Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

POST OP SINUSITIS

A. KONSEP DASR

I. Pengertian

Sinus merupakan suatu organ atau ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri dari
membran mukosa.

Menurut Budisanto, (2009) sinusitis adalah suatu proses peradangan pada mukosa atau
selaput lendir sinus paranasal.

Mansjoer, 1999), Sinusitis adalah radang sinus paranasal. Bila terjadi pada beberapa sinus
disebut multisinusitis, yang paling sering terkena adalah sinus maksila kemudian etmoid,
frontal dan sphenoid.

Sedangkan menurut Charlene J, (2001) menjelaskan sinusitis adalah sebagai


inflamasi/peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal.
Jadi dapat disimpulkan sinusitis adalah suatu penyakit atau kelainan yang menyerang sinus
paranasal.

II. Etiologi
Sinusitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Menurut (Glukman, 1999),
kuman penyebab sinusitis akut tersering adalah streptococcus pneumoniae dan
hemophilus influenza yang ditemukan pada 70 % kasus. Dapat pula disebabkan
oleh rinitis akut, infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut, infeksi gigi
molar (M1, M2, M3) atas, serta premolar (P1, P2) berenang, menyelam, trauma, dan
barotrauma. Faktor predisposisi obstruksi mekanik seperti deviasi septum, benda asing
dalam hidung, tumor, atau polip, juga rinitis alergi, rinitis kronik, polusi lingkungan,
udara dingin dan kering.

III.Manifestasi Klinis
Berdasarkan manifestasi klinis menurut Adams (1997 hal 241) sinusitis dapat dibagi dua
yaitu :
a. Sinusitis Akut
1
1) Sinus Maksilaris : Gejalanya berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang tak
jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Wajah
terasa bengkak, penuh dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, dan
sering kali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk juga terkadang
berbau busuk.
2) Sinusitis etmoidalis : Gejalanya berupa nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata
dan diatas jembatan hidung, drainase dan sumbatan hidung.
3) Sinusitis Frontalis : Gejalanya berupa nyeri kepala yang khas berlokasi diatas alis
dan biasa pada pagi hari dan memburuk pada tengah hari kemudian perlahan-
lahan sampai menjelang malam.
4) Sinusitis Sfenoidalis : Gejalanya berupa nyeri kepala yang mengarah ke verteks
kranium.
b. Sinusitis Kronik.
Gejala sinusitis kronik tidak jelas. Selama eksaserbasi akut, gejala-gejala mirip
dengan gejala sinusitis akut namun diluar masa itu gejala berupa suatu perasaan
penuh pada wajah dan hidung, dan hipersekresi yang sering kali mukopurulen.
IV. Pemeriksaan Penunjang
Transiluminasi adalah pemeriksaan termudah, meskipun kebenarannya diragukan.
Terutama berguna untuk evaluasi penyembuhan, dan pada wanita hamil/untuk
menghindari bahaya radiasi. Bermakna bila hanya salah satu sisi sinus sakit, sehingga
tampak lebih suram dibandingkan sisi yang normal. Penilaian dilakukan dengan
memberikan tanda positif (+) untuk sinus maksila dan sinus frontal.
Pemeriksaan foto rongent yang dibuat, yaitu posisi Waters posteroanterior (PA), dan
lateral. Dengan posisi ini maka sinusitis akan tampak perselubungan atau penebalan
mukosa dan gambaran air fluid level. Dapat dilakukan pemeriksaan kultur kuman dan uji
resistensi dari sekret rongga hidung (Mansjoer, 1999 hal 105).
V. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi
mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Antibiotik pilihan untuk kondisi ini adalah
amoksisilin dan ampisilin. Alternatif bagi pasien yang alergi terhadap penisilin adalah
trimeptoprim/sulfametoksazol (kekuatan ganda). Dekongestan oral atau topikal dapat
saja diberikan. Irigasi juga efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga
memungkinkan drainase rabas purulen. Dekongestan oral yang umum adalah drixoral
(Smeltzer, 2001).
2
Sinusitis akut dapat sembuh spontan atau dapat sembuh hanya dengan pemberian obat.
Sinusitis akut perlu dilakukan operasi jika penderita sakit berat atau telah terjadi
komplikasi atau terjadi akibat kelainan anatomi.
Sinusitis kronik perlu dilakukan operasi disamping dengan pemberian obat. Prinsip
penanganan sinusitis adalah disamping penanganan sinusitisnya juga harus dilakukan
penanganan terhadap penyebabnya. Cara operasi paling mutakhir terhadap sinusitis
adalah dengan metode FESS (Functional Endoscopic Sius Surgery) atau BSEF (Bedah
Sinus Endoskopik Fungsional) (Budisantoso, 2009).

