Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

SINUSITIS

KATA PENGANTAR

Dengan Mengucap puji syukur kehadirat Allah S.W.T Penyusun dapat


menyelelesaikan makalah tentang Sinusitis ini dengan baik tanpa hambatan.
Meskipun Penyusun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun
penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini penyusun merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki Penyusun. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini yang selanjutnya akan kami terima dengan tangan terbuka.
Akhirul kalam, terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang
telah membimbing kami untuk membuat makalah ini.

Penyusun

DAFTAR ISI

1. COVER
2. KATA PENGANTAR
3. DAFTAR ISI
4. BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus

5. BAB II : PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit Sinusitis
B. Proses Keperawatan
6. BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
7. DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG
Sinusitis sebagai inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari sinus
paranasal. Sinus merupakan suatu rongga atau ruang berisi udara dengan dinding
yang terdiri dari membran mukosa.
Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di
dunia. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan
sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar
102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Ini berhubungan dengan meningkatnya
beban kerja yang dialami kalangan profesi atau jabatan-jabatan yang memerlukan
tanggung jawab yang cukup besar, pada wanita dan individu yang stres, seperti
mahasiswa yang sedang menghadapi ujian.
Berdasarkan angka kesakitan diatas, maka kelompok tertarik untuk
membahas makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan pada Klien Sinusitis
B TUJUAN UMUM
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan
pada klien Sinusitis dengan menggunakan metode proses keperawatan.
C TUJUAN KHUSUS
1 Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit sinusitis
2 Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan sinusitis
3 Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa
4 Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN

A KONSEP DASAR PENYAKIT PENYAKIT


1

DEFINISI

Sinusitis adalah radang pada rongga hidung (A.K Muda Ahmad.2003)


Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus yang terkena,
dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan
sinusitis sphenoid1 (Soepardi 2001)
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung, dapat berupa
sinusitis maksilaris atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronik.
Dapat mengenai anak yang sudah besar. Pada sinusitis paranasal sudah berkembang
pada anak umur 6-11tahun (Ngstiya 1997)

ETIOLOGI

1 . berbentuk baji (tulang baji)

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus,
bermacam rhinitis2 terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil,
polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka3,
sumbatan komplek Ostio-maetal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan
imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma Kartagener, dan diluar negri
adalah penyakit fibrostik kistik.
Pada anak-anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab
sinusitis sehingga perlu diadakan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan
menyembuhkan rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosa dengan foto
polos leher posisi lateral.
Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan
kering serta kebiasaan merokok. Sinusitis Dentogen terjadi karena penjalaran infeksi
dari gigi geraham atas.
Kuman penyebab :

Streptococcus pneumonia

Hamophilus influenza

Steptococcus viridians

Staphylococcus aureus

Branchamella catarhatis

TANDA DAN GEJALA


a

Sinusitis akut

2 . radang selaput lendir hidung


3 . cekungan daun telinga, salah satu antara tiga pasang tonjol dari
tulang tapis atau tulang rahang atas ke dalam rongga hidung.

Penderita mula-mula mengeluh hidung tersumbat (pilek-pilek), sumbatan


bertambah berat dan disertai nyeri atau rasa tekanan pada muka dan ingus purulent 4,
yang sering kali turun ke tenggorokan (post nasal drip). Dapat disertai gejala
sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus
yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga
terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri
diantara atau di belakang ke dua bola mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di
dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid, nyeri
dirasakan di vertex, oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada sinusitis
maksila kadang-kadang dan nyeri alih ke gigi dan telinga.
Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia atau anosmia, halitosis 5, postnasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak. Pada pemeriksaan,
penderita tampak mengeluarkan air mata, lidah kotor, dan sukar menutup mulut.
Suhu badan tinggi. Vestibulum hidung tampak merah dan terdapat ekskoriasis.
Selaput lender hidung tampak bengkak dan sering terlihat nanah cair dari meatus
medius mengalir kebelakang diatas konka inferior dan terus ke dalam ruang belakang
hidung. Gambaran tadi merupakan petunjuk bagi dokter untuk membuat diagnosa
sinusitis akut. Diagnosa dipastikan dengan beberapa pemeriksaan :
1

