Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sinusitis sebagai inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari sinus
paranasal. Sinus merupakan suatu rongga atau ruang berisi udara dengan
dinding yang terdiri dari membran mukosa.
Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di
dunia. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit
hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat
utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Ini
berhubungan dengan meningkatnya beban kerja yang dialami kalangan
profesi atau jabatan-jabatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup
besar, pada wanita dan individu yang stres, seperti mahasiswa yang sedang
menghadapi ujian.
Berdasarkan angka kesakitan diatas, maka kelompok tertarik untuk
membahas makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien
Sinusitis”

B. TUJUAN UMUM
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan
pada klien Sinusitis dengan menggunakan metode proses keperawatan.

C. TUJUAN KHUSUS
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit sinusitis
2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan sinusitis
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa
4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Sinusitis adalah radang pada rongga hidung (A.K Muda Ahmad.2003)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus
yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid,
sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid1 (Soepardi 2001)
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung, dapat berupa
sinusitis maksilaris atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut
maupun kronik. Dapat mengenai anak yang sudah besar. Pada sinusitis
paranasal sudah berkembang pada anak umur 6-11tahun (Ngstiya 1997)

1
. berbentuk baji (tulang baji)

2
2. ETIOLOGI
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus,
bermacam rhinitis2 terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada
wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum
atau hipertrofi konka3, sumbatan komplek Ostio-maetal (KOM), infeksi
tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada
sindroma Kartagener, dan diluar negri adalah penyakit fibrostik kistik.
Pada anak-anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab
sinusitis sehingga perlu diadakan adenoidektomi untuk menghilangkan
sumbatan dan menyembuhkan rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid
dapat didiagnosa dengan foto polos leher posisi lateral.
Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara
dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Sinusitis Dentogen terjadi
karena penjalaran infeksi dari gigi geraham atas.
Kuman penyebab :
a. Streptococcus pneumonia
b. Hamophilus influenza
c. Steptococcus viridians
d. Staphylococcus aureus
e. Branchamella catarhatis

3. TANDA DAN GEJALA


a. Sinusitis akut
Penderita mula-mula mengeluh hidung tersumbat (pilek-pilek),
sumbatan bertambah berat dan disertai nyeri atau rasa tekanan pada
muka dan ingus purulent4, yang sering kali turun ke tenggorokan
(post nasal drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan

2
. radang selaput lendir hidung
3
. cekungan daun telinga, salah satu antara tiga pasang tonjol dari tulang tapis atau tulang rahang atas
ke dalam rongga hidung.
4
. bernanah (pus)

3
lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena
merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga
terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan
sinusitis maksila, nyeri diantara atau di belakang ke dua bola mata
menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala
menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid, nyeri
dirasakan di vertex, oksipital, belakang bola mata dan daerah
mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-kadang dan nyeri alih ke
gigi dan telinga.
Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia atau anosmia, halitosis5,
post-nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak.
Pada pemeriksaan, penderita tampak mengeluarkan air mata, lidah
kotor, dan sukar menutup mulut. Suhu badan tinggi. Vestibulum
hidung tampak merah dan terdapat ekskoriasis. Selaput lender
hidung tampak bengkak dan sering terlihat nanah cair dari meatus
medius mengalir kebelakang diatas konka inferior dan terus ke
dalam ruang belakang hidung. Gambaran tadi merupakan petunjuk
bagi dokter untuk membuat diagnosa sinusitis akut. Diagnosa
dipastikan dengan beberapa pemeriksaan :
1) Biakan hapusan hidung
2) Radiologi sinus paranasalis
3) Jumlah leukosit dan laju endap darah.
b. Sinusitis kronik
Keluhan sinusitis kronis tidak khas sehingga sulit didiagnosa.
Gejalanya sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik,
gangguan tenggorokan, gangguan telinga akibat sumbatan kronik
muara tuba Eustachius, gangguan ke paru seperti bronchitis (sino-
bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma

5
. pernapasan yang berbau busuk

4
yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus6 yang
tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.

4. PATOFISIOLOGI
Timbulnya Pembengkakan di kompleks osteomeatal, selaput
permukaan yang berhadapan akan segera menyempit hingga bertemu,
sehingga silia tidak dapat bergerak untuk mengeluarkan sekret.
Gangguan penyerapan dan aliran udara di dalam sinus, menyebabkan
juga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi oleh selaput
permukaan sinus akan menjadi lebih kental dan menjadi mudah untuk
bakteri timbul dan berkembang biak.
Bila sumbatan terus-menerus berlangsung akan terjadi kurangnya
oksigen dan hambatan lendir, hal ini menyebabkan tumbuhnya bakteri
anaerob, selanjutnya terjadi perubahan jaringan Pembengkakan
menjadi lebih hipertrofi hingga pembentukan polip7 atau kista8.

