Y DENGAN
DM DI RUANG ST. MARTA RS PANTI NIRMALA MALANG
Dosen Pembimbing :
Ns. Wiwik Agustina, S.Kep, M.Biomed
Oleh :
FITRI NUR IKA REVLIAWAN
NIM : 2201140672
B. KLASIFIKASI
Menurut Smeltzer & Bare (2016) dan Hans Tandra (2017) mengklasifikasikan Diabetes Melitus
menjadi:
Peningkatan glukosa darah tinggi lebih dari 180 mg/100 ml, menyebab
kan glukosa keluar melalui urin (glukosuria), hal ini disebabkan karena
ketidakmampuan ginjal kembali menyerap glukosa (reabsorpsi) yang telah
difiltrasi melebihi ambang batas filtrasi glukosa oleh glumelurus. Krtika glukosa
yang berlebihan disekresikan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan karena tubulus ginjal tidak mengabsorbsi air secara optimal, keadaan
ini disebut dieresis osmotik, sebagai akibat banyaknya urin yang diproduksi
maka akan mengalami peningkatan berkemih (poiuria) serta rasa haus
(polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak dan menurunkan simpangan atau cadangan makanan, mengakibatkan
kelaparan sel dan merangsang selera makan (polifagia).
b. Diabetes Melitus tipe II
Diabetes Melitus tipe lain adalah Diabetes Melitus sekunder atau akibat dari
penyakit lain, yang mengganggu produksi insulin atau memengaruhi kerja
insulin atau mengurangi kerja insulin. Penyebab Diabetes Melitus ini seperti
penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis, neoplasma, trauma atau
pankreatectomy), endokrineopati (akromegali, pheochromacytoma, dan
cushing’s syndrome), obat-obatan atau zat kimia (glikokortiroid, hormon tiroid,
dan dilantin), penyakit infeksi (congenital rubella, infeksi cytomegal rubella,
infeksi cytomegalovirus), serta syndrome genetik diabetes (syndrome down).
9. Pada keadaan ini wanita tidak terjadi ovulasi (keluarnya sel telur dari ovarium),
tidak terjadi menstruasi, tumbuhnya rambut secara berlebihan, tidak bisa hamil.
10. Etnik, banyak terjadi pada orang Amerika keturunan Afrika, Asia.
11. Kebiasaan diet dan kurang olahraga atau kurang beraktifitas fisik.
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu gejala akut dan gejala
kronik (PERKENI, 2015).
a. Gejala akut penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit terasa
panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk,
mata kabur, biasanya sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama pada
wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, dan para
ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau
dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg (PERKENI, 2015).
E. PATOFISIOLOGI
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM
tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada DM tipe II. Diabetes melitus tipe II disebabkan oleh intoleransi glukosa yang
progresif dan berlangsung perlahan dan mengakibatkan hiperglikemia jangka panjang, dan
berperan menyebabkan komplikasi mikrovaskular kronik seperti penyakit mata, neuropati
dan penyakit ginjal. Diabetes juga dikaitkan dengan peningkatan insidensi penyakit
makrovaskular seperti penyakit arterisklerosis, penyakit serebrovaskular (stroke) dan luka
ganggren. Komplikasi ini dapat muncul sebelum diagnosis ditegakkan. Diagnosa
keperawatan yang diangkat saat pasien mengalami ulkus adalah resiko infeksi. (Smeltzer
& Bare, 2015).
F. PATHWAYS
G. MENIFESTASI KLINIS
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidak disadari oleh penderita. Manifestasi klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan
konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi
ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang
ginjal untuk ekskresi glukosa yaitu ± 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus (polidipsia). Rasa
lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori
(Price dan Wilson, 2012).
Pasien dengan diabetes melitus tipe II mungkin sama sekali tidak memperlihatkan
gejala apapun, dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium
dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebut
mungkin menderita polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak
mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun
hanya relatif. Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk mnenghambat
ketoasidosis (Price dan Wilson, 2012).
H. KOMPLIKASI
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe II akan menyebabkan
berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu:
komplikasi akut dan komplikasi kronik (Smeltzer dan Bare, 2015, PERKENI, 2015).
1. Komplikasi Akut
KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan
plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi
peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa
tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL),
plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah mg/dL. Pasien DM yang
tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala
hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat, gementar, rasa lapar, pusing,
gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma (PERKENI, 2015).
