Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diabetes melitus adalah sindroma yang ditandai oleh kadar glukosa darah
yang tinggi (hiperglisemia) menahun karena gangguan produksi, sekresi
insulinmaupun resistensi insulin. Saat ini diduga secara global jumlah
penderita DM adalah 200 juta orang. Di Amerika Serika, kurang lebih
650.000 kasus diabetes mellitus baru didiagnosis setiap tahunnya (Healthy
People 2000, 1990). Setengah dari jumlah kasus Diabetes Mellitus (DM)
tidak terdiagnosa karenapada umumnya diabetes mellitus tidak disertai gejala
sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi penyakit diabetes mellitus
meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang
dimakan, kurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya jumlah populasi
manusia usia lanjut.
Diabetes mellitus terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara
individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6 % menderita diabetes mellitus
tipe II. Di Amerika Serikat, diabetes mellitus merupakan penyebab utama
kebutaan diantara penduduk berusia 25 tahun hingga 74 tahun akibat
retinopati diabetik dan juga menjadi penyebab utama amputasi diluar trauma
kecelakaan. Pada usia yang sama, penderita diabetes mellitus paling sedikit
2,5 kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan dengan mereka
yang tidak menderita diabetes mellitus.

75% penderita diabetes mellitus akhirnya meninggal karena penyakit


vascular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke dan gangrene adalah
komplikasi yang paling utama. Selain itu, kematian janin intrauterine pada
ibu-ibu yang menderita diabetes mellitus tidak terkontrol juga meningkat.
Sedangkan di Indonesia sendiri jumlah penderita DM sekitar 1,5% dari
jumlah penduduk (Marwani Bratasaputra, 2000).

Melihat pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan pada tahun 2020
nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan
dengan asumsi prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 2 %, akan didapatkan
3,56 juta pasien Diabetes Mellitus, suatu jumlah yang besar untuk dapat
ditanggani sendiri oleh para ahli DM. Oleh karena itu antisipasi untuk
mencegah dan menanggulangi timbulnya ledakan pasien DM ini harus sudah
dimulai dari sekarang. Untuk itu perlu dilakukan penanganan serius terpadu
agar tidak menjadi masalah kesehatan nasional di kemudian hari. Ada 5
komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu diet, latihan,
pemantauan, terapi (jika diperlukan), dan pendidikan. Diet dan pengendalian
berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes mellitus. Begitu
pula dengan latihan sangat penting untuk menurunkan kadar glukosa darah
dan mengurangi faktor risiko kardiovaskuler.

Penanganan pertama yang harus dilakukan agar klien mampu melakukan


kelima komponen tersebut dengan baik adalah dengan memberikan health
education mengenai pengontrolan gula darah agar mencegah terjadinya
komplikasi pada penderita DM dan pencegahan DM pada orang yang belum
terdiagnosis diabetes melitus serta orang beresiko tinggi menderita DM.
Penyuluhan merupakan dasar utama untuk pengobatan diabetes mellitus bagi
pasien dan juga pencegahan diabetes bagi keluarga pasien serta masyarakat.

Diet bagi pasien DM merupakan komponen yang sangat penting dalam


mengontrol gula darah agar tetap dalam batas normal dan stabil. Untuk itu,
penting untuk dilakukan edukasi kepada penderita beserta keluarganya akan
pentingnya pendidikan akan nutrisi makanan dan cara menerapkan resep-
resep masakan yang sehat di dalam keluarga dengan memperhatikan jumlah
kalori yang dibutuhkan, jadwal, dan jenis makanan yang baik dikonsumsi,
untuk menanamkan pola makan sehat kepada penderita diabetes beserta
anggota keluarga.

Data yang didapatkan di ruang Ambun Suri lantai IV pada Tahun 2017
yaitu sebanyak 207 kasus DM, sedangkan data dari bulan Januari-April
Tahun 2018 yaitu sebanyak 74 kasus.
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan
pasien dan keluarga dapat memahami tentang DM.

C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit tentang DM,
keluarga dan klien mampu :
1. Menjelaskan pengertian Diabetes Mellitus
2. Menyebutkan penyebab Diabetes Mellitus
3. Menyebutkan klasifikasi Diabetes Mellitus
4. Menjelaskan gejala klinis Diabetes Mellitus
5. Menjelaskan penatalaksanaan Diabetes Mellitus
BAB II
MATERI PENYULUHAN
A. Defenisi
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau
resistensi insulin absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan
metabolism karbohidrat,protein,lemak (Billota,2012).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010,
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, atau kedua-duanya.
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Arisman dan
soegondo,2009).

