Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

TINJAUAN TEORITIS

1.1 Definisi Stomatitis


Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti
tembakau; defisiensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus atau jamur; atau penggunaan obat
kemoterapi (Potter & Perry,2005).
Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial
(bibir), lidah, gusi, langit-langit dan dasar mulut. (Donna L.Wong dkk).
Stomatitis merupakan infeksi umum yang bisa meluas ke mukosa bukal, bibir dan palatum
(William dan wilkins, 2008).
Stomatitis ialah istilah umum yang mengacu pada reaksi inflamasi dan lesi ulseratif dangkal yang
terjadi pada permukaan mukosa mulut atau orofaring 7 samapai 14 hari setelah pemberian agens
kemoterpai tertentu dan setelah terapi radiasi pada kepala dan leher (Otto, 2003).
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut,
biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari
satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial,
lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring. SAR merupakan
ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda adanya penyakit lain dan salah satu
kondisi ulseratif mukosa mulut yang paling menyakitkan terutama sewaktu makan, menelan dan
berbicara. Penyakit ini ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular.
Tetapi bagi orang -orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa
sangat terganggu. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR bukan merupakan penyakit yang
berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran beberapa keadaan patologis dengan gejala
klinis yang sama. SAR dapat membuat frustasi pasien dan perawat dalam merawatnya, karena
kadang-kadang sebelum ulser yang lama sembuh ulser baru dapat timbul dalam jumlah yang
lebih banyak.

1.2 Klasifikasi Stomatitis


Ada beberapa klasifikasi stomatitis, yaitu:
a. Mycotic stomatitis
Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya infeksi mulut atau
rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis, disebabkan oleh pertumbuhan Candida
albicans , yang merupakan penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan kucing. Hal ini
ditandai dengan adanya bercak putih kekuningan pada lidah atau membran mukosa. Mycotic
stomatitis biasanya dihubungkan dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan terapi
antibiotik yang lama, atau pemberian immunosuppression. Pada mycotic stomatitis sering kali
pada jaringan terjadi kemerahan dan timbul ulsor di bagian rongga mulut.
b. Gingivostomatitis
Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian mulut lainnya, yang
menimbulkan nyeri. Gusi tampak berwarna merah terang dan terdapat banyak luka terbuka
yang berwarna putih atau kuning di dalam mulut.
c. Denture stomatitis atau Chronic stomatitis
Denture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-
perubahan patologik pada mukosa penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-
perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema di bawah gigi tiruan lengkap atau sebagian
baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Budtz-Jorgensenl mengemukakan bahwa denture
stomatitis dapat disebabkan oleh bermacam- macam faktor yaitu: trauma, infeksi, pemakaian
gigi tiruan yang terus-menerus, oral hygiene jelek, alergi, dan gangguan faktor sistemik. Oleh
karena itu, gambaran klinis maupun gambaran histopatologis juga bervariasi, sehingga
perawatannyapun perlu dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemungkinan
penyebabnya.
d. Aphthous stomatitis
Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling umum sering terjadi. Sariawan ini
adalah jenis ulkus yang sangat nyeri pada jaringan lunak mulut, bibir, lidah, pipi bagian dalam,
pharing, dan langit-langit mulut halus. Tipe sariawan ini tidak menular. Stomatitis aphtosa ini
mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya:
1). Sariawan akut bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada
sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari.
2). Sariawan kronis akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa. Sariawan
jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering, kuantitas
saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari
xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal, gangguan
pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin
atau sedatif.
Adapun secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe, diantaranya:
1). Stomatitis aphtosa minor (MiRAS)
Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Yang ditandai oleh luka
(ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh
pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-
keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa tunggal atau
merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam jangka waktu
10-14 hari tanpa meninggal bekas.
2). Stomatitis aphtosa major (MaRAS)
Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini. Namun jenis
stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara
klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung selama 4minggu atau lebih dan
dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin.
Stomatitis aphtosa major ini meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat
dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi.

3). Ulserasi herpetiformis (HU)


Istilah ’herpetiformis’ digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100
ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-
virus herpes initidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi
aphtosa.

