Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DIET PADA PENYAKIT DIABETES

MELLITUS

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
1. Citra Sinaga
2. Hamsonia C.Ivena
3. Kristopel Simanjuntak
4. Melati Sibarani
5. Rumintang Simanjuntak

Tugas Bapak Dosen Siringo


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat,serta penyertaan-Nya,sehingga makalah “DIABETES
MILLETUS” ini dapat kami selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan
bahasa yang sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para
pembaca.kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih
terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini.Maka kami
berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan
mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Tarutung ,08 JUNI 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diabetes mellitus (DM) yang dikenal sebagai penyakit
kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Meningkatnya prevalensi
diabetes mellitus di beberapa negara berkembang, akibat peningkatan
kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti.
Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di
kota-kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit
degeneratif, seperti peyakit jantung koroner (PJK), hipertensi,
hiperlipidemia, diabetes dan lain-lain (Soegondo, 2005).
Menurut WHO (2002), sebanyak 171 juta orang menderita
diabetes, mewakili 2,8% dari populasi dunia, dan diprediksi bahwa
jumlah ini akan meningkat menjadi 366 juta (4,4%) pada tahun 2030.
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukan adanya kecenderungan
peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru
dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah diabetes yang
cukup besar untuk tahun-tahun mendatang, termasuk kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Internasional Diabetes Federation
(IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM
dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diabetes mellitus?
2. Apa saja diet nutrisi diabetes mellitus?
3. Apa Klasifikasi Diabetes Melitus ?
4. Apa patofisiologi dari diabetes mellitus ?
5. Apa factor yang mempengaruhi dari diet pada penyakit DM ?
6. Apa tujuan dan syarat diet pada penyakit DM ?
7. Apa saja jenis Diet Diabetes Mellitus menurut kandungan Energi,
Protein, Lemak, dan Karbohidrat ?
8. Bagaimana Pencegahan dan pengelolaan diabetes mellitus ?

