OLEH:
1. Didik Dwi Murdalim
2. Lina Febriyanti
3. Yusuf Tri Susilo
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
2015
LATAR BELAKANG
Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa “ manusia
lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu
mendapat perhatuan khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama
mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga
dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan”.
Beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia, meliputi :
1. Pensiun-pensiunan dan masalah-masalahnya
2. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
3. Meningkatkan jumlah lanjut usia
4. Pemerataan pelayanan kesehatan
5. Kewajiban Pemerintah terhadap orang cacat dan jompo
6. Perkembangan ilmu :
a. Gerontologi
b. Geriatri
7. Program PBB
8. Konferensi Internasional di WINA tahun 1983.
9. Kurangnya jumlah tempat tidur rumah sakit
10. Mahal obat-obatan
11. Tahun Lanjut Usia Internasional 1 Oktober 1999
2. Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
adukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhaadap segala sesuatu yang asing, sebagai penamung rahasia yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknnya memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk
menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat
harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat
harus dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh
pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar
dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa pua dan bahagia.
3. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka.
Pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang
dihadapinya adalh mahluk social yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia dan
lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia
untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi,
menonton film, atau hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti
menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat
disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya
dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan
para klien lanjut usia.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien lanjut
usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang
menghadapi kematian, DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali
menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh berbagai macam
factor, seperti tidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit /
penderitaan yang sering menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan
keluarga / lingkungan sekitarnya.
Meliputi aspek :
a. Fisik
Wawancara
1. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
2. Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
3. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
4. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
5. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
6. Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
7. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
8. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
9. Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
2. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu :
a) Head to tea
b) Sistem tubuh
b. Psikologis
1. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
2. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
3. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
4. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
5. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
6. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
7. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
8. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
c. Sosial ekonomi
1. Darimana sumber keuangan lanjut usia
2. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
3. Dengan siapa dia tinggal.
4. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
5. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
6. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
7. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
8. Seberapa besar ketergantungannya.
9. Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang
ada.
d. Spiritual
1. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
2. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
3. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
4. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
a. Mungkn serendah 95° F(hipotermi) ±35°C.
b. Lebih teliti di periksa di sublingual.
2. Pulse (denyut nadi)
a. Kecepata, irama, volume.
b. Apikal, radial, pedal.
3. Respirasi (pernapasan)
a. Kecepatan, irama, dan kedalaman.
b. Tidak teratutnya pernapasan.
4. Tekanan darah
a. Saat baring, duduk, berdiri.
b. Hipotensi akibat posisi tubuh.
5. Berat badan perlahan – lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.
6. Tingkat orientasi.
7. Memori (ingatan).
8. Pola tidur.
9. Penyesuaian psikososial.
Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
a. Tidak semua orang mnjadi snile
b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
a. Jangan di tes depan jendela
b. Pergunakan tangan atau gambar
c. Cek kondisi mata
6. Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
7. Ketajaman pendengaran
a. Apakajh menggunakan alat bantu dengar
b. Tinutis
c. Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri.
Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema
Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi
Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
3. Frekwensi, tekanan, desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
a. Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
b. Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
Psikososial
1. Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Fisik / Biologi
B. Psikososial
1. Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
2. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
3. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
4. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
5. Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara tepat.
6. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
C. Spiritual
1. Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
2. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian.
3. Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
4. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
ibadah secara tepat.
D. RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas :
a) Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
b) Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
c) Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
4. Cegah timbulnya masalah-masalah.
5. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
6. Tulis semua rencana dan jadwal.
Perencanaan :
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan
dasar, antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
2. Lingkungan
a) Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkaui.
b) Letakkan bel didekat klien dan aja rkan cara penggunaannya.
c) Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
d) Letakkan meja kcil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-alat
yang biasa digunakannya.
e) Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
f) Pasang pegangan dikamar mandi / WC
g) Hindari lampu yang redup / menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100
watt.
h) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan
mata sesaat.
3. Memelihara Kebersihan Diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
a) Penurunan daya ingat
b) Kurangnya motivasi
c) Kelemahan dan ketidak mampuan fisik
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain :
a) Mengingatkan / membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
b) Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung
minyak atau berikan skin lotion
c) Mengingatkan lansia untuk membersihkan telinga, mata, dan gunting kuku
4. Memelihara Keseimbangan Istirahat Tidur
Upaya yang dilakukan, antara lain :
a) enyediakan tempat / waktu tidur yang nyaman
b) Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan
c) Melatih lansia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi
dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi)
d) Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
Masalah umum yang dikemukakan pada lansia adalah daya ingat menurun,
depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan hubungan
interpersonal yang tidak adekuat
Upaya yang dilakukan antara lain :
a. Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
b. Member stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan
dilakukan
c. Menggunakan Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang pada
lansia
d. Memberikan kesempatan pada lansia untuk menekspresikan atau
tanggap terhadap respond an verbal lansia
e. Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lansia
f. Menghargai pendapat lansia
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang kami buat, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Fokus asuhan keperawatan lanjut usia terdiri dari :
a. Peningkatan kesehatan (health promotion)
b.Oencegahan penyakit (preventif)
c.Mengoptimalkan fungsi mental.
d.Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-
6.Jakart EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta :
EGC
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC