Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

Y DENGAN
DM DI RUANG ST. MARTA RS PANTI NIRMALA MALANG

Dosen Pembimbing :
Ns. Wiwik Agustina, S.Kep, M.Biomed

Oleh :
FITRI NUR IKA REVLIAWAN
NIM : 2201140672

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
Jl. R. Panji Suroso No. 6 Malang Kode pos 65126
Telp. (0341) 488762 Faks : (0341) 488483
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN KASUS DM
1. LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI

Diabetes mellitus adalah sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan


peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada kerja insulin,sekresi
insulin atau keduanya,tiga komplikasi akut tersebut terkait ketidakseimbangan kadar glukosa yang
berlangsung dalam jangka waktu pendek (Brunner & Suddarth, 2017). Diabetes Melitus tipe II
dikarakteristikkan dengan hiperglikemia, resistensi insulin dan keruskan relatif sekresi insulin
(Damayanti, 2015) Diabetes Melitus tipe II atau dikenal dengan diabetes melitus tidak tergantung
insulin, dapat terjadi akibat obesitas, atau penyakit seperti infeksi, trauma, dan infark miokard (Lee
& Weaver, 2013). Faktor Resiko DM tipe II antara lain faktor keturunan dan obesitas, 80- 90%
dm tipe II mengalami obesitas (Rahayu, 2015). Diabetes melitus tipe II terjadi akibat penurunan
sensitivitas terhadap insulin atau akibat penurunan produksi insulin. Diabetes melitus tipe II
banyak terjadi pada usia dewasa lebih dari 45 tahun, karena berkembang lambat dan terkadang
tidak terdeteksi (Tarwoto, 2012).

B. KLASIFIKASI
Menurut Smeltzer & Bare (2016) dan Hans Tandra (2017) mengklasifikasikan Diabetes Melitus
menjadi:

a. Diabetes Melitus tipe 1

Diabetes Melitus tipe 1 atau Insulin Dependen Diabetes Melitus


(INDDM) yaitu Diabetes Melitus yang bergantung pada insulin. Yang menderita
penyakit ini tidak banyak, namun jumlah nya terus meningkat 3% setiap tahun.
Diabetes Melitus tipe I ini disebab karena kerusakan sel beta pankreas yang
menghasilkan insulin.

Hal ini berhubungan dengan kombinasi antara faktor genetik, imunologi


dan lingkungan, seperti virus. Terdapat juga hubungan terjadi Diabetes Melitus
I dengan beberapa antigen leukosit manusia (HLAs) dan adanya autoimun
antibody sel islet (ICAs) yang dapat merusak sel-sel beta pankreas.
Ketidakmampuan sel beta manghasilkan insulin megakibatkan glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati dan tetap berada dalam
darah sehingga menimbulkan hiperglikemia.

Peningkatan glukosa darah tinggi lebih dari 180 mg/100 ml, menyebab
kan glukosa keluar melalui urin (glukosuria), hal ini disebabkan karena
ketidakmampuan ginjal kembali menyerap glukosa (reabsorpsi) yang telah
difiltrasi melebihi ambang batas filtrasi glukosa oleh glumelurus. Krtika glukosa
yang berlebihan disekresikan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan karena tubulus ginjal tidak mengabsorbsi air secara optimal, keadaan
ini disebut dieresis osmotik, sebagai akibat banyaknya urin yang diproduksi
maka akan mengalami peningkatan berkemih (poiuria) serta rasa haus
(polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak dan menurunkan simpangan atau cadangan makanan, mengakibatkan
kelaparan sel dan merangsang selera makan (polifagia).
b. Diabetes Melitus tipe II

Diabetes Melitus tipe II atau Non Insulin Dependen Diabetes Melitus


(NIDDM). Kurang lebih 90% sampai 95% penderita Diabetes Melitus adalah
Diabetes Melitus tipe ini. Diabetes Melitus tipe II masih bisa memproduksi
insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik
sebagai kunci untuk memasukkan gula ke dalam sel. Akibatnya, gula dalam
darah meningkat, pasien biasanya tidak perlu tambahan suntukan insulin dalam
pengobatannya, tetapi memerlukan obat untuk memperbaiki fungsi inslin,
menurunkan glukosa darah dan memperbaiki pengelolaan gula di hati.
Normalnya insulin terkait oleh reseptor khusus pada permukaan sel dan mulai
terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa. Pada Diabetes Melitus
tipe II reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya insulin yang berperan
dalam menstimulasi glukosa masuk ke jaringan dan pengaturan pelepasan
glukosa dihati.

c. Diabetes Melitus Gestasional


Diabetes Melitus Gestasional yaitu Diabetes Melitus yang terjadi pada masa
kehamilan, dapat di diagnosa dengan menggunakan test toleran glukosa, terjadi
kira-kira pada 24 minggu kehamilan. Individu Diabetes Melitus gestasional 25%
akan berkembang menjadi Diabetes Melitus.
d. Diabetes Melitus tipe lain

Diabetes Melitus tipe lain adalah Diabetes Melitus sekunder atau akibat dari
penyakit lain, yang mengganggu produksi insulin atau memengaruhi kerja
insulin atau mengurangi kerja insulin. Penyebab Diabetes Melitus ini seperti
penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis, neoplasma, trauma atau
pankreatectomy), endokrineopati (akromegali, pheochromacytoma, dan
cushing’s syndrome), obat-obatan atau zat kimia (glikokortiroid, hormon tiroid,
dan dilantin), penyakit infeksi (congenital rubella, infeksi cytomegal rubella,
infeksi cytomegalovirus), serta syndrome genetik diabetes (syndrome down).

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MILITUS TIPE II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan


sekresi insulin pada diabetes melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. (Padila, 2012). Menurut
Tarwoto (2012) faktor resiko yang menyebabkan timbulnya penyakit DM tipe II antara
lain:
1. Usia diatas 45 tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan
biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat
jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi
homoeostasis.
2. Obesitas atau kegemukan yaitu berat badan lebih dari 20% dari berat badan ideal
atau BMI (Body Mass Index). Obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas
terhadap peningkatan glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel
diseluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan keaktifannya.
3. Riwayat keluarga dengan DM tipe II.
4. Lingkungan seperti virus yang dapat memicu teerjadinya autoimun
danmenghancurkan sel-sel pancreas, obat-obatan dan zat kimia.
5. Riwayat adanya gangguan toleransi glukosa (IGT) atau gangguan glukosapuasa
(IFG).
6. Hipertensi, dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau
hiperlipidemia,kolestrol atau trigiserida lebih dari 150 mg/dl
7. Riwayat gestasional DM atau riwayat melahirkan bayi diatas 4 kg.

