Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan


pada berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas
tinggi agar mampu bersaindengan Negara lain. Masalah gizi klinis adalah
masalah gizi yang di tinjau secara individual mengenai apa nyang terjadi
pada tubuh seseorang yang seharusnya di tanggulangi secara individu.

Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri


daru : Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan , Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap,
penyelenggaraan makanan serta penelitian dan pengembangan gizi, unutk
meningkatkan pelayanan paripurna pada pasien, maka perlu di bentuk Tim
Asyhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan makanan pelayanan rawat
inap, termasuk pelayanan gizi klinik yang merupakan bagian dari instalasi
rawat jalan.

Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang di sesuaikan


dengan keadaan pasien dan berdasarkan keaadaan klinis, status gizi, dan
status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat beepengaruh
pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.

Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi


pasien. Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan Terapi Gizi
Medik. Pelayanan kesehatan paripurna seorang pasien, baik rawat inap
maupun rawa jalan, secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan yang
pada pelaksanaannya dikenal sebagai pelayanan.

Keriga jenis asuhan tersebut adalah : Asuhan Medik, Asuhan


keperawatan, dan Asuhan Gizi Manajemen asuhan Gizi Klinik (MAGK)

1
merupakan implementasi dalam pelaksanaan asuhan gizi di Rumah Sakit
Umum Daerah Meuraxa salah satu saran dalam mengaplikansikan
pemahaman teori pelaksanaan diet, khususnya pada pasien rawat inap,
adanya Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK) bagi mahasiswa juga
menadi sarana dalam membantu pemahaman mengenai konsep
penatalaksanaan diet.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mmepelajari upaya pemenuhan gizi pasien rawat inap melalui kegiatan


pelayanan gizi

1.2.2 Tujuan Khusus

- Mempelajari pelaksanaan asuhan gizi pada pasien DM, Stroke, Colic


Abdomen, CKD, dan Hipertensi.
- Mampu memberikan diagnose gizi pada paseien DM, Stroke, Colic
Abdomen, CKD, dan Hipertensi.
- Mampu melaksanakan intervensi dan implementasi gizi pada pasien
DM, Stroke, Colic Abdomen, CKD, dan Hipertensi.

1.3 Tempat dan waktu

Pengamatan dilakuakn di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa


pada ruang rawat inap Arafah, Albayann, dan Humaira. Pelaksanaan
Manajemen Asuhan Gizi klinik di lakukan mulai tanggal 3 Maret 2022
hingga 30 Maret 2022 pengamatan terhadap pasien di lakukan selama 3
hari setiap pasien.

2
1.4 Obyek Pengamatan

Obyek yang diamati merupakan pasien dengan penyakit DM, Stroke,


Colic Abdomen, CKD, dan Hipertensi. Jumlah pasien yang di amati sebanyak 5
orang.

1.5 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dalam kegiatan Manajemen Asuhan Gizi Klinik


adalah mampu mengimplementasikan ilmu dietetika yang telah diterima dalam
pelaksanaan pemberian diet pada pasien.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit

a. Pengertian Rumah Sakit


Menurut WHO, rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi
sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(koprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan
bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

b. Tugas dan fungsi rumah sakit


Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah
melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengutama penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan. Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya
maka rumah sakit umum menyelenggarakan kegiatan:
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan dan asuhan keperawatan
3. Pelayanan penunjang medis dan non medis
4. Pendidikan, penelitian dan pengembangan
5. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
6. Administrasi dan keuangan

Sedangkan menurut UU RI no 44 tahun 2010 tentang rumah sakit,


fungsi rumah sakit, yaitu:

4
1. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan tingkat ke tiga sesuai kebutuhan
medis.
2. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan memulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

c. Klasifikasi rumah sakit


Berdasarkan peraturan Mentri kesehatan Republik Indonesia
No.340/Menkes/Per/III/2010, rumah sakit dapat diklasifikasikan
berdasarkan kepemilikan, jenis pelayanan, dan kelas.
1. Berdasarkan kepemilikan rumah sakit yang termasuk jenis ini adalah rumah
sakit pemerintah (pusat, provinsi,dan kabupaten), rumah sakit BUMN
(ABRI). Dan rumah sakit yang modalnya dimiliki oleh swasta (BUMS) atau
pun rumah sakit milik luar negri (PMA)
2. Berdasarkan jenis pelayanan, yang termasuk kedalam jenis ini adalah rumah
sakit umum, rumah sakit jiwa, dan rumah sakit khusus.
3. Rumah sakit berdasarkan kelasnya dibedakan atas rumah sakit kelas A, B, C
dan D.
a) Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan
subspesialistik luas.
b) Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medic sekurang-kurangnya sebelas
spesialistik dan subspesialistik terbatas.
c) Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