C. Tujuan
a) Tujuan Umum
 Tujuan Umum Mengetahui tentang diet pada klien dengan
penyakit Hormonal
 Memahami Kebutuhan Gizi yang dibutuhkan pasien dengan
penyakit Hormonal
b) Tujuan Khusus
 Diketahui diet Diabetes Melitus I –III
 Diketahui penyakit- penyakit Komplikasi
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010).
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi
insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh
kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).
2. Diet Nutrisi Diabetes Mellitus
Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita
diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis, dan jadwal pemberian makanan
(Sulistyowati, 2009). Prinsip diet bagi penderita DM adalah mengurangi dan
mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi
mekanisme pengaturan gula darah. Menjadi diabetis sering segera dikaitkan
dengan tidak boleh makan gula. Memang benar gula menaikkan gula darah
namun perlu diketahui bahwa semua makanan juga menaikkan gula darah.
Pengaturan makan (diet) merupakan komponen utama keberhasilan
pengelolaan Diabetes Mellitus, akan tetapi mempunyai kendala yang sangat
besar yaitu kepatuhan seseorang untuk menjalaninya. Prinsip pengaturan
makan pada penderita diabetes hamper sama dengan anjuran makan untuk
orang sehat masyarakat umum, yaitu makanan yang beragam, bergizi dan
berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya adalah sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal yang
sangat penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam hal jadwal
makan, jenis makanan dan jumlah makanan atau terkenal dengan istilah 3 J.
Hal-hal yang penting harus diperhatikan dalam perencanaan makan adalah
kebutuhan energi/ kalor ditentukan berdasarkan umur, jenis kelamin, berat
badan, aktifitas fisik, kehamilan/menyusui.
Consensus pengelolaan dan pencegahan DM di Indonesia menetapkan
empat pilar utama dalam pengelolaan DM, yaitu edukasi, terapi nutrisi medis (
diet), latihan jasmani dan intervensi farmakologi. Tetapi yang akan dilakukan
dalam pencegahan ini adalah terapi nutrisi medis (diet).
3. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi yang ada sekarang ini meliputi berbagai stadium klinis dan tipe
etiologi penyakit DM serta kategori hiperglikemia lainnya. Istillah DM yang
tergantung insulin
(IDDM, Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan yang tidak tergantung insul
in (NIDDM, Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus) kini sudah tidak
digunakan lagi. Klasifikasi etiologi DM diperhatikan dalam tabel 20.1.
1) Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes melitus merupakan kumpulan keadaan yang disebabkan oleh
kegagalan pengendalian gula darah. DM tipe 1 ditandai oleh penurunan kadar
insulin (insulinopenia) yang disebabkan oleh destruksi sel-sel. Pasien DM tipe
I memerlukan insulin untuk tetap bertahan hidup tanpa adanya insulin dari
luar, pasien tersebut akan mengalami ketoasidosis, koma dan
kematian.Resistensi insulin terjadi pada pintu masuk di permukaan sel tubuh
yang dinamakan reseptor insulin; reseptor insulin memungkinkan lewatnya
gula (glukosa) yang dibawa oleh hormon insulin masuk ke dalam sel dan gula
tersebut kemudian di dalam mitokondria mesin penghasil energi dalam sel
akan digunakan untuk menghasilkan energi atau tenaga yang diperlukan dalam
pelaksanaan fungsi setiap sel tubuh. Tidak adanya atau tidak memadainya
produksi hormon insulin akan mengakibatkan Diabetes Melitus Tipe I,
sedangkan peningkatan resistensi insulin dengan penurunan kuantitas atau
kualitas insulin menyebabkan Diabetes Melitus Tipe 2. penyandang Diabetes
Tipe 1 memerlukan pemberian insulin dari luar sehingga dinamakan pula
diabetes tergantung insulin (DMTI) sedangkan pada Diabetes Tipe 2, produksi
insulin mungkin masih cukup atau hanya berkurang sehingga bisa diatasi
dengan obat-obat hipoglikemik yang dapat mengurangi resistensi insulin
dan/atau yang merangsang sel-sel beta pankreas untuk memproduksi insulin.
Diabetes tipe 1 terutama ditandai dengan penurunan berat badan serta gejala 3
P (polifigia, polidipsia, poliuria) dan umumnya ditemukan pada usia kanak-
kanak hingga rema, sedangkan diabetes tipe 2 terutama dicirikan oleh tubuh
yang gemuk dan usia menengah ke atas. Namun, tipe 2 dapat bercampur atau
berubah menjadi tipe 1 setelah sel-sel beta menjadi lelah karena terus-menerus
dirangsang oleh obat-obat (golongan sulfonil urea) sehingga tidak lagi mampu
memproduksi insulin. Pada perubahan dari tipe 2 menjadi tipe 1, tubuh pasien
akan berubah dari gemuk menjadi kurus tanpa dapat dipengaruhi oleh
peningkatan asupan kalori dari makanannya.
2) Diabetes Mellitus tipe II
Bentuk DM yang paling sering ditemukan dan ditandai oleh gangguan
pada sekresi serta kerja insulin. Kedua efek ini terdapat pada DM klinis.
Penyebab yang jumlahnya banyak dan bervariasi untuk terjadinya kelainan
ini telah teridentifikasi. DM tipe II juga memiliki perubahan
multifaktorial. Mayoritas pasien DM yang tidak terganntung dengan
insulin dan kebanyakan di antara mereka menderita diabetes pada usia
dewasa. Pada DM tipe II sering terdapat resistensi insulin dengan
insulinopenia relative yang kadang-kadang pada saat-saat stress
memerlukan insulin. Obesitas dan obesitas pada bagian perut umumnya
terlihat pada pasien-pasien DM tipe II. Ketoasidosis jarang ditemukan dan
jika terlihat, keadaan ini berhubungan dengan stress atau penyakiit lain
yang menjangkiti pasien DM. pasien DM juga cenderung mengalami
komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Faktor etiologi meliputi
faktor genetic, usia, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. Prinsip
penanganan termasuk perencanaaan makan dan exercise pada Diabetes
Melitus Tipe 2 sama seperti pada diabetes melitus tipe 1, kecuali
pemberian insulin yang mutlak diperlukan pada diabetes tipe 1. Menurut
konsensus perkeni 2002, pasien dengan diabetes yang terkendali baik
akan memilik kadar gula puasa 80-109 mg%, kadar gula dua jam sesudah
makan 80-144 mg% dengan persentase A1c<6,5. Di samping itu,pasien
yang penyakit diabetesnya terkendali dengan bik akan memiliki berat
badanyang normal (IMT 18,5-22,9 untuk wanita dan 20-24,9 untuk laki-
laki), kadar LDL kolesterol <100 mg%, kadar trigliserdia <150 mg% dan
tekanan darah <130/80 mmHg.
Pasien DM Tipe 2 (diabetes melitus tak tergantung insulin, DMTTI)
cenderung berusia lebih tua (>25 tahun) dan mempunyai berat badan yang
lebih tinggi. Banyak di antara pasien-pasien ini memiliki riwayat diabetes
yang kuat dalam keluarga. Karena itu, tujuan utama terapi diet pada DM
Tipe 2 adalah menurunkan dan atau mengendalikan berat badan di
samping mengendalikan kadar gula dan kolesterol seperti disebutkan di
atas. Semua ini harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dan mencegah atau paling tidak menunda terjadinya komplikasi akut
maupun kronis. Penurunan berat badan pada pasien-pasien DM Tipe 2
yang mengalami obesitas umumnya akan menurunkan resistensi insuliin.
Dengan demikian, penurunan berat badan akan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh sel dan memperbaiki pengendalian glukosa
darah.
a) Nutrisi preventif
Intervensi gizi yang bersifat preventif untuk mengurangi risiko
terjadinya DM tipe 2 harus berfokus pada:
1) Pencegahan obesitas pada pasien-pasien yang berisiko diabetes
2) Asupan serat pangan 25 gram /1000 kalori, khususnya serat larut atau
solubel dapat membantu mengendalikan kadar glukosa darah dan
menambah rasa kenyang
3) Menghindari asupan kalori yang berlebihan.
4) Olahraga teratur (yaitu, 3 kali seminggu atau lebih selama waktu >30
menit dengan intensitas 50-60% dari frekuensi jantung maksimal
[220-usia) ternyata dapat mencegah atau menunda onset diabetes pada
mereka yang mempunyai predisposisi untuk terkena penyakit ini.
Tipe I Ditandai dengan kegagalan produksi
insulin yang parsial atau total oleh
sel-sel dan pancreas. Faktor
penyebab masih belum dimengerti
dengan jelas tetapi beberapa virus
tertentu, penyakit autoimun dan
faktor genetic mungkin turut
berperan.
Tipe II Ditandai dengan resistensi insulin
ketika hormone insulin diproduksi
dengan jumlah yang tidak memadai
atau dengan bentuk yang tidak diabetes
ini dan proses terjadinnya berkaitan
dengan obesitas.
Tipe spesifik lainnya Defek genetic pada fungsi sel
Defek genetic pada kerja insulin
Penyakit pada kelenjar eksrosin
pancreas
Endokrinopati
Ditimbulkan oleh obat-obatan atau zat
kimia
Infeksi
Bentuk immune-mediated diabetes
yang langka kadang-kadang sindrom
genetic lain yang disertai diabetes.
Diabetes gestasional Bentuk diabetes yang terjadi selama
kehamilan. Kebanyakan, tapi tidak
semuanya akan sembuh setelah
melahirkan.
b) Nutrisi kuratif
Intervensi diet untuk mengendalikan glukosa darah merupakan salah
satu intervensi penting bagi pasien-pasien DM Tipe 2.
Tujuan intervensi diet/gizi DM Tipe 2:
1) Mengendalikan kadar glukosa dan lemak darah agar komplikasi
diabetes dapat dicegah atau ditunda
2) Mendapatkan dan mempertahankan berat badan normal atau ideal
3) Menghasilkan status gizi yang adekuat
Menghasilkan kebugaran dan rasa nyaman tubuh karena pengendalian
gula dara dapat menghilankan keluhan mudah lelah, sering pusing atau
sakit kepala, kram, kesemutan, gatal-gatal dan sebagainya.
3) Diabetes Gestasional
Intoleransi karbohidrat yang mengakibatkan hierglikemia dengan
keparahan yang beragam dan onset atau deteksi pertama kali pada saat
hamil. Definisi ini berlaku tanpa memandang apakaah hormone insulin
digunakan atau tidak dalam penanganannya ataukah keadaan tersebut tetap
bertahan setelah kehamilan berakhir. Intoleransi glukosa dapat mendahului
kehamilan tetapi keadaan yang tidak diketahui sebelumnya. Diabetes
mellitus yang timbul selama kehamilan. Diagnose diabetes mellitus :
 Kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl atau ditambah gejala khas
diabetes ( polyuria, polydipsia, polipagia. )
 Glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih pada dua kali pemeriksaan
pada saat yang berbeda.
4) Sindrom Metabolic Atau Sindrom X
Kelompok kelainan yang terdiri ata shiperglikemia, hipertensi, obesitas
pada bagian perut, dislipidemia dan resistensi insulin sering ditemukan.
Faktor-faktor resiko untuk terjadinya penyakit kardiovakular ini
dinamakan sindrom X atau sindrom resistensi insulin atau sindrom
metabolic. Sejumlah penelitian epidemiologi memastikan bahwa sindrom
ini umumnya dijumpai pada berbagai kelompok etnis yang meliputi orang-
orang eropa, afro-amerika, meksiko-amerika, india serta cina di Asia,
aborigin Australia, polinesia dan mikronesia. Manajemen orang dengan
hiperglikemia dan cirri-ciri sindrom metabolic lainnya tidak boleh hanya
berfokus pada pengadilan glukosa darah, tetapi juga harus meliputi
berbagai strategi untuk menurunkan faktor risiko kardiovaskular lainnya.

