Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SINUSITIS

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
inusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia,
hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari
ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi
sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk),
pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada
sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering
gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan
akan meimbulkan masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien (gangguan
prostat) bagi laki-laki.
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat
kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh
alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan
perubahan-perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44
penderita sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%)
memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada
kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan
seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah
(87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis
akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang
patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya
tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak
kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya
sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal
berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak
menyakitkan, relatif aman dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit
(tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi
yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat
ditentukan.

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan mahsiswa melakukan AsuhanKeperawatan Post Operasi Sinusitis
adalah :

2
1. Tujuan Umum :
- Memenuhi tugas yang di targetkan dalam praktek profesi ners stase
Keperawatan Bedah,.
- Mengetahui AsuhanKeperawatan Post Operasi Sinusitis secara
keseluruhan
2. TujuanKhusus :
- Mahasiswa dapat memahami definisi sinusitis.
- Mahasiswa apat mengetahui manifestasi klinis dari sinusitis.
- Mahasiswa apat mengetahui etiologi dari sinusitis.
- Mahasiswa dapat memahami patofisiologi dari sinusitis.
- Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang perlu
dilakukan pada penderita sinusitis.
- Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan dari sinusitis.
- Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari sinusitis.
- Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
pada penderita sinusitis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Sinusitis adalah : merupakan penyakit infeksi sinus yang
disebabkan oleh kuman atau virus
Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek
dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab
gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia. Sinusitis umumnya
disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Bila
mengenai beberapa sinus disebut multisinus, sedangkan bila mengenai
semua sinus paranasal disebut pansinusitis
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal.
Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut
rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang
merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi
bakteri.

B. ETIOLOGI
Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau
kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat
berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).

4
1. Penyebab sinusitis akut:
a. Infeksi virus.
Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya pilek).
b. Infeksi Bakteri.
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang
dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika
sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus
tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri
yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan
menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c. Infeksi jamur.
Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis
akut, Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan
sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada orang-
orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi
terhadap jamur. Peradangan menahun pada saluran hidung. Pada
penderitarinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian
pula halnya pada penderita rinitis vasomotor.Sinusitis akut lebih
sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan
penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).

2. Penyebab sinusitis kronis:


a. Asma
b. Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
c. Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun
pembuangan lendir.
Rinogen : Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang
disebabkan oleh : Rinitis Akut (influenza), Polip, septum deviasi
Dentogen : Penjalaran infeksidari gigi geraham atas.
Kuman penyebab :

5
- Streptococcus pneumoniae
- Hamophilus influenza
- Steptococcus viridans
- Staphylococcus aureus
- Branchamella catarhatis
Tanda dan Gejala
1. Nyeri tekan daerah sinus saat dipalpasi.
2. Suhu subfebril
3. Nyeri tenggorok
4. Nyeri kepala
5. Tidak nafsu makan

C. MANIFESTASI KLINIK
a). Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m
nyeri tekan, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang
berbau dan bercampur darah.
b). Sinusitis etmoid akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua
mata, dan pusing.
c). Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi
berkurang setelah sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
d). Sinusitis sphenoid akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di
nasofaring
e). Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain
misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan
sering demam.

6
D. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada Sinusitis adalah :
a). Sepsis
b). Abses peritonsilar
c). Otitis media
d). Meningits
e). Abses otak
f). Osteomielitis
g). Kelainan orbita. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis
akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa
komplikasi orbita atau intracranial.Kelainan orbita disebabkan oleh
sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita).
Kelainan orbita tersebut meliputi
(1) Edema palpebra.
(2) Selulitis orbita.
(3) Abses subperiosteal.
(4) Abses orbita.
(5) Trombosis sinus kavernosus.
h). Kelainan intrakarnial
(1) Miningitis
(2) Abses ekstradural
(3) Abses subdural
(4) Abses otak
(5) Trombosis sinus kavernosus
i). Kelainan sinus pransal & kelainan paru-paru
Kelainan sinus pranasal disertai dengan kelainan paru-paru disebut
sinobronkitis. Kelainan paru-paru ini berupa :
a) Bronkitis kronis
b) Bronkiektasis
c) Asma bronkial

7
E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
a) Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium
sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di
dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimikrobial
dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila
terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu
sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat.
Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi
ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-bakterial dan biasanya
sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus
merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri.
Sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis
akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi),
inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob
berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan
rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan
mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau
pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin
diperlukan tindakan operasi.
Perubahan patologik yang terjadi dalam mukosa dan dinding
tulang sinus saat berlangsungnya peradangan supuratif ialah
seperti yang biasa terjadi dalam rongga yang dilapisi mukus.
Ada 4 tipe yang berbeda dari infeksi hidung sinus: kongestif akut,
purulen akut, purulen kronik, dan hiperplastik kronik.
Penyakit sinus supuratif kronik dapat diklasifikasikan secara
mikroskopik sebagai 1) edematous, 2) granular dan infiltrasi, 3)