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Menurut Rusari, (2008) pengkajian dari sinusitis adalah :
a. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan.
b. Riwayat Penyakit sekarang : Gejala : Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset,
frekwensinya, riwayat pembedahan hidung atau trauma dan penggunaan obat tetes atau
semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinya , lamanya. Sekret hidung : warna, jumlah,
konsistensi secret, epistaksis, ada tidaknya krusta/nyeri hidung. Riwayat Sinusitis : nyeri
kepala, lokasi dan beratnya, hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca dan gangguan umum
lainnya : kelemahan. Tanda : Demam, drainage, purulen, polip mungkin timbul dan
biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang sampai Pucat,
odema keluar dari hidng atau mukosa sinus, kemerahan dan odema membran mukosa.
Pemeriksaan penunjung : kultur organisme hidung dan tenggorokan, pemeriksaan rongent
sinus
c. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, malaise, dan nyeri
tenggorokan.
d. Riwayat penyakit dahulu :Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan
hidung atau trauma, Pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah menderita sakit
gigi geraham
e. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga klien yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
f. Riwayat Psikososial : Intrapersonal yaitu perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih),
interpersonal : hubungan klien dengan orang lain sangat baik.
g. Pola fungsi kesehatan

3
1) Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat : Untuk mengurangi flu biasanya klien
menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.
2) Pola nutrisi dan metabolisme : biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi
gangguan pada hidung
3) Pola istirahat dan tidur : selama di rumah sakit klien merasa tidak dapat istirahat karena
klien sering pilek
4) Pola Persepsi dan konsep diri : klien sering pilek terus menerus dan berbau
menyebabkan konsepdiri menurun
5) Pola sensorik : daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus
menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
h. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
2) Pemeriksaan fisik data fokus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa merah
dan bengkak).

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Rusari (2008) diagnosa yang timbul adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder
dari peradangan sinus.
b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada sinus.
c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan
menurun sekunder dari peradangan sinus.
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan
sinus.
e. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis (operasi)

3. Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder
peradangan sinus.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas tidak
lagi melalui mulut.

4
Intervensi :
1) Kaji penumpukkan sekret yang ada.
Rasional : Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
2) Kaji pasien untuk posisi semi fowler, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk
pada sandaran tempat tidur.
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi.
3) Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
4) Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.

b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada sinus.


Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang,
klien tidak menyeringai kesakitan

Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2) Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya. Rasional : Dengan
mengetahui sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri.
3) Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila
mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang.
4) Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien.
Rasional : Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
5) Kolaborasi untuk penggunaan analgetik.
Rasional : Dapat mengurangi nyeri.

c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus


makan menurun sekunder dari peradangan sinus.
5
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi :
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat kesulitan makan, evaluasi berat
badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesulitan klien dan tindakan yang harus dilakukan.
2) Auskultasi bunyi usus.
Rasional : Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan mobilitas gaster
dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukkan
cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
3) Beri perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan
tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan
dan dapat membuat mual muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.

d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu, nyeri sekunder


peradangan sinus.
Tujuan : Istirahat tidur kembali normal.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu. Klien
dapat tidur 6 sampai 8 jam setiap hari.

Intervensi :
1) Kaji kebutuhan tidur klien.
Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
2) Ciptakan suasana yang nyaman.
Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang
3) Anjurkan klien bernafas lewat mulut.
Rasional : Pernafasan tidak terganggu.
4) Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.
Rasional : Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung.

6
e. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan
prosedur tindakan medis (operasi).
Tujuan : Cemas klien berkurang.
Kriteria Hasil : Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
dan klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta
pengobatannya.

Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional : menentukan tindakan berikutnya.

2) Jelaskan atau kuatkan penjelasan proses penyakit individu.


Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana
pengobatan.
3) Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
Rasional : Pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai
efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat.
4) Diskusikan faktor individu yang meningkat kondisi, misalnya udara terlalu kering,
angin, lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap, sprei aerosol, dan polusi udara.
Rasional : Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan atau meningkatkan iritasi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data pasien
Nama : Tn. A
Umur : 15 th
Diagnosa medis : Sinusitis
Tindakan : Operasi
Ruang : Ruang bedah
No. Register :-
Tanggal : 27 Juni 2011
7
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Serba Jaman
dr. Operator :dr. Indrawadi
dr. Anastesi :dr, Kurniawan, Sp. An

2. Pengkajian
Klien tiba di ruang operasi dengan : IV ( Infus )
Alergi : Tidak
Penampilan kulit : Normal
Kondisi emosi : Cemas
Jenis anastesi : Umum
Jenis operasi : Bersih terkontaminasi
Posisi tangan : Telentang
Catheter : Tidak
Disinfeksi : Betadin dan Alkohol
Monitor anastesi : ya
Mesin anastesi : ya
Tourniquet : tidak
Mulai ; 12.00 s/d 12.30 WIB
Cairan : RL
Tampon : 2 kassa setelah operasi
Masuk RR jam : 13. 45 WIB
Tanda vital : TD : 110/ 70 mmHg
RR : 20 x/menit
Temp : 37 C
Puls : 73 x/menit
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Apatis
Pernafasan : Tidak teratur
Sirkulasi : Merah muda
Tugor kulit : tidak
Mukosa mulut : Kering
Extrimitas : Hangat
8
Posisi : Telentang
Cairan draiin : Tidak

3. Riwayat kesehatan
Data Subjektif
a. Pasien mengatakan nyeri pada daerah operasi
b. Pasien mengatakan susah bernafas melalui hidung
c. Susah tidur

Data Objektif
a. Ekspresi wajah meringis
b. Jalan nafas tidak efektif
c. Lemah
d. OS sering terbangun

Riwayat penyyakit kelluarga


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami atau menderita penyakit
yang sama dengan klien dan tidak mengalami penyakit keturunan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung
terhadap post operasi paradangan sinus.
2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri
dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan
sinus.

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung
terhadap post operasi peradangan sinus.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas tidak
lagi melalui mulut.

Intervensi :

9
a. Kaji penumpukkan sekret yang ada.
Rasional : Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
b. Kaji pasien untuk posisi yang lebih aman, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi.
c. Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
d. Dorong/bantu latihan nafas.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.

2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri
dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 ( nyeri sedang).
Tujuan : Rasa nyeri berkurang.
Kriteria hasil : skala nyeri 0, bengkak hilang, keadaan umum membaik, ekspresi wajah
tenang.

Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.
b. Atur posisi yang nyaman.
Rasional : posisi tidur yang menyenangkan akan memberi rasa nyaman pada pasien.
c. Alihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien mengobrol.
Rasional : Untuk mengurangi nyeri.
d. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila
mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang.
e. Kolaborasi analgetik anti piretik.
Rasional : untuk menghilangkan rasa nyeri.

3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan
sinus.
Tujuan : Istirahat tidur kembali normal.
10
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu. Klien
dapat tidur 6 sampai 8 jam setiap hari.

Intervensi :
a. Kaji kebutuhan tidur klien.
Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
b. Ciptakan suasana yang nyaman.
Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang.
c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut.
Rasional : Pernafasan tidak terganggu.
d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.
Rasional : Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung

D. Implementasi dan Evaluasi.


Implementasi pada hari pertama pada tanggal ……………….. untuk diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung
terhadap operasiperadangan sinus dan tindakan yang dilakukan adalah mengkaji /
memantau frekuensi kedalam dan kemudahan bernafas, mengatur posisi pasien yang lebih
aman, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandarang tempat,
kolaborasi untuk penggunaan analgetik.

Evaluasi tanggal
S: Klien mengatakan sulit bernafas.
O : Sulit bernafas, adanya sekret, dan pernapasan 20 x/menit.
A : masalah belum teratasi
P: tindakan dilanjutkan

Implementasi pada hari pertama pada tanggal ……….. untuk diagnosa nyeri berhubungan
dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi wajah
meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang). tindakan yang dilakukan adalah mengukur
tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine, mengatur posisi
yang nyaman dan mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien
mengobrol, kolaborasi untuk penggunaan obat anti nyeri ( Injeksi Tramadol 1 ampul/8
jam).
11
Evaluasi tanggal
S : Pasien mengatakan nyeri dibagian hidung.
O : Klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5
(nyeri sedang).
A : Masalah belum teratasi
P : Tindakan dilanjutkan

Implementasi pada hari pertama pada tanggal …………………. untuk diagnosa gangguan
istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan hidung
tindakan yang dilakukan adalah Kaji kebutuhan klien dan ciptakan suasana yang nyaman.

Evaluasi
S : Pasien mengatakan sulit beristirahat
O : Keadaan umum lemah, klien sering terbangun.
A : Masalah belum teratasi
P : Tindakan dilanjutkan

12

Anda mungkin juga menyukai