4. Patofisiologi Dari Diabetes Mellitus


Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang
lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pula
dalam peta, sehingga disebut dengan pulau-pulau Langerhans pankreas. Pulau-
pulau ini berisi sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta
yang menghasilkan hormon insulin. Kedua hormon ini bekerja secara
berlawanan, glukagon meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin bekerja
menurunkan kadar glukosa darah (Schteingart, 2006). Insulin yang dihasilkan
oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat
membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel. Dengan bantuan GLUT 4
yang ada pada membran sel maka insulin dapat menghantarkan glukosa masuk
ke dalam sel. Kemudian di dalam sel tersebut glukosa di metabolisasikan
menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin tidak ada atau berjumlah sedikit, maka
glukosa tidak akan masuk ke dalam sel dan akan terus berada di aliran darah
yang akan mengakibatkan keadaan hiperglikemia (Sugondo, 2009).
Pada DM tipe 2 jumlah insulin berkurang atau dapat normal, namun
reseptor di permukaan sel berkurang. Reseptor insulin ini dapat
diibaratkan lubang kunci masuk pintu ke dalam sel. Meskipun anak 18
tahun.kuncinya (insulin) cukup banyak, namun karena jumlah lubangnya
(reseptornya) berkurang maka jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel
akan berkurang juga (resistensi insulin). Sementara produksi glukosa oleh
hati terus meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar glukosa meningkat
(Schteingart, 2006). Penderita diabetes mellitus sebaiknya melaksanakan 4
pilar pengelolaan diabetes mellitus yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani, dan intervensi farmakologis (ADA, 2010). Latihan jasmani secara
teratur dapat menurunkan kadar gula darah. Latihan jasmani selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah
(Vitahealth, 2006).
5. Factor Yang Mempengaruhi Dari Diet Pada Penyakit DM
a) Faktor Genetik
Bukti adanya komponen genetic berasal dari koefisien keselarasan
(Corcodance) DM yang meningkat kepada kembar monozigot, prevalensi
DM yang tinggi pada anak-anak dari orang tua yang menderita diabetes
mellitus dan prevalensi DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu.
Keterkaitan DM dengan banyak genkandidat telah teridentifikasi pada
berbagai populasi, tetapi tidak ada gen yang terlihat sebagai gen utama di
dalam proses terjadinya kelainan tersebut. DM tipe 2 merupakan kelainan
poligenik dan tidak memiliki hubungan yang jelas dengan gen Human
Leucocytes Antigen (HLA). Munculnya diabetes yang biasa muncul ketika
dewasa pada usia muda (MODY, Maturity Onset Diabetes In The Young)
merupakan bentuk monogenic DM tipe II dengan usia onset yang dini,
yaitu kurang dari usia 25 tahun. Kelainan ini diturunkan secara autosomal
domain dan mutasi disebutkan terjadi paling sedikit pada lima gen. varian
genetic lainnya adalah kehilangan pendengaran yang diwariskan secara
materal pada diabetes mellitus (MIDDM, Maternally Inherited Deafness In
Diabetes Mellitus) yang merupakan cirri khas DM tipe I dan tipe II. Tuli
neuro sensori berhubungan dengan onset DM yang dini dan bentuk ini
ditandai oleh pewarisan materal yang kuat. Hanya anak perempuan yang
dapat mewariskan penyakit ini kepada keturunan, kendati kedua gender
sama-sama dapat terkena.
b) Faktor risiko lingkungan
Sejumlah penelitian epidemiologi dari berbagai bagian dunia
memperlihatkan bahwa faktor-faktor risiko lingkungan yang utama untuk
terjadinya DM meliputi.
a. Usia
Pertambahan usia merupakan faktor risiko yang penting untuk
DM. Dalam semua penelitian epidemiologi pada berbagai populasi,
pravelensi Dm memperlihatkan peningkatan yang spesifik menurut
usia.pada populasi eropa,usia pada saat onset DM umumnya berkisar
antara 50-60 tahun,namun usia ini secara signitifkan lebih rendah pada
penduduk asli amerika dan india yang angka prevelensi DM-nya tinggi.
b. Obesitas dan obesitas bagian perut
Obesitas merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya DM
Hubungannya dengan DM tipe II sangatlah kompleks.Meskipun angka
obesitas yang diukur melalui indeks masa tubuh ( IMT ) umumnya
rendah pada orang-orang india,namun angka tersebut berkaitan erat
dengan toleransi glukosa pada populasi perkotaan maupun
pedesaan.Sekalipun masih berada di dalam kisaran berat badan yang
dapat diterima,namun kenaikan berat badan dapat meningkatkan risiko
DM,khususnya jika ada predisposisi familial.keadaan ini dapat terjadi
karena efek yang merugikan dari usia dan berat badan terhadap
tingginya derajat resistensi insulin pada beberapa populasi seperti
orang-orang india asia.Distribusi lemka tubuh lebih penting artinya
sebagai predictor DM ketimbang obesitas.
c. Resistensi insuin
Defek pada sekresi dan kerja insulin merupakan dua faktor
patogenik yang utama pada DM.Kerja insulin dibawah normal pada
jaringan yang
diantarai insulin mengakibatkan berkurangnya pembuangan glukosa,
sekalipun pada mereka yang bukan diabetes keadaan ini
mengakibatkan hiperinsulinemia kompensasi.Karena itu, kita sulit me
mbedakan secara biologis antara resistensi insulin dan
hiperinsulinemia kompensasi pada orang-orang yang bukan
diabetesi.orang india memiliki respons insulin plasma yang lebih
tinggi selama berpuasa dan pada saat bereaksi terhadap stimulasi jika
dibandingkan dengan orang eropa dan kelompok etnis lainnya.
d. Faktor-faktor makanan atau gizi
e. Jarang melakukan aktivitas fisik
f. Urbanisasi dan modernisasi