8
fibrous, dan 4) campuran dari beberapa atau semua bentuk ini.
Sering terjadi perubahan jaringan penunjang, dengan penebalan di
lapisan subepitel. Penebalan ini di dalam struktur seluler terdiri
dari timbunan sel-sel spiral, bulat, bentuk bintang, plasmosit,
eosinofil, dan pigmen.
Perubahan yang terjadi dalam jaringan dapat disusun seperti di
bawah ini, yang menunjukan perubahan patologik pada umumnya
secara berurutan:
1. Jaringan submukosa diinfiltrasi oleh serum, sedangkan
permukaannya kering. Leukosit juga mengisi rongga
jaringan submukosa.
2. Kapiler berdilatasi, dan mukosa sangat menebal dan merah
akibat edem dan pembengkakan struktur subepitel. Pada
stadium ini biasanya tidak ada kelainan epitel.
3. Setelah beberapa jam atau sehari dua hari, serum dan leukosit
keluar melalui epitel yang melapisi mukosa, kemudian
bercampur dengan bakteri, debris epitel, dan mukus. Pada
beberapa kasus, perdarahan kapiler terjadi, dan darah
bercampur sekret. Sekret yang mula-mula encer dan sedikit
kemudian menjadi kental dan banyak, karena terjadi
koagulasi fibrin dari serum.
4. Pada banyak kasus, resolusi dengan absorpsi eksudat dan
berhentinya pengeluaran leukosit memakan waktu 10-14 hari.
5. Akan tetapi pada kasus lain, peradangan berlangsung dari tipe
kongesti ke tipe purulen, leukosit dikeluarkan dalam jumlah
yang besar sekali. Resolusi masih mungkin, meskipun tidak
selalu terjadi, karena perubahan jaringan belum menetap.
Kecuali proses segera berhenti, perubahan jaringan akan
menjadi permanen, maka terjadi keadaan kronis. Tulang
dibawahnya dapat memperlihatkan tanda oeteitis dan akan
diganti dengan nekrosis tulang.

9
Perluasan infeksi dari sinus ke bagian lain dapat terjadi: 1)
melalui suatu tromboflebitis dari vena yang perforasi; 2)
perluasan langsung melalui bagian sinus yang ulserasi atau
nekrotik; 3) dengan terjadinya defek; dan 4) melalui jalur
vaskuler dalam bentuk bakteremia.
Pada sinusitis kronik, perubahan permukaan mirip dengan
peradangan akut supuratif yang mengenai mukosa dan jaringan
tulang lainnya. Bentuk permukaan mukosa dapat granular,
berjonjot-jonjot, penonjolan seperti jamur, penebalan seperti
bantal, dan lain-lain. Pada kasus lama terdapat penebalan
hiperplastik. Mukosa dapat rusak pada beberapa tempat akibat
ulserasi, sehingga tampak tulang yang licin dan telanjang, atau
dapat menjadi lunak atau kasar akibat karies. Pada beberapa
kasus, didapati nekrosis dan sekuestrasi tulang, atau mungkin ini
telah diabsorpsi. Pemeriksaan mikroskop pda bagian mukosa
kadang-kadang memperlihatkan hilangnya epitel dan kelenjar,
yang digantikan oleh jaringan ikat. Ulserasi pada mukosa sering
dikelilingi oleh jaringan granulasi, terutama jika ada nekrosis
tulang. Jaringan granulasi dapat meluas ke periosteum, sehingga
mempersatukan tulang dengan mukosa. Jika hal ini terjadi, bagian
superfisial tulang diabsorpsi sehingga menjadi kasar. Osteofit,
atau kepingan atau lempengan tulang, yang terjadi akibat eksudasi
plastik, kadang-kadang terbentuk di permukaan tulang.
b) Pathway

10
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang pada Sinusitis adalah
1. Pemeriksaan dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan
naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan
dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusistis
maksila dan etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada
sinusitis etmoid posterior dan sphenoid).
Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering
ada pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.
2. Pemerikasaan penujang yang penting adalah : Rontgen,foto polos atau
CT scan. Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya
mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan
frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara, cairan (air
fluid level) atau penebalan mukosa.

11
3. Kultur
Kultur tenggorok mungkin dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme yang bertanggungjawab terjadinya faringitis dan adannya
infeksi saliran pernafasan bawah.MRI dilakukan untuk menentukan
keluasan infeksi dalam sinusitis.
4. Biopsi
Dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring,
laring dan saluran hidung.

