PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis merupakan suatu penyakit
dimana terdapat ketidaknormalan berupa peningkatan kadar gula dalam darah
(hiperglikemi), tergantung seberapa tinggi gula darah yang dimiliki oleh seorang
penderita dan akan menentukan apakahperlu mendapat perawatan dirumah sakit
(Masharani, 2008). Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit utama
penyebab terjadinya Penyakit Ginjal Kronis (PGK), yakni sekitar 30% dari
penderita DM tipe-1 dan 40% dari DM tipe-2 (Iseki, 2008).
Data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization) 2016,
memperkirakan sebanyak 422 juta orang dewasa hidup dengan DM. Sedangkan
menurut International Diabetic Foundation (IDF) 2015, menyatakan bahwa
terdapat 382 juta orang di dunia yang hidup dengan DM, dari 382 juta orang
tersebut, diperkirakan 175 juta diantaranya belum terdiagnosa sehingga
dimungkinkan berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa
pencegahan. pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ketujuh didunia
untuk prevalensi penderita diabetes melitus tertinggi di dunia bersama dengan
Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah estimasi
orang dengan diabetes melitus sebesar 10 juta (IDF, 2015).
Prevalensi penderita DM di NTT yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan
sebanyak 1,2 persen yang berarti berada di bawah angka nasional yang
prevalensinya 1,5 persen (Riskesdas 2013). Hasil Rekam Medik di RSUD Prof.
Dr. W. Z. Johannes Kupang tahun 2018 prevalensi penderita DM berjumlah 115
orang terdiri dari pasien keluar hidup 112 orang dan pasien keluar meninggal 3
orang (Rekam Medik RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tahun 2017).
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif tidak
menular yang menjadi masalah serius bagi kesehatan masyarakat di Indonesia
maupun di dunia (Krisnatuti & Yehrina, 2008).
Pola makan yang tidak teratur yang terjadi pada masyarakat saat ini dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif, salah satunya
1
penyakit DM (Suiraoka, 2012). Penderita DM harus memperhatikan pola makan
yang meliputi jadwal, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Kadar gula
darah meningkat drastis setelah mengkonsumsi makanan tertentu karena
kecenderungan makanan yang dikonsumsi memilikikandungan gula darah yang
tidak terkontrol (Tandra, 2009).
Penyakit DM banyak dikenal orang sebagai penyakit yang erat kaitannya
dengan asupan makanan. Asupan makanan seperti karbohidrat/gula, protein,
lemak dan energi yang berlebihan dapat menjadi faktor resiko awal kejadian DM.
Semakin berlebihan asupan makanan maka semakin besar pula kemungkinan akan
menyebabkan DM, pengendalian tingkat gula darah normal memerlukan
penatalaksanaan diet DM yang baik dan benar. Motivasi dan dukungan dari
konselor gizi juga diperlukan (Linder, 2008).
Selain faktor obesitas, faktor resiko lain yang berperan terhadap terjadinya
penyakit DM adalah genetik, pertambahan usia, kurangnya aktivitas fisik dan pola
makan yang tidak seimbang. Pola makan berupa asupan makanan tinggi energi
dan tinggi lemak tanpa disertai dengan aktifitas fisik yang teratur akan mengubah
keseimbangan energi dengan disimpanya energi sebagai lemak simpanan yang
jarang digunakan, asupan energi yang berlebihan akan meningkatkan resistensi
insulin sekalipun belum terjadi kenaikan BB yang signifikan. Terjadinya
peningkatan DM di Negara-negara berkembang dikarenakan adanya perubahan
pola makan, yaitu dari makanan tradisional yang sehat, tinggi serat, rendah lemak,
rendah kalori dengan meningkatnya konsumsi makanan mengandung kalori
seperti KH sederhana, lemak, daging merah dan rendah serat (snehalatha and
Ramachandran, 2009)
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umun
- Mahasiswa mampu melaksanakan terapi diit pada pasien DM
2. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu melaksanakan assessment gizi pada pasien DM
2
- Mahasiswa mampu memberikan diagnose gizi pada pasien DM
- Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi dan implementasi gizi
pada pasien DM
- Mahasiswa mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi pada pasien
DM
- Mahasiswa mampu merencanakan dan menyusun menu sesuai dengan
kebutuhan gizi pasien
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran untuk memahami penatalaksanaan asuhan
gizi bagi pasien rawat inap di RSUD Meuraxa
2. Bagi RSUD Meraxa
Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit dalam penyelenggaraan
makan pasien rawat inap
3. Bagi Pasien
Menambah pengetahuan pasien tentang DM
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Diabetes Melitus
2.1 Pengertian
2.1.1 Definisi Diabetes Meilitus
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat dari defeksekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah (Gustaviani, 2006).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa
(glukosa sederhana) didalam darah tinggi karena terdapat gangguan
pada kelenjar pankreas dan insulin yang dihasilkan baik secara kualitas
maupun kuantitas ( Tjokroprawiro, 2006). Lebih lanjut, pada penderita
yang kronisakan timbul gejala lain, yaitu terjadinya penurunan berat
badan, timbulnya rasa kesemutan atau rasa nyeri pada tangan atau
kaki, timbulnya luka gengren pada kaki, serta hilangnya kesadaran diri
(Supryanto, 2010).