c) Faktor diet
Pola makan atau diet merupakan determain penting yang menentukan
obesitas dan juga mempengaruhi resistensi insulin dengan demikian,pola
makan memainkan peranan yang penting dalam proses terjadinya DM tipe
II.Dengan urbanisasi terjadilah perubahan gaya hidup dan kebiasan
makan.Konsumsi makanan yang tinggi energy dan tinggi lemak,selain
aktivitas fisik yang rendah,akan mengubah keseimbangan energy dengan
disimpannya energy sebagai lemak
simpanan yang jarang digunakan. Asupan energy yang berlebihan itu
sendiri akan meningkatkan resistensi insulin, sekalipun belum
terjadi kenaikan berat badan yang signitifkan Diet tinggi kalori,tinggi
lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan DM tipe II.Diet yang
akan energy dan rendah serat akan meningkatkan kenaikan berat
badan dan resistensi insulin kendati pada populasi berisiko rendah
seperti orang-orang eropa.masyarakat india selatan oleh orang-orang
dilokasi urban yang memiliki angka DM yang jauh lebih tinggi ketimbang
teman mereka dipedesaan.

6. Tujuan Dan Syarat Diet Pada Penyakit DM


 Tujuan diet penyakit DM adalah: membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik
yang lebih baik, dengan cara:
1) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dgn
menyeimbangkan asupan makanan dgn insulin (endogenous atau
exogenous) dengan obat penurun glukosa oral dan aktifitas fisik.
2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
3) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai BB normal.
4) Menghindari komplikasi atau menangani komplikasi akut pasien yang
menggunakan insulin seperti hypoglikemia jangka pendek, dan jangka
lama serta masalah yg berhubungan dgn latihan jasmani.
5) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal.

 Syarat diet Penyakit DM adalah:


1) Energi cukup utk mempertahankan BB normal. Kebutuhan energi
ditentukan dgn memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal
sebesar: 25 – 30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktifitas
fisik dan keadaan khusus, mis: kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya
komplikasi. Makanan dibagi dlm 3 porsi besar, yaitu: makan pagi (20 %),
siang (30 %) dan sore (25 %), serta 2 – 3 porsi kecil untuk makanan
selingan (masing masing 10 – 15 %)
2) Kebutuhan prot. Normal yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energi total.
3) Lemak sedang (20 – 25 %) dari kebutuhan energi total, dalam bentuk ˂ 10
% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10 % dari lemak
tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Asupan kolesterol makanan dibatasi yaitu: ≤ 300 mg /hari.
4) Kebutuhan KH adalah sisa dari kebutuhan energi total yaitu: 60 – 70 %.
5) Penggunaan gula murni dlm minuman dan mknn tdk diperbolehkan
kecuali jlhnya sedikit sbg bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah
terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari
kebutuhan energi total.
7. Jenis Diet Diabetes Mellitus Menurut Kandungan Energi, Protein,
Lemak, Dan Karbohidrat
Jenis Energi Protein Lemak Karbohidrat
Diet (kkal) (gr) (gr) (gr)
I 1100 43 30 172
II 1300 35 35 192
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396