G. PENATALAKSANAAN
a. Drainage
Medical :
Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)
Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg
Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
b. Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :
Ampisilin 4 X 500 mg
Amoksilin 3 x 500 mg
Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
Diksisiklin 100 mg/hari.
c. Simtomatik
Parasetamol., Metampiron 3 x 500 mg.
d. Untuk kromis adalah :
Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20)
Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Riwayat Keperawatan :
Dalam pengkajian riwayat keperawatan yang perlu di ketahui adalah :

12
(1) Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan.
(2) Keluhan utama : penderita mengeluh nyeri kepala sinus, malaise,
dan nyeri tenggorokan.
(3) Riwayat Penyakit sekarang : bernafas melalui mulut, kapan,
onset, frekwensinya, riwayat pembedahan hidung atau trauma.

(4) Riwayat penyakit dahulu :Pasien pernah menderita penyakit akut


dan perdarahan hidung atau trauma, Pernah mempunyai riwayat
penyakit THT, Pernah menderita sakit gigi geraham
(5) Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga klien yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit
klien sekarang.
b) Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
Pada pengkajian pola kesehatan fungsional data yang diperlukan
adalah : pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola metabolik,
pola eliminasi, pola aktifitas dan latihan, pola istirahat, pola kognitif –
perseptual, polapersepsi konsep diri,pola hubungan peran, pola
seksualitas reproduksi, pola mekanisme koping, pola nilai dan
keyakinan.
c) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu di peroleh data keadaan/ penampilan
umum dan pemeriksaan head to toe.
1) Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
2) Pemeriksaan fisik data fokus hidung : nyeri tekan pada sinus,
rinoskopi (mukosa merah dan bengkak).
d) Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah pemerikasaan
darah rutin, masa perdarahan dan masa pembekuan.
e) Terapi Medis

13
Terapi medis klien post operasi Sinusitis adalah Dekongestan lokal :
Efedrin 1%(dewasa), ½%(anak). Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X
60 mg. Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :
Ampisilin 4 X 500 mg, Amoksilin 3 x 500 mg,
Sulfametaksol = TMP (800/60) 2 x 1tablet,Diksisiklin 100 mg/hari.
Simtomatik : Parasetamol., Metampiron 3 x 500 mg.
Untuk kromis adalah : Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20)
Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)
2. Diagnosa Keperawatan
Post Operasi :
(1) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens cedera fisik
(prosedur pembedahan)
(2) Resiko infeksi (00004) berhubungan dengan prosedur infasif.
(3) Ketidak seimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh (00163)
berhubungan dengan kurang asupan makan.
(4) Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan nyeri

14
3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan danKriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen Nyeri (1400)
berhubungan dengan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan Intervensi :
agens cedera fisik tidak ada masalah tentang nyeri dengan skala a. Kaji tingkat nyeri, meliputi : lokasi,
(prosedur pembedahan) target outcame dipertahankan pada skala 3 karakteristik, dan onset, durasi,
ditingkatkan ke 5 frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya
NOC : Kepuasan Klien : Manajemen Nyeri nyeri, faktor-faktor presipitasi
(3016) b. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang
Kriteria hasil : dapat mempengaruhi respon pasien
a. Nyeri terkontrol (5) terhadap ketidaknyamanan
b. Tingkat nyeri dipantau secara a. c. Berikan informasi tentang nyeri
reguler (5) b. Ajarkan pasien untuk melakukan
c. Efek samping obat terpantau terknik non-farmakologi untuk
(5) mengurangi rasa nyeri (distraksi,
d. Mengambil tindakan untuk relaksasi, hipnosis, guided imagery,
mengurangi nyeri (5) terapi musik, dan massage)
e. Mengambil tindakan untuk c. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
memberikan kenyamanan (5) d. Turunkan dan menghilangkan faktor
Skala : yang dapat meningkatkan nyeri

15
1) Tidak puas Analgetik Administration
2) Agak puas a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
3) Cukup puas dan derajat nyeri sebelum pemberian
4) Sangat puas obat
5) Sepenuhnya puas b. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
c. Berikan analgetik yang tepat sesuai
dengan resep
d. Catat reaksi analgetik dan efek buruk
yang ditimbulkan

Mengecek instruksi dokter :


a. Tentang jenis obat,dosis,dan
frekuensiLakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
b. Ajarkan teknik non farmakologi dengan
distraksi / latihan nafas dalam.
c. Berikan analgesik yang sesuai.

16
d. Observasi reaksi non verbal dari
ketidanyamanan.
e. Tingkatkan istirahat pasien.
2 Resiko infeksi (00004) Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Kontrol Infeksi (6540)
berhubungan dengan kontrol infeksi selama 3 x 24 jam diharapkan Intervensi :
prosedur infasif. tidak ada infeksi dengan skala target outcame a. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan
dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke 5 benar.
NOC : Kontrol Resiko (1902) b. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci
Kriteria hasil: tangan.
a. Dapat memonitor faktor resiko c. Lakukan perawatan aseptik pada semua
b. Dapat memonitor perilaku individu yang jalur IV.
menjadi faktor resiko d. Lakukan teknik perawatan luka yang
c. Mengembangkan keefektifan strategi untuk tepat.
mengendalikan infeksi.
d. Memodifikasi gaya hidup untuk
mengurangi faktor resiko.
Keterangan Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan

17
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan
3 Ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen Nutrisi (1100)
nutrisi, kurang dari manejemen nutrisi selama 3 x 24 jam Intervensi :
kebutuhan tubuh diharapkan tidak ada masalah nutrisi,dengan a. Identifikasi adanya intoleransi makanan
(00163) berhubungan skala target outcame dipertahankan pada skala yang dimiliki klien
dengan kurang asupan 3 ditingkatkan ke 5 b. Tentukan apa yang menjadi preferensi
makan NOC : Status Gizi (1004) makanan bagi pasien.
Kriteria hasil : c. Ciptakan lingkungan yang optimal pada
a. Adanya peningkatan asupan gizi saat mengkomsumsi makananan.
b. Adanya peningkatan asupan makanan d. Pastikan makanan yang
c. Adanya peningkatan energi disajikandengan cara yang menarik dan
d. Adanya hidrasi. pada suhu yang cocok untuk komsumsi
Skala : secsrs optimal.
1) Sangat menyimpang dari rentang normal. e. Yakinkan diet yang dimakan
2) Banyak menyimpang dari rentang normal. mengandung tinggi serat untuk
3) Cukup menyimpang dari rentang normal. mencegah konstipasi.
4) Sedikit menyimpang dari rentang f. Informasikan pada klien dan keluarga
normal. tentang manfaat nutrisi
5) Tidak menyimpang dari rentang normal. g. Monitor mual, muntah dan monitor

18
turgor kulit
h. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.

4 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen jalan Nafas (3140)
nafas berhubungan manejemen nutrisi selama 3 x 24 jam Intervensi :
dengannyeri diharapkan tidak ada masalah nutrisi,dengan a. Posisikan pasien untuk
skala target outcame dipertahankan pada skala memaksimalkan ventilasi.
3 ditingkatkan ke 5 b. Gunakan teknik yang
NOC : Status Pernafasan (0415) menyenangkan untuk memotivasi
Kriteria hasil : bernafas dalam.
a. Frekuensi pernafasan c. Posisikan untuk meringankan sesak
b. Irama Pernafasan nafas
c. Kedalaman Inspirasi d. Monitor status pernafasan .
d. Suara Auskultasi nafas
Skala :
1) Deviasi berat dari kisaran normal.
2) Deviasi yang cukup berat dari kisaran
normal.

19
3) Deviasi sedang dari kisaran normal.
4) Deviasi ringant dari kisaran normal.
5) Tidak ada deviasi berat dari kisaran normal.

20
4. Evaluasi Keperawatan
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap perkembangan konsisi klien yang telah dilakukan
tindakan keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau
tidaknya klien serta pencapaian tujuan dan ketepatan intervensi keperawatan.
Evaluasi menggunakan bentuk SOAP sebagai berikut :
a) S : Data Subjektif (berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis atau wawancara yang merupakan ungkapan
langsung)
b) O: Data Objektif (data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik)
c) A : Analisis dan Interpretasi (berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis,
antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan segera)
(1) Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan dengan
standart yang telah ditetapkan sesuai dengan kriteria hasil.
(2) Tujuan tercapai sebagian jika klien menunjukkan
perubahan sebagian sesuai standert kriteria hasil yang
ditetapkan.
(3) Tujuan tidak tercapai jika klien tidak menunjukkan
perubahan dan kemajuan sama sekali.
d) P : Planing/perencanaan selanjutnya dari hasil analisa dan interpretasi kasus.

21
DAFTAR PUSTAKA

Berman, Audrey; Shirlee J Snyder; Barbara Kozier; Glenora Erb. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta:
EGC.p:414

Bullechek, GM., Butcher HK., Wagner CM.,, Dochterman JM., 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) 6 th edition. St.
Louis: Mosby

Brunner&Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th edition. St. Louis: Mosby.

North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2015-2017.
Philadelphia:Wiley Blackwell.

22
DAFTAR PUSTAKA

Berman, Audrey; Shirlee J Snyder; Barbara Kozier; Glenora Erb. 2009. Buku Ajar
Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta: EGC.p:414

Bullechek, GM., Butcher HK., Wagner CM.,, Dochterman JM., 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th edition. St. Louis: Mosby

Brunner&Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan


Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

http://fkui.firmansriyono.org.com diakses tanggal 11Mei 2017.

http://imammegantara.blogspot.com diakses tanggal 11Mei 2017.

Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th edition. St. Louis: Mosby.

North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Nursing Diagnoses:


Definition & Classification 2015-2017. Philadelphia:Wiley Blackwell.

23
BAB 1

TINJAUAN TEORITIS

1.1 Definisi

Sinusitis akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis
adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah penyakit yang terjadi di
daerah sinus. Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh
kuman atau virus. Sinus itu sendiri adalah rogga udara yang terdapat di area wajah yang
terhubung dengan hidung.

