Oleh :
Nama Kelompok
1. Ni Putu Ari Wijayanti (18101110001)
2. Ni Putu Ayu Dina Febriani (18101110003)
3. Ni Putu Eka Cintya Dewi (18101110006)
4. Ni Putu Mei Sanjiwani (18101110008)
5. Ni Komang Raka Dewi (18101110013)
6. Ni Putu Sekarinda Aulia Pradya Dewi (18101110014)
7. Ni Putu Sinta Dewi (18101110015)
8. Ni MadeWitari (18101110017)
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, berkat rahmat-Nya penulis memperoleh kekuatan dan
kesabaran hingga mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “”. Makalah ini
disusun dalam rangka menyelesaikan tugas Keperawatan Dasar II.
Dalam membuat makalah tentu banyak hambatan yang penulis alami. Namun
segala hambatan tersebut dapat diatasi. Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna, hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis
miliki. Untuk itu dengan rendah hati penulis sangat menghargai segala saran dan
kritik yang membangun dalam rangka penyempurnaan karya tulis ini. Penulis
berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan.
Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
berguna bagi pembaca.
Penulis
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kasus dan miscellaneous 1 kasus (Cipolle et al., 1998).
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya
seperti kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot,
daya lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan
fungsi berbagai organ termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis
glukosa, sehingga penyakit degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi
(Rochmah, 2006). Umur secara kronologis hanya merupakan suatu determinan
dari perubahan yang berhubungan dengan penerapan terapi obat secara tepat
pada orang lanjut usia. Terjadi perubahan penting pada respon terhadap
beberapa obat yang terjadi seiring dengan bertambahnya umur pada sejumlah
besar individu (Katzung, 2004).
Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi
insulin pada usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya
perubahan komposisi tubuh, komposisi tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid
12%, lemak 30%, sedangkan tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal
5%. Faktor yang kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan
mengakibatkan penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan
insulin sehingga kecepatan transkolasi GLUT-4 (glucosetransporter-4) juga
menurun. Faktor ketiga adalah perubahan pola makan pada usia lanjut yang
disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga prosentase bahan makanan
karbohidrat akan meningkat faktor keempat adalah perubahan neurohormonal,
khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan dehydroepandrosteron
(DHtAS) plasma (Rochmah, 2006).
Prevalensi DM pada lanjut usia (geriatri) cenderung meningkat, hal ini
dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi
faktor intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang
bersifat mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh
terhadap glukosa. Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur
> 60 tahun (Gustaviani, 2006).
Pada sebuah penelitian oleh Cardiovascular Heart Study (CHS) di
Amerika dari tahun 1996-1997 didapati hanya 12 % populasi lanjut usia
dengan DM yang mencapai kadar gula darah di bawah nilai acuan yang
2
ditetapkan American Diabetes Association. Pada penelitian tersebut juga
diketahui 50% dari lanjut usia dengan DM mengalami gangguan pembuluh
darah besar dan 33% dari jumlah tersebut aktif mengkonsumsi aspirin. Disisi
lain banyak dari populasi lanjut usia dengan DM memiliki tekanan darah >
140/90 mmHg, hanya 8% lanjut usia dengan kadar kolesterol LDL < 100 mg/dl
(Anonim, 2004). Banyaknya obat yang diresepkan untuk pasien usia lanjut
akan menimbulkan banyak masalah termasuk polifarmasi, peresepan yang
tidak tepat dan ketidakpatuhan. Setidaknya 25% obat yang diresepkan untuk
pasien usia lanjut tidak efektif (Prest, 2003).
Penelitian ini mengambil subjek pasien Diabetes mellitus dan diambil dari
kalangan geriatri. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Kota Surakarta karena di rumah sakit ini penyakit Diabetes
Melitus masuk dalam 10 penyakit terbesar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan DM tipe 1?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan DM tipe
1.
1.4 Manfaat Makalah
1. Mengetahui cara pembuatan laporan tentang Diabetes Militus dan
memberikan Asuhan keperawatan kepada pasien dengan penyakit Diabetes
Militus.
3
BAB II
PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS
I. PENGERTIAN
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetic
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. ( Price and Wilson, 2000 )
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi( Smeltzer and
Bare,2000)
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi
atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011)
II. ETIOLOGI
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-
sel beta pancreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1.
Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA (
Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor Imunologi
4
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-
olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui .
Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor resiko tertentu yang
berhubungan yaitu :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat Keluarga
d. Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya
diabetes tipe II disbanding dengan golongan Afro-Amerika
( Smeltzer and Bare, 2000 )
III. KLASIFIKASI
Klasifikasi DM dan gangguan toleransi glukosa adalah sebagai berikut :
1. Diabetes mellitus
a. DM tipe 1 (tergantung insulin)
b. DM tipe 2 (tidak tergantung insulin)
- Gemuk
- Tidak gemuk
c. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
tertentu
- Penyakit pancreas
5
- Hormonal
- Obat atau bahan kimia
- Kelainan reseptor
- kelainan genital dan lain-lain
2. Toleransi glukosa terganggu
3. Diabetes Gestasional
(Suyono, et al 2001)
6
(poli uri) dan rasa haus (polidipsi). Defisiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan .
pasien juga mengalami peningkatan selera makan (polifagi) akibat penurunan
simpanan kalori.gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin ini
disertai dengan penurunan reaksi intra sel sehingga insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada gangguan sekresi
insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau
sedikit meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah meningkat. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan DM tipe 2 dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami sering bersifat ringan seperti
kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi
)
( Smeltzer and Bare, 2000 )
7
Lingkungan, Genetik , Imunologi,Obesitas, Usia
Resiko infeksi
Poliuri
Sklerosis mikrovaskuler
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan Kekurangan volume cairan Neuron
Perubahan persepsi
Gangguan fungsi penglihatan sensori perabaan
8
V. TANDA DAN GEJALA
Ketoasidosis atau serangan diam- diam pada tipe 1
Yang Paling sering terjadi adalah keletihan akibat defisiensi eneri dan
keadaan katabolis
Kadang kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe 2
Dieuretik ostomotik yan disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput
lendir, dan kekencangan kulit buruk
Pada Ketoasidosi dan keadaan non-ketotik hipermosmolar hiperglikemik,
dehidrasi berpotensi menyebabkan hipovolemia dan syok
Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat
badan dan selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak
(Paramita, 2011)
Gejala klasik :
Poliuri
Polidipsi
Polifagi
Penurunan Berat Badan
Lemah
Kesemutan, rasa baal
Bisul / luka yang lama tidak sembuh
Keluhan impotensi pada laki-laki
Keputihan
Infeksi saluran kemih
(Suyono, et al 2001)
VI. KOMPLIKASI
1. Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemi
c. Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
9
d. Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam hari
diikuti peningkatan rebound pada pagi hari )
e. Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari
antara jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan
sikardian kadar glukosa pada pagi hari )
2. Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
Penyakit vaskuler perifer
Stroke
b. Mikroangiopati
Retinopati
Nefropati
Neuropati diabetik
(Price and Wilson, 2000)
3. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
4. Pemeriksaan kadar glukosa urin
Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau menggunakan enzim
glukosa . Pemeriksaan reduksi urin positif jika didapatkan glukosa dalam
urin.
(Carpenito, 2011)
10
VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi
vaskuler serta neuropatik.Tujuan terapetik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktifitas pasien. Ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan DM yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi dan pendidikan
kesehatan.
1. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan
kadar glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler.
Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin.
Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga.
3. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
4. Terapi
a. Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
11
b. Obat oral anti diabetik
- Sulfonaria
Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
- Biguanid
Metformin 500 mg
5. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
a. Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping
obat, pengenalan dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
b. Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene
umum )
c. Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat
(Smeltzer and Bare, 2000)
12
3. Integritas ego;
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi ;
Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang
Diare, nyeri tekan abdomen
Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan berbau bila ada infeksi
Bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif ( diare ), abdomen
keras, adanya asites
5. Makanan / cairan ;
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa / karbohidrat
Penurunan berat badan
Haus dan lapar terus, penggunaan diuretic ( Tiazid ), kekakuan / distensi
abdomen
Kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah
(nafas aseton ).
6. Neurosensori :
Pusing, pening, sakit kepala
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan, disorientasi, mengantuk, stupor / koma , gangguan memori
( baru, masa lalu ), kacau mental, reflek tendon dalam menurun/koma,
aktifitas kejang
7. Nyeri / kenyamanan ;
Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi
8. Pernafasan :
Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi
Frekuensi pernafasan meningkat, merasa kekurangan oksigen
9. Keamanan :
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya
kekuatan umum / rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk
13
otot-otot pernafasan,( jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
,demam, diaphoresis
10. Seksualitas :
Cenderung infeksi pada vagina.