B. Etiologi
Secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran
sel-sel beta pankreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi
mewarisi suatu predisposisi / kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan pada individu yang mempunyai
tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplatasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta.

2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )


Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor risiko tertentu yang
berhubungan yaitu :
a. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang
secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin
pankreas untuk memproduksi insulin. (Sujono & Sukarmin, 2008).
b. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami
hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi
insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban
metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi
energi sel yang terlalu banyak. (Sujono & Sukarmin, 2008).
c. Riwayat Keluarga
Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada
kembar non identik), risiko menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali
lebih besar daripada subjek (dengan usia dan berat yang sama) yang
tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya. Tidak seperti
diabetes tipe 1, penyakit ini tidak berkaitan dengan gen HLA.
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa diabetes tipe 2
tampaknya terjadi akibat sejumlah defek genetif, masing-masing
memberi kontribusi pada risiko dan masing-masing juga dipengaruhi
oleh lingkungan. (Robbins, 2007).
d. Gaya hidup (stres)
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini
berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan
meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan
sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban
yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada
penurunan insulin. ( Smeltzer and Bare, 2008).

C. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus sebagai berikut :
1. Tipe I
Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM). Dahulu dikenal
dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada
pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
mempertahankan hidup.
2. Tipe II
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM). Dahulu
dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD), terbagi dua yaitu
:
 Non obesitas
 Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta
pankreas, tetapi biasanya karena resistensi aksi insulin pada jaringan
perifer.
3. Diabetes mellitus tipe lain
 Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan
hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
 Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam
hidotinik
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM/diabetes selama kehamilan) karena
intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam
NIDDM. Pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon
pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon
ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
(Suddarth, Brunner, 2015).

D. Tanda dan Gejala


Gejala klinis DM yang klasik : mula-mula polifagi, poliuri, dan
polidipsi. Apabila keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala
Dekompensasi Pankreas, yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria,
polidipsi, dan polifagi. Ketiga gejala klasik tersebut diatas disebut pula
“Trias Sindrom Diabetes Akut” bahkan apabila tidak segera diobati dapat
disusul dengan mual-muntah dan ketoasidosis diabetik. Gejala kronis DM
yang sering muncul adalah lemah badan, kesemutan, kaku otot, penurunan
kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang sering berubah, sakit sendi
dan lain-lain (Tjokroprawiro, 2007 )
E. Komplikasi
Menurut Tarwoto (2012) komplikasi yang berkaitan dengan
diabetes melitus digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dalam glukosa darah, yaitu : hipoglikemia, ketoasidosis
diabetik, sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketotic (HHNK).
a. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-
kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin,
detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak
segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian.
Menurut Depkes (2009), serangan hipoglikemia pada
penderita diabetes umumnya terjadi apabila penderita:
1) Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)
2) Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh
dokter atau ahli gizi .
3) Berolah raga terlalu berat
4) Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari
pada seharusnya.
5) Minum alkohol
6) Stress.
7) Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko.
b. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non- ketotic
HHNK terjadi pada manula, penyandang diabetes dengan
obesitas, seringkali adanya diabetes tidak terdiagnosis sebelumnya.
Seringkali ditemukan faktor pencetus seperti infark miokard, stroke,
atau infeksi. Onsetnya lambat dengan poliuri selama 2-3 minggu dan
dehidrasi progresif. Kadar glukosa darah tinggi (sering di atas 45,0
mmol/L) dan osmolalitas (seringkali di atas 400 mmol/L).
Bikarbonat plasma biasanya normal tanpa disertai ketonuria. Jika
kadar bikarbonat plasma rendah, pikirkan asidosis laktat. Pasien ini
memrlukan cairan dalam jumlah banyak (10 liter) yang diberikan
dalam bentuk Nacl 0,9 % (David. dkk, 2011).
2. Komplikasi kronis
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan, yaitu :
makrovaskuler, mikrovaskular, dan penyakit neuropati.
a. Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler berupa retinopati, nefropati, dan
neuropati merupakan kelainan yang lebih sering timbul setelah
pubertas, namun juga dapat terjadi selama periode prepurbertas
memberikan efek yang tidak sama pada masing-masing individu
dalam hal komplikasi.
b. Neuropati
sistem saraf sentral dan perifer juga terkena oleh diabetes.
Pola keterlibatan yang paling sering adalah neuropati perifer simetris
di ekstremitas bawah yang mengenai, baik fungsi motorik maupun
sensorik, terutama yang terakhir. Walaupun gejala klinis kelainan
saraf pada anak dan remaja jarang didapatkan namun keberadaan
kelainan subklinis sudah didapatan. Evaluasi klinis dari pemeriksaan
saraf perifer harus meliputi :
1) Anamnesis timbulnya nyeri,parestasia,maupun rasa tebal.
2) Penentuan sensasi vibrasi.
c. Komplikasi makrovaskuler
Penelitian tentang penebalan intima-media pada karotis
merupakan tanda yang sensitif untuk timbulnya komplikasi
makrovaskuler yaitu penyakit jantung koroner dan penyakit serebro
vaskuler.
F. Pencegahan
Menurut Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
di Indonesia (2011) pencegahan pada pasien dengan DM yaitu menerapkan
pola hidup sehat seperti:
1. Diet dan Pola Makan
Tidak hanya bagi orang yang memiliki tubuh gemuk yang
memerlukan diet untuk melangsingkan tubuhnya, untuk penderita DM
juga sangat penting. Ada 4 hal yang setidaknya diperhatikan di dalam
program diet bagi penderita diabetes.
a. Banyak Mengonsumsi bahan makanan mengandung karbohidrat dan
kaya serat diantaranya beras merah, sayur-sayuran segar, oat dan
Sorghum. Nasi putih tidak dianjurkkan sebaiknya diganti oleh beras
merah atau nasi merah.
b. Daging dengan kadar lemak rendah. Daging hanya sebagai varian
saja untuk program diet yang sedang dilakukan. Tidak hanya ini,
buah-buahan segar juga sangat diperlukan. Susu, sebaiknya untuk
mengonsumsi jenis susu skim fat karena berpengaruh terhadap
program diet.
c. Konsumsi bawang putih, bawang merah dan Buncis.
d. Menghindari makanan yang mengandung kadar sodium yang tinggi
dan makanan-makanan kaleng.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan,
terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah
atau insulin.