2. Komplikasi Kronis
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM saat ini sejalan
dengan penderita DM yang bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol
dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya komplikasi kronik.
Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari :
1) Komplikasi makrovaskular
Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibat aterosklerosis dari pembuluh-pembuluh
darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plak ateroma. Makroangiopati tidak spesifik
pada DM namun dapat timbul lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih serius. Berbagai
studi epidemiologis menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit kardiovaskular
dan penderita DM meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal. Komplikasi
makroangiopati umumnya tidak ada hubungan dengan kontrol kadar gula darah yang baik.
Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia merupakan suatu faktor
resiko mortalitas kardiovaskular dimana peninggian kadar insulin dapat menyebabkan
terjadinya risiko kardiovaskular menjadi semakin tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL
akan meningkatkan risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati,
mengenai pembuluh darah besar antara lain adalah pembuluh darah jantung atau penyakit
jantung koroner, pembuluh darah otak atau stroke, dan penyakit pembuluh darah.
Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga berperan penting
dalam timbulnya komplikasi makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2015).
2) Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah kecil
khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati
diabetik dibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan retinopati
proliferatif. Retinopati non proliferatif merupakan stadium awal dengan ditandai adanya
mikroaneurisma, sedangkan retinopati proliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan
pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksia retina. Seterusnya, nefropati
diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah.
Nefropati diabetik ditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5 gr/24 jam), terdapat
retinopati dan hipertensi. Kerusakan ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan
perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein dapat masuk
ke dalam kemih (albuminuria). Akibat dari nefropati diabetik tersebut dapat menyebabkan
kegagalan ginjal progresif dan upaya preventif pada nefropati adalah kontrol metabolisme
dan kontrol tekanan darah (Smeltzer dan Bare, 2015).
3) Neuropati
Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius akibat DM.
Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya
sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih dahulu, lalu ke bagian tangan. Neuropati
berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan
adalah kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di malam hari.
Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk
mendeteksi adanya polineuropatidistal. Apabila ditemukan adanya polineuropati distal,
perawatan kaki yang memadai akan menurunkan risiko amputasi. Semua penyandang DM
yang disertai neuropati perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi
risiko ulkus kaki (PERKENI, 2015).
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes
melitus. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati dan
makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai
tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan
profil lipid (mengukur kadar lemak dalam darah), melalui pengelolaan pasien secara
komprehensif.
Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan latihan
jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2- 4 minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah
masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan
intervensi farmakologik dengan obat - obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai
dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, DM
dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat segera diberikan.
Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan sesuai
dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila
dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah mendapat pelatihan khusus untuk itu
(PERKENI, 2015).
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Glukosa darah. Pada pasien DM tipe II biasanya meningkat 100-200 mg/dl, atau lebih.
Pemeriksaan gula darah terdiri dari:
1. Pemeriksaan gula darah puasa atau fasting blood sugar (FBS) Pasien dalam keadaan puasa
selama 12 jam, diperbolehkan minum. Darah diambil dari pembuluh darah vena. Hasil
normal gulah darah puasa adalah 80-120 mg/100 ml serum. Pada pasien DM tipe II
biasanya meningkat 100- 200 mg/dl, atau lebih
2. Pemeriksaan gula darah postprandial
Bertujuan untuk menentukan gula darah setelah makan. Pasien diberi makan kira-kira 100
gr karbohidrat, dua jam kemudian diambil darah venanya. Nilai normal gula darah
postprandial adalah kurang dari 120 mg/100 ml serum
3. Pemeriksaan gula darah sewaktu bisa delakukan kapan saja, nilai normalnya adalah 70 –
200 mg/dl.
4. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan bebam glukosa 75 gram.
b. Pemeriksaan HbA1c > 6,5% dengan menggunakan metode High- Performance Liquid
Chromatography (HPLC) yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP).
c. Aseton plasma (keton) didapat hasil positif secara menyolok.
d. Asam lemak bebas didapat kadar lipid dan kolestrol meningkat, karena ketidakadekuatan
kontrol glikemik.
e. Osmolitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/L
f. Natrium mungkin normal, meningkat atau menurun tergantung pada jumlah cairan yang hilang
(dehidrasi).
g. Kalium normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun
Hemoglobin dan hematokrit menurundisebabkan oleh kegagalan ginjal untuk melaksanakan
fungsinya, salah satu nya adalah menghasilkan eritropoetin, fungsi eritropoetin adalah
penghasil eritrosit. Hal ini mengakibatkan anemia sehingga kadar hematokrit dan hemaglobin
menurun.
h. Amilase darah. Mungkinn meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai
penyebab dari Diabetes melitus (Diabetik Ketodasidosis).
i. Pemeriksaan fungsi tiroid. peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
j. Pemeriksaan glukosa urin. Adanya glukosauria menunjukkan bahwa ambang gilnjal terhadap
glukosa terganggu. Biasanya didapat hasil urine gula dan asetan positif, berat jenis dan
osmolalitas mungkin meningkat
k. Kultur dan sensitivitas, kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, infeksi pernafasan, dan
infeksi pada luka
(PERKENI, 2015, Tarwoto, 2012 dan Sari, 2013)
2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Menurut (Bararah, 2013) konsep asuhan keperawatan diabetes mellitus. Data yang perlu
didapatkan adalah:
1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)
Biasanya identitas klien/ penanggung jawab dapat meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis,
nomor registrasi, hubungan klien dan penanggungjawab.
2. Keluhan utama
Biasanya pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama gatal- gatal pada kulit yang
disertai bisul atau lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan atau rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu pasien juga mengeluh poliuri, polidipsi, anoreksia, mual dan
muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, sakit kepala sampai
penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan sekarang
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien datang degan keluhan yang dominan adalah sering buang air kecil
(poliuria), sering lapar dan haus (polidipsi dan polifagia), sebelum pasien mempunyai berat
badan yang berlebih, biasanya pasien belum menyadari kalau itu merupakan perjalanan
penyakit diabetes mellitus. Pasien baru tahu kalau sudah memeriksakan diri di pelayanan
kesehatan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien DM pernah dirawat karna kadar glukosa darah tinggi. Adanya faktor
resiko yang mempengaruhi seperti genetic, obesitas, usia, minimnya aktivitas fisik, pola
makan yang berlebihan atau salah.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya dari genogram keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita
diabetes mellitus
5. Pemeriksaan fisik
b. Tingkat kesadaran
Biasanya normal, latergi, stupor, koma (tergantung kadar gula darah yang dimiliki dan
kondisi fisiologis untuk melakukan kompensasi kelebihan gula darah).
c. Rambut
Biasanya lebat, tipis ( banyak yang rontok karena kekurangan nutrisi dan sirkulasi yang
buruk). Kulit kepala biasanya normal.
d. Mata
Conjungtiva: bisanya anemis pada pasien kekurangan nutrisi dan pasien yang sulit tidur
karena sering buang air kecil di malam hari.
e. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, gendang telinga biasanya masih bisa berfungsi dengan
baik apabila tidak ada mengalami infeksi sekunder.
f. Hidung
Biasanya jarang terjadi polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi sekunder seperti
influenza
g. Mulut
Biasanya sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunan perfusi jaringan).
h. Leher
j. Sistem kardiovaskuler
Biasanya perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah, takikardi atau bradikardi,
hipertensi atau hipotensi, aritmia, dan kardiomegalis merupakan tanda dan gejala penderita
diabetes mellitus.
k. Sistem gastrointestinal
l. Sistem muskuloskletal
Biasanya terjadi penurunan massa otot,cepat lelah, lemah, nyeri, dan adanya ganggren di
ekstremitas.
m. Sistem neurologis
Biasanya terjadi penurunan sensoris, sakit kepala , latergi, mengantuk, reflek lambat, dan
disorientasi.