Biakan hapusan hidung

Radiologi sinus paranasalis

Jumlah leukosit dan laju endap darah.

b Sinusitis kronik
Keluhan sinusitis kronis tidak khas sehingga sulit didiagnosa. Gejalanya sakit
kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorokan, gangguan
telinga akibat sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gangguan ke paru seperti
bronchitis (sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma
yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus 6 yang tertelan dapat
menyebabkan gastroenteritis.
4 . bernanah (pus)
5 . pernapasan yang berbau busuk
6 . lendir yang tampak seperti nanah karena mengandung banyak
leukosit

4 PATOFISIOLOGI
Timbulnya Pembengkakan di kompleks osteomeatal, selaput permukaan yang
berhadapan akan segera menyempit hingga bertemu, sehingga silia tidak dapat
bergerak untuk mengeluarkan sekret. Gangguan penyerapan dan aliran udara di
dalam sinus, menyebabkan juga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang
diproduksi oleh selaput permukaan sinus akan menjadi lebih kental dan menjadi
mudah untuk bakteri timbul dan berkembang biak.
Bila sumbatan terus-menerus berlangsung akan terjadi kurangnya oksigen
dan hambatan lendir, hal ini menyebabkan tumbuhnya bakteri anaerob, selanjutnya
terjadi perubahan jaringan Pembengkakan menjadi lebih hipertrofi hingga
pembentukan polip7 atau kista8.
Pathway Sinusitis

MANIFESTASI KLINIS

7 . tumbuhan epitel selaput lendir yang menonjol


8 . kantung tertutup yang normal atau abnormal, berlapis jaringan epitel
dan mengandung cairan atau bahan setengah padat.

a Sinusitis maksila akut


Gejala: Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada
pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadangkadang berbau dan bercampur darah.
b Sinusitis etmoid akut
Gejala :Ingus kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.
c

Sinusitis frontal akut

Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang


setelah sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.
d Sinusitis sphenoid akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring
e
Gejala :

Sinusitis Kronis
Pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain
misalnya rematik, nefritis, bronchitis9, bronkiektasis10, batuk kering, dan

sering demam.
6 KOMPLIKASI
Seperti halnya penyakit-penyakit yang lain, sinusitis juga dapat menyebabkan
komplikasi. Komplikasi sinusitis di antaranya:
a

Otak (infeksi pada otak atau timbunan nanah pada otak)

Mata (infeksi pada jaringan di sekitar bola mata, infeksi bola mata,
pecahnya bola mata)

Infeksi tulang sekitar sinus (dapat terjadi kebocoran nanah keluar dari
wajah, perubahan bentuk wajah/menonjol/membengkak)

Radang tenggorok yang sering kambuh

Radang amandel

Radang pita suara (sering batuk atau serak)

Sesak napas atau asma

9 . radang cabang-cabang tenggorokan


10 . pelebaran bronkus setempat

h
7

Gangguan pencernaan (sering sakit perut, mual, muntah, diare)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a

Pemeriksaan CT Scan

Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat


dan sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan
tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak
homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan
sklerotik (pada kasus-kasus kronik). Hal-hal yang mungkin ditemukan pada
pemeriksaan CT-Scan :
1

Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar),


licin,

homogen,

pada

pemeriksaan

CT-Scan

tidak

mengalami ehans. Kadang sukar membedakannya dengan


polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama makin
besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid level.
2

Polip yang mengisi ruang sinus

Polip antrokoanal

Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus

Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang


berangsur-angsur oleh massa jaringan lunak mukokel
yang membesar dan gambaran pada CT Scan sebagai
perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang
pengapuran perifer.