5
d) Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

2.2. Ahli Gizi

Ahli gizi adalah seorang profesional medis yang mengkhususkan diri


dalam dietetika, yaitu studi tentang gizi dan penggunaan diet khusus untuk
mencegah dan mengobati penyakit. Menurut keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.374/MENKES/SK/III/2007, dikatakan bahwa ahli gizi
adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas,
tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan
fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan baik dimasyarakat, individu
atau rumah sakit.
a. Kegiatan pokok pelayanan gizi di Rumah Sakit
Berdasarkan suatu keterangan Menteri Kesehatan No.134/Menkes/IV/1978.
Bahwa ada 4 kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit :
1. Kegiatan pengadaan dan penyediaan makanan
2. Kegiatan pelayanan gizi rawat inap
3. Kegiatan penyuluhan dan konsultasi serta rujukan gizi
4. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan
Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai dengan kondisi perorangan
yang secara langsug maupun tidak langsung mempengaruhi proses
penyembuhan. Kecenderungan peningkatan penyakit yang terkait gizi
(Nutrision-related disease) memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus
oleh karena ittu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat
penyembuhan (kemenkes RI,2013).

b. Standar Tenaga Gizi di Rumah Sakit


1. Pimpina Pelayanan Gizi

6
Memenuhi standar akreditasi dan terlaksananya pelayanan gizi rumah
sakit, maka dibutuhkan pimpinan pelayanan gizi yang memiliki
kompetensi dan pengalaman di bidang gizi/dietetik, yaitu seorang
Registered Dietisien (RD) dan diutamakan yang telah memperoleh
pendidikan manajemen.
2. Kebutuhan Tenaga Gizi
Berdasarkan penelitian Badan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia
kesehatan tahun 2012 mengenai kebutuhan tenaga gizi dengan metode
perhitungan Analisis Beban Kerja atau WLISN (Work Load Indicator
Staf Need), diperoleh jumlah optimal tenaga RD dan TRD menurut kelas
rumah sakit agar dapat melaksanakan pelayanan gizi yang baik dan
berkualitas untuk menjamin keamanan pasien. Kebutuhan RD dan TRD
digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 1 Kebutuhan Tenaga Gizi Berdasarkan Kelas Rumah Sakit


Registered Teknikal Kebutuhan
Rumah
No Dietisien Registered Tenaga
Sakit
(RD) Dietisien (TRD) Gizi

1 Kelas A 56 16 72

2 Kelas B 22 15 37

3 Kelas C 18 12 30

4 Kelas D 9 14 23

7
2.3. Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSUD Meuraxa

DIREKTUR
dr. Fuzlati, Sp.RAD
NIP. 19631022 199701 2 002

WAKIL DIREKTUR PELAYANAN


dr. Ihsan, Sp.M
NIP. 19710916 200112 1 001

KA. SEKSI PENUNJANG MEDIK


dr. Riza Mulya,Sp.An,FIPM
NIP. 197419023 200312 1 004

KA. SEKSI PENUNJANG MEDIK


Nazaruslim, Amd. Af
NIP. 19770201 200504 2 001

KA. INSTALASI GIZI


Dr. Mutia Winanda, M. Gizi, Sp.aK
NIP. 19870826 2019 03 2 002

KA. RUANG INSTALASI GIZI


Fitri Aisyah, S.GZ
NIP. 198109272008032001

KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR


Koordinator pengadaan
ADMINISTRASI DAN PELAYANAN RAWAT RAWAT JALAN DAN HYIGINE DAN
makanan
KEPEGAWAIAN INAP LITBANG SANITASI LOGISTIK
Laila Army, A.Md.Gz
Henny Mazriani, STP Ratna Dewi, S.Tr.Gz Cut Rosmida, SST Cut Sri Mutia, SKM
NIP.
NIP. 197701192006042005 NIP. 1976090720022004 NIP. NIP.
19680212119990022001
198305242006042006 197704112000122001

ANGGOTA
1. Marlina, AMG ANGGOTA ANGGOTA
2. Erlis Elida, SST Rosmawar, AMG Erlis elida, SST
Cut Sri Mutia, SKM Rosdiani, AMG
Nuraini, STP Zulyani, AMG