American Diabetes Asociation (2012) mendefinisikan diabetes
melitus adalah salah satu kelompok metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduannya. Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes
berhubungandengan kerusakan jangka panjang, ganguan fungsi dan
kegagalan berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah.
Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit hiperglikemia akibat
insensitivitas sel terhadap insulin yang sedikit menurun atau berada
dalam rentang normal. Karena insulin dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes melitus tipe II dianggap sebagai Non Insulin
4
Dependent Diabetes Melitus(NIDDM) (Slamet S., 2008) Diabetes
melitus tipe II adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai
dengan kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas dan atau gangguan fungsi insulin atau resistensi insulin
(Departemen Kesehatan, 2005).
5
2.3 Etiologi
Diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-selbeta (β)dari pulau-pulau langerhans pada pankreas
yang berfungsi menghasilkan insulin akibat terjadinya kekurangan insulin.
Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah penderita diabetes
melitus yang sebagian besar diabetes melitus tipe II menurut American
Diabetes Association (ADA) dengan modifikasi terdiri atas :
a. Faktor resiko mayor
1) Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
2) Obesitas
3) Kurang aktivitas fisik
4) Ras/etnik
5) Hipertensi
6) Koresterol tidak terkontrol
7) Riwayat diabetes melitus pada kehamilan
8) Berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23 Kg/m2)
b. Faktor resiko lainnya
1) Faktor nutrisi
2) Konsumsi alkohol
3) Faktor stres
4) Kebiasaan mendengkur
5) Kebisaan meroko
6) Jenis kelamin
7) Lama tidur
8) Intake zat besi
9) Kebiasaan konsumsi kopi dan kefein paritas (ADA, 2012)
6
2. Polidipsia (banyak minum)
3. Poliuria (banyak kencing atau sering kencing dimalam hari)
4. Nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat
(2-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)
5. Mudah lelah.
b. Gejala kronik Diabetes melitus yaitu :
1. Kesemutan
2. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk jarum
3. Rasa kebas dikulit
4. Kram
5. Kelelahan
6. Mudah mengantuk
7. Pandangan mulai kabur
8. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
2.5 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan sala satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut :
a. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh
Defisiensi insulin membuat seseorang tidak mampu
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia berat yang melebihi
ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180
mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
7
kehilangan sodium, klorida, postasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi (Soegondo, S, dkk., 2007).
Adanya glukosa yang keluar bersama urin akan menyebabkan
pasien mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
menurun serta cendrung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia
atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilanganya protein
tubuh dan juga kurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arteroskleorosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer, hal ini
akan memudahkan terjadinya gengren ( Sudoyo, A.W.,dkk., 2006).
Dalam patofisiologis DM tipe II terdapat beberapa keadaan yang
berperan yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel beta (β) pankreas.
Diabetes Melitus tipe II bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon
insulin secara normal disebut resistensi insulin. Resistensi insulin
banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas serta
penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe II dapat juga terjadi
produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi
pengrusakan sel-sel beta (β) langerhans secara autoimun seperti diabetes
melitus tipe II. Defisiensi insulin pada penderitadiabetes melitus tipe II
hanya bersifat relatif dan tidak absolut (Harding, Anne Helen, dkk.
2003).
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe II, sel beta (β)
manunjukan pada gangguan sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi
insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani
dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-
sel beta (β) pankreas. Kerusakan sel- sel beta (β) pankreas akan terjadi
secara progresif dan akan menyebabkan defisiensi insulin, sehingga
akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen (Hastuti, Rini Tri,
2008)
8
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. ASSESSMENT
A. Riwayat Penyakit
- Penyakit terdahulu :
Tidak ada penyakit terdahulu
- Penyakit keluarga :
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
- Penyakit sekarang :
Diabetes yang baru diketahui saat masuk rumah sakit.
