Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FARMAKOLOGI BAHAN ALAM

( ANTIDIABETES )

DIsusun oleh

KELOMPOK 1

HERLOINDA ADONELIA ANSANAI

MAKDELENA IRPA DIMARA

VICKY RADITIA HETRARIA

JURUSAN FARMASI

FAKUTAS MATEMATIKA DAN ILUM PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS CENDERAWASI JAYAPURA

TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI
BAB 1.PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………............3
1.1.LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………………………..........3
BAB 2. PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………….........4
2.1.PENGERTIAN antidiabetes……………………………………………………………………………..........4
2.2.ETIOLOGI DIABETES……………………………………………………………………………………………………..5
2.3.JENIS JENIS DIABETES………………………………………………………………………………………………...5
2.4.MEKANISME TERJADINYA DIABETES…………………………………………………………………………6
2.6. TAHAPAN PENGOBATAN DIABETES………………………………………………………..8
2.7.PENGOBATAN FARMAKOLOGI BAHAN ALAM DAN MEKANISME KERJANYA……………….9
BAB 3.PENUTUPAN…………………………………………………………………………………………………………10
3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………………11
3.2. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………….12
BAB I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang
berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan
penatalaksanaan jangka panjang. Perubahan gaya hidup yang pasif,
mengkonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol, merokok dan stres yang
tinggi, dilaporkan meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare,
2002). Salah satu penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit kronis
adalah Diabetes Melitus (DM).
Diabetes Melitus dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana
didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin
(WHO, 2002 dalam penatalaksanaan diabetes terpadu), sedangkan menurut
American Diabetes Association (ADA) 2003, Diabetes Melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau karena keduanya.
Diagnosis Diabetes Melitus umumnya akan ditetapkan apabila terdapat
gejala khas diabetes melitus berupa poliuri, polidipsi, lemas dan berat badan
menurun. Gejala lain yang sering dijumpai oleh pasien adalah kesemutan,
gatal, mata kabur dan impotensi pada pria serta pruritus vulvae pada pasien
wanita. Jika adanya keluhan dan gejala khas serta ditemukannnya
pemeriksaan gula darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis Diabetes Melitus. Hasil pemeriksaan HbA1C ≥ 8 %
juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis Diabetes Melitus
(PERKENI, 2002).

Prevalensi Diabetes Melitus semakin meningkat, Organisasi Kesehatan


Dunia (WHO) menyatakan pada awal tahun 2006 sedikitnya 171 juta orang
mengalami Diabetes Melitus dan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Di Indonesia pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus sekitar 5,6
juta jiwa, dan pada tahun 2006 meningkat tajam menjadi 14 juta jiwa. Hal ini
jika dirata-ratakan terdapat 1,4 juta jiwa peningkatan jumlah pasien Diabetes
Melitus tiap tahunnya (WHO, 1999). Berdasarkan pola pertambahan
penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020, saat usia penduduk
Indonesia yang berusia diatas 20 tahun mencapai jumlah 178 juta jiwa dan
dengan asumsi jumlah penderita Diabetes Melitus 4 % , maka akan terdapat
sekitar 7 juta jiwa pasien Diabetes Melitus (Erik Tapan, 2005). Sedangkan
Survei Depkes (2001) terdapat 7,5 persen penduduk Jawa dan Bali menderita
DM. Data Depkes tersebut menyebutkan jumlah pasien DM menjalani rawat
inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien
penyakit dalam (Mawalda Fitrisa, 2008). Pasien Diabetes Melitus di
Indonesia didominasi oleh pasien Diabetes Melitus tipe 2 yakni kurang lebih
90% hingga 95% dari seluruh populasi pasien Diabetes Melitus (Smeltzer
dan Bare, 2001
Berdasarkan data dari salah satu rumah sakit umum pemerintah di
Jakarta jumlah pasien Diabetes Melitus sejak tahun 2007 hingga Mei 2009
terdapat 1.504 kasus Diabetes Melitus dengan perincian sebagai berikut:
pada tahun 2007 terdapat 631 orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari
32 orang pasien Diabetes Melitus type-1 dan 599 orang pasien Diabetes
Melitus type-2, sedangkan pada tahun 2008 meningkat, yakni terdapat 699
orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 17 orang pasien Diabetes
Melitus type-1 dan 682 orang pasien Diabetes Melitus type-2, sedangkan

pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei tahun 2009 tercatat 229 orang
pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 6 orang pasien Diabetes Melitus
type-1 dan 223 orang pasien Diabetes Melitus type-2. Dari data diatas dapatdisimpulkan bahwa ke
karena kasus diabetes melitus mengalami peringatan (Asdie,2009
peningkatan (Asdie, 2009).
BAB II . PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau
defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan
oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
sehingga menyebabkan hiperglikemia (Sulistria, 2013).
Diabetes mellitus yang tidak terkontrol akan meningkatkan progresivita terjadinya
berbagai komplikasi kronik, baik mikroangiopati maupun makroangiopati (Alfarisi, 2012).
Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas ,merupakan zat utama yang
bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah. Insulin membantu glukosa
berpindah ke dalam sel tubuh sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai
cadangan energi.

2.1.2 Klasifikasi
Ada 2 jenis tipe penyakit diabetes yaitu (Ulya, 2012):
1. Penyakit Diabetes tipe 1.
Suatu keadaan dimana tubuh sama sekali tidak dapat memproduksi hormon insulin.
Penderita penyakit diabetes harus menggunakan suntikan insulin dalam mengatur gula
darahnya. Sebagian besar penderita penyakit diabetes ini adalah anak-anak dan remaja.
2. Penyakit Diabetes tipe 2.
Penyakit diabetes ini terjadi karena penderita tidak kekurangan insulin akan tetapi,
insulin tidak dapat digunakan dengan baik (resistensi insulin). Tipe penyakit diabetes
ini merupakan yang terbanyak diderita saat ini (90% lebih), dan sering terjadi pada
mereka yang berusia lebih dari 40 tahun gemuk dan mempunyai riwayat penyakit
diabetes dalam keluarga.
3. Diabetes gestasional
Merupakan diabetes yang timbul selama masa kehamilan karena pada kehamilan
terjadi perubahan hormonal dan metabolik sehingga ditemukan jumlah atau fungsi
insulin yang tidak optimal yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang
meliputi preeklampsia, kematian ibu, abortus spontan, kelainan kongenital,
prematuritas, dan kematian neonatal. DM gestasional meliputi 2-5 % dari selurh
diabetes (Arif et al.,2001)
2.1.3 Etiologi
a. Diabetes Melitus tipe-1
Diabetes Melitus tipe-I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi
faktor genetik, imunologi, dan dapat pula lingkungan (misalnya infeksi virus)
diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta (Potter & Perry, 2006).
1.) Faktor Genetik
Pasien diabetes tidak mewarisi Diabetes Melitus tipe-I itu sendiri tetapi, mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Melitus
tipe-1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (human leococyte antigen) tertentu.. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggungjawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2.) Faktor Imunologi
Diabetes Melitus tipe-1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
3.) Faktor Lingkungan
Faktor-faktor ekstetrnal juga dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes Melitus tipe-2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada Diabetes Melitus tipe-2 masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu
terdapat pula faktor- faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
Diabetes Melitus tipe-2. Faktor-faktor ini adalah: Usia (resistensi insulin cenderung
meningkat pada usia di atas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga, Kelompok etnik
(Potter & Perry, 2006).

2.1.4 Faktor – faktor terjadinya diabetes.

1. Faktor risiko diabetes tipe 1, antara lain:

 Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih memiliki risiko
terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama,
karena berhubungan dengan gen tertentu.
 Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti di
Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena
kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya
memicu penyakit autoimun.
 Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4–7 tahun,
kemudian pada anak-anak usia 10–14 tahun.
 Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini, air yang
mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan,
memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning saat lahir.

2. Faktor risiko diabetes tipe 2, antara lain:

 Berat badan berlebih atau obesitas.


 Distribusi lemak perut yang tinggi.
 Gaya hidup tidak aktif dan jarang beraktivitas atau berolahraga.
 Riwayat penyakit diabetes tipe 2 dalam keluarga.
 Ras kulit hitam, hispanik, Native American, dan Asia-Amerika, memiliki angka pengidap
lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih.
 Usia di atas 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum usia
45 tahun.
 Kondisi prediabetes, yaitu ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi tidak
cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes.
 Riwayat diabetes saat hamil.
 Wanita dengan sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan menstruasi tidak
teratur, pertumbuhan rambut berlebihan, dan obesitas.

3. Gejala Diabetes.
Nyatanya, gejala diabetes akan dialami berbeda-beda oleh tiap pengidapnya. Namun,
secara umum ada beberapa gejala yang akan dialami oleh pengidap diabetes tipe 1 maupun tipe
2, seperti peningkatan rasa haus, peningkatan frekuensi buang air kecil, kelelahan terus
menerus, gangguan penglihatan, dan terjadinya infeksi terus menerus. Infeksi yang terjadi
umumnya terjadi pada bagian gusi maupun kulit. Sedangkan pada wanita, waspada
infeksi bagian bagian vagina yang bisa menjadi tanda penyakit diabetes.

4. Diagnosis Diabetes
Dokter akan mendiagnosis diabetes pada seseorang dengan melakukan
wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan
darah dan urine.

5. Pencegahan Diabetes.
Lakukan beberapa gaya hidup sehat ini untuk mencegah penyakit diabetes:
1.Mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan rendah lemak.
2.Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.
3.Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.
4.Berolahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik.
5.Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi .
6.Menghindari atau berhenti merokok.
2.5 .Patofisiologi Diabetes Mellitus
Hormon insulin dihasilkan sel beta di kelenjar pankreas. Dalam keadan normal, bila
ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan disekresikan ke dalam darah sesuai
kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah. Salah satu komponen utama
yang memberikan rangsangan pada sel beta untuk memproduksi insulin karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah (Manaf dalam Sudoyo, et al. 2006).
a. Diabetes Melitus tipe-1 Terjadi defisiensi insulin yang dihasilkan oleh sel beta
pankreas, karena adanya reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada
sel beta insulitis. Hal ini menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang
disebut ICA (Islet Cel Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA)
yang ditimbulkan dapat menyebabakan hancurnya sel beta. Insulitis dapat
disebabakan oleh beberapa hal, diantaranya: virus, seperti virus rubella, herpes dan
lain-
lain.
b. Diabetes Melitus tipe-2 Pada Diabetes Melitus tipe 2 sel beta pankreas tetap
memproduksi insulin bahkan lebih dari kadar normal, tetapi jumlah reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel yang berkurang. Hal ini dapat menyebabkan
glukosa yang masuk kedalam sel akan berkurang, sehingga sel akan kekurangan
bahan bakar/glukosa dan glukosa didalam pembuluh darah akan meningkat (Manaf
dalam Sudoyo, et al.2006).
c. Mekanisme diabetes.
Penyakit diabetes disebabkan karena menurunnya hormon insulin yang diproduksi
oleh kelenjar pangkreas. Penurunan hormone ini mengakibatkan seluruh gula
(glukosa) yang dikonsumsi Tubuh tidak dapat diproses secara sempurna, sehingga
kadar gulkosa di dalam tubuh akan menigkat.
2.6 PENGOBATAN DIABETES TIPE 1 DAN TIPE 2.
Pengobatan akan disesuaikan dengan jenis diabetes yang kamu alami. Terapi insulin
menjadi salah satu pengobatan yang bisa dilakukan oleh pengidap diabetes tipe 1 maupun
tipe 2. Bahkan, pada diabetes tipe 1 yang cukup berat, tranplantasi pankreas bisa dilakukan
guna mengatasi kerusakan pada pankreas. Sedangkan, pengidap diabetes tipe 2 akan
diberikan beberapa jenis obat-obatan untuk menangani diabetes tipe 2.