1.3 Etiologi Stomatitis


1.3.1 Etiologi yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
a. Kebersihan mulut yang kurang
Kebersihan mulut berhubungan dengan keadaan gigi pasien. Apabila higiene gigi pasien buruk,
sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
b. Makanan atau minuman yang panas dan pedas
Makanan atau minuman yang pedas atau panas dapat berpengaruh terhadap mukosa yang ada
didalam mulut yang berfungsi sebagai alat pertahanan dalam melawan infrksi. Selain itu, juga
bserpengaruh terhadap bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada “flora
mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Daya tahan mulut
dapat menurun karena termik. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman
yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai
penyakit/infeksi.
c. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.
bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulsersehingga dapat mengakibatkan
stomatitis aphtosa.
d. Infeksi jamur
namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno).
Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.
e. Infeksi virus
Stomatitis karena herpes simplex stomatitis (HSV) terjadi sebagai utama atau infeksi
tambahan; infeksi tambahan ini adalah sering banyak terjadi. dua tipe HSV dapat
diidentifikasikan : HSV tipe 2 dengan penyebab lesi genital dan HSV tipe 1 dengan respon dari
lesi nongenital. awal terjadinya virus merupakan hasil utama dari infeksi HSV biasa disebut
stomatitis Herpes Akut. keseragaman ukuran gelembung frekuensinya lebih banyak terjadi
dilidah, palatum dan mukosa bucal dan labial. gelembung burut terjadi setelah nyeri luka
meninggalkan areanya yang mengelilingi sekitar garis tepi erythematous. lesi ditingkat ini biasa
terjadi di luka aphathous. area yang terkena luka 10 sampai 14 hari. Gelembung mukosa
umumnya disertai dengan inflamasi akut gingiva, saat dengan lesi herpes. Karakteristik lidah
dengan keputih-putihan dan klien mengatakan adanya bau busuk di pernafasannya. infeksi
HSV utama dikarakteristikkan dari gejala yang timbul dari infeksi termasuk kelemasan, panas
dan pembesaran dalam limpa.
f. Letak susunan gigi atau kawat gigi
Letak dan susunan gigi yang tidak teratur akan sanagt berpengaruh terhadap kebersihan gigi.
Dimana terjadi kesulitan dalam proses membersihkan kotoran yang tersangkut atau melekat
pada baian yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.

1.3.2 Etiologi yang berasal dari keadaan luar mulut seperti :


a. Rokok
Asap rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit terutama pada stomatitis. Pada penyakit ini, asap rokok yang mengandung zat-zat
yang berbahaya masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang banyak terdapat mukosa sebagai
alat perlindungan tubuh terhadap infeksi. Zat-zat adaptif tersebut yang berasal dari asap rokok
menyebabkan kerusakan pada mukosa-mukosa didalam mulut. Sehingga terjadi penurunan
imun terutama pada bagian mulut yang menyebabkan mulut rentan terhadap penyakit.
b. Pada penggunaan obat kumur
Obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misalnya alkohol, lemon/gliserin)
harus dihindari. Zat-zat seperti alkohol di atas dapat menyebabkan kerusakan yang pada sel-sel
mukosa dalam mulut yang bertugas dalam menghasilkan sekret sebagai bentuk pertahanan
tubuh.
c. Reaksi alergi
Sariawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu. Jenis
makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita.
d. Alergi
bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan
timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi makanan
tersebut
e. Faktor psikologis (stress)
Kortison merupakan salah satu hormon utama yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai reaksi
terhadap stres. Hormon ini menigngkatkan tekanan darah dan mempersiapkan tubuh untuk
respon melawan. Akan tetapi apabila stres berlebih akan menyebabkan hormon ini juga
dihasilkan berlebih sehingga respon tubuh dalam melawan bakteri berlebih (ada tidaknya
bakteri akan bekerja sehingga akan merusak sel-sel yang sehat).
f. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis
aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.
g. Kekurangan vitamin C, mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung
antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.
h. Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan.
i. Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan
Seperti Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya stomatitis
apthosa.

1.4 Faktor Resiko Stomatitis


Hingga saat kini, penyebab dari stomatitis atau sariawan belum dapat dipastikan, tetapi ada
faktor-faktor yang diduga kuat menjadi pemicu atau pencetus terjadinya stomatitis. Beberapa
diantaranya adalah:

