PENDAHULUAN
1
merupakan implementasi dalam pelaksanaan asuhan gizi di Rumah Sakit
Umum Daerah Meuraxa salah satu saran dalam mengaplikansikan
pemahaman teori pelaksanaan diet, khususnya pada pasien rawat inap,
adanya Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK) bagi mahasiswa juga
menadi sarana dalam membantu pemahaman mengenai konsep
penatalaksanaan diet.
1.2 Tujuan
2
1.4 Obyek Pengamatan
1.5 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
1. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan tingkat ke tiga sesuai kebutuhan
medis.
2. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan memulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
5
d) Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
6
Memenuhi standar akreditasi dan terlaksananya pelayanan gizi rumah
sakit, maka dibutuhkan pimpinan pelayanan gizi yang memiliki
kompetensi dan pengalaman di bidang gizi/dietetik, yaitu seorang
Registered Dietisien (RD) dan diutamakan yang telah memperoleh
pendidikan manajemen.
2. Kebutuhan Tenaga Gizi
Berdasarkan penelitian Badan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia
kesehatan tahun 2012 mengenai kebutuhan tenaga gizi dengan metode
perhitungan Analisis Beban Kerja atau WLISN (Work Load Indicator
Staf Need), diperoleh jumlah optimal tenaga RD dan TRD menurut kelas
rumah sakit agar dapat melaksanakan pelayanan gizi yang baik dan
berkualitas untuk menjamin keamanan pasien. Kebutuhan RD dan TRD
digambarkan pada tabel berikut.
1 Kelas A 56 16 72
2 Kelas B 22 15 37
3 Kelas C 18 12 30
4 Kelas D 9 14 23
7
2.3. Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSUD Meuraxa
DIREKTUR
dr. Fuzlati, Sp.RAD
NIP. 19631022 199701 2 002
ANGGOTA
1. Marlina, AMG ANGGOTA ANGGOTA
2. Erlis Elida, SST Rosmawar, AMG Erlis elida, SST
Cut Sri Mutia, SKM Rosdiani, AMG
Nuraini, STP Zulyani, AMG
8
2.4 Pelayanan Gizi Rumah Sakit
9
2.4.1 Asesment atau Pengkajian Gizi
Pengkajian status gizi meruppakan landasan yang memberikan
data-data dasar untuk penyelenggaraan terapi status gizi dan siet yang
optimal pada pasien.
Pengkajian ini mencakup 4 komponen :
1. Asesmen riwayat gizi
2. Pengukuran antropometri
3. Pemeriksaan labolatorium
4. Pemeriksaan jaminan untuk pengkajian status gizi
Data hasil p0engkajian ini harus di evaliasi ulang secara teratur
untuk mendapatkan informasi yang terus menerus mengenai gizi masing-
masing pasien.
1. Asesmen riwayat gizi
Asesmen riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makanan atau pola makan sehari
berdsasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis
secara kuantitatif di lakukan untuk mendapatkan gambaran asupan
zat gizi sehari, denagn cara food recall 24 jam sebelum masuk
rumah sakit, dan food recall 24 jam 3 hari selamam di rumah sakit.
Alergi, kegemaran makanan intoleransi terhadap makanan dan
riwayat berat badan, data gizi kemuadian di simpulakan dalam
bentuk kecukupan konsumsi makanan sesuai kebutuhan dan
masalah lain yang ditemuukan berkaitan dengan gizi (Jellife, 1966)
2. Antropometri
Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri dapat dilakukan
dengan berbagai cara pada setiap pasien dilakukan pengukuran
antropometri tinggi banda (TB) dan berat badan (BB). Pada kondisi
10
tinggi badan pasien tidak dapat di ukur, dapat dilakukan
mengukuran rentang lengan atau separuh rentang lengan atau tinggi
lutut. Pengkukuran antropometri seperti lingkar lengan atas
(LILA), lingkar kepala, lingkar dada, RLPP (Rasio Lingkar
Pinggang Pinggul), dapat dilakukan sesuia dengan kebutuhan.