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :


a. Karbohidrat
 Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
 Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
 Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat
tinggi.
 Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes
dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain
 Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
 Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal
tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily
Intake)
 Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan
makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari
kebutuhan kalori sehari.
b. Lemak
 Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.
Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
 Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
 Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
 Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu penuh (whole milk).
 Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.
c. protein
 Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
 Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,
dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah
lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
 Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein
menjadi 0,8 g/Kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan
65% hendaknya bernilai biologik tinggi.
d. Serat
 Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes
dianjurkan mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan,
buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat,
karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang
baik untuk kesehatan.
 Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.
2. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki
ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan (lihat
tabel 4). Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk
mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan,
sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi.
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.

G. Penatalaksanaan sesudah terkena komplikasi


1. Komplikasi akut

Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah


ketoasidosis diabetik (KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar
(SHH). Pada dua keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada
KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya
tidak sadarkan diri. Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus
segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan yang memadai.

Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut


DM, di mana terjadi penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL.
Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami
keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
hipoglikemia misalnya pasien meminum obat terlalu banyak (paling
sering golongan sulfonilurea) atau menyuntik insulin terlalu banyak, atau
pasien tidak makan setelah minum obat atau menyuntik insulin.
Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar,
gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang
kesadaran sampai koma. Jika pasien sadar, dapat segera diberikan
minuman manis yang mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak
membaik atau pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah
sakit untuk penanganan dan pemantauan selanjutnya.

2. Komplikasi kronik

Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama


akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh
darah yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni
pembuluh darah besar dan kecil. Yang termasuk dalam pembuluh darah
besar antara lain:

 Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan


penyakit jantung koroner dan serangan jantung mendadak
 Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan
menyebabkan luka iskemik pada kaki
 Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan
stroke

Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya


mengenai pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan.
Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang akan
menyebabkan nefropati diabetikum.

Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang


menyebabkan perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa
kebas, terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak
menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi
luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan
amputasi. Selain kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki terasa
terbakar dan bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari serta
kelemahan pada tangan dan kaki. Pada pasien yang mengalami kerusakan
saraf perifer, maka harus diajarkan mengenai perawatan kaki yang
memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi.

H. Peran pelayanan kesehatan


1. Memberikan terapi insulin bagi penderita diabetes
Biasanya untuk membantu para penderita diabetes untuk hidup
lebih sehat dan mengontrol makanannya. Selain itu pemberian
terapi insulin ini bisa memperbaiki konsumsi penggunaannya pada
sirkulasi darah dan otot. Perawat harus menerapkan terapi dan
latihan ini secara rutih untuk melawan serangan mematikan
penyakit diabetes dan meningkatkan ketahanan tubuh untuk
menambah kemampuan mengelola proses metabolism.
2. Mengatur pola makan penderita diabetes
Perawat harus memberikan penjelasan mengenai penyakit
diabetes secara detail, meliputi makanan yang diperbolehkan dan
dilarang, terapi dan latihan untuk mengurangi kadar gula dalam
darah.
Makanan atau cemilan dengan kandungan 15 gr karbohidrat bisa
dikonsumsi sebagai pengganti buah.
3. Menyuntikkan insulin pada tubuh penderita diabetes mellitus
Peran perawat adalah memantau kondisi tubuh pasien
penderita diabetes. Selain itu perawat harus memberikan suntikan
hormone insulin untuk mengatur kadar gula dalam darah. Perawat
harus memberikan informasi terlebihdahulu kepada pasien dan
keluarga penderita bagaimana cara tepat dalam pemberian suntikan
insulin. Lakukanlah penyuntikan insulin secara teratur dan rutin
agar kadar gula dalam darah bisa terpantau dan terkontrol.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

Pokok Bahasan : DM

Sub Pokok Bahasan : 1. Definisi DM


2. Etiologi DM
3. Klasifikasi DM
4. Tanda dan Gejala DM
5. Penatalaksanaan DM

Waktu : 10.00 WIB


Hari, Tanggal : Sabtu , April 2018

Sasaran : Pasien dan Keluarga penderita DM

Tempat : Ambun Suri Lantai IV

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan di ruangan interne gedung
ambun suri lantai IV selama 1 x 30 menit diharapkan pasien dan keluarga
dapat mengetahui tentang konsep DM.

2. Tujuan Instrruksional Khusus


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit tentang
DM, keluarga dan klien mampu :
a) Menjelaskan pengertian DM
b) Menyebutkan penyebab DM
c) Menjelaskan klasifikasi DM
d) Menyebutkan tanda dan gejala DM
e) Menyebutkan penatalaksanaan DM
B. MATERI PENYULUHAN
1. Definisi DM
2. Etiologi DM
3. Klasifikasi DM
4. Tanda dan Gejala DM
5. Pencegahan DM
6. Penatalaksanaan DM
C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. MEDIA/ALAT
1. Power Point
2. Laptop
3. Infocus
4. Leaflet
E. Pengorganisasian
1. Moderator : Muhammad Zulni
2. Pemateri : Annisa Rahma Yanti
3. Fasilitator :1. Rudy Saputra
:2. Aristo
3. Ayu Amelia
4. Eka Septiani Putri
4. Bunga Bulandari
5. Hamda Fikri
6. Holidaziah
7. Ismin Al Amin
8. Marina
9. Melina
10. Mellyana Utamie
F. Uraian Tugas
1. Moderator
a. Pada acara pembukaan (5 menit)
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
3) Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
4) Menjelaskan kontrak waktu dan bahasa
5) Menjelaskan tata tertib penyuluhan
b. Kegiatan Inti (15 menit)
1) Meminta peserta memberikan pertanyaan atas penjelasan yang
tidak dipahami
2) Memberikan kesempatan pada mahasiswa menjawab pertanyaan
yang diajukan peserta
c. Pada acara penutup (10 menit)
1) Menyimpulkan dan menutup diskusi
2) Mengucapkan salam
2. Pemateri
a. Mempresentasikan materi
b. Mengevaluasi peserta tentang materi yang diberikan
3. Fasilitator
a. Memotivasi peserta agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
c. Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan
4. Observer
a. Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
b. Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
G. SETTING TEMPAT