PENGOLAHAN PENDISTRIBUSIAN ANGGOTA


PERSIAPAN Amelina Rusli Cut Rosmita, SST
ANGGOTA
Umiyati Misnawa Mustafa IS Henny Mazriani, STP
1. Marlina, AMG
Rismalinda masriah Rizki munandar Rosmawar, AMG
2. Erlis Elida, SST
Nilawati Irmafianti M. Deni Cut Sri Mutia, SKM
kamariah Mariana Basirun Fitri Aisyah, SGZ
Susanna M. Haq Rosdiani, AMG
Erliyanti M. Fahmi Nuraini, STP
Hidayati zulkarnaini Marlina, AMG
Rosmawati Erlis Elida, SST
zahriana

8
2.4 Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan


dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien
semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Pengaruh tersebut
bias berjalan timbale balik, seperti lingkaran setan. Hal tersebut diakibatkan
karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ
tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya
penyakit dan kekurangan gizi. Pelayanan gizi rumah sakit diantaranya adalah
rawat inap.
Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien
oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, dimana pasien
diinapkan disuatu ruangan di rumah sakit. Ruangan rawat inap adalah ruang
pasien dirawat, ruangan dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh
banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap dibanyak rumah sakit sudah
sangat mirip dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat jalan diunit rawat
jalan, akan mendapatkan surat perintah dirawat dari dokter yang memeriksa,
bila pasien tersebut memerlukan perawatan didalam rumah sakit, atau
menginap dirumah sakit. Pelayanan rawat inap merupakan pelayanan gizi yang
dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi yang
meliputi perencanaan, penyediaan makanan, penyusunan/edukasi, dan
konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi.
Sasaran pelayanan gizi pasien rawat inap adalah pasien dan keluarga,
dengan tujuan memberikan pelayanan gizi rawat inap kepada pasien rawat inap
agar memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya
dalam upaya mempercepat proses penyembuhan serta mempertahankan dan
meningkatkan status gizi.

9
2.4.1 Asesment atau Pengkajian Gizi
Pengkajian status gizi meruppakan landasan yang memberikan
data-data dasar untuk penyelenggaraan terapi status gizi dan siet yang
optimal pada pasien.
Pengkajian ini mencakup 4 komponen :
1. Asesmen riwayat gizi
2. Pengukuran antropometri
3. Pemeriksaan labolatorium
4. Pemeriksaan jaminan untuk pengkajian status gizi
Data hasil p0engkajian ini harus di evaliasi ulang secara teratur
untuk mendapatkan informasi yang terus menerus mengenai gizi masing-
masing pasien.
1. Asesmen riwayat gizi
Asesmen riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makanan atau pola makan sehari
berdsasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis
secara kuantitatif di lakukan untuk mendapatkan gambaran asupan
zat gizi sehari, denagn cara food recall 24 jam sebelum masuk
rumah sakit, dan food recall 24 jam 3 hari selamam di rumah sakit.
Alergi, kegemaran makanan intoleransi terhadap makanan dan
riwayat berat badan, data gizi kemuadian di simpulakan dalam
bentuk kecukupan konsumsi makanan sesuai kebutuhan dan
masalah lain yang ditemuukan berkaitan dengan gizi (Jellife, 1966)

2. Antropometri
Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri dapat dilakukan
dengan berbagai cara pada setiap pasien dilakukan pengukuran
antropometri tinggi banda (TB) dan berat badan (BB). Pada kondisi

10
tinggi badan pasien tidak dapat di ukur, dapat dilakukan
mengukuran rentang lengan atau separuh rentang lengan atau tinggi
lutut. Pengkukuran antropometri seperti lingkar lengan atas
(LILA), lingkar kepala, lingkar dada, RLPP (Rasio Lingkar
Pinggang Pinggul), dapat dilakukan sesuia dengan kebutuhan.
(jellife 1966)
3. Laboratorium
Pemeriksaana laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnose penyakit
serta menengakan maslaah gizi pasie. Pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk menentukan intervensi gizi dan monitor atau
mengevaluasi terapi gizi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu
dlakukan antara lain : Pemeriksaan darah ( Hb, Kolesterol total,
HDL, LDL,gula darah, ureum, creatine, asam urat, trigliserida dll),
urine (glukosa, kadra gula, albumin), dan fases (Jellife, 1966).
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan
lemak subkutan, trofi otot dan defesiensi zat gizi lainnya.
Pemeriksaan fisisk dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yeng berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk
menentukan hubungan sebeb akibat antara status gizi dengan
kesehatan secara menentukan terapi obat dan diet. Pemerksaan fisik
meliputi : Tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus, pucat atau
bengkak) atau gizi lebih (gemuk, sanagt gemuk, atau obesitas),
system kardiovaskular, system pernafasan, system gastrointestinal,
system metabolic, atau endokrin atau system neourologi atau
psikiatrik (Jellife, 1966).