5. MANIFESTASI KLINIS
a. Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,
nyeri pada pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring,
kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.
b. Sinusitis etmoid akut
Gejala : ingus kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua
mata, dan pusing.
c. Sinusitis frontal akut
Gejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi
berkurang setelah sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.

6
. lendir yang tampak seperti nanah karena mengandung banyak leukosit
7
. tumbuhan epitel selaput lendir yang menonjol
8
. kantung tertutup yang normal atau abnormal, berlapis jaringan epitel dan mengandung cairan atau
bahan setengah padat.

5
d. Sinusitis sphenoid akut
Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring
e. Sinusitis Kronis
Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ
lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis9, bronkiektasis10, batuk
kering, dan sering demam.

6. KOMPLIKASI
Seperti halnya penyakit-penyakit yang lain, sinusitis juga dapat
menyebabkan komplikasi. Komplikasi sinusitis di antaranya:
a. Otak (infeksi pada otak atau timbunan nanah pada otak)
b. Mata (infeksi pada jaringan di sekitar bola mata, infeksi bola mata,
pecahnya bola mata)
c. Infeksi tulang sekitar sinus (dapat terjadi kebocoran nanah keluar
dari wajah, perubahan bentuk wajah/menonjol/membengkak)
d. Radang tenggorok yang sering kambuh
e. Radang amandel
f. Radang pita suara (sering batuk atau serak)
g. Sesak napas atau asma
h. Gangguan pencernaan (sering sakit perut, mual, muntah, diare)

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Rinoskopi anterior
Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema.
Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid
anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan

9
. radang cabang-cabang tenggorokan
10
. pelebaran bronkus setempat

6
pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak
keluar dari meatus superior.
b. Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal
drip).
c. Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1)
d. Transiluminasi (diaphanoscopia)
Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan
transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit,
sehingga tampak lebih suram dibanding sisi yang normal.
e. Foto sinus paranasalis
Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s,
Posteroanterior dan Lateral. Akan tampak perselubungan atau
penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) pada
sinus yang sakit. Posisi Water’s adalah untuk memproyeksikan
tulang petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni
dengan cara menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa
sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama
untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid.
Posisi Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan posisi lateral
untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid
f. Pemeriksaan CT –Scan
Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk
memperlihatkan sifat dan sumber masalah pada sinusitis dengan
komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan tampak : penebalan
mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak
homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding
sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik). Hal-hal yang
mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan :
1) Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin,
homogen, pada pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans.

7
Kadang sukar membedakannya dengan polip yang terinfeksi,
bila kista ini makin lama makin besar dapat menyebabkan
gambaran air-fluid level.
2) Polip yang mengisi ruang sinus
3) Polip antrokoanal
4) Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus
5) Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-
angsur oleh massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan
gambaran pada CT Scan sebagai perluasan yang berdensitas
rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer.
g. Pemeriksaan di setiap sinus
1) Sinusitis maksila akut
Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang
kadang-kadang dapat terlihat berasal dari meatus medius
mukosa hidung. Mukosa hidung tampak membengkak (edema)
dan merah (hiperemis). Pada pemeriksaan tenggorok, terdapat
ingus kental di nasofaring.
Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu
kedalam mulut dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak
pada sinus maksila yang normal gambar bulan sabit di bawah
mata. Pada kelainan sinus maksila gambar bulan sabit itu
kurang terang atau tidak tampak. Untuk diagnosis diperlukan
foto rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus maksila,
dapat sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah (bilateral).
2) Sinusitis etmoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa
hidung edema dan hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat
perselubungan di sinus etmoid.

8
3) Sinusitis frontal akut
Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada
pemeriksaan di kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut
mata bagian dalam, akan tampak bentuk sinus frontal di dahi
yang terang pada orang normal, dan kurang terang atau gelap
pada sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan radiologik, tampak
pada foto roentgen daerah sinus frontal berselubung.
4) Sinusitis sfenoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto
rontgen.

