Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Tinjauan Pustaka
A. Konsep Polip Hidung
1. Definisi Polip Hidung
Polip hidung adalah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak
yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-
abuan, dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung
banyak cairan (Soepardi dkk, 2011) .
Polip hidung adalah mukosa hidung yang mengalami hipertrofi
yang dapat terjadi akibat edema kronik (Gruendemann, 2010) .
Polip hidung adalah tumor bertangkai yang timbul dari mukosa
sinus hidung (Brooker, 2010) .

2. Etiologi
a. Faktor Herediter
Seperti : Rhinitis alergika, Asma serta Sinusitis kronis
b. Faktor Non Herediter
Seperti karena: Peradangan mukosa hidung, edema, iritasi, reaksi
hipersensitifitas (Soepardi dkk, 2011).

3. Tanda dan gejala


Polip hidung yang berukuran kecil cenderung tidak menimbulkan
gejala. Biasanya, gejala baru dirasakan ketika polip membesar atau
berjumlah banyak dan mengganggu saluran pernapasan.
Pada kondisi tersebut, beberapa gejala polip hidung adalah sebagai
berikut:
a. Hidung berlendir atau berair bila disebabkan oleh rhinitis.
b. Hidung terus-menerus terasa seperti tersumbat sehingga suara berubah
(bindeng)
c. Kesulitan bernapas akibat hidung tersumbat.
d. Nyeri kepala.
e. Gatal di sekitar mata.
f. Menurunnya kemampuan indra penciuman.
g. Gangguan tidur dan mendengkur.
h. Rasa nyeri atau tertekan pada kening. (Mangunkusumo, 2011) .

4. Patofisiologi
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang
kebanyakan terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan
terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi
polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin
membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil
membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip.
Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama.
Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka
waktu yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa
menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler dan
terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama
polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah
polip terus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi
karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami
oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi
terutama rinitis alergi perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena
tidak adanya variasi musim sehingga alergen terdapat sepanjang tahun.
Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar dan bisa
menyebabkan obstruksi di meatus media ( Siswanto, 2012).

5. Stadium Polip Hidung


Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997),
a. Stadium 1 :
Polip masi terbatas di meatus medius
b. Stadium2 :
Polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidung tapi
belum memenuhi rongga hidung
c. Stadium 3 : polip yang massif
Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar
sehingga hidung tampak mekar karena pelebar batang hidung. Pada
pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna
pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Alergi
Melalui tes ini dapat diketahui kemungkinan pasien memiliki riwayat
alergi.
b. Naso-endoskopi
Polip nasi stadium 1 dan 2 kadang – kadang tidak terlihat pada
pemeriksaan rhinoskopi anterior, tetapi tampak pada pemeriksaan
nasoendoskopi.
c. Radiologik
Radiologi dengan polip nasi. CT scan Radiologi dengan posisi
Water’s dapat menunjukkan opasitas sinus. CT scan potongan
koronal merupakan pemeriksaan yang terbaik untuk mengevaluasi
pasien koronal dari sinus paranasal sangat baik untuk mengetahui
jaringan yang mengalami kerusakan, luasnya penyakit dan
kemungkinan adanya destruksi tulang . (zulkarnain,2012).