Masalah impotensi pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa umum yang muncul pada pasien Diabetes Melitus :
1. Resiko ketidak stabilan gula darah berhubungan dengan kurangnya
terpapar informasi tentang menajemen diabetes
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes militus),
ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer : kerusakan integritas kulit.
3. Risiko ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi.
XI. INTERVENSI
1. Resiko ketidak stabilan gula darah berhubungan dengan kurangnya
terpapar informasi tentang menajemen diabetes
Tujuan : agar gula darah klien membaik
NOC Lable : kadar glukosa darah
Kriteria hasil:
Kadar glukosa normal.
Urine glukosa normal.
Hemoglobin glikosilat normal
Urine keton normal.
Intervensi :
Observasi :
Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat.
Monitor kadar gula darah
14
Monitoe intake dan output cairan
Terapeutik :
Berikan asupan cairan oral
Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemi
tetap ada atau memburuk
Edukasi :
Anjurkan monitor kadar gula darah secara mandiri
Anjurkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urin, jika
perlu
Ajarkan pengelola diabetes (mis, penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan)
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
15
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
3. Risiko ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit.
Tujuan : klien terhindar dari infeksi silang
NOC Lable : menajemen diri : diabetes
Kriteria hasil:
Mendapat pemeriksaan mata yang terdilatasi sesuai rekomendasi
meningkat
Menjalani aturan pengobatan sesuai resep meningkat
Melakukan prosedur yang benar untuk pengecekan kadar gula darah
meningkat
Memantau glukosa darah meningkat
Intervensi :
Observasi :
Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat.
Monitor kadar gula darah
Monitoe intake dan output cairan
Terapeutik :
Berikan asupan cairan oral
Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemi
tetap ada atau memburuk
Edukasi :
Anjurkan monitor kadar gula darah secara mandiri
Anjurkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urin, jika
perlu
Ajarkan pengelola diabetes (mis, penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan)
Kolaborasi :
16
Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi.
Tujuan : agar pengetahuan klien meningkat tentang penyakit
NOC Lable : pengetahuan : menajemen diabetes
Kriteria hasil :
Faktor – faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi
Tanda dan gejala awal penyakit
Peran diet dalam mengontrol kadar gula darah
Peran olahraga dalam mengontrol gula darah
Intervensi :
Observasi :
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Identifikasi faktor – faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi petilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
Sediakan meteri dan media pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesepakatan untuk bertanya
Edukasi :
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Ajarkan perlaku hidup bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
prilaku hidup bersih dan sehat
17
DAFTAR PUSTAKA
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Diabetes yaitu peningkatan jumlah glukosa ( gula ) dalam darah. Diabetes tipe
1 ini biasanya muncul pada usia muda dibawah 40 tahun, tetapi dapat juga terjadi
pada berbagai usia. Penanganannya adalah dengan pemberian suntikan insulin dan
pengaturan pola makan. Diabetes diwariskan dengan berbagai cara yang berbeda.
Diabetes tipe 1 adalah salah satu kelompok kondisi yang dikenal sebagai gangguan
autoimun karena antibody tubuh menyerang berbagai organ dan mengganggu
fungsi normalnya. Protein yang disebut antibody dibentuk untuk melawan bagian
tubuh tertentu, termasuk kelenjar endokrin (kelenjar yang memproduksi hormon).
Antibodi mengganggu produksi hormon dan biasanya mengakibatkan kegagalan
dari kelenjar tertentu.
Pada Diabetes tipe 1, antibody dibentuk untuk melawan sel-sel pulai
langerhans pankreas yang bertanggung jawab memprodiksi insulin Pada diabetes
tipe 1, beberapa anggota keluarga dapat membawa peningkatan risiko yang dapat
diidentifikasi dengan uji genetik. Namun, hanya sebagian kecil dari orang-orang
yang mewarisi risiko ini akan berlanjut menjadi diabetes dan tidak ada yang dapat
menghilangkan faktor-faktor penyebab diabetes
3.2 Saran
- Pembaca diharapkan mengerti, memahami dan menghayati makalah ini.
- Penulis diharapkan lebih baik lagi dalam menulis makalah ini.
- Penulis diharapkan mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan dengan
judul makalah.
- Semoga bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.
19
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/7878558/Diabetes_tipe_1
https://id.scribd.com/doc/297586866/Makalah-Kasus-II-Diabetes-Militus-tipe-1
20