9
B. Riwayat Gizi
- Kebiasaan makan pasien adalah 3 kali makanan utama dan 1-2 kali
makanan selingan.
- Makanan pokok yang dikonsumsi berupa nasi yang dikonsumsi 3 kali
sehari daam porsi sedang.
- Lauk hewani yang dikonsumsi adalah telur dan ayam.
- Pasien tidak mengkonsumsi ikan karena tidak suka dengan ikan
- Pasien jarang mengosumsi lauk nabati.
- Pasien jarang mengosumsi sayuran pasien suka sayuran daun melinjo yang
diolah dengan santan atau tanpa santan.
- Pasien mengosumsi buah seminggu 4 kali, seperti jeruk dan pisang.
- Selingan yang biasa dikonsumsi pasien adalah pisang goreng, mie aceh,
kue basah, dan buah.
- Pasien tidak merokok
- Air putih yang dikonsumsi 6-8 gelas sehari (gelas 240 ml).
- Pasien suka minum kopi
- Pasien belum pernah mendapatkan konseling gizi tentang penyakit yang
dideritanya.
- Tingkat asupan makan pasien sehari sebelum masuk rumah sakit
berdasarkan foodrecall 24 jam adalah energi 83,2% (defisit ringan),
protein 65,9% (defisit berat), lemak 68,3% (defisit berat), dan karbohidrat
91,2% (normal).
Tingkat
Asupan Kebutuhan Asupan AKG Keterangan
(%)
Energi (Kal) 1314 1579 83,2 1800 Defisit ringan
Protein (gr) 39 59,2 65,9 60 Defisit berat
Lemak (gr) 30 43,9 68,3 50 Defisit berat
KH (gr) 216 236,9 91,2 300 Normal
10
C. Riwayat Personal
- Pekerjaan pasien adalah jualan
- Status ekonomi pasien yaitu menengah ke atas.
- Aktivitas sehari-hari pasien sebelum sakit tidak beraktifitas, karena pasien
mengalami lumpuh selama 1 bulan di rumah sakit.
D. Data Antropometri
BB = 65 Kg BBI = 61,2 Kg
TB = 168 cm Status Gizi = Normal
IMT = 23 Kg/m2
E. Aktivitas Fisik
Tidak berolahraga
Hasil
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan Keterangan
Pemeriksaan
Tekanan Darah
120/80 120/80 Normal
(mmHg)
Nadi (x/menit) 78 60-100 Normal
Suhu Tubuh (°C) 36,2 36,1-37,2 Normal
RR (x/menit) 22 12-20 Normal
Compos Compos
Kesadaran Compos Mentis
Mentis Mentis
Mengalami lumpuh 1 bulan sebelum masuk rumah
sakit, bagian pinggul mengalami luka akibat
Keadaan Umum
penekanan yang lama pada kulit karena berbaring
terus-menerus.
11
G. Biokimia
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Rujukan
Hemoglobin 9.2 g/dl 13.0 - 18.0 Rendah
Eritrosit 4.39 10^3 / µL 4.4 - 5.9 Normal
Hematokrit 32.5 % 42.0 - 52.0 Rendah
MCV 74.0 Fl 80.0 - 96.0 Rendah
MCH 21.0 Pg 28.0 - 33.0 Rendah
MCHC 28.3 g/dl 33.0 - 36.0 Rendah
RDW-SD 59.4 Fl 35.0 - 47.0 Tinggi
RDW-CV 23.2 % 11.5 - 14.5 Tinggi
Leukosit 6.3 10^3 / µL 4.0 – 10.0 Normal
Glukosa puasa 126 Mg/dl 70-110 tinggi
Glukosa post prandial 165 Mg/dl 80-120 Tinggi
H. Riwayat Obat
Pasien tidak memiliki riwayat obat
12
Domain Behavior
f. Syarat Diet :
- Energi diberikan cukup yaitu 1700 Kal
- Protein 15% dari total kebutuhan energi sehari (67 gr).
- Lemak 25% dari total kebutuhan energi sehari (49,6 gr),
- Karbohidrat 60% dari total kebutuhan energi sehari (268 gr)
13
- Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan diperbolehkan
jika kadar gula darah sudah terkendali, jumlah gula murni yang
diperbolehkan yaitu 5% dari total kebutuhan energi sehari.