Layar
Peserta
Pemateri
fasilitator
observer
Ci klinik dan
akademik

H. SUSUNAN KEGIATAN

Tahap
No Penyuluh Peserta Metode Media
Kegiatan

1 Pembukaan 1. Membuka Menjawab salam Ceramah Power


(5 menit) pertemuan Mendengarkan dan point
a. Memberi salam memperhatikan
b. Memperkenalkan
diri Mendengarkan dan
memperhatikan
2. Menyampaikan Memperhatikan
judul materi
3. Menjelaskan tujuan Menyetujui kontrak
Penyuluhan waktu yang telah
4. Melakukan kontrak ditentukan
waktu
2 Penyajian 1. Menggali Audiens Ceramah Power
(15 menit) pengetahuan audiens menyampaikan yang dan point
terkait penyakit DM diketahuinya Tanya
2. Memberikan jawab
reinforcement
3. Penyampaian Materi Memperhatikan dan
: memahami yang
a. Menggali disampaikan penyuluh
pengetahuan Audiens mengutarakan
audiens tentang pendapat
pengertian DM
b. Memberikan
reinforcement
c. Menyampaikan Memperhatikan dan
materi memahami yang
penyuluhan disampaikan penyuluh
tentang
pengertian DM
d. Menggali Audiens mengutarakan
pengetahuan pendapat
audiens tentang
etiologi DM

e. Memberikan
reinforcement
f. Menyampaikan Memperhatikan dan
materi memahami yang
penyuluhan disampaikan penyuluh
tentang etiologi
DM
g. Menggali Audiens mengutarakan
pengetahuan pendapat
audiens tentang
klasifikasi DM
h. Memberikan
reinforcement
i. Menyampaikan Memperhatikan dan
materi memahami yang
penyuluhan disampaikan penyuluh
tentang
klasifikasi DM
j. Menggali Audiens mengutarakan
pengetahuan pendapat
audiens tentang
cara tanda dan
gejala DM
k. Memberikan
reinforcement
l. Menyampaikan Memperhatikan dan
materi yang disampaikan
penyuluhan penyuluh
tentang tanda dan
gejala DM
m. Menggali
pengetahuan
audiens tentang
penatalaksanaan
DM
n. Memberikan
reinforcement
o. Menyampaikan
materi
penyuluhan
tentang
penatalaksanaan
DM.
3 Penutup 1. Memberikan Audiens bertanya Tanya Power
(10 menit) kesempatan pada jawab, point
audiens untuk ceramah dan
bertanya tentang leaflet
materi penyuluhan
2. Menjawab pertanyaan Audiens
yang diajukan audiens memperhatikan
3. Menanyakan kembali Audiens menjawab
materi yang telah
dijelaskan
4. Menyimpulkan hasil Audiens
penyuluhan bersama mendengarkan
peserta
5. Memberikan leaflet
6. Mengucapkan Audiens
terimakasih atas peran mendengarkan
serta audiens yang
hadir dalam
penyuluhan
7. Memberikan salam Menjawab salam
penutup

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Pemberitahuan kepada audiens tentang penyuluhan 1 hari sebelumnya.
b) Materi, media penyuluhan, dan preplanning kegiatan dikonsulkan ke
pembimbing 1 hari sebelum penyuluhan.
c) Penyuluhan dilaksanakan di ruang interne gedung ambun suri lantai
IV.
d) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a) Audiens antusias dan kooperatif selama dilakukan penyuluhan.
b) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat saat penyuluhan.
c) Penyuluhan dilakukan sesuai materi dan waktu yang telah ditetapkan.
3. Evaluasi Hasil
a) Keluarga dan klien mampu menyebutkan kembali pengertian, etiologi,
klasifikasi, tanda dan gejala, serta apa saja yang dapat dilakukan pada
penatalaksanaan DM
b) Setelah dilakukan evaluasi dengan mengajukan 5 pertanyaan, keluarga
mampu menjawab pertanyaan dengan benar atau sekitar 80%. Dengan
demikian penyuluhan yang diberikan berhasil.

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. Position statement: Standards of Medical Care in
Diabetes 2010. Diab Care.
Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC
Bilotta, Kimberly. A. J (ed). 2011. Kapita selekta penyakit : dengan implikasi
keperawatan. Jakarta : EGC.
Kumar V., Cotran R.S., dan Robbins S.L., 2007. Buku Ajar Patologi Robbins
Edisi ke 7, Volume 1 . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer S.C & Bare, Brunner &Suddarth., 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8 Volume 2.Jakarta : EGC.
Sukarmin, Sujono Riyadi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : graha Ilmu
Tapan, E. 2005. Penyakit degeneratif. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Tartowo. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta
Tjokroprawiro, Askandar. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Surabaya :
Airlangga University Press.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus di Indonesia. 2011

Anda mungkin juga menyukai