(jellife 1966)
3. Laboratorium
Pemeriksaana laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnose penyakit
serta menengakan maslaah gizi pasie. Pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk menentukan intervensi gizi dan monitor atau
mengevaluasi terapi gizi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu
dlakukan antara lain : Pemeriksaan darah ( Hb, Kolesterol total,
HDL, LDL,gula darah, ureum, creatine, asam urat, trigliserida dll),
urine (glukosa, kadra gula, albumin), dan fases (Jellife, 1966).
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan
lemak subkutan, trofi otot dan defesiensi zat gizi lainnya.
Pemeriksaan fisisk dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yeng berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk
menentukan hubungan sebeb akibat antara status gizi dengan
kesehatan secara menentukan terapi obat dan diet. Pemerksaan fisik
meliputi : Tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus, pucat atau
bengkak) atau gizi lebih (gemuk, sanagt gemuk, atau obesitas),
system kardiovaskular, system pernafasan, system gastrointestinal,
system metabolic, atau endokrin atau system neourologi atau
psikiatrik (Jellife, 1966).
11
maka dapat di hitung nilai dari Angka Metabolisme Basal (AMB) rumus
yang di gunakan unutk menghitung nilai AMB adalah sebagai berikut :
Keterangan :
BEE = Basal Energy Expenditure (Kal)
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (cm)
U = Umur (tahun)
Rumus penentuan status gizi RSUD Meuraxa berdasarkan Indeks Masa
Tubuh (IMT) sebagai berikut :
BB( Kg)
IMT =
TB x TB(m)
Kategori Indek Massa Tubuh (IMT) Dapat dilihat pada table :
Nilai IMT (kg/m2) Keterangan
< 18.5 Underweight
18.5 - 22.9 Normal
23.5 – 24.9 At Risk
Overwight
Obese I
Obese II
12
Basal (AMB). Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai AMB
adalah sebagai berikut. Berat badan ideal tergantung pada besar kerangka
dan komposisi tubuh, yaitu otot dan lemak.
Cara menetapkan berat badan ideal dengan menggunakan rumus Brocca,
yaitu :
Keterangan :
TB : Tinggi Badan (cm)
BB : Berat Badan (kg)
U : Usia (thn)
TDE : BEE X FA X IF
13
Perskripsi diet atau rencana diet adalah kebutuhan zat gizi pasien yang
dihitung berdasarkan status gizi, degenerative penyakit dan kondisi
kesehatannya. Berikut untuk makanan yang diberikan kepada pasien dalam
keadaan khusus yaitu :
1. Makanan lunak
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah
dikunyah, ditelan dan dicerna dibandingkan dengan makanan biasa.
Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu,
pasien penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu
tingggi, pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan, serta
sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan lunak.
2. Makanan saring
Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempuunyai tekstur
lebih halus dari pada makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan
dan dicerna.
Menurut keadaan penyakit, makanan saring dapat diberikan kepada
pasien sesudah mengalami operasi tertentu, pada infeksi akuttermasuk
infeksi saluran cerna, serta kepada pasien dengan kesulitan
mengunyah dan menelan atau sebagai perpindahan dari makanan cair
ke makanan lunak.
3. Makanan cair
Makanan cair adalah makanan yang mempuunyai konsistensi cair
hingga kental. Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami
gangguan mengunyah, menelan dan mencerna makanan yang
disebatkan oleh menurunnya kesdaran,suhu tinggi, rasa mual, muntah,
serta pera dan pasca bedah. Makanan dapat diberikan secara oral atau
parenteral.
Pemberian makana bagi pasien disesuaikan dengan jenis diet yang
diberikan.
Adapun jeni-jenis dietnya adalah :
1. Diabetes Militus (DM)
14
Diabetes Militus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dara akibat
kekurangan hormone insulin secara absolut atau relative. Pelaksanaan diet
hendaknya disertai dengan Latihan jasmani dan perubahan prilaku
tenyang makanan. Diet yang digunakan sebagai bagian dari penata
laksanaan diabetes melitus dikontrol berdasarkan energy, protein, lemak,
dan karbohidrat.
