Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

SINUSITIS

DISUSUN OLEH :

KHODADAD AZIZI

010318496

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2022
A. Definisi
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lender sinus
paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau
kerusakan tulang di bawahnya. Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang terdapat pada
tulang-tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus etmoid (pangkal
hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sfenoid (di belakang sinus etmoid).
(Efiaty, 2007).
Sinusitas didefinisikan sebagai inflamasi/ peradangan pada satu atau lebih dari sinus
paranasal. Sinus adalah suatu rongga/ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri
dari membran mukosa. Meskipun tipe sinusitis akut yang sering terjadi adalah
disebabkan oleh virus dan alergi akan tetapi diagnosa sinusitis fungal atau bacterial yang
akurat sangatlah penting bagi kebaikan pasien dan pencegahan komplikasi yang mungkin
terjadi, seperti sinusitis kronis atau menyebarkan infeksi ke tempat lain (misalnya
meningitis).
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi, infeksi
virus, bakteri dan jamur. Sinusitis biasa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang
ada (Cangjaya, 2002). Fungsi sinus adalah sebagai bilik personansi saat bicara. Sinus
menjadi tempat terjadinya infeksi.
Sinusitis mencakup proporsi yang tinggi dalam infeksi saluran pernafasan atas. Jika
ostium ke dalam nasal bersih, infeksi akan hilang dengan cepat. Namun demikian bila
drainase tersumbat oleh septum yang mengalami penyimpanan atau oleh turbinasi yang
mengalami hipertrofi, taji atau polips, maka sinusitis akan menetap sebagai pencetus
infeksi sekunder atau berkembang menjadi suatu proses supurative akut.
Sinusitis dibagi menjadi :
1. Akut (berlangsung kurang dari 4 minggu)
2. Kronik (berlangsung lebih dari 12 minggu)

B. Etiologi
Sinus paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang dialirkan ke
dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, ke arah tenggorokan untuk
ditelan ke saluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya aliran
lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara garis
besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu :
1. Faktor Lokal adalah semua kelainan pada hidung yang dapat mengakibatkan
terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda
asing, iritasi polutan dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput
lendir).
2. Faktor Sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis;
antara lain gangguan daya tahan tubuh (Diabetes, AIDS), penggunaan obat-obat
yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung.

C. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi
antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM
letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling
bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi
tekanan negative di dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-
mula serous. Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya
sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik
untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini disebut
sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic. Jika terapi tidak
berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia
dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai
siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu
hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin
diperlukan tindakan operasi.
Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi
rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8
minggu. Sedangkan Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai
4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih  dari 3 bulan.
Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis
akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi
harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut
adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan
moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%).
Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang
ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
D. Pathway
Mukosa Meningkatkan Sekresi Mukus Berlebihan
Yang Sangat Lengket

Rasa Tidak Nyaman Karena Hidung Tersumbat

Kualitas tidur terganggu/ tidur tidak nyenyak

Gangguan Istirahat Tidur

Krisis Situasional
Ketidak Efektifan

Bersihan jalan
Ancaman Terhadap Konsep Diri
Napas

Kekhawatiran Mengalami Kegagalan

Prosedur Pembedahan
Nyeri Akut
Ansietas Suhu pra – operasi rendah

Suhu lingkungan rendah

Transfer panas

Risiko Hiportermia
Perioperatif
E. Manifestasi Klinis
1. Sinusitis Akut
Sinusitis akut sering terjadi sebagai akibat infeksi traktus respiratorius atas,
terutama infeksi virus atau eksaserbasi rhinitis alergika. Manifestasi klinis sinusitis
akut :
a) Nyeri diatasi area sinus
Nyeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena, yaitu :
- Sinusitis maksilaris : nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi, sakit kepala.
- Sinusitis frontalis : sakit kepala di dahi.
- Sinusitis etmoidalis : nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di
dahi, nyeri tekan di pinggiran hidung, berkurangnya indera penciuman dan
hidung tersumbat.
- Sinusitis sfenoidalis : nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa
dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang atau kadang
menyababkan sakit telinga dan leher
b) sekresi nasal yang purulent
2. Sinusitis Kronik
Sinusitis kronik biasanya disebabkan oleh obstruksi hidung kronik akibat rabas
dan edema membrane mukosa hidung. Manifestasi klinis sinusitis kronik yaitu :
a) Batuk, karena tetesan konstan rabas kental kea rah nasofaring
b) Sakit kepala kronis pada daerah periorbital
c) Nyeri wajah, yang paling menonjol saat bangun tidur pada pagi hari
d) Keletihan
Gejala yang lainnya adalah :
1. Hidung tersumbat
2. Hiposmia/anosmia
3. Halitosis

F. Pemeriksa Penunjang
1. Rinoskopi anterior : Mukosa merah, mukosa bengkak, mukosa di meatus medius
2. Rinoskopi posterior : Mukopus nasofaring
3. Nyeri tekan pipi sakit
4. Transiluminasi : kesuraman pada sisi sakit
5. X foto sinus paranasalis: Kesuraman, gambaran “airfluidlevel”, penebalan muka

G. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi,dan
menghilangkan penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif dan
pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari :
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersih dengan kelembaban yang
ideal 45-55%
2. Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu
3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari pada
5harikarena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis redikamentosa. Selain itu
pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar,dan
kering karena arthofi mukosa dan kerusakan silia
5. Antihistamin jikaada factor alergi
6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis media
kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita atau komplikasi abses
intracranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran sinus paranasalis
yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan
dengan alat sinoskopi (1-“ESS= fungsional endoscopic sinus surgery). Tekhnologi ballon
sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis. Tekhnologi ini, sama dengan balloon
Angioplasty untuk menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel)
untuk membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan Sinus yang
normaldan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secaraperlahan
mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa
merusak jalur sinus.

H. Data Fokus
1. Data Objektif
a) Demam, drainage ada : Serous, Mukppurulen, Purulen
b) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang
mengalami radang → Pucat, Odema keluar dari hidng atau mukosa sinus
c) Kemerahan dan Odema membran mukosa
d) Pemeriksaan penunjung :
- Kultur organisme hidung dan tenggorokan
- Pemeriksaan rongent sinus.
2. Data Subjektif
a) Observasi nares :
- Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya
- Riwayat pembedahan hidung atau trauma
- Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya ,
lamanya
b) Sekret hidung :
- warna, jumlah, konsistensi secret
- Epistaksis
- Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.
c) Riwayat Sinusitis :
- Nyeri kepala, lokasi dan beratnya
- Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.
d) Gangguan umum lainnya : kelemahan

I. Pengakajian

a. Identitas klien dan keluarga

Nama, umur, TTL, nama ayah / ibu. Pekerjaan ayah / ibu, agama, pendidikan,
alamat.
b. Keluhan utama

Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,


kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan

Prenatal : ibu Selma hamil pernah menderita penyakit berat, pemeriksaan


kehamilan barapa kali, kebiasaan pemakaian obat – obatan dalam jangka waktu
lama.
Intranasal : usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang dan berat
badan waktu lahir.
Postnatal : keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post partun akibat
tindakan misalnya forcep, vakum dan pemberian ASI.
d. Riwayat kesehatan dahulu

i. Adaya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.

ii. Adanya riwayat trauma, perdarahan

iii. Adanya riwayat demma tinggi.

iv. Adanya riwayat penyakit ISPA.

e. Keadaan kesehatan saat ini

Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah,


diaphoresis, takikardi dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat keluarga

i. Riwayat anemia dalam keluarga.

ii. Riwayat penyakit – prnyakit seperti : kanker, jantung, hepatitis, DM,


asthma, penyakit – penyakit insfeksi saluran pernafasan.

J. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi mukus
berlebihan yang sangat lengket
2. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit (kesulitan bernapas), perubahan
dalam status kesehatan (eksudet purulen)
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu., nyeri sekunder
peradangan hidung
4. Risiko Hipotermia Perioperatif berhubungan dengan Suhu lingkungan rendah
5. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen pencedera fisik

Anda mungkin juga menyukai