8. PENATALAKSAAN
Diberikan terapi medika mentosa berupa antibiotik selama 10-14 hari,
namun dapat diperpanjang sampai semua gejala hilang. Antibiotik
dipilih yang mencakup anerob,seperti penisilin V. Klidamisin atau
augmentin merupakan pilihan yang tepat bila penisilin tidak efektif.
Jika dalam 48-72 jam tidak ada perbaikan klinis diganti dengan
antibiotik untuk kuman yang menghasilkan beta laktamase, yaitu
amoksisilin atau ampisilin dikombinasikan dengan asam klavulanat.
Steroid nasal topikal seperti beklometason berguna sebagai
antiinflamasi dan antialergi. Diberikan pula dekongestan untuk
memperlancar drainase sinus. Dapat diberikan sistemik maupun
topikal. Khusus yang topikal harus dibatasi selama 5 hari untuk
menghindari terjadinya rinitis medika mentosa. Bila perlu, diberikan
analgesik untuk menghilangkan nyeri; mukolitik untuk mengencerkan
sekret, meningkatkan kerja silia, dan merangsang pemecahan fibrin.
Bila perlu dilakukan diatermi. Diatermi dilakukan dengan sinar
gelombang pendek sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk
memperbaiki vaskularisasi sinus. Jika belum membaik, dilakukan
pencucian sinus. Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa

9
yang patologik dan membuat drainase sinus yang terkena. Untuk sinus
maksila dilakukan operasi cald well-luc, sedangkan untuk sinus etmoid
dilakukan edmoidektomi dari intranasal atu ekstra nasal. Pada sinusitis
frontal dilakukan secara intra nasal atau ekstra nasal (operasi killian).
Drainase sinus sfenoid dilakukan secara intranasal.

B. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan,
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala
sinus, tenggorokan.
2) Riwayat Penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu :
a) Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan
hidung atau trauma
b) Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
c) Pernah menedrita sakit gigi geraham
4) Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan
penyakit klien sekarang.
5) Riwayat Psikososial
a) Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
b) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

b. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa
memperhatikan efek samping.

10
2) Pola nutrisi dan metabolisme :
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan
pada hidung
3) Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien
sering pilek
4) Pola Persepsi dan konsep diri
klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan
konsepdiri menurun
5) Pola sensorik
daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat
pilek terus menerus (baik purulen, serous, mukopurulen).
6) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital,
kesadaran.
b) Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada
sinus, rinoskopi (mukosa merah dan bengkak).

c. Data subyektif
1) Observasi nares :
a) Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya
b) Riwayat pembedahan hidung atau trauma
c) Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah,
frekuensi, lama.
2) Sekret hidung
a) Warna, jumlah, konsistensi secret
b) Epistaksis11
c) Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.

11
. perdarahan dari rongga hidung, yang keluar melalui lubang hidung atau pun kebelakang (koana).

11
3) Riwayat Sinusitis
a) Nyeri kepala, lokasi dan beratnya
b) Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.
4) Gangguan umum lainnya : kelemahan

d. Data Obyektif
1) Demam, drainage ada : Serous
a) Mukppurulen
b) Purulen
2) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung
dan sinus yang mengalami radang atau Pucat, Odema keluar
dari hidung atau mukosa sinus
3) Kemerahan dan Odema membran mukosa
4) Pemeriksaan penunjung :
a) Kultur organisme hidung dan tenggorokan
b) Pemeriksaan rongent sinus.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri : kepala, tenggorokan, sinus berhubungan dengan peradangan
pada hidung
b. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang
penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi sinus/operasi)
c. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi
atau adanya secret yang mengental
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri
sekunder peradangan hidung
e. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan nafsu makan menurun sekunder dari peradangan sinus
f. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan
pilek

12
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan
pada hidung
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
1) Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau
hilang
2) Klien tidak menyeringai kesakitan

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri klien 1. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam


menentukan tindakan selanjutnya
2. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada 2. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan
klien serta keluarganya klien berpartisipasi dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi 3. Klien mengetahui tehnik distraksi dan
relaksasi sehinggga dapat
mempraktekkannya bila mengalami nyeri
4. Observasi tanda tanda vital dan 4. Mengetahui keadaan umum dan
keluhan klien perkembangan kondisi klien.
5. Kolaborasi dngan tim medis : 5. Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri
a. Terapi konservatif : klien
1) obat Acetaminopen; Aspirin,
dekongestan hidung
2) Drainase sinus
b. Pembedahan :
1) Irigasi Antral, untuk sinusitis
maksilaris
2) Operasi Cadwell Luc