2.4.2 Perhitungan Status Gizi


Pengeluaran energi basal (BEE) adalah pengeluaran kalori csecara teoritis
dalam keadaan puasa dan istirahat tanpa stress. Setelah diperoleh nilai IMT,

11
maka dapat di hitung nilai dari Angka Metabolisme Basal (AMB) rumus
yang di gunakan unutk menghitung nilai AMB adalah sebagai berikut :

BEE (pria) = 66 + ( 13,7 x BB ) + ( 5 x TB ) – (6,8 X U )


BEE(wanita)=655+(9,6 x BB)+(1,7 x TB) – (4,7 x U )

Keterangan :
BEE = Basal Energy Expenditure (Kal)
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (cm)
U = Umur (tahun)
Rumus penentuan status gizi RSUD Meuraxa berdasarkan Indeks Masa
Tubuh (IMT) sebagai berikut :
BB( Kg)
IMT =
TB x TB(m)
Kategori Indek Massa Tubuh (IMT) Dapat dilihat pada table :
Nilai IMT (kg/m2) Keterangan
< 18.5 Underweight
18.5 - 22.9 Normal
23.5 – 24.9 At Risk
Overwight
Obese I
Obese II

Sumber : dewa 2021


2.4.3 Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Berat badan memiliki hubungan yang liniear dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal,perkembangan berat badan akan seara dengan
pertumbuhan tinggoi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB
merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Setelah
di peroleh nilai IMT, maka dapat di hitung nilai dari Angka Metabolisme

12
Basal (AMB). Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai AMB
adalah sebagai berikut. Berat badan ideal tergantung pada besar kerangka
dan komposisi tubuh, yaitu otot dan lemak.
Cara menetapkan berat badan ideal dengan menggunakan rumus Brocca,
yaitu :

Berat Badan Ideal: TB-100 – 10% TB-100

Pengeluaran energi basal adalah pengeluaran energi secara teoritis dalam


keadaan puasa dan istirahat tanpa stres. Persamaan Harris Bennedict dapat
digunakan dalam menghitung AMB Ketika memperkirakan energi pasien.

AMB untuk Wanita : 655 + (9,6xBB) + (1,7xTB) – (4,7xU)


AMB untuk Pria : 66 + 13 7xBB + 5xTB – 6 8xU

Keterangan :
TB : Tinggi Badan (cm)
BB : Berat Badan (kg)
U : Usia (thn)

Angka faktor aktivitas akan sangat mempengaruhi nilai dari Total


Kebutuhan Energi (TKE) sehari atau TDE (Total Dietary Energi)

TDE : BEE X FA X IF

2.5 Perencanaan Pelayanan Gizi


Pelayanan gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yanh dilakukan
di institusi kesehatan (Rumah Sakit), Puskesmas dan Institusi Kesehatan lain
untuk memenuhi kebutuhan gizi klaen atau pasien (Depkes, 2003).
Implementasi pelayanan gizi hendaknya sesuai dengan rencana yang di
susun dalam hal penyediaan diat tepat secara oral, eteral, atau arenteral,
Pengukuran biokimia darah dan urin yang diperlukan, pengukuran
antropometri, serta penyuluhan dan konsultasi gizi yang sesuai.

13
Perskripsi diet atau rencana diet adalah kebutuhan zat gizi pasien yang
dihitung berdasarkan status gizi, degenerative penyakit dan kondisi
kesehatannya. Berikut untuk makanan yang diberikan kepada pasien dalam
keadaan khusus yaitu :
1. Makanan lunak
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah
dikunyah, ditelan dan dicerna dibandingkan dengan makanan biasa.
Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu,
pasien penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu
tingggi, pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan, serta
sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan lunak.
2. Makanan saring
Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempuunyai tekstur
lebih halus dari pada makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan
dan dicerna.
Menurut keadaan penyakit, makanan saring dapat diberikan kepada
pasien sesudah mengalami operasi tertentu, pada infeksi akuttermasuk
infeksi saluran cerna, serta kepada pasien dengan kesulitan
mengunyah dan menelan atau sebagai perpindahan dari makanan cair
ke makanan lunak.
3. Makanan cair
Makanan cair adalah makanan yang mempuunyai konsistensi cair
hingga kental. Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami
gangguan mengunyah, menelan dan mencerna makanan yang
disebatkan oleh menurunnya kesdaran,suhu tinggi, rasa mual, muntah,
serta pera dan pasca bedah. Makanan dapat diberikan secara oral atau
parenteral.
Pemberian makana bagi pasien disesuaikan dengan jenis diet yang
diberikan.
Adapun jeni-jenis dietnya adalah :
1. Diabetes Militus (DM)

14
Diabetes Militus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dara akibat
kekurangan hormone insulin secara absolut atau relative. Pelaksanaan diet
hendaknya disertai dengan Latihan jasmani dan perubahan prilaku
tenyang makanan. Diet yang digunakan sebagai bagian dari penata
laksanaan diabetes melitus dikontrol berdasarkan energy, protein, lemak,
dan karbohidrat.
2. Stroke
Stroke atau penyakit peredaran darah otak adalah kerusakan pada bagian
otak yang terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat-zat
kebagian otak tersumbat atau pecah. Akibatnya, dapat terjadi beberapa
kelainan yang berhubungan dengan kemampuan makan pasien pada
akhirnya berakibat penurunan status gizi. Untuk mengatasi keadaan
gtersebut dibutuhkan diet khusus.
- Diet Stroke I
Diet Stroke I diberikan kepada pasien dalam fase akut ataubila ada
ganguuan fungsi menelan. Makakn diberikan dalam bentuk Cair
Kental atau Kombinasi Cair Jernih dan Cair Kental yang di
berikan secara oral atau NGT sesuai dengan keadaan penyakit.
Makakan diberikan dalam porsi kecil tiap 2-3 jam.
Lamampemberian makna sesuai dengan keadaan pasien.
- Diet Stroke I I
- Diet Stroke I I diberikan sebagai mkanan perpindahan Diet Stroke
I atau kepada pasien fase pumulihan. Bentuk makanan
merupakakn Kombinasi Cair Jernih dan Cair Kental, Saring,
Lunak, dan Biasa. Pemberian diet pada pasien stroke diseduaikan
dengan penyakit penyertanya.
3. Diet Peyakit Saluran Cerna
Diet lambung diberian kepada psien denagn Grastritis, Ulkus Peptiku,
Tifus, Abdominalis, dan Pasca Bedah Saluran Cerna Atas.
- Diet Lambung I

15
Diet Lambung I diberikan kepada pasien Gastritis Akut, Peptikum,
Pasca Pendarahan, dan Tifus Abdominalis Berat. Makanan
diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari
Diet Pasca-Hematemesis-Melena, atau setelah fase aku teratasi.
Makakn diberikan setiap 3 jam (lihat Makanan Saring) selama 1-2
hari saja karena membosankan serta kurang enrgy, zat besi,
tiamin, dan vitamin C.
- Diet Lambung II
Diet Lambung II diberikan sebagai perpindahan Diet Lambung I.
kepada pasien dengan Ulkus Peptikum atau Grastitis Koronis dan
Tifus Abdominalis ringan,. Makan berbentuk lunak, porsi kecil
serta diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3 kali
makanan selingan. Makanan ini cukup energi, protein, itamin C,
tetapi kurang tiamin.
4. Diet Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit Ginjal Kronik (Cbrinic Kidney Disease) adalah keadaan dimana
terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan
(menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penykit ini bersifat
progresif dan jumunya tidak dapat pulih Kembali. Gejala penyakit ini
umumnya adalah tidak ada nafsu makan, mual, muntah, pusing, sesak
nafas, rasa Lelah, edema pada kaki dan tanagn, serta urema. Apabila nilai
Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliner Kreatin (TKK) < 24
ml/menit, diberikan diet rendah protein.
- Diet Protein Rendah I: 30 gr protein. Diberikan kepada psien
dengan berat badan 50 kg
- Diet Rendah Protein II: 35 gr protein. Diberikan kepada pasien
dengan berat badan 60 kg.
- Diet Rendah Protein III : 40 gr protein. Diberikan kepada pasien
dengan berat badan 65 gr.
5. Diet Penyakit Hipertensi

16
Dietary Approaches to Stop Hypertension alias diet DASH adalah
pola makan sehat yang telah terbukti membantu menurunkan dan
mencegah tekanan darah tinggi tanpa menggunakan obat hipertensi.
National Institutes of Health menyebut, diet DASH dilakukan dengan cara
mengurangi asupan natrium (garam), lemak, dan kolesterol serta
meningkatkan asupan protein, serat, kalsium, dan kalium dari makanan
yang di konsumsi.
2.6 Diagnosa gizi
RSUD Meraxa melakukan tahapan penegakan diagnosa gizi dengan
melihat masalah gizi dengan beberapa tahapan yaitu:
a. Domain asupan
masalah actual yang berhubungan dengan asupan energy, zat gizi dari
makanan baik melalui oral maupun parenteral dan entral.
b. Domain Klinis
Masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik
c. Domain perilaku
Masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan, prilaku atau
kepercayaan dan akses keamanan makanan.
d. Melihat nilai labotarium fisik dan klinis,antropometri yang diperoleh
dari assessment gizi dan status rekam medis pasien

2.7. Intervensi gizi


Proses dan tahapan intervensi gizi di UPTD RSUD Meraxa dilakukan
dengan proses berdasarkan masalah atau diagnose gizi yang ditegakan intervensi
gizi diperoleh dari perhitungan kebutuhan energy, zat gizi, jenis diet, tujuan diet,
dan bentuk makanan seperti sonde,makanan biasa, makanan lunak, makanan
saring dan makanan blender. Untuk jenis diet yaitu diet jantung, diet hati, diet
rendah garam, diet rendah lemak,diet rendah protein, diet rendah kalori, diet
TETP dan diet Dm, diet rendah energy, rendah purin, diet lambung, diet rendah
karbohidrat.

17
2.8. Monitoring dan evaluasi
Setelah dilakukan intervensi gizi pada pasien, maka dietisien selalu
melakukan monitoring dan evaluasi gizi. Pada tahap monitoring-evaluasi gizi
ini dietisien mengunjungi ke pasien setiap harinya untuk menanyakan langsung
pada pasien apakah bisa menerima diet yang diberikan dan keluhan-keluhan
lainnya. Dan memonitoring dengan melakukan pengamatan terhadap
perkembangan atau kondisi pasien dengan memantau asupan makanan, dan
status gizi pasien dengan antropometri.

18
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 DM (Diabetes Melitus)


Data Umum Pasien
- Nama Pasien : Nurdin
- Ruang : Arafah 6A
- NRM : 010020
- Alamat : Lampaloh, Lueng Bata, Banda Aceh
- Tanggal Lahir : 16 Maret 1963
- Umur : 59 Tahun
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Pekerjaan : Jualan
- Pendidikan : SLTA
- Tanggal Masuk Rumah Sakit : 26 February 2022
- Tanggal Pengamatan : 08 Maret 2022
- Diagnosa Medis : Ulkus Dekubitus + DM
-

I. ASSESSMENT
A. Riwayat Penyakit
- Penyakit terdahulu :
Tidak ada penyakit terdahulu
- Penyakit keluarga :
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
- Penyakit sekarang :
Diabetes yang baru diketahui saat masuk rumah sakit.

19
B. Riwayat Gizi
- Kebiasaan makan pasien adalah 3 kali makanan utama dan 1-2 kali
makanan selingan.
- Makanan pokok yang dikonsumsi berupa nasi yang dikonsumsi 3 kali
sehari daam porsi sedang.
- Lauk hewani yang dikonsumsi adalah telur dan ayam.
- Pasien tidak mengkonsumsi ikan karena tidak suka dengan ikan
- Pasien jarang mengosumsi lauk nabati.
- Pasien jarang mengosumsi sayuran pasien suka sayuran daun melinjo yang
diolah dengan santan atau tanpa santan.
- Pasien mengosumsi buah seminggu 4 kali, seperti jeruk dan pisang.
- Selingan yang biasa dikonsumsi pasien adalah pisang goreng, mie aceh,
kue basah, dan buah.
- Pasien tidak merokok
- Air putih yang dikonsumsi 6-8 gelas sehari (gelas 240 ml).
- Pasien suka minum kopi
- Pasien belum pernah mendapatkan konseling gizi tentang penyakit yang
dideritanya.
- Tingkat asupan makan pasien sehari sebelum masuk rumah sakit
berdasarkan foodrecall 24 jam adalah energi 83,2% (defisit ringan),
protein 65,9% (defisit berat), lemak 68,3% (defisit berat), dan karbohidrat
91,2% (normal).