8. Polystic ovarium syndrome yang diakibatkan resistensi dari insulin.

9. Pada keadaan ini wanita tidak terjadi ovulasi (keluarnya sel telur dari ovarium),
tidak terjadi menstruasi, tumbuhnya rambut secara berlebihan, tidak bisa hamil.
10. Etnik, banyak terjadi pada orang Amerika keturunan Afrika, Asia.

11. Kebiasaan diet dan kurang olahraga atau kurang beraktifitas fisik.

D. TANDA DAN GEJALA

Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu gejala akut dan gejala
kronik (PERKENI, 2015).
a. Gejala akut penyakit DM

Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin


tidakmenunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang
ditunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu banyak makan (poliphagi), banyak
minum (polidipsi), dan banyak kencing(poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera
diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai
berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI,
2015).
b. Gejala kronik penyakit DM

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit terasa
panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk,
mata kabur, biasanya sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama pada
wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, dan para
ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau
dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg (PERKENI, 2015).

E. PATOFISIOLOGI

Pada DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama


adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang
sangat penting dalam munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan
faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik, diet, dan
tingginya kadar asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes melitus tipe II
sebelumnya disebut sebagai non insulin-dependent atau adult-onset diabetes, ditandai
dengan resistensi insulin, peningkatan pelepasan glukosa hati, rusaknya penyimpanan
glukosa, dan defisiensi insulin. Tujuan jangka pendek dari manajemen diabetes yaitu untuk
menyeimbangkan asupan makanan dengan pengeluaran energi dan memastikan jumlah
insulin yang cukup (endogen atau eksogen) untuk mempertankan kadar glukosa darah
mendekati normal. Mekanisme terjadinya DM tipe I I umumnya disebabkan karena
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi
insulin pada DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus
terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan (Smeltzer dan Bare, 2015).

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM
tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada DM tipe II. Diabetes melitus tipe II disebabkan oleh intoleransi glukosa yang
progresif dan berlangsung perlahan dan mengakibatkan hiperglikemia jangka panjang, dan
berperan menyebabkan komplikasi mikrovaskular kronik seperti penyakit mata, neuropati
dan penyakit ginjal. Diabetes juga dikaitkan dengan peningkatan insidensi penyakit
makrovaskular seperti penyakit arterisklerosis, penyakit serebrovaskular (stroke) dan luka
ganggren. Komplikasi ini dapat muncul sebelum diagnosis ditegakkan. Diagnosa
keperawatan yang diangkat saat pasien mengalami ulkus adalah resiko infeksi. (Smeltzer
& Bare, 2015).
F. PATHWAYS

G. MENIFESTASI KLINIS

Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidak disadari oleh penderita. Manifestasi klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan
konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi
ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang
ginjal untuk ekskresi glukosa yaitu ± 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus (polidipsia). Rasa
lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori
(Price dan Wilson, 2012).

Pasien dengan diabetes melitus tipe II mungkin sama sekali tidak memperlihatkan
gejala apapun, dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium
dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebut
mungkin menderita polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak
mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun
hanya relatif. Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk mnenghambat
ketoasidosis (Price dan Wilson, 2012).

H. KOMPLIKASI
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe II akan menyebabkan
berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu:
komplikasi akut dan komplikasi kronik (Smeltzer dan Bare, 2015, PERKENI, 2015).
1. Komplikasi Akut

a. Ketoasidosis diabetik (KAD)

KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan
plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi
peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).

b. Hiperosmolar non ketotik (HNK)

Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa
tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL),
plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
c. Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah mg/dL. Pasien DM yang
tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala
hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat, gementar, rasa lapar, pusing,
gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma (PERKENI, 2015).

2. Komplikasi Kronis

Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM saat ini sejalan
dengan penderita DM yang bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol
dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya komplikasi kronik.
Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari :
1) Komplikasi makrovaskular
Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibat aterosklerosis dari pembuluh-pembuluh
darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plak ateroma. Makroangiopati tidak spesifik
pada DM namun dapat timbul lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih serius. Berbagai
studi epidemiologis menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit kardiovaskular
dan penderita DM meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal. Komplikasi
makroangiopati umumnya tidak ada hubungan dengan kontrol kadar gula darah yang baik.
Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia merupakan suatu faktor
resiko mortalitas kardiovaskular dimana peninggian kadar insulin dapat menyebabkan
terjadinya risiko kardiovaskular menjadi semakin tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL
akan meningkatkan risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati,
mengenai pembuluh darah besar antara lain adalah pembuluh darah jantung atau penyakit
jantung koroner, pembuluh darah otak atau stroke, dan penyakit pembuluh darah.
Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga berperan penting
dalam timbulnya komplikasi makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2015).

2) Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah kecil
khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati
diabetik dibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan retinopati
proliferatif. Retinopati non proliferatif merupakan stadium awal dengan ditandai adanya
mikroaneurisma, sedangkan retinopati proliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan
pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksia retina. Seterusnya, nefropati
diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah.
Nefropati diabetik ditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5 gr/24 jam), terdapat
retinopati dan hipertensi. Kerusakan ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan
perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein dapat masuk
ke dalam kemih (albuminuria). Akibat dari nefropati diabetik tersebut dapat menyebabkan
kegagalan ginjal progresif dan upaya preventif pada nefropati adalah kontrol metabolisme
dan kontrol tekanan darah (Smeltzer dan Bare, 2015).
3) Neuropati
Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius akibat DM.
Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya
sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih dahulu, lalu ke bagian tangan. Neuropati
berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan
adalah kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di malam hari.
Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk
mendeteksi adanya polineuropatidistal. Apabila ditemukan adanya polineuropati distal,
perawatan kaki yang memadai akan menurunkan risiko amputasi. Semua penyandang DM
yang disertai neuropati perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi
risiko ulkus kaki (PERKENI, 2015).

I. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes
melitus. Tujuan penatalaksanaan meliputi :

1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati dan
makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai
tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan
profil lipid (mengukur kadar lemak dalam darah), melalui pengelolaan pasien secara
komprehensif.

Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan latihan
jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2- 4 minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah
masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan
intervensi farmakologik dengan obat - obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai
dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, DM
dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat segera diberikan.
Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan sesuai
dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila
dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah mendapat pelatihan khusus untuk itu
(PERKENI, 2015).
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Glukosa darah. Pada pasien DM tipe II biasanya meningkat 100-200 mg/dl, atau lebih.
Pemeriksaan gula darah terdiri dari:
1. Pemeriksaan gula darah puasa atau fasting blood sugar (FBS) Pasien dalam keadaan puasa
selama 12 jam, diperbolehkan minum. Darah diambil dari pembuluh darah vena. Hasil
normal gulah darah puasa adalah 80-120 mg/100 ml serum. Pada pasien DM tipe II
biasanya meningkat 100- 200 mg/dl, atau lebih
2. Pemeriksaan gula darah postprandial

Bertujuan untuk menentukan gula darah setelah makan. Pasien diberi makan kira-kira 100
gr karbohidrat, dua jam kemudian diambil darah venanya. Nilai normal gula darah
postprandial adalah kurang dari 120 mg/100 ml serum
3. Pemeriksaan gula darah sewaktu bisa delakukan kapan saja, nilai normalnya adalah 70 –
200 mg/dl.
4. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan bebam glukosa 75 gram.
b. Pemeriksaan HbA1c > 6,5% dengan menggunakan metode High- Performance Liquid
Chromatography (HPLC) yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP).
c. Aseton plasma (keton) didapat hasil positif secara menyolok.
d. Asam lemak bebas didapat kadar lipid dan kolestrol meningkat, karena ketidakadekuatan
kontrol glikemik.
e. Osmolitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/L
f. Natrium mungkin normal, meningkat atau menurun tergantung pada jumlah cairan yang hilang
(dehidrasi).
g. Kalium normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun
Hemoglobin dan hematokrit menurundisebabkan oleh kegagalan ginjal untuk melaksanakan
fungsinya, salah satu nya adalah menghasilkan eritropoetin, fungsi eritropoetin adalah
penghasil eritrosit. Hal ini mengakibatkan anemia sehingga kadar hematokrit dan hemaglobin
menurun.
h. Amilase darah. Mungkinn meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai
penyebab dari Diabetes melitus (Diabetik Ketodasidosis).
i. Pemeriksaan fungsi tiroid. peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
j. Pemeriksaan glukosa urin. Adanya glukosauria menunjukkan bahwa ambang gilnjal terhadap
glukosa terganggu. Biasanya didapat hasil urine gula dan asetan positif, berat jenis dan
osmolalitas mungkin meningkat
k. Kultur dan sensitivitas, kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, infeksi pernafasan, dan
infeksi pada luka
(PERKENI, 2015, Tarwoto, 2012 dan Sari, 2013)

2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan

Menurut (Bararah, 2013) konsep asuhan keperawatan diabetes mellitus. Data yang perlu
didapatkan adalah:
1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)
Biasanya identitas klien/ penanggung jawab dapat meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis,
nomor registrasi, hubungan klien dan penanggungjawab.
2. Keluhan utama
Biasanya pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama gatal- gatal pada kulit yang
disertai bisul atau lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan atau rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu pasien juga mengeluh poliuri, polidipsi, anoreksia, mual dan
muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, sakit kepala sampai
penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan sekarang
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien datang degan keluhan yang dominan adalah sering buang air kecil
(poliuria), sering lapar dan haus (polidipsi dan polifagia), sebelum pasien mempunyai berat
badan yang berlebih, biasanya pasien belum menyadari kalau itu merupakan perjalanan
penyakit diabetes mellitus. Pasien baru tahu kalau sudah memeriksakan diri di pelayanan
kesehatan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien DM pernah dirawat karna kadar glukosa darah tinggi. Adanya faktor
resiko yang mempengaruhi seperti genetic, obesitas, usia, minimnya aktivitas fisik, pola
makan yang berlebihan atau salah.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya dari genogram keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita
diabetes mellitus
5. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik menurut Riyadi (2014) antara lain:

a. Status penampilan kesehatan

Biasanya yang sering muncul adalah kelemahan fisik.

b. Tingkat kesadaran

Biasanya normal, latergi, stupor, koma (tergantung kadar gula darah yang dimiliki dan
kondisi fisiologis untuk melakukan kompensasi kelebihan gula darah).

c. Rambut

Biasanya lebat, tipis ( banyak yang rontok karena kekurangan nutrisi dan sirkulasi yang
buruk). Kulit kepala biasanya normal.

d. Mata

Sklera: biasanya normal dan ikterik

Conjungtiva: bisanya anemis pada pasien kekurangan nutrisi dan pasien yang sulit tidur
karena sering buang air kecil di malam hari.

Pupil: biasanya miosis, midrosis atau anisokor.

e. Telinga

Biasanya simetris kiri dan kanan, gendang telinga biasanya masih bisa berfungsi dengan
baik apabila tidak ada mengalami infeksi sekunder.

f. Hidung

Biasanya jarang terjadi polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi sekunder seperti
influenza

g. Mulut

Biasanya sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunan perfusi jaringan).

h. Leher

Biasanya jarang distensi vena jugularis dan pembesaran kelenjar limfe.

i. Thorak dan paru-paru

Auskultas terdengar stridor (penderitaa mengalami obstruksi jalan nafas), whezzing


(apabila penderita mempunyai riwayat asma dan bronkithis kronik).

j. Sistem kardiovaskuler
Biasanya perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah, takikardi atau bradikardi,
hipertensi atau hipotensi, aritmia, dan kardiomegalis merupakan tanda dan gejala penderita
diabetes mellitus.

k. Sistem gastrointestinal

Biasanya terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,


perubahan berat badan, peningkatan lingkat abdomen, dan obesitas.

l. Sistem muskuloskletal

Biasanya terjadi penurunan massa otot,cepat lelah, lemah, nyeri, dan adanya ganggren di
ekstremitas.

m. Sistem neurologis

Biasanya terjadi penurunan sensoris, sakit kepala , latergi, mengantuk, reflek lambat, dan
disorientasi.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan gula darah puasa atau fasting blood sugar (FBS)

b. Untuk menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa, klien tidak makan dan boleh
minum selama 12 jam sebelum test. Hasil normal 80- 120 mg/ 100 mlserum dan abnormal
140 mg/100 ml atau lebih.
c. Pemeriksaan gula darah postprandial

d. Untuk menentukan gula darah 2 jam setelah makan, dengan hasil normal kurang dari 120
mg/100 ml serum dalam abnormal lebih dari 200 mg/100 dl atau indikasi Diabetes Melitus.
e. Pemeriksaan gula darah sewaktu bisa dilakukan kapan saja, nilai normalnya adalah 70 –
20 mg/dl.
f. Pemeriksaan toleransi glukosa oral atau oral rolerance test (TTGO) untuk menentukan
toleransi terhadap respons pemberian glukosa. Pasien tidak boleh makan selama 12 jam
sebelum test dan selama test, pasien boleh minum air putih, tidak boleh merokok, ngopi
atau minum teh selama
g. Pemeriksaan (untuk mengatur respon tubuh terhadap karbohidrat) sedikit aktivitas, kurangi
stress, (keadaan banyak aktivitas dan stress menstimulasi epinephrine dan kartisol karena
berpengaruh terhadap peningkatan glukoneogenesis). Hasil normal puncaknya 1 jam
pertama setelah pemberian 140 mg/dl dan kembali normal 2 atau 3 jam kemudian dan
abnormal jika peningkatan tidak kembali setelah 2 atau 3 jam, urine positif glukosa.
h. Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida, dapat meningkat karena
ketidakadekuatan kontrol glikemik.
i. Pemeriksaan hemoglobin glikat (HbAIc). Tes ini mengukur presentase glukosa yang
melekat pada hemoglobin selama hidup sel darah merah. HbAIc digunakan untuk mengkaji
kontrol
b. glukosa jangka panjang, sehingga dapat memprediksi resiko komplikasi. Rentang
normalnya adalah 5-6 %.
c. Urinalisa positif terhadap glukosa dalam keton. Pada respon terhadap defisiensi
intraseluler, protein lemak diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis) untuk energi.
Selama proses pengubahan ini, asam lemak bebas dipecah menjadi badan keton oleh hepar.
Ketoasidosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Adanya ketonuria menunjukkan adanya
ketoasidosis (Tarwoto, 2012).

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017):

1. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan Manajemen hiperglikemia

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tingkat pengetahuan.

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.


C. Rencana Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Luaran Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
1. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen hiperglikemia
ketidakstabilan b/d keperawatan, tingkat Observasi :
kadar glukosa keletihan teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
darah hasil: 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
- Mual berkurang meningkat
Definisi : - Perubahan status mis : penyakit kambuhan
Resiko terhadap mental membaik 3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
variasi kadar glukosa - Peningkatan kadar 4. Monitor intake dan output cairan
darah dari rentang glukosa darah membaik
normal - Kelemahan berkurang Terapeutik :
- Pusing berkurang 1. Berikan asupan cairan oral
Faktor Risiko : 2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
a. Kurang ada atau buruk
terpapar Edukasi :
informasi 1. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih
tentang dari 250 mg/dl
manejemen 2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
diabetes 3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
b. Ketidaktepatan 4. Ajarkan pengelolan diabetes, Mis : penggunaan insulin, obat oral
pemantauan Kolaborasi :
glukosadarah 1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
c. Kurang patuh
pada rencana
manejemen
diabetes
d. Penambahan
beratbadan
No. Diagnosa Keperawatan Luaran Perencanaan Keperawatan
2. Resiko Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutri :
ketidakmampuan keperawatan, status nutrisi Observasi :
menelan makanan. teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
- Porsi makanan yang 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Definisi : dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
Asupan nutrisi tidak 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
cukup - Kekuatan otot 5. Monitor asupan makan
untuk memenuhi menelan meningkat 6. Monitor berat badan
kebutuhan metabolisme - Perasaan cepat
kenyang menurun Terapeutik :
Penyebab : - Sariawan menurun 1. Fasilitasi menentukan program diet
Ketidakmampuan - Diare menurun 2. Sajikan makan secara menarik dan suhu yang sesuai
mengabsorbsi nutrien 3. Berikan makanan yang tinggi kalori dan protein
- Nafsu makan 4. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Tanda mayor : membaik
a. Berat badan menurun - Berat badan membaik Edukasi :
minimal 10% di bawah - Membran mukosa 1. Ajarkan diet yang diprogramkan
rentang ideal membaik
Kolaborasi :
Gejala minor : 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
a. Cepat kenyang setelah jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
makan
b. Kram / nyeri abdomen
c. Nafsu makan menurun

Tanda minor :
a. Bising usus hiperaktif
b. Membran mukosa
pucat
c. Serum albumin turun
d. Rambut rontok
berlebihan
No. Diagnosa Keperawatan Luaran Perencanaan Keperawatan
3. D.0111 Kriteria hasil untuk mengukur Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan
Defisit Pengetahuan penyelesaian dari diagnosis
tentang Penyakit Kronis setelah dilakukan asuhan Observasi
(Diabetes Militus) keperawatan selama 1x 30 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
menit diharapkan tingkat
Penyebab : pengetahuan pasien meningkat Terapeutik
Kurang terpapat dengan kriteria hasil : 1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
informasi 1) Perilaku sesuai anjuran 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
meningkat 3) Berikan kesempatan untuk bertanya
Gejala Mayor 2) Kemampuan menjelaskan 4) Gunakan variasi mode pembelajaran
Subjektif : pengetahuan tentang suatu 5) Gunakan pendekatan promosi kesehatan dengan memperhatikan
• Menanyakan tentang topik meningkat pengaruh dan hambatan dari lingkungan, sosial serta budaya.
sakit Hipertensi 3) Presepsi yang keliru 6) Berikan pujian dan dukungan terhadap usaha positif dan
Objektif : terhadap masalah menurun pencapaiannya
• Menunjukkan
persepsi yang keliru Edukasi
terhadap masalah 1) Jelaskan penanganan masalah kesehatan
2) Informasikan sumber yang tepat yang tersedia di masyarakat
Gejala Minor 3) Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
Subjektif : 4) Anjurkan menentukan perilaku spesifik yang akan diubah (mis.
(tidak tersedia) keinginan mengunjungi fasilitas kesehatan)
5) Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai
Objektif : 6) Ajarkan program kesehatan dalam kehidupan sehari hari
Menunjukkan perilaku
berlebihan

Kondisi Klinis Terkait :


Penyakit Kronis
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN DATA DASAR
Nama Mahasiswa : Fitri Nur Ika Revliawan Tempat Praktik : St. Marta
NIM : 2201140672 Tanggal Praktik : 1 – 6 Mei 2023

A. Identitas Klien
Nama : Ny. Y No. RM : 303xxx
Usia : 64 Tahun Tgl MRS : 25 April 2023
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl Pengkajian : 1 Mei 2023
Almat : Sukun-Malang Sumber Informasi : Anak Klien
No. Tlp : 085646xxxxxx Nama Keluarga yg dapat dihubungi : Ny. A
Status Pernikahan : Kawin Status :
Agama : Islam Alamat : Sukun-Malang
Suku : Jawa No. Tlp : 082xxxxxxxxx
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Lama Bekerja : - tahun

B. Status Kesehatan Saat Ini


1) Keluhan Utama
a. Saat MRS : pasien mengeluh sesak nafas sudah 3-4 hari ini
b. Saat Pengkajian : pasien mengeluh sesak nafas dan kaki bengkak
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Anak klien mengatakan ibunya sudah mengeluh sesak nafas sejak 4 hari yang lalu, dan
kedua kaki bengkak, sulit untuk digerakkan, dan wajah tampak bengkak, GDS diruangan
242 mg/dL karena lemas dibawa ke UGD RSPN dan dianjurkan opname

C. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1) Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan (jenis dan waktu) : tidak ada
b. Operasi : tidak ada
c. Penyakit
- Kronis : Hipertensi dan DM sejak th. 2006
- Akut : tidak ada
d. Terakhir MRS : pasien riwayat opname dengan keluhan yang sama
3 bulan yang lalu
2) Alergi (obat, makanan, plester, dll)
Tipe Reaksi Tindakan
-

3) Imunisasi
(√) BCG (√) Hepatitis
(√) Polio (√) Campak
(√) DPT ( ) ....................
4) Kebiasaan

Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya


Merokok tidak ada
Minum
tidak ada
Kopi
Alkoholisme tidak ada
Lainya:

5) Obat-obatan yang digunakan

Jenis Lamanya Dosis


Pioglitazone 14 tahun 1x30mg
Acarbone 14 tahun 3x100mg
Fonylin MR 60mg 14 tahun 1-0-0
Candesartan 16mg 14 tahun 0-0-1
Simvastatin 20mg 14 tahun 0-0-1
Furosemide 14 tahun 2-2-0
Miniaspi 14 tahun 1-0-0

D. Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien Perempuan
: Perempuan Meninggal
: Laki-laki Meninggal
E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan bersih bersih
Bahaya Kecelakaan tidak ada tidak ada
Polusi ada ada
Ventilasi ada ada
Pencahayaan ada ada
Masalah : tidak ada masalah dalam bidang di riwayat lingkungan

F. Pola Aktivitas-Latihan
Jenis Di Rumah Di RS
Makan/minum 3 kali/hari 3 kali/hari
Mandi 2 kali/hari 2 kali/hari
Berpakaian/berdandan 2 kali/hari 2 kali/hari
Toiletting 1 kali/hari 1 kali/hari
Mobilitas di tempat bisa beraktivitas bisa beraktivitas
tidur

Berpindah bisa berpindah bisa berpindah


Berjalan bisa berjalan bisa berjalan
Naik tangga bisa naik tangga bisa naik tangga
Masalah : tidak ada masalah dalam pola aktivitas-latihan
G. Pola Nutrisi-Metabolik
Jenis Di Rumah Di RS
Jenis diet/makanan makanan seperti biasa rendah serat rendah
(nasi, lauk, sayur) garam
Frekuensi/pola 2-3 kali sehari 3 kali sehari
Porsi yang dihabiskan ½ porsi ¼ porsi
Komposisi menu nasi, lauk, sayur nasi, lauk, kuah
sayur
Pantangan
Nafsu makan meningkat menurun (tidak
selera dengan
rasanya)
Fluktuasi BB 6 bln tidak ada tidak ada
terakhir

Sukar menelan tidak tidak


(padat/cair)
Pemakaian gigi palsu tidak tidak
(area)

Riw. Masalah tidak ada tidak ada


penyembuhan luka

Masalah : keengganan pasien untuk makan


H. Pola Eliminasi

Jenis Di Rumah Di RS
BAB
Frekuensi/pola sehari 1 kali sudah BAB kemarin
Konsistensi lembek biasa tidak ada
Warna & bau tidak ada tidak ada
Kesulitan tidak ada tidak ada
Upaya Mengatasi - -
BAK
Frekuensi/pola seperti biasa seperti biasa
tidak ada, warna kuning tidak ada, warna kuning
Warna & bau
jernih jernih
Konsistensi - -
Kesulitan - -
Upaya Mengatasi - -
Masalah : tidak ada masalah
I. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Di Rumah Di RS
Tidur siang
Lamanya tidak pernah mencoba tidur 15-30 menit
Jam… s/d ….. tidak pernah tidur siang 13.00-13.30
Kenyamanan setelah - merasa segar walau sebentar,
tidur tetapi kadang terasa pusing jika
tidur terganggu
Tidur malam
Lamanya 5-6 jam 7-8 jam

Jam… s/d ….. 23.00-05.00 22.00-05.00


Kenyamanan setelah merasa nyaman sering terbangun karena
tidur merasa tidak nyaman
dengan lingkungan
Kebiasaan sebelum tidur pasien sering berkumpul dengan melakukan aktivitas terbatas
keluarga dulu sebelum tidur {menonton tv)

Kesulitan tidak ada kesulitan memulai tidur dan


mengatur tidur karena
sedikit-sedikit pasien
merasa tidak nyaman

Masalah : Gangguan Pola Tidur


J. Pola Kebersihan Diri
Jenis Di Rumah Di RS
Mandi : Frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari
Penggunaan sabun memakai sabun memakai sabun
Keramas : Frekuensi 2 hari sekali 2 hari sekali
Penggunaan sampo memakai sampo memakai sampo
Gosok gigi : Frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari
Penggunaan odol memakai odol memakai odol
Kesulitan tidak ada tidak ada
Upaya yg dilakukan tidak ada tidak ada
Masalah : tidak ada masalah
K. Pola Toleransi Koping Stres
• Pengambil Keputusan : ( ) Sendiri (√} Dibantu orang lain, suami dan
anak klien
• Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit : masalah yang terjadi adalah
kurang bisa istirahat atau memulai tidur karena pasien tidak terbiasa dengan pola tidur
teratur dan tidur siang, serta masih belum nyaman dengan lingkungan RS.
• Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah : jika dirumah pasien mengatasi
dengan sering berkumpul dengan cucu dan anak. Bila di RS pasien mengalihkan dengan
menonton tv serta mengobrol dengan suami
• Harapan setelah menjalani perawatan : Pasien mampu mengenali tanda bila gula darah turun,
seperti keringat dingin, badan lemas. Pasien makan habis 1 porsi, nafsu makan yang dihabiskan
meningkat
• Perubahan yang dirasa setelah sakit : Makan teratur sesuai diit pada pasien dengan gangguan
kadar gula darah
Masalah : kadar gula darah tidak stabil
L. Pola Peran-Hubungan
• Peran dalam Keluarga : Ibu Rumah Tangga
• Sistem pendukung : Suami, Anak dan Cucu
• Kesulitan dalam Keluarga : Tidak ada masalah
• Masalah tentang peran/hubungan dg keluarga selama perawatan di RS : tidak ada
• Upaya yg dilakukan utk mengatasi : Jika terjadi masalah dalam keluarga, pasien sering
berkumpul dengan keluarga dahulu dan membicarakannya dengan kepala dingin.
Masalah : tidak ada masalah

M. Pola Komunikasi

• Bicara : (√) Normal ( ) Bahasa Utama : Bhs. Indonesia


( ) Tidak Jelas (√) Bahasa daerah : Bhs. Jawa
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian :
(√) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( ) Afek :
• Tempat tinggal : (√) Sendiri
( ) Kos/Asrama
( ) Bersama orang lain, yaitu : ............................................
• Kehidupan keluarga :
1. Adat istiadat yang dianut : tidak ada
2. Pentangan adapt dan agama yg dianut : tidak ada
3. Penghasilan keluarga :
( ) Dibawah Rp 1 juta
( ) Diatas Rp 1 juta-2 juta
( ) Diatas Rp 2 juta-3 juta
( ) Lebih dari Rp 3 juta
N. Pola Seksualitas

• Masalah dalam hubungan seksual selama sakit :


( ) Ada (√) Tidak ada
Keterangan : .......................................................................
• Upaya yang dilakukan
( ) Perhatian
( ) Sentuhan
( ) Lain-lain, seperti ........................................
O. Pola Nilai dan Kepercayaan

• Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting utk anda : (√) Ya ( ) Tidak


• Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan di rumah (jenis & frekuensi) : pasien
membiasakan mengaji dan mengikuti kegiatan keagamaan (jemaah tahlil) di lingkungan
rumah seminggu sekali.
Kegiatan agama/kepercayaan yg tidak dapat dilakukan di RS (jenis & frekuensi) : tidak ada
• Harapan klien terhadap perawat utk melaksanakan ibadahnya : dengan disediakan mushola
yang lebih dekat.
P. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda-tanda vital : TD : 140/80 mmHg Suhu : 37,1 °C Spo2 : 98%
RR : 30x/mnt Nadi : 82x/mnt
c. Tinggi Badan : 155 cm Berat Badan : 66 kg
2. Kepala dan Leher
a. Kepala : Bentuk Simetris Massa : tidak ada
Distribusi rambut lebat Warna kulit kepala : normal
Wajah tampak oedem
Keluhan pusing/sakit kepala/migren/lainnya, tidak ada
b. Mata : Bentuk simetris Konjungtiva normal
Ikterus : ( ) Ya (√) Tidak
Pupil : (√) ada reaksi terhadap cahaya

(√) Isokor ( ) Midriasis

( ) Pin Point ( ) Miosis

Fungsi penglohatan : (√) Baik ( ) Kabur

Penggunaan alat bantu : ( ) Ya (√) Tidak

Apabila ya menggunakan : ( ) Kacamata ( ) Lensa kontak

( ) Minus ....ka/ ....ki ( ) Plus ....ka/ ....ki

( ) Silinder ....ka/ ....ki

Pemeriksaan mata terakhir : tidak pernah periksa

Riwayat Operasi : tidak pernah operasi


c. Hidung : Bentuk simetris Warna : seperti kulit sawo matang
Pembengkakan tidak ada Nyeri : tidak nyeri
Perdarahan tidak ada Sinur : tidak ada
Riw. Alergi tidak ada Cara mengatasi tidak ada
Penyakit yg pernah terjadi tidak ada
Frekuensi ................ Cara mengatasi .........................
d. Mulut dan tenggorokan
Warna bibir : merah muda Mukosa : lembab

Ulkus : normal Lesi : normal

Massa : tidak ada Karies : tidak ada

Kesulitan menelan : tidak ada Gigi geligi : tidak ada

Sakit tenggorokan : tidak ada Gangg. Bicara : tidak

Pemeriksaan gigi terakhir : tidak pernah periksa


e. Telinga Bentuk simetris Warna : sawo matang
Lesi : tidak ada Massa : tidak ada
Nyeri : tidak ada Fgs pendengaran : normal
Alat bantu pendengaran : tidak ada
Masalah yg pernah terjadi : tidak ada masalah
f. Leher Kekakuan : tidak ada Nyeri/nyeri tekan : tidak ada
Benjolan/massa : tidak ada Keterbatasan gerak : tidak
Vena jugularis : normal Tiroid : normal
Limfe : normal Trakhea : normal
Keluhan : tidak ada

3. Dada
Inspeksi dan palpasi dada : dada simetris dan palpasi normal
1. Jantung :
a. Inspeksi & palpasi : pulsasi ictus cordis (dalam batas normal)
b. Perkusi : batas-batas jantung normal
c. Auskultasi : BJ I, BJ II, suara jantung tambahan (dalam batas normal)
*Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
2. Paru :
a. Inspeksi : bentuk thorak simetris, pola nafas cepat, tanda kesulitan
bernafas ada, pernafasan dalam
b. Palpasi : focal fremitus, nyeri tekan tidak ada
c. Perkusi : suara paru (sonor)
d. Auskultasi : suara nafas vesikuler, suara tambahan (ronchi, wheezing,
dll)
*Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
4. Payudara dan ketiak
Benjolan/massa tidak ada Nyeri/nyeri tekan tidak ada
Bengkak tidak ada Kesimetrisan simetris
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
5. Abdomen :

a. Inspeksi : bentuk simetris, tidak adanya benjolan/massa, tidak adanya luka


b. Auskultasi : peristaltic usus meningkat
c. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan/massa, tidak ada
tanda asites, hepar normal, lien normal, tidak ada titik mc burney
d. Perkusi : suara abdomen timpani, shifting dullness tidak ada cairan
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
6. Genetalia :

Inspeksi Bersih
Palpasi tidak ada nyeri
Perempuan : Siklus menstruasi sudah menopause di usia 50th
Kontrasepsi ……………………………………….
Kehamilan ………………………………………...
Keluhan …………………………………………...
Pria :-
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
7. Ekstremitas
Kekuatan otot 100%
Kontraktur tidak ada Pergerakan normal
Deformitas tidak ada Pembengkakan tidak ada
Edema tidak ada Nyeri tidak ada
Nyeri tekan tidak ada Pus/luka tidak ada
Refleks: Sensasi:
- Biseps : - Raba/sentuhan :
- Trisep : - Panas :
- Brakioradialis : - Dingin :
- Patelar : - Tekanan/tusuk :
- Achilles :
- Plantar (babinski) :
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
8. Kulit dan Kuku

Kulit : Warna sedikit pucat Jaringan parut tidak ada


Lesi tidak ada Suhu 37,1°C
Tekstur halus Turgor halus
Kuku : Warna pink pucat Bentuk simetris
Lesi tidak ada CRT < 2 detik
* Keterangan tambahan sesuaikan dengan kasus

Q. Hasil Penunjang

• Hasil Laborat
Darah Lengkap
Hb : 9,5 L g/dL
Hematokrit : 29,0 L %
Trombosit : 293 10^3/µL
Lekosit : 6,44 10^3/µL
Netrofil : 76,1 H%
Ureum : 92 mg/dL (nilai normal 21-43 mg/dL)
BUN : 43,0 mg/dL (nilai normal 9,81-20,1 mg/dL)
Kreatinin : 2,12 mg/dL (nilai normal 0,51-0,95 mg/dL)
eGFR : 24,2 mL/mnt/1.73 m^2
GDS : 242 mg/dL
• Radiologi
Thorax : Kardiomegali
R. Pengobatan

• Infus plug
• Pioglitazone 1x30mg
• Acarboce 3x100mg
• Fonylin MR 60mg 1-0-0
• Candesartan 16mg 0-0-1
• Simvastatin 20mg 0-0-1
• Furosemide injeksi 20mg/jam (hari ke-7)
• Miniaspi 1-0-0
S. Persepsi Klien terhadap Penyakitnya
Pasien merasa sakitnya adalah karena pola makan dan pola hidup pasien yang tidak teratur.
T. Kesimpulan

