jangan melakukan perubahan pola makan
dan aktivitas fisik
2. Puasa selama minimal 8 jam sebelum tes, boleh minum air putih
3. Lakukan pengukuran kadar gula darah puasa terlebih dulu, kemudian minum
glukosa anhidrosa 75 gram pada 250 ml air dalam waktu 5 menit
4. Setelah itu, kembali berpuasa selama 2 jam, lalu melakukan pemeriksaan
konsentrasi glukosa 2 jam post prandial.
Menurut ACOG, kadar normal gula darah puasa pada kehamilan adalah ≤ 95
mg/dL dan kadar normal gula darah 2 jam post prandial adalah 120 mg/dL.
Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) perlu dilakukan untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan fetus. Berdasarkan hasil USG, dokter kandungan dan endokrin
dapat melakukan evaluasi tatalaksana pada bayi maupun ibu dan dapat membuat
perencanaan tatalaksana persalinan. Pada diabetes gestasional, seringkali terjadi
makrosomia yang bisa menyebabkan bayi tidak dapat lahir per vaginam
26
seperti halnya hormon progesteron dan esterogen. Dimana kondisi ini
menyebabkan tubuh menjadi resisten terhadap kinerja insluin. Untuk
itulah, glukosa yang ada didalam darah tidak lagi dapat masuk kedalam
sel dan membuat jumlah atau ukurannya ini didalam darah tetap tinggi.
Bahkan ketika ibu hamil kurang piawai dalam menjaga asupan
makanannya maka kadar glukosa didalam darah akan terus meningkat.
Akibatnya, kondisi ini akan menyebabkan lebih banyak glukosa mengalir
ke janin dalam menyediakan nutrisi yang diperlukan untuk
pertumbuhannya. Sementara pada ibu hamil biasanya tubuh akan
memproduksi lebih banyak insulin guna mengatur dan mengotrol kadar
glukosa di dalam darah
DAMPAK DIABETES MELITUS GESTASIONAL (DMG) PADA JANIN
1. Kematian dini janin
2. Bayi lahir dengan ukuran yang besar
3. Adanya sindrom ganguan pernapasan
4. Lahir dengan cacat bawaan
5. Distosia bahu
6. HIPERBUBILURUBINEMIA DAN HIPOKALSEMIA
DAMPAK DIABETES MELITUS GESTASIONAL (DMG) PADA JANIN
Selain dampaknya yang dirasakan oleh janin dalam kandungan ibu. Hal
serupa pun akan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan resiko
untuk kandungan anda. Diabetes gestasional akan dapat meningkatkan
kemungkinan komplikasi tertentu pada ibu hamil, seperti diantaranya
adalah: Ibu hamil beresiko lebih tinggi untuk melahirkan dengan melalui
bedah caesar Tekanan darah tinggi sewaktu melahirkan atau preeklampsia
Resiko kelahiran lebih awal Resiko besar terhadap keguguran yang
menakutkan Setelah proses kelahiran, anda pun akan pula meningkatkan
resiko lebih besar terhadap obesitas dan diabetes tipe 2
27
Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk
pemeriksaan selanjutnya .
V. INTERVENSI
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan
Rasional : informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dengan klien untuk tindakan selanjutnya
2. Menjelaskan kepada ibu tentang infeksi ToksoplasmosisRasional :
informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan ibu serta
mempertimbangkan apa yang harus dilakukannya untuk tindakan
pencegahan terhadap infeksi tersebut
3. Menjelaskan kepada ibu cara penularan infeksi
toksoplasmosisRasional: mencegaah terjadinya penyebaran infeksi
toksoplasmosis di lingkungan sekitar ibu
4. Menjelaskan kepada ibu cara pencegahan infeksi toksoplasmosis
Rasional : informasi yang diberikan dapat merubah gaya hidup ibu
menjadi lebih sehat dan bersih sebagai upaya pencegahan
penyebaran parasit toksoplasmosis gondii yang menyebabkan infeksi
toksoplasmosis.
5. Memberikan dukungan dan pola istirahatRasional: agar ibu dapat
tetap tenang dan menjaga kesehatannya sehingga tidak mudah
terpapar penyakit
6. Memberikan KIE tentang nutrisi ibu dan perawatan kebersihan
hewan peliharaan. Rasional: memakan makanan yang bersih serta
sehat, tidak memakan daging mentah atau setengah matang dapat
menghindarkan ibu dari infeksi tosksoplasmosis. Serta menyerahkan
tugas merawat hewan peliharaan kepada orang lain dapat mencegah
ibu terpapar parasis penyebab infeksi.