- Dianjurkan makan teratur 3 kali makanan utama dan 2-3 kali makanan
selingan, dengan memperhatikan jarak waktu makan atau frekuensi
makan.
- Pasien DM dengan tekanan darah normal dibolehkan mengkonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 300
mg/hag
14
= 268 gram
2. Rencana Edukasi
a. Judul edukasi : pola makan yang benar untuk pasien DM
b. Tujuan edukasi :
- Agar keluarga pasien dapat meningkatkan pengetahuan tentang
penatalaksanaan diet DM IV.
- Agar pasien mengerti bagaimana pola makan yang baik dan benar untuk
pasien diet dm seperti :
Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks,
seperti nasi merah, ubi panggang, oatmeal, roti, dan sereal dari biji-
bijian utuh.
Daging tanpa lemak atau ayam tanpa kulit.
Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus,
dipanggang, atau dikonsumsi mentah. Sayuran yang baik dikonsumsi
untuk penderita diabetes di antaranya adalah brokoli dan bayam.
Buah-buahan segar, jika ingin menjadikannya jus sebaiknya jangan
ditambah gula.
Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang
dikukus, dimasak untuk sup, atau ditumis.
Popcorn tawar.
Susu atau produk olahan susu rendah lemak, seperti yoghurt dan telur.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi yoghurt rendah lemak tanpa
pemanis tambahan dapat mencegah penyakit diabetes tipe 2.
Berbagai jenis ikan, seperti tuna, salmon, sarden dan makarel. Namun,
hindari ikan dengan kadar merkuri tinggi, misalnya ikan tongkol.
c. Materi edukasi :
- Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang mengalami peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
15
hormon insulin secara absolut atau relatif, sedangkan insulin berfungsi
untuk mengontrol kadar glukosa darah dalam tubuh.
- Tujuan Diet Memberikan makanan sesuai kebutuhan. Mempertahankan
kadar gula darah dalam batas normal, menurunkan berat badan menjadi
normal. Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang
dapat menyebabkan pingsan.
- Bahan makanan yang dibatasi adalah bahan makanan yang
mengandung gula sederhana seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jeli,
jam, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, es
krim, kue manis, dodol, tarcis.
1. Monitoring
16
2. Evaluasi
- Asupan makan :
Dapat disimpulkan bahwa asupan makan pasien meningkat dihari ke tiga.
pengamatan.
- Biokimia :
Hasil pemeriksaan biokimia pasien yaitu tidak normal.
- Klinis :
- Fisik :
Keadaan pasien terbaring di tempat tidur namun dapat berkomunikasi
dengan baik.
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulannya bahwa :
1. Assessment gizi yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Antropometri, status gizi pasien masuk dalam kategori normal dengan.
Biokimia, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai GDS 226
mg/dl pada hari pertama pasien MRS. Fisik/klinis, tekanan darah
sebesar 120/80 mmHg yang menandakan pasien hipertensi disertai
dengan mual, muntah, nyeri dan nafsu makan kurang. Tingkat
konsumsi energi dan zat gizi, selama dirawat di rumah sakit nafsu
makan dan tingkat konsumsi pasien rendah.
2. Diagnosa gizi yang ditemukan pada kasus ini adalah Domain Klinik
yaitu NC-2.2 : Perubahan Nilai Laboratorium terkait gizi. Domain
Bohavior yaitu NB-1.1 : Krang pengetahuan terkait makanan dan zat
gizi 3
3. Terapi diet dan terapi edukasi yang diberikan kepada pasien selama
3hari berupa diet DM, Energi : 1.700 Kalori, Protein : 67 g, Lemak :
49,6 g, Karbohidrat : 268 g dan dengan pemberian motivasi dan
penyuluhan mengenai diet pasien dibetes mellitus.
18
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2007. Penuntun Diet .Jakarta : PT. Gedia Pustaka Utama
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta: PT Gedia Pustaka
Utama
Chobanian, dkk.2003. The seventh report od the joint national commite (JNC).
Vol 289. No.19. P 2560-70
Gustaviana, R,2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta
Harding, Anne Helen dkk.Dietary Fat adn Risk of Clinic Type Diabetes. A, erican
Journal of Epidemiology.2003;15(1);150-9
Hstuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes
Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta [dissertation]. Universitas
Diponegoro (Semarang). 2008.
19