Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
berupa defisiensi insulin absolut, gangguan pengeluaran insulin oleh sel beta
yang tidak aktif dan kerusakan insulin sebelum bekerja (Syamsiyah, 2017). Menurut
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO
dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik dan
kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi
insulin absolut atau relative dan gangguan fungsi insulin. Menurut IDAI world
diabetes foundation
Menurut Lanywati (2011) keluhan yang sering terjadi pada pasien Diabetes
Melitus adalah:
a. Poliura (banyak kencing)
kencing ini disebabkan kadar gula darah dalam darah berlebihan, sehingga
merangsang tubuh untuk berusaha mengeluarkannya melalui ginjal bersama air dan
kencing. Gejala banyak kencing ini terutama menonjol pada waktu malam hari, yaitu
Untuk menghindari tubuh dari kekurangan cairan (dehidrasi), maka secara otomatis
akan timbul rasa haus/kering yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk terus
minum selama kadar gula dalam darah belum terkontrol baik. Sehingga dengan
ini disebabkan berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam
3. Faktor resiko
genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya untuk
integritas dan fungsi sel beta pankreas secara genetik. Faktor genetik yang dapat
meningkatkan resiko DM tipe 2 biasanya terjadi pada ibu dari neonatus yang beratnya
lebih dari 4 Kg, individu dengan gen obesitas, ras atau etnis tertentu yang mempunyai
b. Obesitas
Kelebihan berat badan ≥20% dari berat ideal atau BMI (Body Mass Index)
menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor insulin yang bekerja di dalam sel pada
otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin perifer.
Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta untuk melepas insulin saat terjadi
c. Usia
penyebab penderita Diabetes Melitus tipe 2 diatas usia 30 tahun. Perubahan dimulai
dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat
13% pada 2 jam setelah makan, hal tersebut menunjukkan bahwa umur merupakan
faktor utama terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta gangguan toleransi glukosa.
Menurut WHO, penderita usia terbagi atas dua golongan yaitu usia pertengahan (45-
d. Tekanan darah
tinggi (Hypertensi) yaitu tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Hipertensi yang tidak
dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan kelainan
e. Aktivitas fisik
Salah satu yang merupakan faktor penyebab rsistensi insulin pada Diabetes
Melitus tipe 2 adalah kurangnya aktivitas fisik. Individu yang aktif memiliki insulin
dan profil glukosa yang lebih baik daripada individu yang tidak aktif. Mekanisme
aktivitas fisik yang aktif dapat mencegah atau menghambat perkembangan Diabetes
f. Kadar Kolesterol
Obesitas dan Diabetes Melitus erat kaitannya dengan kadar abnormal lipid
darah. Kurang lebih penderita hiperkolesterolemia adalah 38% pasien dengan BMI
27. Kadar HDL kolesterol ≤ 35 mg/dL (0,09 mmol/L) dan atau kadar trigliserida ≥
259 mg/dl (2,8 mmol/L), pada kondisi ini perbandingan antara HDL (High Density
Lipoprotein) dengan LDP (Low Density Lipoprotein) cenderung menurun (di mana
cepat yang berasal dari suatu lemak visceral yang membesar merupakan salah satu
menerangkan bahwa kemampuan hati untuk mengikat dan mengestrak insulin dari
darah menjadi berkurang karena terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam-asam
lemak bebas di hati. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia dan glukosa darah
g. Stres
Respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban
diatasnya merupakan pengertian dari stres. Stres akan muncul ketika seseorang
sedang memiliki beban atau tugas berat dan orang tersebut tidak dapat mengatasi
tugas yang dibebankan, sehingga orang tersebut dapat mengalami stres. Penderita
Diabetes yang mengalami stres dapat tanpa sengaja merubah pola makan, latihan,
penggunaan obat yang biasanya dipatuhi dan hal ini menyebabkan terjadinya
hiperglikemi.
h. Riwayat Diabetes Gestasional
gestasional. Pada populasi ibu hamil dijumpai 2-5 % DM tipe ini. Wanita yang
memiliki riwayat melahirkan bayi dengan berat badan ≥ 4 kg akan memiliki resiko
untuk menderita Diabetes Melitus tipe 2. Pada ibu hamil biasanya tekanan darah akan
Destruksi sel beta, menjurus kepada defisiensi insulin absolut, autoimun dan
idiopatik
relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
3) Tipe Lain
Defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, endokrinopati, obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang,
karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang
berlangsung. Penilaian adanya risiko DMG perlu dilakukan sejak kunjungan pertama
untuk pemeriksaan kehamilan. Faktor risiko DMG antara lain: obesitas, adanya
riwayat keluarga dengan diabetes melitus, abortus berulang, riwayat melahirkan bayi
dengan kelainan kongenital atau melahirkan bayi dengan berat >4000 gram, riwayat
preeklamsia.
insulin, onset akut, biasanya kurus, biasanya pada umur muda, berhubungan dengan
HLA-DR3 dan DR4, didapatkan Islet Cell Antibody (ICA), riwayat keluarga diabetes
2) Diabetes Melitus Tipe 2: tidak mudah terjadi ketoasidosis, tidak harus dengan
insulin, onset lambat, gemuk atau tidak gemuk, usia biasanya >45 tahun, tak
berhubungan dengan HLA, tidak ada Islet Cell Antibody (ICA), riwayat keluarga (+)
oleh kelainan pembuluh darah halus (mikroangiopati) yang meliputi mata (retinopati),
6. Pencegahan
1) Pencegahan primer
pada individu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada populasi umum.
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah
orang-orang yang belum sakit artinya mereka sehat. Cakupannya menjadi sangat luas.
Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh masayakat termasuk
2) Pencegahan sekunder
terutama pada populasi risiko tinggi. Dengan demikian pasien diabetes yang
dilakukan upaya untuk mencegah komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi
masih reversibel.
3) Pencegahan tersier
itu.
Usaha ini meliputi :
kegagalan organ.
diabetes dapat terus stabil dan mencegah terjadinya komplikasi (Sutanto, 2013). Ada
empat komponen dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus tipe 2, yaitu terapi nutrisi
Indonesia, 2015).
a. Manajemen diet
untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal,
mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas-batas normal dari berat
badan idaman, mencegah komplikasi akut (Suyono, 2009). Prinsip pengaturan makan
pada penyandang Diabetes Melitus hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang Diabetes Melitus perlu
meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri (Syamsiyah, 2017).
b. Latihan fisik
insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada Diabetes Melitus tipe
2 akan berkurang. Respon ini hanya terjadi setiap kali berolahraga, tidak merupakan
efek yang menetap atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus dilakukan
c. Penyuluhan
d. Manajemen Obat
jasmani selama beberapa waktu (2–4 minggu). Bila kadar glukosa darah belum
hipoglikemik oral (OHO) atau suntikan insulin. OHO saat ini terbagi dalam 2
kelompok, yaitu 1) obat yang memperbaiki kerja insulin, 2) obat yang meningkatkan
produksi insulin. Obat-obatan seperti metformin, glitazone, dan akarbose adalah obat-
obatan kelompok pertama. Mereka bekerja pada hati, otot, jaringan lemak, dan usus.
B. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
1. Tahu (know)
(recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling
rendah.
2. Memahami (comprehension)
benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan,
yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
5. Sintesis (synthesis)
Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru
6. Evaluasi (evaluation)
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
a Umur
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi kepercayaan
masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum
cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa
(Nursalam, 2011).
b.Pengalaman
suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
c. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula
d. Pekerjaan
e Jenis Kelamin
Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum
kultural.
2. Faktor eksternal
a Informasi
b Lingkungan
Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari beberapa pengalaman dan
c. Sosial budaya
pengetahuan, yaitu:
sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode penemuan statistik dan logis.
b. Pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan.
mutlak.
2. Cara modern
logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer
a Metode induktif
b Metode deduktif
4. Kriteria Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
C. Konsep Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapta
disimpulkan bahwa perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2014).
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner disebut “S-O-R”
atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan adanya dua respons, yaitu:
1. Respondent response atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh
2. Operasi response atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
2. Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan
tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh
orang lain.
atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
3. Domain Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-
respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku, yang dibedakan
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
2. Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan merupakan faktor yang
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perihal yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam dari
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dari sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan besifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.