2. Stroke
Stroke atau penyakit peredaran darah otak adalah kerusakan pada bagian
otak yang terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat-zat
kebagian otak tersumbat atau pecah. Akibatnya, dapat terjadi beberapa
kelainan yang berhubungan dengan kemampuan makan pasien pada
akhirnya berakibat penurunan status gizi. Untuk mengatasi keadaan
gtersebut dibutuhkan diet khusus.
- Diet Stroke I
Diet Stroke I diberikan kepada pasien dalam fase akut ataubila ada
ganguuan fungsi menelan. Makakn diberikan dalam bentuk Cair
Kental atau Kombinasi Cair Jernih dan Cair Kental yang di
berikan secara oral atau NGT sesuai dengan keadaan penyakit.
Makakan diberikan dalam porsi kecil tiap 2-3 jam.
Lamampemberian makna sesuai dengan keadaan pasien.
- Diet Stroke I I
- Diet Stroke I I diberikan sebagai mkanan perpindahan Diet Stroke
I atau kepada pasien fase pumulihan. Bentuk makanan
merupakakn Kombinasi Cair Jernih dan Cair Kental, Saring,
Lunak, dan Biasa. Pemberian diet pada pasien stroke diseduaikan
dengan penyakit penyertanya.
3. Diet Peyakit Saluran Cerna
Diet lambung diberian kepada psien denagn Grastritis, Ulkus Peptiku,
Tifus, Abdominalis, dan Pasca Bedah Saluran Cerna Atas.
- Diet Lambung I
15
Diet Lambung I diberikan kepada pasien Gastritis Akut, Peptikum,
Pasca Pendarahan, dan Tifus Abdominalis Berat. Makanan
diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari
Diet Pasca-Hematemesis-Melena, atau setelah fase aku teratasi.
Makakn diberikan setiap 3 jam (lihat Makanan Saring) selama 1-2
hari saja karena membosankan serta kurang enrgy, zat besi,
tiamin, dan vitamin C.
- Diet Lambung II
Diet Lambung II diberikan sebagai perpindahan Diet Lambung I.
kepada pasien dengan Ulkus Peptikum atau Grastitis Koronis dan
Tifus Abdominalis ringan,. Makan berbentuk lunak, porsi kecil
serta diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3 kali
makanan selingan. Makanan ini cukup energi, protein, itamin C,
tetapi kurang tiamin.
4. Diet Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit Ginjal Kronik (Cbrinic Kidney Disease) adalah keadaan dimana
terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan
(menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penykit ini bersifat
progresif dan jumunya tidak dapat pulih Kembali. Gejala penyakit ini
umumnya adalah tidak ada nafsu makan, mual, muntah, pusing, sesak
nafas, rasa Lelah, edema pada kaki dan tanagn, serta urema. Apabila nilai
Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliner Kreatin (TKK) < 24
ml/menit, diberikan diet rendah protein.
- Diet Protein Rendah I: 30 gr protein. Diberikan kepada psien
dengan berat badan 50 kg
- Diet Rendah Protein II: 35 gr protein. Diberikan kepada pasien
dengan berat badan 60 kg.
- Diet Rendah Protein III : 40 gr protein. Diberikan kepada pasien
dengan berat badan 65 gr.
5. Diet Penyakit Hipertensi
16
Dietary Approaches to Stop Hypertension alias diet DASH adalah
pola makan sehat yang telah terbukti membantu menurunkan dan
mencegah tekanan darah tinggi tanpa menggunakan obat hipertensi.
National Institutes of Health menyebut, diet DASH dilakukan dengan cara
mengurangi asupan natrium (garam), lemak, dan kolesterol serta
meningkatkan asupan protein, serat, kalsium, dan kalium dari makanan
yang di konsumsi.