7. Komplikasi
Komplikasi polip menurut Iskandar 2011 :
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam
ukuran besar atau dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada
akut atau infeksi sinusitis kronis, Gangguan penciuman, mengorok dan
bahkan sleep apnea – kondisi penderita berhenti bernapas sementara
selama beberapa kali saat sedang tidur yang dapat menyebabkan kelelahan
kronis.. Dalam kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab
penglihatan ganda/berbayang.
8. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Bila polip masih kecil dapat diobati secara konservatif dengan
kortikosteroid sistemik atau oral , missalnya prednisone 50
mg/hari atau deksametason selama 10 hari kemudian diturunkan
perlahan.
2) Secara local dapat disuntikan ke dalam polip, misalnya triasinolon
asetenoid atau prednisolon 0,5 ml tiap 5-7 hari sekali sampai
hilang.
3) Dapat memaki obat secara topical sebagai semprot hidung
misalnya beklometason dipropinoat.
4) Tindakan operasi diambil jika polip tidak bisa diobati dan terus
membesar serta menganggu jalannya pernafasan yaitu operasi
polipektomi atau juga bisa operasi etmoidektomi serta bedah
sinus.
b. Keperawatan
1) Vocational Rehabilitation
Rehabilitasi yang dilakukan untuk memberikan pendidikan pasca
operasi karena akan ada bekas luka dalam hidung sehingga harus
diajari cara membuang ingus yang tidak membuat pasien
kesakitan.
2) Social Rehabilitation
Rehabilitasi yang bertujuan untuk adaptasi awal terhadap
perubahan tubuh sebagai bukti dengan partisipasi dalam aktivitas
perawatan diri dan interaksi positif dengan orang lain bertujuan
untuk tidak menarik diri dari kontak social. (Zulkarnain,2012)
9. Prognosis
Prognosis dan perjalanan alamiah dari polip nasi sulit dipastikan.
Terapi medis untuk polip nasi biasanya diberikan pada pasien yang tidak
memerlukan tindakan operasi atau yang membutuhkan waktu lama untuk
mengurangi gejala. Dengan terapi medikamentosa, jarang polip hilang
sempurna. Tetapi hanya mengalami pengecilan yang cukup sehingga dapat
mengurangi keluhan. Polip yang rekuren biasanya terjadi setelah
pengobatan dengan terapi medikamentosa maupun pembedahan.

10. Perawatan Polip Hidung di Rumah


Setelah mendapatkan pengobatan dari dokter, penderita polip
hidung disarankan untuk melakukan perawatan secara mandiri di rumah
dengan menerapkan kebiasaan berikut:
a. Menghindari pemicu iritasi hidung, seperti asap rokok, asap
kendaraan, debu, atau alergen lainnya. Sebaiknya, gunakan masker
saat keluar rumah.
b. Mengatasi alergi dan asma.
c. Menjaga kebersihan tubuh, seperti rajin mencuci tangan dan mandi
dengan bersih untuk menghindari infeksi bakteri atau virus.
d. Menjaga kelembapan udara untuk membantu melancarkan saluran
pernapasan dan aliran lendir di sinus. Bila perlu, gunakan air
humidifier untuk mencegah bakteri dan virus berkembang di dalam
rumah.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan polip menurut McClay JE (2007)
a. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan.
b. Riwayat Penyakit sekarang :
c. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh sulit bernafas, nyeri.
d. Riwayat penyakit dahulu :
1) Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung
atau trauma
2) Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
3) Pernah menedrita sakit gigi geraham.
e. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit
klien sekarang.
f. Riwayat spikososial
1) Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
2) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
g. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
 Untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat
tanpa memperhatikan efek samping
2) Pola nutrisi dan metabolisme :
 biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi
gangguan pada hidung
3) Pola istirahat dan tidur
 selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena
klien sering pilek
4) Pola Persepsi dan konsep diri
 klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan
konsep diri menurun
5) Pola sensorik
 daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu
akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous,
mukopurulen).
h. Pemeriksaan fisik
1) status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital,
kesadaran.
2) Pemeriksaan fisik data focus hidung : rinuskopi (mukosa
merah dan bengkak).
Data subyektif :
a) Hidung terasa tersumbat, susah bernafas
b) Keluhan gangguan penciuman
c) Merasa banyak lender, keluar darah
d) Klien merasa lesu, tidak nafsu makan
e) Merasa pusing
Data Obyektif
a) Demam, drainage ada : Serous, Mukppurulen, Purulen
b) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung
dan sinus yang mengalami radang ? Pucat, edema keluar dari
hidung atau mukosa sinus.
c) Kemerahan dan edema membran mukosa
d) Pemeriksaan penunjung :Kultur organisme hidung dan
tenggorokan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d agen pencedera fisiologis (proses inflamasi polip)
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d benda asing (adanya massa
dalam hidung)
c. Ansietas ketidaktahuan tentang prognosa pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
d. Gangguan persepsi sensori : penciuman berhubungan dengan adanya
polip di hidung.
e. Gangguan konsep diri berhubungan dengan secret yang encer pada
hidung.
f. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat
sumbatan polip

Anda mungkin juga menyukai