1. Trauma
Ulser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi akibat trauma. Pendapat ini
didukung oleh hasil pemeriksaan klinis, bahwa sekelompok ulser terjadi setelah adanya trauma
ringan pada mukosa mulut. Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat berbicara, kebiasaan
buruk, atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan atau minuman terlalu panas, dan
sikat gigi. Trauma bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan berkembangnya SAR
pada semua penderita tetapi trauma dapat dipertimbangkan sebagai faktor pendukung.
2. Defesiensi Nutrisi
Wray (1975) meneliti pada 330 pasien SAR dengan hasil 47 pasien menderita defisiensi nutrisi
yaitu terdiri dari 57% defisiensi zat besi, 15% defisiensi asam folat, 13% defisiensi vitamin
B12, 21% mengalami defisiensi kombinasi terutama asam folat dan zat besi dan 2% defisiensi
ketiganya. Penderita SAR dengan defisiensi zat besi, vitamin B12 dan asam folat diberikan
terapi subtitusi vitamin tersebut hasilnya 90% dari pasien tersebut mengalami perbaikan.
Faktor nutrisi lain yang berpengaruh pada timbulnya SAR adalah vitamin B1, B2 dan B6. Dari
60 pasien SAR yang diteliti, ditemukan 28,2% mengalami penurunan kadar vitamin-vitamin
tersebut. Penurunan vitamin B1 terdapat 8,3%, B2 6,7%, B6 10% dan 33% kombinasi
ketiganya. Terapi dengan pemberian vitamin tersebut selama 3 bulan memberikan hasil yang
cukup baik, yaitu ulserasi sembuh dan rekuren berkurang.
Dilaporkan adanya defisiensi Zink pada penderita SAR, pasien tersebut diterapi dengan 50 mg
Zink Sulfat peroral tiga kali sehari selama tiga bulan. Lesi SAR yang persisten sembuh dan
tidak pernah kambuh dalam waktu satu tahun. Beberapa peneliti lain juga mengatakan adanya
kemungkinan defisiensi Zink pada pasien SAR karena pemberian preparat Zink pada pasien
SAR menunjukkan adanya perbaikan, walaupun kadar serum Zink pada pasien SAR pada
umumnya normal.
3. Alergi dan Sensifitas
Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan (hipersensitifitas) terhadap
alergen tertentu. Alergi merupakan suatu reaksi antigen dan antibodi. Antigen ini dinamakan
alergen, merupakan substansi protein yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak dapat
membentuk antibodinya sendiri.
SAR dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap beberapa bahan pokok yang ada
dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik atau permen karet dan bahan gigi palsu atau bahan
tambalan serta bahan makanan.29,30 Setelah berkontak dengan beberapa bahan yang sensitif,
mukosa akan meradang dan edematous. Gejala ini disertai rasa panas, kadang-kadang timbul
gatal-gatal, dapat juga berbentuk vesikel kecil, tetapi sifatnya sementara dan akan pecah
membentuk daerah erosi kecil dan ulser yang kemudian berkembang menjadi SAR.
4. Obat-obatan
Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta blockers, agen kemoterapi dan
nicorandil telah dinyatakan berkemungkinan menempatkan seseorang pada resiko yang lebih
besar untuk terjadinya SAR.
5. Penyakit Sistemik
Beberapa kondisi medis yang berbeda dapat dikaitkan dengan kehadiran SAR. Bagi pasien
yang sering mengalami kesulitan terus-menerus dengan SAR harus dipertimbangkan adanya
penyakit sistemik yang diderita dan perlu dilakukan evaluasi serta pengujian oleh dokter.
Beberapa kondisi medis yang dikaitkan dengan keberadaan ulser di rongga mulut adalah
penyakit Behcet’s, penyakit disfungsi neutrofil, penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS, dan
sindroma Sweet’s.
6. Merokok
Adanya hubungan terbalik antara perkembangan SAR dengan merokok. Pasien yang menderita
SAR biasanya adalah bukan perokok, dan terdapat prevalensi dan keparahan yang lebih rendah
dari SAR diantara perokok berat berlawanan dengan yang bukan perokok. Beberapa pasien
melaporkan mengalami SAR setelah berhenti merokok. Kekurangan nutrisi, terutama vitamin
B12, asam folat dan zat besi. Sariawan juga identik dengan kekurangan vitamin C. Kekurangan
vitamin itu memang mengakibatkan jaringan di dalam rongga mulut dan jaringan penghubung
antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya menyebabkan sariawan. Namun, kondisi
tersebut dapat diatasi jika kita sering mengonsumsi buah dan sayuran.
7. Stress
Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang
terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan merupakan
salah satu faktor yang berperan secara tidak langsung terhadap ulser stomatitis rekuren ini.11
Faktor stres ini akan dibahas dengan lebih rinci pada subbab selanjutnya.
8. Gangguan Hormonal
Pada wanita, sering terjadinya SAR di masa pra menstruasi bahkan banyak yang mengalaminya
berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan dengan faktor hormonal. Hormon yang
dianggap berperan penting adalah estrogen dan progesteron.
Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron secara
mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah sehingga
suplai darah utama ke perifer menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk
rongga mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang
berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi
SAR. Progesteron dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut
9. Gangguan Imunologi
Tidak ada teori yang seragam tentang adanya imunopatogenesis dari SAR, adanya disregulasi
imun dapat memegang peranan terjadinya SAR. Salah satu penelitian mungungkapkan bahwa
adanya respon imun yang berlebihan pada pasien SAR sehingga menyebabkan ulserasi lokal
pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa
mulut dimana pemicunya tidak diketahui.16 Menurut Bazrafshani dkk, terdapat pengaruh dari
IL-1B dan IL-6 terhadap resiko terjadinya SAR. Menurut Martinez dkk, pada SAR terdapat
adanya hubungan dengan pengeluaran IgA, total protein, dan aliran saliva. Sedangkan menurut
Albanidou-Farmaki dkk, terdapat karakteristik sel T tipe 1 dan tipe 2 pada penderita SAR.
10. Penggunaan gigi tiruan yang tidak pas atau ada bagian dari gigi tiruan yang mengiritasi
jaringan lunak.
11. Genetik
Faktor ini dianggap mempunyai peranan yang sangat besar pada pasien yang menderita SAR.
Faktor genetik SAR diduga berhubungan dengan peningkatan jumlah human leucocyte antigen
(HLA), namun beberapa ahli masih menolak hal tersebut. HLA menyerang sel-sel melalui
mekanisme sitotoksik dengan jalan mengaktifkan sel mononukleus ke epitelium.9,16,26 Sicrus
(1957) berpendapat bahwa bila kedua orangtua menderita SAR maka besar kemungkinan
timbul SAR pada anak-anaknya. Pasien dengan riwayat keluarga SAR akan menderita SAR
sejak usia muda dan lebih berat dibandingkan pasien tanpa riwayat keluarga SAR.