6. Pemeriksaan penunjang
b. Untuk menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa, klien tidak makan dan boleh
minum selama 12 jam sebelum test. Hasil normal 80- 120 mg/ 100 mlserum dan abnormal
140 mg/100 ml atau lebih.
c. Pemeriksaan gula darah postprandial
d. Untuk menentukan gula darah 2 jam setelah makan, dengan hasil normal kurang dari 120
mg/100 ml serum dalam abnormal lebih dari 200 mg/100 dl atau indikasi Diabetes Melitus.
e. Pemeriksaan gula darah sewaktu bisa dilakukan kapan saja, nilai normalnya adalah 70 –
20 mg/dl.
f. Pemeriksaan toleransi glukosa oral atau oral rolerance test (TTGO) untuk menentukan
toleransi terhadap respons pemberian glukosa. Pasien tidak boleh makan selama 12 jam
sebelum test dan selama test, pasien boleh minum air putih, tidak boleh merokok, ngopi
atau minum teh selama
g. Pemeriksaan (untuk mengatur respon tubuh terhadap karbohidrat) sedikit aktivitas, kurangi
stress, (keadaan banyak aktivitas dan stress menstimulasi epinephrine dan kartisol karena
berpengaruh terhadap peningkatan glukoneogenesis). Hasil normal puncaknya 1 jam
pertama setelah pemberian 140 mg/dl dan kembali normal 2 atau 3 jam kemudian dan
abnormal jika peningkatan tidak kembali setelah 2 atau 3 jam, urine positif glukosa.
h. Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida, dapat meningkat karena
ketidakadekuatan kontrol glikemik.
i. Pemeriksaan hemoglobin glikat (HbAIc). Tes ini mengukur presentase glukosa yang
melekat pada hemoglobin selama hidup sel darah merah. HbAIc digunakan untuk mengkaji
kontrol
b. glukosa jangka panjang, sehingga dapat memprediksi resiko komplikasi. Rentang
normalnya adalah 5-6 %.
c. Urinalisa positif terhadap glukosa dalam keton. Pada respon terhadap defisiensi
intraseluler, protein lemak diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis) untuk energi.
Selama proses pengubahan ini, asam lemak bebas dipecah menjadi badan keton oleh hepar.
Ketoasidosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Adanya ketonuria menunjukkan adanya
ketoasidosis (Tarwoto, 2012).
B. Diagnosa Keperawatan
Tanda minor :
a. Bising usus hiperaktif
b. Membran mukosa
pucat
c. Serum albumin turun
d. Rambut rontok
berlebihan
No. Diagnosa Keperawatan Luaran Perencanaan Keperawatan
3. D.0111 Kriteria hasil untuk mengukur Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan
Defisit Pengetahuan penyelesaian dari diagnosis
tentang Penyakit Kronis setelah dilakukan asuhan Observasi
(Diabetes Militus) keperawatan selama 1x 30 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
menit diharapkan tingkat
Penyebab : pengetahuan pasien meningkat Terapeutik
Kurang terpapat dengan kriteria hasil : 1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
informasi 1) Perilaku sesuai anjuran 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
meningkat 3) Berikan kesempatan untuk bertanya
Gejala Mayor 2) Kemampuan menjelaskan 4) Gunakan variasi mode pembelajaran
Subjektif : pengetahuan tentang suatu 5) Gunakan pendekatan promosi kesehatan dengan memperhatikan
• Menanyakan tentang topik meningkat pengaruh dan hambatan dari lingkungan, sosial serta budaya.
sakit Hipertensi 3) Presepsi yang keliru 6) Berikan pujian dan dukungan terhadap usaha positif dan
Objektif : terhadap masalah menurun pencapaiannya
• Menunjukkan
persepsi yang keliru Edukasi
terhadap masalah 1) Jelaskan penanganan masalah kesehatan
2) Informasikan sumber yang tepat yang tersedia di masyarakat
Gejala Minor 3) Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
Subjektif : 4) Anjurkan menentukan perilaku spesifik yang akan diubah (mis.
(tidak tersedia) keinginan mengunjungi fasilitas kesehatan)
5) Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai
Objektif : 6) Ajarkan program kesehatan dalam kehidupan sehari hari
Menunjukkan perilaku
berlebihan
A. Identitas Klien
Nama : Ny. Y No. RM : 303xxx
Usia : 64 Tahun Tgl MRS : 25 April 2023
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl Pengkajian : 1 Mei 2023
Almat : Sukun-Malang Sumber Informasi : Anak Klien
No. Tlp : 085646xxxxxx Nama Keluarga yg dapat dihubungi : Ny. A
Status Pernikahan : Kawin Status :
Agama : Islam Alamat : Sukun-Malang
Suku : Jawa No. Tlp : 082xxxxxxxxx
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Lama Bekerja : - tahun
3) Imunisasi
(√) BCG (√) Hepatitis
(√) Polio (√) Campak
(√) DPT ( ) ....................