2.6 Diagnosa gizi
RSUD Meraxa melakukan tahapan penegakan diagnosa gizi dengan
melihat masalah gizi dengan beberapa tahapan yaitu:
a. Domain asupan
masalah actual yang berhubungan dengan asupan energy, zat gizi dari
makanan baik melalui oral maupun parenteral dan entral.
b. Domain Klinis
Masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik
c. Domain perilaku
Masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan, prilaku atau
kepercayaan dan akses keamanan makanan.
d. Melihat nilai labotarium fisik dan klinis,antropometri yang diperoleh
dari assessment gizi dan status rekam medis pasien
17
2.8. Monitoring dan evaluasi
Setelah dilakukan intervensi gizi pada pasien, maka dietisien selalu
melakukan monitoring dan evaluasi gizi. Pada tahap monitoring-evaluasi gizi
ini dietisien mengunjungi ke pasien setiap harinya untuk menanyakan langsung
pada pasien apakah bisa menerima diet yang diberikan dan keluhan-keluhan
lainnya. Dan memonitoring dengan melakukan pengamatan terhadap
perkembangan atau kondisi pasien dengan memantau asupan makanan, dan
status gizi pasien dengan antropometri.
18
BAB III
I. ASSESSMENT
A. Riwayat Penyakit
- Penyakit terdahulu :
Tidak ada penyakit terdahulu
- Penyakit keluarga :
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
- Penyakit sekarang :
Diabetes yang baru diketahui saat masuk rumah sakit.
19
B. Riwayat Gizi
- Kebiasaan makan pasien adalah 3 kali makanan utama dan 1-2 kali
makanan selingan.
- Makanan pokok yang dikonsumsi berupa nasi yang dikonsumsi 3 kali
sehari daam porsi sedang.
- Lauk hewani yang dikonsumsi adalah telur dan ayam.
- Pasien tidak mengkonsumsi ikan karena tidak suka dengan ikan
- Pasien jarang mengosumsi lauk nabati.
- Pasien jarang mengosumsi sayuran pasien suka sayuran daun melinjo yang
diolah dengan santan atau tanpa santan.
- Pasien mengosumsi buah seminggu 4 kali, seperti jeruk dan pisang.
- Selingan yang biasa dikonsumsi pasien adalah pisang goreng, mie aceh,
kue basah, dan buah.
- Pasien tidak merokok
- Air putih yang dikonsumsi 6-8 gelas sehari (gelas 240 ml).
- Pasien suka minum kopi
- Pasien belum pernah mendapatkan konseling gizi tentang penyakit yang
dideritanya.
- Tingkat asupan makan pasien sehari sebelum masuk rumah sakit
berdasarkan foodrecall 24 jam adalah energi 83,2% (defisit ringan),
protein 65,9% (defisit berat), lemak 68,3% (defisit berat), dan karbohidrat
91,2% (normal).
Tingkat
Asupan Kebutuhan Asupan AKG Keterangan
(%)
Energi (Kal) Defisit
1314 1579 83,2 1800
ringan
Protein (gr) 39 59,2 65,9 60 Defisit berat
Lemak (gr) 30 43,9 68,3 50 Defisit berat
KH (gr) 216 236,9 91,2 300 Normal
20
C. Riwayat Personal
- Pekerjaan pasien adalah jualan
- Status ekonomi pasien yaitu menengah ke atas.
- Aktivitas sehari-hari pasien sebelum sakit tidak beraktifitas, karena pasien
mengalami lumpuh selama 1 bulan di rumah sakit.
D. Data Antropometri
BB = 65 Kg
TB = 168 cm
IMT = 23 Kg/m2
BBI = 61,2 Kg
Status Gizi = Normal
E. Aktivitas Fisik
Tidak berolahraga
Hasil Nilai
Jenis Pemeriksaan Keterangan
Pemeriksaan Rujukan
Tekanan Darah
120/80 120/80 Normal
(mmHg)
Nadi (x/menit) 78 60-100 Normal
Suhu Tubuh (°C) 36,2 36,1-37,2 Normal
RR (x/menit) 22 12-20 Normal
Compos Compos
Kesadaran Compos Mentis
Mentis Mentis
Mengalami lumpuh 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit, bagian pinggul mengalami luka
Keadaan Umum
akibat penekanan yang lama pada kulit karena
berbaring terus-menerus.