Pemeriksaan di setiap sinus


1

Sinusitis maksila akut

Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-kadang


dapat terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa hidung
tampak membengkak (edema) dan merah (hiperemis). Pada pemeriksaan
tenggorok, terdapat ingus kental di nasofaring.
Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam
mulut dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila yang
normal gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus maksila

gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Untuk diagnosis
diperlukan foto rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus maksila, dapat
sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah (bilateral).
2

Sinusitis etmoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema dan
hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus etmoid.
3

Sinusitis frontal akut

Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di


kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan
tampak bentuk sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal, dan
kurang terang atau gelap pada sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan
radiologik, tampak pada foto roentgen daerah sinus frontal berselubung.
4

Sinusitis sfenoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen.

8 PENATALAKSAAN
Diberikan terapi medika mentosa berupa antibiotik selama 10-14 hari, namun
dapat diperpanjang sampai semua gejala hilang. Antibiotik dipilih yang mencakup
anerob,seperti penisilin V. Klidamisin atau augmentin merupakan pilihan yang tepat
bila penisilin tidak efektif. Jika dalam 48-72 jam tidak ada perbaikan klinis diganti
dengan antibiotik untuk kuman yang menghasilkan beta laktamase, yaitu amoksisilin
atau ampisilin dikombinasikan dengan asam klavulanat. Steroid nasal topikal seperti
beklometason berguna sebagai antiinflamasi dan antialergi. Diberikan pula
dekongestan untuk memperlancar drainase sinus. Dapat diberikan sistemik maupun
topikal. Khusus yang topikal harus dibatasi selama 5 hari untuk menghindari
terjadinya rinitis medika mentosa. Bila perlu, diberikan analgesik untuk
menghilangkan nyeri; mukolitik untuk mengencerkan sekret, meningkatkan kerja
silia, dan merangsang pemecahan fibrin. Bila perlu dilakukan diatermi. Diatermi
dilakukan dengan sinar gelombang pendek sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit
untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Jika belum membaik, dilakukan pencucian
sinus. Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan

membuat drainase sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi cald
well-luc, sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan edmoidektomi dari intranasal atu
ekstra nasal. Pada sinusitis frontal dilakukan secara intra nasal atau ekstra nasal
(operasi killian). Drainase sinus sfenoid dilakukan secara intranasal.

B PROSES KEPERAWATAN
1

PENGKAJIAN

Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,


a

Riwayat Kesehatan
1

Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus,


tenggorokan.

Riwayat Penyakit sekarang

Riwayat penyakit dahulu :


a

Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung


atau trauma

b Pernah mempunyai riwayat penyakit THT


c
4

Pernah menedrita sakit gigi geraham

Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota


keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan
penyakit klien sekarang.

Riwayat Psikososial
a

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)

b Interpersonal : hubungan dengan orang lain.


b

Pola Fungsi Kesehatan


1

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa
memperhatikan efek samping.

Pola nutrisi dan metabolisme :

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan


pada hidung
3

Pola istirahat dan tidur


Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien
sering pilek

Pola Persepsi dan konsep diri


klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan
konsepdiri menurun

Pola sensorik
daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat
pilek terus menerus (baik purulen, serous, mukopurulen).

Pemeriksaan fisik
a

Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital, kesadaran.

Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus,


rinoskopi (mukosa merah dan bengkak).

Data subyektif
1

Observasi nares :
a

Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya

Riwayat pembedahan hidung atau trauma

Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah,


frekuensi, lama.

Sekret hidung
a

Warna, jumlah, konsistensi secret

Epistaksis11

Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.

Riwayat Sinusitis
a

Nyeri kepala, lokasi dan beratnya

Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.

Gangguan umum lainnya : kelemahan

11. perdarahan dari rongga hidung, yang keluar melalui lubang hidung
atau pun kebelakang (koana).

10

Data Obyektif
1

Demam, drainage ada : Serous


a

Mukppurulen

Purulen

Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung


dan sinus yang mengalami radang atau Pucat, Odema keluar dari
hidung atau mukosa sinus