4) Kebiasaan
D. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien Perempuan
: Perempuan Meninggal
: Laki-laki Meninggal
E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan bersih bersih
Bahaya Kecelakaan tidak ada tidak ada
Polusi ada ada
Ventilasi ada ada
Pencahayaan ada ada
Masalah : tidak ada masalah dalam bidang di riwayat lingkungan
F. Pola Aktivitas-Latihan
Jenis Di Rumah Di RS
Makan/minum 3 kali/hari 3 kali/hari
Mandi 2 kali/hari 2 kali/hari
Berpakaian/berdandan 2 kali/hari 2 kali/hari
Toiletting 1 kali/hari 1 kali/hari
Mobilitas di tempat bisa beraktivitas bisa beraktivitas
tidur
Jenis Di Rumah Di RS
BAB
Frekuensi/pola sehari 1 kali sudah BAB kemarin
Konsistensi lembek biasa tidak ada
Warna & bau tidak ada tidak ada
Kesulitan tidak ada tidak ada
Upaya Mengatasi - -
BAK
Frekuensi/pola seperti biasa seperti biasa
tidak ada, warna kuning tidak ada, warna kuning
Warna & bau
jernih jernih
Konsistensi - -
Kesulitan - -
Upaya Mengatasi - -
Masalah : tidak ada masalah
I. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Di Rumah Di RS
Tidur siang
Lamanya tidak pernah mencoba tidur 15-30 menit
Jam… s/d ….. tidak pernah tidur siang 13.00-13.30
Kenyamanan setelah - merasa segar walau sebentar,
tidur tetapi kadang terasa pusing jika
tidur terganggu
Tidur malam
Lamanya 5-6 jam 7-8 jam
M. Pola Komunikasi
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda-tanda vital : TD : 140/80 mmHg Suhu : 37,1 °C Spo2 : 98%
RR : 30x/mnt Nadi : 82x/mnt
c. Tinggi Badan : 155 cm Berat Badan : 66 kg
2. Kepala dan Leher
a. Kepala : Bentuk Simetris Massa : tidak ada
Distribusi rambut lebat Warna kulit kepala : normal
Wajah tampak oedem
Keluhan pusing/sakit kepala/migren/lainnya, tidak ada
b. Mata : Bentuk simetris Konjungtiva normal
Ikterus : ( ) Ya (√) Tidak
Pupil : (√) ada reaksi terhadap cahaya
3. Dada
Inspeksi dan palpasi dada : dada simetris dan palpasi normal
1. Jantung :
a. Inspeksi & palpasi : pulsasi ictus cordis (dalam batas normal)
b. Perkusi : batas-batas jantung normal
c. Auskultasi : BJ I, BJ II, suara jantung tambahan (dalam batas normal)
*Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
2. Paru :
a. Inspeksi : bentuk thorak simetris, pola nafas cepat, tanda kesulitan
bernafas ada, pernafasan dalam
b. Palpasi : focal fremitus, nyeri tekan tidak ada
c. Perkusi : suara paru (sonor)
d. Auskultasi : suara nafas vesikuler, suara tambahan (ronchi, wheezing,
dll)
*Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
4. Payudara dan ketiak
Benjolan/massa tidak ada Nyeri/nyeri tekan tidak ada
Bengkak tidak ada Kesimetrisan simetris
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
5. Abdomen :
Inspeksi Bersih
Palpasi tidak ada nyeri
Perempuan : Siklus menstruasi sudah menopause di usia 50th
Kontrasepsi ……………………………………….
Kehamilan ………………………………………...
Keluhan …………………………………………...