21
G. Biokimia
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Rujukan
Hemoglobin 9.2 g/dl 13.0 - 18.0 Rendah
Eritrosit 4.39 10^3 / µL 4.4 - 5.9 Normal
Hematokrit 32.5 % 42.0 - 52.0 Rendah
MCV 74.0 Fl 80.0 - 96.0 Rendah
MCH 21.0 Pg 28.0 - 33.0 Rendah
MCHC 28.3 g/dl 33.0 - 36.0 Rendah
RDW-SD 59.4 Fl 35.0 - 47.0 Tinggi
RDW-CV 23.2 % 11.5 - 14.5 Tinggi
Leukosit 6.3 10^3 / µL 4.0 – 10.0 Normal
Glukosa puasa 126 Mg/dl 70-110 tinggi
Glukosa post prandial 165 Mg/dl 80-120 Tinggi
H. Riwayat Obat
Pasien tidak memiliki riwayat obat
22
Domain Behavior
f. Syarat Diet :
- Energi diberikan cukup yaitu 1700 Kal
- Protein 15% dari total kebutuhan energi sehari (67 gr).
- Lemak 25% dari total kebutuhan energi sehari (49,6 gr),
- Karbohidrat 60% dari total kebutuhan energi sehari (268 gr)
23
- Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan diperbolehkan
jika kadar gula darah sudah terkendali, jumlah gula murni yang
diperbolehkan yaitu 5% dari total kebutuhan energi sehari.
- Dianjurkan makan teratur 3 kali makanan utama dan 2-3 kali makanan
selingan, dengan memperhatikan jarak waktu makan atau frekuensi
makan.
- Pasien DM dengan tekanan darah normal dibolehkan mengkonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 300
mg/hag
24
= 268 gram
2. Rencana Edukasi
a. Judul edukasi : pola makan yang benar untuk pasien DM
b. Tujuan edukasi :
- Agar keluarga pasien dapat meningkatkan pengetahuan tentang
penatalaksanaan diet DM IV.
- Agar pasien mengerti bagaimana pola makan yang baik dan benar untuk
pasien diet dm seperti :
Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks,
seperti nasi merah, ubi panggang, oatmeal, roti, dan sereal dari biji-
bijian utuh.
Daging tanpa lemak atau ayam tanpa kulit.
Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus,
dipanggang, atau dikonsumsi mentah. Sayuran yang baik dikonsumsi
untuk penderita diabetes di antaranya adalah brokoli dan bayam.
Buah-buahan segar, jika ingin menjadikannya jus sebaiknya jangan
ditambah gula.
Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang
dikukus, dimasak untuk sup, atau ditumis.
Popcorn tawar.
Susu atau produk olahan susu rendah lemak, seperti yoghurt dan telur.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi yoghurt rendah lemak tanpa
pemanis tambahan dapat mencegah penyakit diabetes tipe 2.
Berbagai jenis ikan, seperti tuna, salmon, sarden dan makarel. Namun,
hindari ikan dengan kadar merkuri tinggi, misalnya ikan tongkol.
c. Materi edukasi :
- Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang mengalami peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
25
hormon insulin secara absolut atau relatif, sedangkan insulin berfungsi
untuk mengontrol kadar glukosa darah dalam tubuh.
- Tujuan Diet Memberikan makanan sesuai kebutuhan. Mempertahankan
kadar gula darah dalam batas normal, menurunkan berat badan menjadi
normal. Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang
dapat menyebabkan pingsan.
- Bahan makanan yang dibatasi adalah bahan makanan yang
mengandung gula sederhana seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jeli,
jam, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, es
krim, kue manis, dodol, tarcis.
1. Monitoring
2. Evaluasi
- Asupan makan :
26
Dapat disimpulkan bahwa asupan makan pasien meningkat dihari ke tiga.
pengamatan.
- Biokimia :
Hasil pemeriksaan biokimia pasien yaitu tidak normal.
- Fisik :
Keadaan pasien terbaring di tempat tidur namun dapat berkomunikasi
dengan baik.
27