Tingkat
Asupan Kebutuhan Asupan AKG Keterangan
(%)
Energi (Kal) Defisit
1314 1579 83,2 1800
ringan
Protein (gr) 39 59,2 65,9 60 Defisit berat
Lemak (gr) 30 43,9 68,3 50 Defisit berat
KH (gr) 216 236,9 91,2 300 Normal

20
C. Riwayat Personal
- Pekerjaan pasien adalah jualan
- Status ekonomi pasien yaitu menengah ke atas.
- Aktivitas sehari-hari pasien sebelum sakit tidak beraktifitas, karena pasien
mengalami lumpuh selama 1 bulan di rumah sakit.

D. Data Antropometri
BB = 65 Kg
TB = 168 cm
IMT = 23 Kg/m2
BBI = 61,2 Kg
Status Gizi = Normal

E. Aktivitas Fisik
Tidak berolahraga

F. Fisik dan Klinis

Hasil Nilai
Jenis Pemeriksaan Keterangan
Pemeriksaan Rujukan
Tekanan Darah
120/80 120/80 Normal
(mmHg)
Nadi (x/menit) 78 60-100 Normal
Suhu Tubuh (°C) 36,2 36,1-37,2 Normal
RR (x/menit) 22 12-20 Normal
Compos Compos
Kesadaran Compos Mentis
Mentis Mentis
Mengalami lumpuh 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit, bagian pinggul mengalami luka
Keadaan Umum
akibat penekanan yang lama pada kulit karena
berbaring terus-menerus.

21
G. Biokimia
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Rujukan
Hemoglobin 9.2 g/dl 13.0 - 18.0 Rendah
Eritrosit 4.39 10^3 / µL 4.4 - 5.9 Normal
Hematokrit 32.5 % 42.0 - 52.0 Rendah
MCV 74.0 Fl 80.0 - 96.0 Rendah
MCH 21.0 Pg 28.0 - 33.0 Rendah
MCHC 28.3 g/dl 33.0 - 36.0 Rendah
RDW-SD 59.4 Fl 35.0 - 47.0 Tinggi
RDW-CV 23.2 % 11.5 - 14.5 Tinggi
Leukosit 6.3 10^3 / µL 4.0 – 10.0 Normal
Glukosa puasa 126 Mg/dl 70-110 tinggi
Glukosa post prandial 165 Mg/dl 80-120 Tinggi

H. Riwayat Obat
Pasien tidak memiliki riwayat obat

II. DIAGNOSA GIZI


Domain Klinik

Problem Etiology Sympthom


NC-2.2 Disfungsi endokrin Ditandai dengan perubahan
Perubahan nilai nilai Laboratorium :
laboratorium terkait Hemoglobin 9,2 g/dl
zat gizi (glukosa) (Rendah)
Hematokrit 32,5%
(Rendah)
Glukosa puasa 126 mg/dl
(Tinggi)
Glukosa post prandial 165
mg/dl (Tinggi)

22
Domain Behavior

Problem Etiology Sympthom


NB-1.1 Sebelumnya kurang Menunjukkan
Kurang pengetahuan terpapar informasi ketidakmampuan untuk
terkait makanan dan yang akurat terkait menerapkan informasi
zat gizi gizi mengenai makanan dan zat
gizi

III. INTERVENSI GIZI


1. Penatalaksanaan Diet
a. Jenis diet : Diet DM 1700 kkal
b. Bentuk Makanan : Makanan Biasa
c. Metode Pemberian : Oral
d. Frekuensi Pemberian : 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan
selingan
e. Tujuan Diet :
- Menurunkan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau
exogenous), dengan obar penurunan glukosa oral dan aktivitas fisik.
- Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek,
dan jangka lama.
- Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal.

f. Syarat Diet :
- Energi diberikan cukup yaitu 1700 Kal
- Protein 15% dari total kebutuhan energi sehari (67 gr).
- Lemak 25% dari total kebutuhan energi sehari (49,6 gr),
- Karbohidrat 60% dari total kebutuhan energi sehari (268 gr)