Kemerahan dan Odema membran mukosa

Pemeriksaan penunjung :
a

Kultur organisme hidung dan tenggorokan

Pemeriksaan rongent sinus.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a

Nyeri : kepala, tenggorokan, sinus berhubungan dengan peradangan


pada hidung

Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi


atau adanya secret yang mengental

Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri


sekunder peradangan hidung

INTERVENSI KEPERAWATAN
a

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada


hidung

Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang


Kriteria hasil :
1

Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

Klien tidak meringis kesakitan

INTERVENSI

RASIONAL

11

Kaji tingkat nyeri klien

Mengetahui tingkat nyeri klien dalam


menentukan tindakan selanjutnya

Jelaskan sebab dan akibat nyeri

diharapkan klien berpartisipasi dalam

pada klien serta keluarganya

perawatan untuk mengurangi nyeri


3

Dengan sebab dan akibat nyeri

Klien mengetahui tehnik distraksi dan

Ajarkan tehnik relaksasi dan

relaksasi sehinggga dapat

distraksi

mempraktekkannya bila mengalami


nyeri
4

Mengetahui keadaan umum dan


perkembangan kondisi klien.

Observasi tanda tanda vital dan

keluhan klien
5

Menghilangkan /mengurangi keluhan


nyeri klien

Kolaborasi dngan tim medis :


a

Terapi konservatif :
1

obat Acetaminopen;
Aspirin, dekongestan
hidung

2
b

Drainase sinus

Pembedahan :
1

Irigasi Antral, untuk


sinusitis maksilaris

Operasi Cadwell Luc

Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan


secret hidung) sekunder dari peradangan sinus
Tujuan

Jalan

nafas

efektif

setelah

dikeluarkan
Kriteria hasil :
1

Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

12

secret

(seous,purulen)

Jalan nafas kembali normal terutama hidung

INTERVENSI
1

kaji penumpukan secret yang

RASIONAL
1

ada

Mengetahui tingkat keparahan dan


tindakan selanjutnya

Mengetahui perkembangan klien


sebelum dilakukan operasi

Observasi tanda-tanda vital.


3

Kerjasama untuk menghilangkan


penumpukan secret/masalah

Koaborasi dengan tim medis


untuk pembersihan secret

Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri


sekunder dari proses peradangan
Tujuan

: klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman

Kriteria hasil :
1

Klien tidur 6-8 jam sehari

13

INTERVENSI
1

kaji kebutuhan tidur klien.

RASIONAL
1

Mengetahui permasalahan klien dalam


pemenuhan kebutuhan istirahat tidur

2
3

Agar klien dapat tidur dengan tenang

Pernafasan tidak terganggu.

Pernafasan dapat efektif kembali lewat

ciptakan suasana yang nyaman.


Anjurkan klien bernafas lewat
mulut

Kolaborasi dengan tim medis


pemberian obat

hidung

14

BAB III
PENUTUP

A KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit sinusitis adalah penyakit inflamasi
atau peradangan yang terjadi pada sinus paranasal, baik itu sinus ethmoidalis,
sinus frontalis, sinus maxillaries, dan sinus sphrnoidalis. Sinusitis dapat
terjadi akibat trauma langsung atau kelainan anatomi hidung, hipertrofi
konka, polip hidung, dan rinitis alergi. Infeksi virus, bakteri atau jamur juga
dapat mengakibatkan sinusitis.

15

Pada pasien sinusitis, keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kepala,
nyeri pada bagian sinus dan tenggorokan.

B SARAN
1

Sebaiknya seorang perawat dapat melaksankan asuhan keperawatan kepada


klien sinusitis sesuai dengan indikasi penyakit

Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien


sinusitis dengan baik dan benar

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000


Soepardi Efiaty Arsyad, Dkk, 2007, edisi 6, Buku ajar ilmu keperawatan telinga
hidung tenggorok kepala dan leher, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Pracy R., Dkk., 1989, Pelajaran Ringkas Telinga Hidung Dan Tenggorok, Jakarta:
Gramedia Ilmukeperawatan.com
Ramali, Ahmad dkk, 2003, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Jakarta:
Djambatan
16

Sumber lain

http://linata-linata.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasiendengan.html
http://www.plnntt.co.id/showthread.php?t=15519&page=1
http://duniailmukeperawatan.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatansinusitis.html
http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2008/12/asuhan-keperawatansinusitis.html

http://www.scribd.com/doc/99958435/asuhan-keperawatan-sinusitis

17

Anda mungkin juga menyukai