VI. IMPLEMENTASI
28
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 20 April 2020
Waktu pengkajian : 08.00 WITA
Tempat pengkajian : PBM Sejahtera
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama Istri : Ibu L Nama Suami : Bp. W
Umur : 29 tahun Umur : 31 tahun
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl Melati No.23
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sering kesemutan, sering BAK, sering merasa haus dan lapar,
Ibu mengeluh kepalanya pusing dan mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini
30
3. Riwayat Kesehatan Klien
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, ginjal,
asma/TBC paru, hepatitis, D.M, Hipertensi, epilepsy yang dapat
mempengaruhi kehamilannya
5. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi teratur, siklus terjadi 28 hari, lama haid selama 7 hari, ibu
mengatakan bahwa mengganti pembalut 3-4 kali. Ibu mengatakan tidak memiliki
keluhan apapun, dan perhitungan HPHT : 18 November 2020
6. Riwayat obstetri
1 H A M I L I N I
2
7. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan yang pertama, dan umur
kehamilannya menginjak 22 minggu dan menurut perhitungan TP 25 Agustus 2020.
31
9. Pola fungsional kesehatan
32
b. Kultural :ibu dan keluarga tidak memiliki adat istiadat yang dapat
merugikan bagi janin dan ibunya
O.
1. pemeriksaan umum
2. Pemeriksaan Fisik
33
Dada : tampak simetris, tidak ada retraksi rongga dada,tidak ada
suara nafas tambahan
Payudara : pembesaran payudara, terdapat hiperpigmentasi areola
mamae dan puting susu, puting susu tampak menonjol dan
bersih,tidak ada nyeri tekan
Abdoman : tampak adanya pembesaran sesuai usia kehamilan, ada striea
bivide dan linea nigra, tidak ada bekas luka/bekas operasi.
TFU : 26 cm
34
Pemeriksaan Hb Sahli : 11,5 gr%
Golongan darah : B
DJJ : 132x/menit
A.
Kebutuhan tindakan segera : Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi terkait dengan
pola makan ibu
P.
20 April 2019 1. Menjelaskan kondisi ibu saat ini bahwa keadaan ibu saat
07. 15 wita ini kurang baik, TFU 26 cm. TD 120/90mmHg. Ibu
mengalami Diabetes Gestasional dengan kadar gula
dalam darah 1,5%. Bayi ibu dalam keadaan sehat, DJJ
132x/menit.a.
E; Ibu telah mengetahui tentang keadaannya dan ibu
35
merasa cemas dengan keadaan janinnya.
2. Menganjurkan ibu untuk konsultasi dengan ahli gizi
terkait dengan pola pemenuhan gizi ibu sehari-hari, agar
ibu dapat melakukan diet yang bertujuan untuk
mengontrol kadar gula dalam darah.
E; Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. Menjelaskan tanda bahaya yang dapat terjadi selama
kehamilan seperti perdarahan, sakit kepala yang hebat,
odem, nyeri abdomen / ulu hati, gerakan janin berkurang
dan ada gangguan pada penglihatan, jika ibu mengalami
salah satu tanda bahaya tersebut maka menganjurkan ibu
untuk segera memeriksakan diri pada bidan, tenaga
kesehatan lain dan atau tempat pelayanan kesehatan
terdekat untuk segera diberikan penanganan lebih lanjut
E: Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan yang
dianjurkan bidan
4. Memberikan terapi insulin agar dapat mencapai kadar
gula darah normal dan memberikan vitamin B1 3×1
(100mg) tablet sehari, untuk memenuhi kebutuhan
vitamin ibu serta memberitahu ibu cara penggunaann
vitamin tersebut, yaitu diminum satu tablet setiap hari
dengan air putih.
E: ibu mengerti dan bersedia melalakukan saran yang
diberikan kepada ibu.
5. Menganjurkan ibu untuk bersalin secara Seksio sesaria
(SC) jika kadar gula darah ibu masih belum normal saat
ibu sudah mendekati hari taksiran partus.
E: ibu mengerti dan bersedia melalakukan saran yang
diberikan kepada ibu.
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi
36
atau jika ibu ada keluhan
E: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi,
atau jika ibu merasakan keluhan
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes Melitus atau disebut dengan DM merupakan penyakit metabolic
dengan karakteristik peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia yang
terjadi akibat kelainan insulin, kerja insulin, atau keduanya. Memberikan ibu
terapi insulin, menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika
ibu ada keluhan serta menyarankan ibu untuk bersalin secara Seksio Cesaria (SC)
jika kadar gula darah ibu masih belum normal saat ibu sudah mendekati hari
taksiran partus merupakan salah satu penatalaksanaan diabetes mellitus.
4.2 Saran
Dengan adanya penyakit diabetes mellitus pada ibu hamil ini, diharapkan
ibu untuk lebih memperhatikan dan menjaga pola makannya terutama makanan
yang mengandung kadar gula yang tinggi, memperbanyak asupan serat dengan
mengonsumsi buah dan sayuran, kemudian ibu hamil juga harus rutin
memeriksakan atau melakukan kunjungan apabila mengalami keluhan, ibu juga
disarankan untuk melakukan olahraga ringan seperti berjemur dan berjalan kaki
guna mengendalikan kadar gula darah.
38
DAFTAR PUSTAKA
Perkeni, 2010. Petunjuk praktis pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta : EGC
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik edisi VII Volume 1. Jakarta : EGC
Tandra, Hans. 2007. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes.
Surabaya : EGC
39