Fungsi dari rongga sinus sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga
pertukaran udara di daeranh hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis yaitu :

1. Sinus Frontal, terletak dibagian tengah dari masing-masing alis

2. sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat di sampig hisung

3. Sinus Ethmooid, terletak di antara mata, tepat dibelakang tulang hidung

4. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan di belakang mata

Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut
dengan cilia. Fungsi cilia ini adalah untuk mendorong lender yang diproduksi didalam
sinus menuju kesaluran parnafasan. Gerakan cilia mendorong lender ini berguna untuk
membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organism yang mungkin ada. Ketika
lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender terperangkap di rongga sinus dan
menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Jadi sinusitis terjadi apabila terjadi peradangan
didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lender terperangkap dirongga sinus
dan menadi tempat tumbuhya bekteri.

Sinusitas sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

24
ü Sinusitas Akut : gejala dirasakan selama 2-8 minggu

ü Sinusitas Kronis : biasanya gejala dirasakan lebih dari 8 minggu.

1.2 Anatomi dan fisiologi

Gambar anatomi pada sinus paranasal

Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan
sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-
tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai
muara ke rongga hidung.

Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan
perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus
frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat anak lahir, sedangkan sinus frontal
berkembang dari dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8
tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian
postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksila 15-18
tahun.

1.3 Etiologi (Penyebab)

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis
(berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun).

1. Penyebab sinusitis akut:


25
a. Infeksi virus.

Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas
(misalnya pilek).

b. Infeksi Bakteri.

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal
tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat
akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya
akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

c. Infeksi jamur.

Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut, Aspergillus merupakan jamur
yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada
orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur.
Peradangan menahun pada saluran hidung. Pada penderita

rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya pada penderita rinitis
vasomotor.

Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan
penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).

2. Penyebab sinusitis kronis:

a. Asma

b. Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)

c. Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.

1.4 Manifestasi Klinik

Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita
bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri
tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang
timbul berdasarkan sinus yang terkena:

ü Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit
kepala.

ü Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.


26
ü Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit
kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran
hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.

ü Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan
bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang
menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.

Gejala lainnya adalah:

- tidak enak badan

- demam

- letih, lesu

- batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari

- hidung meler atau hidung tersumbat.

1.5 Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens
dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga
mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan
terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.

Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang
berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan
juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam
rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase
sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai
sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka
sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh
dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis
akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka
keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin
berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi,
polipoid atau pembentukan polip dan kista.

Patoflow

27
1.6. Pemeriksaan Penunjang

1. Rinoskopi anterior :

ü Mukosa merah

ü Mukosa bengkak

ü Mukopus di meatus medius

2. Rinoskopi postorior

ü Mukopus nasofaring

1.7 Penatalaksanaan

1. Drainage

a. Medical :

§ Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)

§ Dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg

b. Surgikal : irigasi sinus maksilaris.

2. Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :

a. Ampisilin 4 x 500 mg

b. Amoksilin 3 x 500 mg

c. Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet

d. Diksisiklin 100 mg/hari

3. Simtomatik

a. Prasetamol, metampiron 3 x 500 mg.


28
4. Untuk kronis adalah :

a. Cabut geraham atas bila penyebab dentogen

b. Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)

c. Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)

Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi
mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri.

Sinusitis akut dapat sembuh spontan atau dapat sembuh hanya dengan pemberian
obat.Sinusitis akut perlu dilakukan operasi jika penderita sakit berat atau telah terjadi
komplikasi atau terjadi akibat kelainan anatomi.

Sinusitis kronik perlu dilakukan operasi disamping dengan pemberian obat.Prinsip


penanganan sinusitis adalah disamping penanganan sinusitisnya juga harus dilakukan
penanganan terhadap penyebabnya.Cara operasi paling mutakhir terhadap sinusitis
adalah dengan metode FESS (Functional Endoscopic Sius Surgery) atau BSEF (Bedah
Sinus Endoskopik Fungsional) (Budisantoso, 2009).

BAB II

KONSEP ASKEP

2.1 Pengkajian

a. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan.

b. Riwayat Penyakit sekarang : bernafas melalui mulut, kapan, onset,


frekwensinya, riwayat pembedahan hidung atau trauma.

c. Keluhan utama : penderita mengeluh nyeri kepala sinus, malaise, dan nyeri
tenggorokan.

d. Riwayat penyakit dahulu :Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan
hidung atau trauma, Pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah menderita sakit
gigi geraham

e. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga klien yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

29
f. Riwayat Psikososial : Intrapersonal yaitu perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih),
interpersonal : hubungan klien dengan orang lain sangat baik.

g. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat : Untuk mengurangi flu biasanya klien
menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.