23
- Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan diperbolehkan
jika kadar gula darah sudah terkendali, jumlah gula murni yang
diperbolehkan yaitu 5% dari total kebutuhan energi sehari.
- Dianjurkan makan teratur 3 kali makanan utama dan 2-3 kali makanan
selingan, dengan memperhatikan jarak waktu makan atau frekuensi
makan.
- Pasien DM dengan tekanan darah normal dibolehkan mengkonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 300
mg/hag

g. Perhitungan Kebutuhan Gizi


 Kebutuhan Energi Basal = 25 kalori / BB / Hari
= 25 x 65
= 1.625
 Usia > 40 th (10%) = 1.625 x 10%
= 162,5
 Aktivitas ringan (20%) = 1.625 x 20%
= 325
 Total kebutuhan = Energi – Usia + Aktivitas Fisik
= 1.625 – 162,5 + 325
= 1.787
 Kebutuhan P Sehari = 15% x 1.787
=286 / 4
= 67 gram
 Kebutuhan L Sehari = 25% x 1.787
= 446,75 / 9
= 49,6 gram
 Kebutuhan KH Sehari = 60% x 1.787
= 1.072,2 / 4

24
= 268 gram

2. Rencana Edukasi
a. Judul edukasi : pola makan yang benar untuk pasien DM
b. Tujuan edukasi :
- Agar keluarga pasien dapat meningkatkan pengetahuan tentang
penatalaksanaan diet DM IV.
- Agar pasien mengerti bagaimana pola makan yang baik dan benar untuk
pasien diet dm seperti :
 Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks,
seperti nasi merah, ubi panggang, oatmeal, roti, dan sereal dari biji-
bijian utuh.
 Daging tanpa lemak atau ayam tanpa kulit.
 Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus,
dipanggang, atau dikonsumsi mentah. Sayuran yang baik dikonsumsi
untuk penderita diabetes di antaranya adalah brokoli dan bayam.
 Buah-buahan segar, jika ingin menjadikannya jus sebaiknya jangan
ditambah gula.
 Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang
dikukus, dimasak untuk sup, atau ditumis.
 Popcorn tawar.
 Susu atau produk olahan susu rendah lemak, seperti yoghurt dan telur.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi yoghurt rendah lemak tanpa
pemanis tambahan dapat mencegah penyakit diabetes tipe 2.
 Berbagai jenis ikan, seperti tuna, salmon, sarden dan makarel. Namun,
hindari ikan dengan kadar merkuri tinggi, misalnya ikan tongkol.

c. Materi edukasi :
- Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang mengalami peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan

25
hormon insulin secara absolut atau relatif, sedangkan insulin berfungsi
untuk mengontrol kadar glukosa darah dalam tubuh.
- Tujuan Diet Memberikan makanan sesuai kebutuhan. Mempertahankan
kadar gula darah dalam batas normal, menurunkan berat badan menjadi
normal. Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang
dapat menyebabkan pingsan.
- Bahan makanan yang dibatasi adalah bahan makanan yang
mengandung gula sederhana seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jeli,
jam, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, es
krim, kue manis, dodol, tarcis.

D. MONITORING DAN EVALUASI

1. Monitoring

07 Maret 2022 08 Maret 2022 09 Maret 2022


Asupan E : 1098 Kal E : 1163 Kal E : 1222 Kal
P : 48,4 gr P : 60,4 gr P : 52,5gr
L : 30,0 gr L : 25,1 gr L : 22,7gr
KH : 163,3 gr KH : 172,1 KH : 203,2 gr
Biokimia GDS = 147 mg/dl - -
Terdapat luka di Terdapat luka di Terdapat luka di
bagian bokong dan bagian bokong dan bagian bokong dan
tungkai kanan, luka tungkai kanan, tungkai kanan,
tersebut nyeri , luka tersebut luka tersebut
mengeluarkan nyeri , nyeri ,
Fisik dan
nanah. Pasien sudah mengeluarkan mengeluarkan
Klinis
lama tidur berbaring nanah. Pasien nanah. Pasien
tungkai bawah tidak sudah lama tidur sudah lama tidur
dapat di gerakkan berbaring tungkai berbaring tungkai
lagi. bawah tidak dapat bawah tidak dapat
di gerakkan lagi. di gerakkan lagi.

2. Evaluasi
- Asupan makan :

26
Dapat disimpulkan bahwa asupan makan pasien meningkat dihari ke tiga.
pengamatan.
- Biokimia :
Hasil pemeriksaan biokimia pasien yaitu tidak normal.
- Fisik :
Keadaan pasien terbaring di tempat tidur namun dapat berkomunikasi
dengan baik.

27

Anda mungkin juga menyukai