8. Pencegahan Dan Pengelolaan Diabetes Mellitus


Cara utama untuk mengelola DM tipe I adalah pemberian insulin eksogen
( suntik insulin ).Manajemen diet bagi DM tipe I dan II hampir
identk.Rekomendasi paling akhir untuk distribusi makronutrien pada diet DM
dirangkumkan pada tabel 20.5.Dengan memperhitungkan peranan utama
obesitas dan kurangnya aktivitas fisik dalam etiologi DM tipe II,gizi kesehatan
masyarakat memiliki peranan yang sangat besar dalam program
pemcegahannya.
1) Tujuan Pengelolaan Diabetes
Tujuan pengelolaan diabetes atau manajemen diabetes adalah
membuat pasien terbebas dari keluhan serta gejala diabetes dan
memungkinkannya untuk hidup secara normal tanpa menanggung
komplikasi vascular yang berkaitan dengan penyakit
tersebut.Pendekatan tim yang multiaspek sangat penting untuk
mencapai semua tujuan ini.komponen dalam sejumlah penanganan
DM,meliputi :
 Terapi gizi yang mencakup modifikasi diet
 Exercise ( olahraga dan aktivitas fisik )
 Manajemen obat
 Edukasi DM
2) Terapi Gizi Dan Modifikasi Diet
Tujuan terapi gizi adalah :
 Untuk mencapai outcome metabolic yang optimal dan mempertaha
nkanya.
Outcome metabolic yang optimal meliputi : kadar glukosa yang no
rmalprofil lipid yang menguntungkan,dan tingkat tekanan darah
yang dapat
diterima untuk mengurangi risiko penyakit pada pembuluh darah
makro serta mikro.
 Untuk mencegah dan mengatasi komplikasi DM yang kronis denga
n mengubah asupan nutrient dan pola hidup agar selaras bagi
pencegahan
serta penanganan obesitas, dislipidemia, penyakit kardiovaskuler,
hipertensi,dan nefropati.
 Untuk memperbaiki kesehatan melalui pemilihan makanan yang se
hat dan aktivitas fisik
 Untuk memberikan saran spesifik yang diperlukan bagi kelompok
minoritas,seperti :orang muda dengan DM tipe I dan II, ibu hamil
dan menyusui, manula(manusia usia lanjut),pasien DM yang
mendapat suntikan insulin, orang-orang yang berisiko untuk
terkena DM .
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia) akiat kekurangan hormone
insulin baik absolute maupun relative.

Ada dua jenis diabetes mellitus yaitus diabetes mellitus tipe I dan Diabetes
Mellitus tipe II. Diabetes tipe I diakibatkan karena terjadiya kerusakan pancreas
sehingga insulin harus didatangkan dari luar, sedangkan diabetes tipe II atau
disebut dengan DM yang tidak tergantung pada insulin yang disebabkan karena
insulin yang tidak dapat bekerja dengan baik. Diabetes melitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah
tertentu dalam darah. Glukosa terbentuk dari makanan yang dikonsumsi insulin
yaitu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam
darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Pada diabetes,
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas
dapat menghentikan sama sekali produksi insulin.Sebelum membicarakan
pedoman diet, ada beberapa istilah dalam bidang gizi dan diet yang perlu
didefinisikan. Dalam bidang kesehatan, istilah gizi (sering disebut pula nutrisi)
diartikan sebagai sebuah proses dalam tubuh makhluk hidup untuk memanfaatkan
makanan guna pembentukan energi, tumbuh-tumbuh dan pemeliharaan tubuh.
Ilmu gizi mempelajari proses tersebut.

B. SARAN
bagi penderita Diabetes Mellitus atau kencing manis sebaiknya menjaga pola
makan dan diet agar kadar gula dalam darah bisa terkontrol dengan baik. Selain
menjaga pola makan dan diet penderita DM juga bisa menggunakan kombinasi
obat anti diabetes seperti melformain dengan glibenclamid untuk mengetahui efek
penurunannya terhadap kadar gula darah.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC

Gibney J. Michael, dkk. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC

Smeltzer,Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah

Brunner&Suddarth. Jakarta:EGC

Rosadi, Khaerul Anwar. 2017. Diet penyakit Diabetes Melitus. Purwokerto :


EGC

Anda mungkin juga menyukai