2) Pola nutrisi dan metabolisme : biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi
gangguan pada hidung

3) Pola istirahat dan tidur : selama di rumah sakit klien merasa tidak dapat istirahat
karena klien sering pilek

4) Pola Persepsi dan konsep diri : klien sering pilek terus menerus dan berbau
menyebabkan konsepdiri menurun

5) Pola sensorik : daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek
terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen)

h. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.

2) Pemeriksaan fisik data fokus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa
merah dan bengkak).

2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi


sekunder dari peradangan sinus.

b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada sinus.

c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus


makan menurun sekunder dari peradangan sinus.

d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder


peradangan sinus.

e. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan


prosedur tindakan medis (operasi)

Rencana Keperawatan

30
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi
sekunder peradangan sinus.

Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.

kriteria hasil: Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien
bernapas tidak lagi melalui mulut.

Intervensi :

1) Kaji penumpukkan sekret yang ada.

Rasional :Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.

2) Kaji pasien untuk posisi semi fowler, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur.

Rasional :Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan


menggunakan gravitasi.

3) Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.

Rasional :Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.

4) Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.

Rasional :Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol


pernapasan.

b. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada luka operasi.

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil : Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau


hilang, klien tidak menyeringai kesakitan

Intervensi :

1) Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.

Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.

2) Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya. Rasional : Dengan
mengetahui sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan
untuk mengurangi nyeri.

3) Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.

31
Rasional : Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila
mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang.

4) Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien.

Rasional : Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.

5) Kolaborasi untuk penggunaan analgetik.

Rasional : Dapat mengurangi nyeri.

c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus


makan menurun sekunder dari peradangan sinus.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan


yang tepat. Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi :

1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat kesulitan makan, evaluasi berat
badan dan ukuran tubuh.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesulitan klien dan tindakan yang harus dilakukan.

2) Auskultasi bunyi usus.

Rasional : Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan mobilitas


gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan
pemasukkan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.

3) Beri perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai
dan tisu.

Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu
makan dan dapat membuat mual muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.

d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu, nyeri sekunder


peradangan sinus.

Tujuan : Istirahat tidur kembali normal.

K Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko


individu dan Klien dapat tidur 6 sampai 8 jam setiap hari.

Intervensi :
32
1) Kaji kebutuhan tidur klien.

Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.

2) Ciptakan suasana yang nyaman.

Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang

3) Anjurkan klien bernafas lewat mulut.

Rasional : Pernafasan tidak terganggu.

4) Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.

Rasional : Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung.

e. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan


prosedur tindakan medis (operasi).

Tujuan : Cemas klien berkurang.

Kriteria Hasil : Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
dan klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta
pengobatannya.

Intervensi :

1) Kaji tingkat kecemasan klien.

Rasional : menentukan tindakan berikutnya.

2) Jelaskan atau kuatkan penjelasan proses penyakit individu.

Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada


rencana pengobatan.

3) Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.

Rasional : Pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang
mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat.

4) Diskusikan faktor individu yang meningkat kondisi, misalnya udara terlalu kering,
angin, lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap, sprei aerosol, dan polusi udara.

Rasional : Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan atau meningkatkan iritasi.

DAFTAR PUSTAKA

33
Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000

Soepardi Efiaty Arsyad, Dkk, 2007, edisi 6, Buku ajar ilmu keperawatan telingahidung
tenggorok kepala dan leher,Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Pracy R., Dkk., 1989,Pelajaran Ringkas Telinga Hidung Dan Tenggorok,Jakarta:Gramedia


Ilmukeperawatan.com

Ramali, Ahmad dkk, 2003,Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan


Istilah,Jakarta:Djambatan

Brunner&Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1&2. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran : EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta: FKUI

Effendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medis

1. Defenisi

Sinusitis adalah suatu keradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga
udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga
sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah
hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu :

a. Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis

b. Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung

c. Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung

d. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata

34
Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut
dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang di produksi
didalam sinus menuju ke saluran pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir ini
berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang
mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan lendir yang ada
tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam rongga sinus.

Jadi sinusitis terjadi karena peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang
menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya
bakteri.

Sinusitis paling sering mngenai sinus maksila (Antrum Highmore), karena merupakan
sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran
sekret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus
maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat
menyebabkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila terletak di meatus medius di
sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.

2. Etiologi

Penyebab-penyebab sinusitis adalah :

a. Infeksi virus

Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian
atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).

b. Bakteri

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal
tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat
akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya
akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

c. Infeksi jamur

Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem
kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.

d. Peradangan menahun pada saluran hidung

Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor.

e. Septum nasi yang bengkok

35
f. Tonsilitis yg kronik

Pada Sinusitis Kronik, yaitu:

1).Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.


2).Alergi

3).Karies dentis ( gigi geraham atas )

4).Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.

5).Benda asing di hidung dan sinus paranasal


6).Tumor di hidung dan sinus paranasal.

3. Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi
antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
kuman yang masuk bersama udara pernafasan.

Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema,
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan
ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa dianggap
sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa
pengobatan.

Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik
untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini disebut
sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.

Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut,
terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini
merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa
menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada
keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.

4. Manifestasi Klinik

a. Sinusitis akut
Gejala objektif : tampak pembengkakan di daerah muka.

36
Gejala subjektif : terbagi atas gejala sistemik, yaitu : demam dan rasa lesu, pusing, ingus
kental di hidung, serta hidung tersumbat.

b. Sinusitis sub akut

Gejala klinisnya sama denga sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya (demam,
sakit kepala hebat, nyeri tekan,) sudah reda.

c. Sinusitis Kronis

Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu
terdapat ingus di tenggorok.

5. Pemerikasaan Penunjang

Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos posisi
Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar
seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara,
cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.

CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila
anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra keseluruhan
dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis
sinusistis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai
panduan operator saat melakukan operasi sinus.

Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.
Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari
meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik lagi bila
diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.

Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui
meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang
sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.

6. Penatalaksanaan

Tujuan terapi sinusitis ialah:

a. Mempercepat penyembuhan

b. Mencegah komplikasi

c. Mencegah perubahan menjadi kronik


37
Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehinggan drenase dan ventilasi
sinus-sinus pulih secara alami.

Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial, untuk
menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa serta membuka sumbatan ostium
sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksilin.

Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat
diberikan amoksilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis
antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada sinusitis
kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman negative gram dan anaerob.

Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti
analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga hidung dengan NaCl atau
pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya
dapat menyebabkan secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan
antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga
merupakan terapi tambahan yang bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika
pasien menderita kelainan alergi yang berat.

Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan operasi


terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan
hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih
memuaskan dan tindakan ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa: sinusitis kronik
yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis kronik disertai kista atau kelainan
yang irreversible; polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.

7. Penyimpangan KDM

8. Kompilkasi

Komplikasi sinusitis . sinusitis dapat menyebabkan :

- Osteomiolitis & Abses subperiosteal

Osteomiolitis dan asbes subperiosteal biasanya akibat frontal dan lebih banyak terjadi
pada usia anak-anak.

Osteomiolitis akibat sinusitis maksila dapat menyebabkan fistula oroantral.

- Kelainan orbita

Kelainan orbita paling banyak disebabkan oleh sinusitis etmoid kemudian berturut-turut
akibat sinusitis frontal dan sinusitis maksila. Penyebaran infeksinya melalui
tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan orbita tersebut meliputi

38
a) Edema palpebra.

b) Selulitis orbita.

c) Abses subperiosteal.

d) Abses orbita.

e) Trombosis sinus kavernosus.

- Kelainan intrakarnial

a) Miningitis

b) Abses ekstradural

c) Abses subdural

d) Abses otak

e) Trombosis sinus kavernosus

- Kelainan sinus pransal & kelainan paru-paru

Kelainan sinus pranasal disertai dengan kelainan paru-paru disebut sinobronkitis.


Kelainan paru-paru ini berupa :

a) Bronkitis kronis

b) Bronkiektasis

c) Asma bronkial

39
B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Obstruksi nares

Ø Riwayat bernafas melalui mulut pada siang dan malam hari,kapan terjadi,lamanya
dan frekuensinya

Ø Riwayat pembedahan hidung atau trauma pada hidung

Ø pengguuna obat tetes atau semprot hidung jenis,jumlah,frekuensi dan lamanya


penggunaan.

b. Secret hidung

Ø Warna:jumlah dan konsistensi secret

Ø Pendarahan hidung (epistaksis) dari satu atau kedua nares

Ø Adanya kusta atau nyeri pada hidung

c. Riwayat sinusitis

Ø Nyeri kepala,lokasi dan beratnya nyeri

Ø Hubungan sinusitis dengan musim tertentu atau cuaca tertentu.

d. Gejala-gejala umum lainya seperti kelemahan

e. Deman dan drainase (serous, mukopurulen)

f. Polip ( pucat, lunak edematous keluar dari nasal atau mukosa sinus) Mungkin
timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami
peradangan.

g. Kemerahan dan edema pada membran mukosa.

2. Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d adanya sekret didalam rongga sinus

b. Nyeri Akut b/d iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi

40
Intra Operasi

a. Resiko Infeksi b/d tindakan pembedahan

Post Operasi

a. Resiko Aspirasi b/d luka insisi pada rongga sinus

3. Rencana Tindakan Keperawatan

N Diagnosa
Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
o
(NANDA)

1 Ketidakefektifan Setelah di lakukan 1.Kaji 1. Mengetahui


bersihan jalan tindakan keperawatan penumpukan tingkat keparahan
nafas b/d 1x3 jam masalah sekret yang dan tindakan
adanya sekret bersihan jalan nafas ada. selanjutnya.
didalam rongga klien dapat teratasi
2.Beri posisi 2. Peninggian
sinus dengan kriteria hasil :
nyaman kepala tempat tidur
(Pre Op) - Klien dapat misalnya : mempermudah
bernafas dengan peninggian fungsi pernapasan
normal kepala tempat dengan
tidur, duduk menggunakan
pada sandaran gravitasi.
tempat tidur.
3. Pencetus tipe
3.Pertahankan reaksi alergi
kebersihan pernapasan yang
lingkungan dari dapat mentriger
debu,asap,dan episode akut.
bulu bantal.
4. Memberikan
4.Bantu latian pasien cara untuk
nafas melalui mengatasi dan
mulut. mengontrol
pernapasan.