U. Perencanaan Pulang

o Tujuan pulang : (√) ke rumah ( ) Tidak ada tujuan


( ) Lain-lain, …………………………….
o Transportasi pulang : (√) Mobil ( ) Taksi ( ) Lain-lain,
………
( ) Ambulans ( ) Belum dapat ditentukan sekarang
o Dukungan keluarga : (√) Ada ( ) Tidak ada
o Antisipasi bantuan biaya setelah pulang : (√) Ada ( ) Tidak ada
o Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang : (√) Ada ( ) Tidak ada
o Pengobatan :
Acarbose 100mg 3x1 Fonylin MR 60mg 1-0-0
Pioglitazone 1x30mg Herbeser CD 100mg 0-0-1
Candesartan 16mg 0-0-1 Furosemide 2-2-0
Miniaspi 1-0-0
o Rawat jalan ke : Waktu setiap bulan Frekuensi 1 bulan sekali
o Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah :
Mengatur pola makan dan aktivitas
o Keterangan lain :
………………………………………………………………………………………
Malang, 5 Mei 2023

Fitri Nur Ika Revliawan


NIM. 2201140672
FORMAT ANALISA DATA

No. Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan


Gangguan Metabolisme
Ds : Pasien mengatakan merasa
Ketoasidosis
sesak nafas
Do : pasien terlihat gelisah,
1. Pernafasan Kasmauli dan Pola Nafas tidak efektif
pasien tidak bisa tidur
nafas bau aseton
terlentang RR : 30x/mnt, nafas
cepat dan dalam
sesak

Ds : Pasien mengatakan tidak Hiperglikemi


selera untuk makan
Do : Pasien tampak lemah, metabolisme lemak dan
makan hanya dimakan ¼ porsi, protein terganggu
2. tidak mau ngemil dan sering Nausea
tidur, pasien mual, serta muntah mual dan muntah
3 kali setelah makan, bau nafas
seperti aseton

Hiperglikemi
Ds : Pasien mengatakan
kakinya bengkak Diuresis Asmotik
Do : pasien terlihat bengkak
3. Hipervolemia
di wajah dan kaki, Hb 9,5 Output Cairan berlebihan
g/dL (low) dan Hematokrit
29,0% (low) kaki bengkak

Genetik
Ds: pasien mengeluh badan
Resistensi insulin/Gangguan
lemas, terasa dingin
Gula darah Ketidakstabilan kadar gula
4. Do: pasien terlihat cenderung darah
tidur, tampak lemah GDS 242 Ketidak tepatan pemantauan
mg/dL, kaki oedem kadar gula
DIAGNOSA KEPARAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
Ruang : St. Marta
Nama Pasien : Ny. Y
Diagnosa : DM

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda


Muncul Teratasi Tangan
1 1 Mei 2023 Pola Nafas tidak efektif berhubungan 3 Mei 2023 Fitri
dengan hambatan upaya nafas
2 1 Mei 2023 Nausea berhubungan dengan gangguan 3 Mei 2023 Fitri
biokimiawi (mis. uremia, ketoasidosis
diabetik)
3 1 Mei 2023 Hipervolemia berhubungan dengan 3 Mei 2023 Fitri
kelebihan asupan cairan
4 1 Mei 2023 Resiko Ketidakstabilan Kadar Gula darah 3 Mei 2023 Fitri
ditandai dengan ketidaktepatan
pemantauan kadar gula
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. Y Tanggal Pengkajian : 1 Mei 2023


No. RM : 303xxx Diagnosa Medis : DM
No. Diagnosa Luaran Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
1. D.0005 Setelah dilakukan perawatan 2x24 Intervensi Utama :
Pola Nafas tidak jam diharapkan inspirasi dan atau Pemantauan Respirasi
efektif berhubungan ekspirasi yang tidak memberikan Observasi
dengan hambatan ventilasi adekuat membaik dengan • Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
upaya nafas (mis. kriteria hasil : • Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
Nyeri saat bernafas, • Penggunaan otot bantu pernafasan • Monitor adanya sumbatan jalan nafas
kelemahan otot menurun Terapeutik
pernafasan) • Pernafasan cuping hidung • Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
menurun Edukasi
Gejala dan Tanda • Kedalaman nafas membaik • Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Mayor : • Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
• Subjektif
Dispneu
• Objektif
Penggunaan otot
pernafasan

Tanda dan Gejala


Minor
• Subjektif
(tidak tersedia)
• Objektif
Pernafasan Cuping
Hidung
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny.Y Tanggal Pengkajian : 1 Mei 2023


No. RM : 303xxx Diagnosa Medis : DM
No. Diagnosa Keperawatan Luaran Perencanaan Keperawatan
2. D.0076 Setelah dilakukan perawatan Manajemen Mual
Nausea berhubungan 3x24 jam diharapkan tingkat Observasi
dengan gangguan nausea menurun dengan kriteria • Identifikasi pengalaman mual
biokimiawi (mis. Uremia hasil : • Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis. Nafsu
dan ketoasidosis diabetic) • Nafsu makan meningkat makan, aktivitas, kinerja, tanggungjawab, peran, dan tidur)
dibuktikan dengan mual • Keluhan mual menurun • Identifikasi faktor penyebab mual (mis. Pengobatan dan prosedur)
dan tidak nafsu makan • Perasaan ingin muntah • Monitor mual (mis. Frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
menurun • Monitor asupan nutrisi dan kalori
Gejala dan Tanda Mayor • Perasaan asam di mulut Terapeutik
Subjektif : menurun • Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. Bau tidak
• Mengeluh mual sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
• Merasa ingin muntah • Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. Kecemasan,
• Tidak berminat ketakutan, kelelahan)
makan • Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
• Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau, dan tidak
Objektif : berwarna, jika perlu
(tidak tersedia) Edukasi
• Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Gejala Minor
• Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang
Subjektif :
mual
• Merasa asam di mulut

Objektif :
• Saliva meningkat

Kondisi Klinis Terkait :


Ketoasidosis Diabetik
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. Y Tanggal Pengkajian : 1 Mei 2023
No. RM : 303xxx Diagnosa Medis : DM
No. Diagnosa Keperawatan Luaran Perencanaan Keperawatan
3. D.00022 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia
Hipervolemia keperawatan 3x24 jam Observasi :
diharapkan status cairan • Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea, dispnea, edema,
Penyebab : membaik, dengan kriteria JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara nafas
Kelebihan asupan cairan tambahan)
hasil:
- Ortopnea menurun • Identifikasi penyebab hipervolemia
Gejala dan Tanda Mayor
- Dispnea menurun • Monitor status hemodinamik (mis. Frekuensi jantung, tekanan darah,
Subjektif : MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI), jika tersedia
- Edema anasarka menurun
Ortopnea • Monitor intake dan output cairan
Dispnea - Edema perifer menurun
• Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. Kadar natrium, BUN,
- Turgor kulit membaik
Hematokrit, berat jenis urine)
Objektif : - Hemoglobin membaik
Edema anasarka/edema - Hematokrit membaik Terapeutik :
perifer • Batasi asupan cairan dan garam
• Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
Edukasi :
(tidak tersedia)
• Anjurkan melapor jika haluaran urine < 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
• Ajarkan cara membatasi cairan
Objektif :
Kadar
Kolaborasi :
Hemoglobin/Hematokrit
turun • Kolaborasi pemberian diuretic