13
b. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang
penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang

Kriteria :
1) Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola
kopingnya
2) Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang
dideritanya serta pengobatannya.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan klien 1. Menentukan tindakan selanjutnya
2. Berikan kenyamanan dan ketentaman 2. Memudahkan penerimaan klien terhadap
pada klien : informasi yang diberikan
a. Temani klien
b. Perlihatkan rasa empati
3. Berikan penjelasan pada klien tentang 3. Meingkatkan pemahaman klien tentang
penyakit yang dideritanya perlahan, penyakit dan terapi untuk penyakit
tenang seta gunakan kalimat yang jelas, tersebut sehingga klien lebih kooperatif
singkat mudah dimengerti
4. Singkirkan stimulasi yang berlebihan : 4. Dengan menghilangkan stimulus yang
a. Tempatkan klien diruangan yang mencemaskan akan meningkatkan
lebih tenang ketenangan klien.
b. Batasi kontak dengan orang lain
/klien lain yang kemungkinan
mengalami kecemasan
5. Observasi tanda-tanda vital. 5. Mengetahui perkembangan klien
6. Obat dapat menurunkan tingkat
6. Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis kecemasan klien

14
c. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan
secret hidung) sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous,purulen) dikeluarkan
Kriteria :
1) Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
2) Jalan nafas kembali normal terutama hidung

INTERVENSI RASIONAL

1. kaji penumpukan secret yang ada 1. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan
selanjutnya
2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Mengetahui perkembangan klien sebelum
dilakukan operasi
3. Koaborasi dengan tim medis untuk 3. Kerjasama untuk menghilangkan
pembersihan secret penumpukan secret/masalah

d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria :
1) Klien menghabiskan porsi makannya
2) Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah

INTERVENSI RASIONAL

1. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi 1. Mengetahui kekurangan nutrisi klien


klien
2. Jelaskan pentingnya makanan bagi 2. Dengan pengetahuan yang baik tentang
proses penyembuhan nutrisi akan memotivasi meningkatkan
pemenuhan nutrisi

15
3. Catat intake dan output makanan 3. Mengetahui perkembangan pemenuhan
klien. nutrisi klien
4. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi 4. Dengan sedikit tapi sering mengurangi
sering penekanan yang berlebihan pada lambung
5. Sajikan makanan secara menarik 5. Meningkatkan selera makan klien

e. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri


sekunder dari proses peradangan
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria :
1) Klien tidur 6-8 jam sehari

INTERVENSI RASIONAL

1. kaji kebutuhan tidur klien. 1. Mengetahui permasalahan klien dalam


pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
2. ciptakan suasana yang nyaman. 2. Agar klien dapat tidur dengan tenang
3. Anjurkan klien bernafas lewat 3. Pernafasan tidak terganggu.
mulut
4. Kolaborasi dengan tim medis 4. Pernafasan dapat efektif kembali lewat
pemberian obat hidung

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit sinusitis adalah penyakit inflamasi
atau peradangan yang terjadi pada sinus paranasal, baik itu sinus ethmoidalis,
sinus frontalis, sinus maxillaries, dan sinus sphrnoidalis. Sinusitis dapat terjadi
akibat trauma langsung atau kelainan anatomi hidung, hipertrofi konka, polip
hidung, dan rinitis alergi. Infeksi virus, bakteri atau jamur juga dapat
mengakibatkan sinusitis.
Pada pasien sinusitis, keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kepala,
nyeri pada bagian sinus dan tenggorokan.

B. SARAN
1. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksankan asuhan keperawatan
kepada klien sinusitis sesuai dengan indikasi penyakit
2. Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada
pasien sinusitis dengan baik dan benar

17
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000


Soepardi Efiaty Arsyad, Dkk, 2007, edisi 6, Buku ajar ilmu keperawatan telinga
hidung tenggorok kepala dan leher, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Pracy R., Dkk., 1989, Pelajaran Ringkas Telinga Hidung Dan Tenggorok, Jakarta:
Gramedia Ilmukeperawatan.com
Ramali, Ahmad dkk, 2003, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Jakarta:
Djambatan

Sumber lain :
http://linata-linata.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html
http://www.plnntt.co.id/showthread.php?t=15519&page=1
http://duniailmukeperawatan.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-
sinusitis.html
http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2008/12/asuhan-keperawatan-
sinusitis.html

18

Anda mungkin juga menyukai