2 Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui


iritasi jalan tindakan keperawatan nyeri klien tingkat nyeri klien
nafas atas 1x3 jam nyeri akut dengan dalam menentukan
sekunder akibat klien dapat berkurang Provokatif, tindakan
infeksi atau hilang dengan Quality, Region, selanjutnya
kriteria hasil : Severty, Thine.
2. Untuk

41
(Pre Op) - Mampu mengontrol 2. Alihkan mengurangi nyeri.
nyeri perhatian klien
terhadap nyeri 3. Dengan tekhnik
- Melaporkan nyeri dengan distraksi dan
berkurang mengajak klien relaksasi klien dapat
mempraktekannya
- Nampak rileks mengobrol.
bila mengalami
Tanda vital dalam 3. Ajarkan nyeri sehingga nyeri
rentang normal tekhnik dapat berkurang.
relaksasi dan
4. Untuk
distraksi.
menghilangkan
4. Kolaborasi nyeri.
pemberian obat
analgetik
antipiretik.

3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1.Bersihkan 1.Mencegah


b/d tindakan tindakan keperawatan lingkungan penyebaran bakteri
pembedahan 1x3jam resiko infeksi setelah dipakai
(Intra Op) klien dapat pasien lain 2.Dapat mencegah
dihindari/diminimalisir kontaminasi kuman
2.Gunakan terhadap daerah
dengan kriteria hasil :
pakaian khusus operasi
- Klien bebas dari ruang operasi
3.Posisi klien yang
tanda-tanda infeksi
3.Tidurkan klien tepat dapat
pada meja mengurangi resiko
operasi dengan pasien terjatuh dan
posisi sesuai mempermudah
kebutuhan tindakan operasi

4 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan 1.Monitor 1. Mengkaji


b/d luka insisi tindakan keperawatan tingkat seberapa besar
pada rongga 1x3 jam resiko aspirasi kesadaran, resiko terhadap
sinus klien dapat teratasi batuk dan terjadinya aspirasi.
dengan kriteria hasil ; kemampuan
menelan. 2. Memastikan
- Klien dapat jalan nafas tetap
bernafas dengan 2.Pelihara jalan paten.
mudah nafas.
3. Menyingkirkan
- Pasien mampu 3.Lakukan faktor yang dapat
menelan dan suction jika menghambat
42
mengunyah tanpa diperlukan. jalannya aspirasi.
terjadinya aspirasi.
4.Naikan kepala 4. Mempermudah
30-45 derajat fungsi pernapasan
pada saat dan meminimalisir
berbaring. gangguan aspirasi.

1. Penatalaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah


dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dengan
menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Dalam melaksanakan
keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain dalam tindakan kolaborasi yang
berhubungan dengan pelayanan keperawatan serta berdasarkan atas ketentuan rumah
sakit.

2. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Dari rumusan seluruh rencana keperawatan serta impelementasinya, maka pada tahap
evaluasi ini akan difokuskan pada:

a. Apakah jalan nafas pasien sudah terbebaskan dari sekret?

b. Apakah nyeri yang dirasakan pasien berkurang setelah dilakukan tindakan operasi
?

c. Apakah pasien terhindar dari resiko infeksi pada saat tindakan operasi?

d. Apakh pasien terbebas dari resiko aspirasi ?

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000

Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman
diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya

Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta

43
Amin,H.N.A & Hardi,K. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.Mediaction Jogja.Jogjakarta 2015.

KESIMPULAN

Sinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus paranasal yang sering ditemukan
dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab
gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia. Ada empat pasang sinus paranasal,
mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus
sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga
hidung. Infeksi virus ini, dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin
dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan
mukosa dan merusak silia. Dalam Consensus International tahun 1995 membagi sinusitis
hanya akut dengan batas sampai 8 minggu yang kebanyakan disebabkan
oleh streptococcus pneumonia (30-50%) dan kronik yang lebih disebabkan oleh bakteri
gram negative dan anaerob jika lebih dari 8 minggu.

Saran

Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis, yakni menyebabkan komplikasi
ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan peningkatan serangan asma yang
sulit diobati. Namun komplikasi ini dapat menurun dengan pemberian antibiotic dan
dekongestan sejak dini (awal terjangkitnya sinusitis) untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah komplikasi, dan perubahan menjadi kronik.

44

Anda mungkin juga menyukai