Pria :-
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
7. Ekstremitas
Kekuatan otot 100%
Kontraktur tidak ada Pergerakan normal
Deformitas tidak ada Pembengkakan tidak ada
Edema tidak ada Nyeri tidak ada
Nyeri tekan tidak ada Pus/luka tidak ada
Refleks: Sensasi:
- Biseps : - Raba/sentuhan :
- Trisep : - Panas :
- Brakioradialis : - Dingin :
- Patelar : - Tekanan/tusuk :
- Achilles :
- Plantar (babinski) :
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
8. Kulit dan Kuku
Q. Hasil Penunjang
• Hasil Laborat
Darah Lengkap
Hb : 9,5 L g/dL
Hematokrit : 29,0 L %
Trombosit : 293 10^3/µL
Lekosit : 6,44 10^3/µL
Netrofil : 76,1 H%
Ureum : 92 mg/dL (nilai normal 21-43 mg/dL)
BUN : 43,0 mg/dL (nilai normal 9,81-20,1 mg/dL)
Kreatinin : 2,12 mg/dL (nilai normal 0,51-0,95 mg/dL)
eGFR : 24,2 mL/mnt/1.73 m^2
GDS : 242 mg/dL
• Radiologi
Thorax : Kardiomegali
R. Pengobatan
• Infus plug
• Pioglitazone 1x30mg
• Acarboce 3x100mg
• Fonylin MR 60mg 1-0-0
• Candesartan 16mg 0-0-1
• Simvastatin 20mg 0-0-1
• Furosemide injeksi 20mg/jam (hari ke-7)
• Miniaspi 1-0-0
S. Persepsi Klien terhadap Penyakitnya
Pasien merasa sakitnya adalah karena pola makan dan pola hidup pasien yang tidak teratur.
T. Kesimpulan
U. Perencanaan Pulang
Hiperglikemi
Ds : Pasien mengatakan
kakinya bengkak Diuresis Asmotik
Do : pasien terlihat bengkak
3. Hipervolemia
di wajah dan kaki, Hb 9,5 Output Cairan berlebihan
g/dL (low) dan Hematokrit
29,0% (low) kaki bengkak
Genetik
Ds: pasien mengeluh badan
Resistensi insulin/Gangguan
lemas, terasa dingin
Gula darah Ketidakstabilan kadar gula
4. Do: pasien terlihat cenderung darah
tidur, tampak lemah GDS 242 Ketidak tepatan pemantauan
mg/dL, kaki oedem kadar gula
DIAGNOSA KEPARAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
Ruang : St. Marta
Nama Pasien : Ny. Y
Diagnosa : DM
Objektif :
• Saliva meningkat
Kondisi Terkait :
Gagal Ginjal
Akut/Kronik
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. Y Tanggal Pengkajian : 1 Mei 2023
No. RM : 303xxx Diagnosa Medis : DM
2. 2 Mei 2023 D.0005 13.00 1. Memonitor pola nafas • Pasien terlihat lebih rileks Fitri
pasien dan saturasi oksigen
D.0076 14.30 1. Menganjurkan meminum • Pasien mulai banyak minum hangat dan terkadang Fitri
minuman hangat dan terlihat menggosok gigi sebelum makan, untuk
menarik nafas dalam jika mengurangi bau pada mulutnya
merasa mual • Pasien mulai berkurang mualnya, setelah diberi
2. Menjelaskan tujuan dan aromaterapi
prosedur pemberian
aromaterapi dengan esensial
oil peppermint dan lavender
D.0022 14.30 1. Mengajarkan pasien untuk • Pasien mulai mencoba duduk tanpa di sangga bantal Fitri
memulai aktivitas ringan sebentar-sebentar sekitar 10-20 menit
untuk mengurangi bengkak • Bengkak di wajah dan kaki mulai berkurang
D.0039 14.30 1. Menjelaskan prosedur tentang • Pasien terlihat rileks dan masih terlihat bengkak di kaki Fitri
pengukuran gula darah secara • GD puasa 119 mg/dL
rutin • GD 2 jam PP 103 mg/dL
3. 3 Mei 2023 D. 0005 13.00 1. Mengukur saturasi pasien • Pasien sudah terlihat tidak menggunakan oksigen Fitri
2. Membuat rileks
D. 0076 13.00 1. Memonitor nafsu makan pasien • Pasien terlihat lebih rileks dan sudah mau ngemil sesuai Fitri
dan apakah masih ada keluhan anjuran diet dan porsi makan mulai meningkat
mual
2. Memonitor efek dari pemberian
aromaterapi essensial oil
D.0022 13.00 1. Memonitor aktivitas ringan pada • Pasien mulai bisa duduk tanpa bantal lebih lama sekitar Fitri
pasien 30 menit
• Bengkak di wajah dan kaki pasien mulai berkurang
D.0039 13.00 1. Memonitor kadar gula darah • Kaki bengkak pada pasien sudah banyak berkurang Fitri
• GDS 91 mg/dL
EVALUASI