Kondisi Terkait :
Gagal Ginjal
Akut/Kronik
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. Y Tanggal Pengkajian : 1 Mei 2023
No. RM : 303xxx Diagnosa Medis : DM

No. Diagnosa Keperawatan Luaran Perencanaan Keperawatan


4. Resiko ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hiperglikemia
kadar gula darah keperawatan, tingkat Observasi :
keletihan teratasi dengan • Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
Definisi : kriteria hasil: • Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
Resiko terhadap variasi - Mual berkurang mis : penyakit kambuhan
kadar glukosa darah dari
- Perubahan status • Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
rentang normal
mental membaik • Monitor intake dan output cairan

Faktor Risiko : - Peningkatan kadar


Terapeutik :
1. Kurang terpapar glukosa darah membaik
• Berikan asupan cairan oral
informasi tentang - Kelemahan berkurang
• Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
manejemen diabetes - Pusing berkurang atau buruk
2. Ketidaktepatan Edukasi :
pemantauan glukosa
• Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari
darah 250 mg/dl
3. Kurang patuh pada
• Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
rencana manejemen
diabetes • Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
4. Penambahan berat • Ajarkan pengelolan diabetes, Mis : penggunaan insulin, obat oral
badan Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
Gejala Mayor:
Gds: awal 242 mg/dL
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. Y
No. RM : 303xxx
Diagnosa Medis : DM

No. Tanggal No Jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TTD


Dx
1. 1 Mei 2023 D.0005 09.00 1. Monitor pola nafas dan • Pasien mengatakan sesak nafas Fitri
saturasi oksigen • Pasien menggunakan oksigen nasal
2. Monitor pola, irama,
kedalaman dan upaya nafas
3. Monitor sumbatan jalan nafas
D.0076 09.00 1. Mengidentifikasi • Pasien mengatakan sulit makan karena mual Fitri
pengalaman mual • Pasien mengatakan nafasnya berbau tidak enak dan
2. Identifikasi penyebab semakin membuat mual
mual
D.0022 09.00 1. Monitor tanda dan gejala • Pasien mengatakan wajah dan kaki bengkak Fitri
hypervolemia • Pasien mengatakan minum sedikit-sedikit
2. Monitor intake dan output
pasien
D.0039 09.00 1 . Mengidentifikasi • Pasien mengatakan gula darahnya tidak stabil Fitri
kmungkinan penyebab
hiperglikemia
2. monitor kadar glukosa
darah

2. 2 Mei 2023 D.0005 13.00 1. Memonitor pola nafas • Pasien terlihat lebih rileks Fitri
pasien dan saturasi oksigen

D.0076 14.30 1. Menganjurkan meminum • Pasien mulai banyak minum hangat dan terkadang Fitri
minuman hangat dan terlihat menggosok gigi sebelum makan, untuk
menarik nafas dalam jika mengurangi bau pada mulutnya
merasa mual • Pasien mulai berkurang mualnya, setelah diberi
2. Menjelaskan tujuan dan aromaterapi
prosedur pemberian
aromaterapi dengan esensial
oil peppermint dan lavender
D.0022 14.30 1. Mengajarkan pasien untuk • Pasien mulai mencoba duduk tanpa di sangga bantal Fitri
memulai aktivitas ringan sebentar-sebentar sekitar 10-20 menit
untuk mengurangi bengkak • Bengkak di wajah dan kaki mulai berkurang
D.0039 14.30 1. Menjelaskan prosedur tentang • Pasien terlihat rileks dan masih terlihat bengkak di kaki Fitri
pengukuran gula darah secara • GD puasa 119 mg/dL
rutin • GD 2 jam PP 103 mg/dL
3. 3 Mei 2023 D. 0005 13.00 1. Mengukur saturasi pasien • Pasien sudah terlihat tidak menggunakan oksigen Fitri
2. Membuat rileks
D. 0076 13.00 1. Memonitor nafsu makan pasien • Pasien terlihat lebih rileks dan sudah mau ngemil sesuai Fitri
dan apakah masih ada keluhan anjuran diet dan porsi makan mulai meningkat
mual
2. Memonitor efek dari pemberian
aromaterapi essensial oil
D.0022 13.00 1. Memonitor aktivitas ringan pada • Pasien mulai bisa duduk tanpa bantal lebih lama sekitar Fitri
pasien 30 menit
• Bengkak di wajah dan kaki pasien mulai berkurang

D.0039 13.00 1. Memonitor kadar gula darah • Kaki bengkak pada pasien sudah banyak berkurang Fitri
• GDS 91 mg/dL
EVALUASI

Tgl/Jam No. Diagnosa Evaluasi Paraf


S : Pasien mengatakan sesak nafas, mual, tidak nafsu makan, mulut bau, dan kaki
bengkak sejak opname
D.0005, O : Kondisi pasien lemah, akral hangat suhu 37,1°C, GCS : 456, kesadaran CM, tensi
D.0076, 140/80mmHg, nadi 82x/mnt, SpO2 : 98% memakai oksigen nasal 3 lpm, pasien gelisah
01 Mei 2023 Fitri
D.0022, dan karena merasa sesak RR 30x/mnt, makan habis ¼ porsi karena tidak selera, kaki
D.0039 bengkak, dan mulut bau aseton GDS 424 mg/dL, oedem anasarka dan di kaki
A : Masalah belum beratasi
P : Lanjutkan intervensi
S : Pasien mengatakan sesaknya mulai berkurang, kaki bengkak berkurang, sudah mulai
mau ngemil, dan mulut bau berkurang
D.0005, O : Kondisi pasien cukup, akral hangat suhu 36,8°C, GCS 456, kesadaran CM, tensi
D.0076, 138/89mHg, nadi 80x/mnt, SpO2: 97%, oksigen nasal 1 lpm, GDS 119 mg/dL pasien
2 Mei 2023 Fitri
D.0022, dan mulai mau makan, makan habis ¼ porsi, tapi mulai mau ngemil, kaki bengkak
D.0039 berkurang, mual berkurang, RR 24x/mnt, oedem di wajah dan kaki berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
S : Pasien mengatakan sesaknya mulai berkurang banyak, mulut bau banyak berkurang,
porsi makan yang habis mulai ½ porsi, mual berkurang
D.0005, O : Kondisi pasien membaik, akral hangat, suhu 36,7°C, GCS 456 kesadaran CM, tensi
D.0076, 130/80 mmHg, mulai berkurang mualnya, kaki bengkak berkurang, RR 18x/mnt Spo2 :
3 Mei 2023 Fitri
D.0022, dan 99% tanpa oksigen, tidak muntah, mulut bau berkurang, oedem di wajah dan kaki
D.0039 banyak berkurang
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi, px KRS

Anda mungkin juga menyukai