Pengobatan diabetes melitus tipe 1


Obat insulin.
 Farmakologi obat insulin tipe satu
Secara farmakologi, mekanisme terapeutik utama insulin reguler  adalah mengatur
metabolisme glukosa sehingga diharapkan menurunkan kadar glukosa darah.

 obat Insulin :
 Bentuk Sediaan                                               
Bentuk sediaan insulin reguler adalah sediaan injeksi dengan kekuatan 100 UI/mL, dan
500 UI/mL yang tersedia dalam bentuk suspensi untuk injeksi dan quick pen (tersedia di
apotek/rumah sakit tertentu, atau di kota-kota besar).
 Farmakodinamik
Farmakodinamik insulin reguler utamanya ditujukan untuk mengatur metabolisme
glukosa. Insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menstimulasi
ambilan/uptake glukosa darah di perifer dan menghambat produksi glukosa oleh hepar.
Selain daripada itu, insulin juga menghambat proses lipolisis dan proteolysis, serta
meningkatkan sintesis protein. Target organ insulin adalah pada jaringan otot skeletal,
hepar, dan jaringan adiposa.

 Efek Samping
Efek samping insulin reguler yang umum terjadi adalah hipoglikemia. Apabila
terjadi hipoglikemia, maka gejala yang akan timbul adalah sakit kepala, meningkatnya
rasa lapar dan haus, pusing, gemetar, sulit konsentrasi, rasa lemas, respirasi cepat,
takikardia, dan bila terjadi hipoglikemua berat maka dapat menimbulkan penurunan
kesaran ataupun kejang.

Obat diabetes tipe 2.


Farmakoterapi DMT2 sudah memiliki sejarah yang panjang dimulai dengan obat-obat
golongan sulfonilurea. Dari segi mekanisme kerja obat anti diabetes terdiri dari
beberapa golongan :
 golongan sulfonilurea. Dari segi mekanisme kerja obat anti diabetes. Golongan obat
yang merangsang sekresi insulin melalui pengikatan dengan reseptor sulfonil urea
(tolbutamid, glibenklamid, glipizid, gliklasid, dll.)
• Mekanisme Obat Metformin
satu-satunya golongan biguanid yang tersedia, mempunyai mekanisme kerja yang
berbeda dengan sulfonilurea, keduanya tidak dapat dipertukarkan. Efek utamanya
adalah menurunkan glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa di
jaringan. Karena kerjanya hanya bila ada insulin endogen, maka hanya efektif bila
masih
• Indikasi:
metformin utamanya adalah pada penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2
• komposisi:
Metformin 500 mg.
• Sediaan:
Tablet; dus: 10 strip x 10 tablet
• Farmakologi:
Mekanisme utama metformin dalam mengontrol kadar gula darah adalah dengan
cara menghambat produksi glukosa (glukoneogenesis) di hati.
• Indikasi:
DM tipe 2 ( NIDDM ) yang kadar gula darahnya tidak terkontrol dengan diit dan aktivitas
fisik.
• Dosis:
 Dosis awal : 2x500 mg/hari
• Titrasi :
dapat ditingkatan 500 mg/minggu setiap 2 minggu.
• Dosis maksimum :
2000 mg dalam dosis terbagi. Diberikan bersama makanan.
2.7. PENGOBATAN FARMAKOLOGI BAHAN ALAM DAN MKANISME
KERJANYA.

 PENGERTIAN SINGKAT :
Tanaman obat merupakan jenisjenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat
sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun mencegah berbagai
penyakit.Tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni,
dan belum diolah, bagian tanaman yang dipakai untuk bahan pemula bahan baku obat adalah
tanaman yang mempunyai khasiat untuk obat dimana khasiat ini diketahui dari hasil penelitian
dan pemakaian oleh masyarakat.
 nama tumbuhan :
Nama ilmiah: Moringa oleifera L.
Nama lokal : kelor

 Nama Tumbuhan : Klasifikasi Tumbuhan


Nama ilmiah: Moringa oleifera L.
Nama lokal : kelor
◦ Klasifikasi tumbuhan
◦ Kingdom : Plantae
◦ Divisio : Magnoliophyta
◦ Class : Magnoliopsida
◦ Ordo : Brassicales
◦ Famili : Moringaceae
◦ Genus : Moringa
◦ Spesies : Moringa oleifera L.

 Kandungan kimia dan manfaat tumbuhan kelor.
 Kandungan Biokimia & mekanismenya
Kandungan pada daun kelor yang berfungsi untuk menurunkan kadar
glukosa darah yaitu zat nutrisi berupa, Betakaroten yang terdapat di dalam
vitamin A, antioksidan untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan
penyakit, vitamin C yang membantu penormalan hormon insulin pada penderita
DM, asam askorbat membantu proses sekresi hormon insulin dalam darah pada
penderita DM, serta vitamin E, untuk mencegah supaya tidak terkena penyakit
diabetes.
 Manfaat Tumbuhan Kelor.
Daun kelor memiliki sifat anti diabetes karena mengandung zat seng atau
sejenis mineral yang sangat diperlukan dalam produksi insulin. Tingginya kadar
antioksidan pada daun kelor mampu meregenerasi sel tubuh lebih cepat dan
lebih sehat. Selain itu daun kelormampu mengurangi kadar gula dalam darah,
dan menjadi insulin alami bagi tubuh.
BAB 3. PENUTUP
3.1. KESIMPULAN.
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi
insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-
sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya
sel-sel tubuh terhadap insulin. Pengobatan diabetes tipe 1 dan 2 dan faktor-faktor
prngobatan yang dapay dilakukan untuk pengobatan diabetes.dalam meteri ini
yang dapat kami pelajari tentang farmakologi bahan alan dengan tumbuhan yang
kami gunakan dalam pengobatan diabetes adalah daun kelor. Tanaman obat
merupakan jenisjenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat sebagai obat
dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun mencegah berbagai
penyakit.Tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih
sederhana, murni, dan belum diolah, bagian tanaman yang dipakai untuk bahan
pemula bahan baku obat. Daun kelor memiliki sifat anti diabetes karena
mengandung zat seng atau sejenis mineral yang sangat diperlukan dalam
produksi insulin. Tingginya kadar antioksidan pada daun kelor mampu
meregenerasi sel tubuh lebih cepat dan lebih sehat. Selain itu daun kelormampu
mengurangi kadar gula dalam darah, dan menjadi insulin alami bagi tubuh.

3.2. DAFTAR PUSTAKA.


Alimul Hidayat Azis. A., Riset Keperawatan dan Teknik
Penulisan Ilmiah Jakarta

: Salemba Medika, 2007.

Anonim, Diabetes Melitus. www.google.com. 2009 diunduh 5 April


2009

Anonim, Penatalaksanaan Diabetes Melitus. www.geocities.com.


2009 diunduh
tanggal 10 April 2009

Anonim, Profil Kesehatan 2007. Jakarta :Depkes RI


Anonim, Diet Diabetes Melitus. www.blogspot.com. 2009 diunduh
tanggal 20

April 2009

Anonim, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gula Darah.


Individual Wellbeing

Diagnostic Laboratories. http;//www.iwdl.net. 2008 diunduh


tanggal 27

Maret 2009.

Anonim, Pemeriksaan Gula Darah. http;//www.indodiabetes.com.


2009 diunduh

pada tanggal 15 mei 2009

Asdie, Diabetes Melitus. www.diabetes.com. 2009 diunduh tanggal


20 April 2009

Brunner dan Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta :

EGC, 2002.

Cameron, Catherine. Patient Compliance: Recognition of Factors


Involved and

Suggestions For Promoting compliance With Therapeutic


Regimens.

Anda mungkin juga menyukai