1.5 Patofisiologi
Tubuh manusia memiliki pertahanan tubuh alamiah yaitu sistem laktoperoksidase (LP-system)
yang mampu mempertahankan tubuh terhadap serangan infeksi mikroorganisme. Sistem
laktoperoksidase (LP-system) terdapat pada saliva atau ludah manusia. LP system
mempertahankan tubuh dengan cara berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri mulut
dan bakteriosid terhadap bakteri (Rensburg:1995).
Bakteri di dalam mulut dapat berkembang biak tidak terkontrol karena sistem
laktoperoksidase yang merupakan pertahanan alami dalam saliva umumnya rusak. Hal ini
dikarenakan seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia (perasa,
pewarna, pengawet) bahkan yang memakai zat pembasmi hama/antiseptik dan makanan panas
atau pedas. Pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga dapat merusakkan LP
system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga dapat membunuh semua bakteri yang
berada di dalam rongga mulut, yang dapat mengakibatkan sekitar mukosa mulut menjadi rusak
kemudian menghasilkan ulserasi local.
Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang
bersifat merusak. Dilain pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis
kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat merusak. Rangsangan
perusak yang masuk dalam mulut akan ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik.
Kemudian secara normal dapat dieleminasi melalui aksi fagositosis. Reaksi tubuh terhadap
rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan peradangan
tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya
sendiri sehingga reaksi pertahanan yang tadinya dimaksudkan untuk melindungi struktur dan
fungsi jaringan justru berakhir dengan kerusakan jaringan sendiri terutama pada mukosa mulut.
Dalam keadaan psikologis yang terganngu (trauma/stres) terjadi ketidak seimbangan
immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi immunologi dengan efek
kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen vaskuler, seluler dan matriks daripada
jaringan. Dalam hal ini sistem imun (pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen,
makrofag, sel plasma, sel limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin yang telah
dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut
merusak jaringan-jaringan sendiri disekitarnya.
Stomatitis dapat terjadi akibat kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin C dapat
mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah
robek yang akhirnya mengakibatkan stomatitis.

1.6 Tanda dan Gejala Stomatitis


Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1 sampai 2 hari di daerah yang
akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di rongga mulut. Sariawan
dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk bulat
atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut pecah dan menjadi berwarna
putih ditengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila berkontak dengan makanan dengan
rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih, dan aliran saliva
(air liur) menjadi meningkat.
Manifestasi klinis dari stomatitis secara umum yaitu:
a. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula serta
terjadi peninggian 1- 3 hari
c. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya merah
dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap
individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.
1.7 Komplikasi
Stomatitis jarang menyebabkan komplikasi yang serius namun dapat terjadi infeksi luas di
daerah bibir dan rongga mulut seperti abses dan radang. Dampak gangguan pada kebutuhan
dasar manusia, yaitu:
1. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur
2. Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
3. Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
4. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih.
Ada beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh penatalaksanaan medis yaitu:
Komplikasi yang dapat timbul akibat penatalaksanaan medis diantaranya sebagai berikut:
1. Komplikasi akibat kemoterapi
Mukosa mulut akan menjadi tereksaserbasi ketika agen kemoterapik yang menghasilkan
toksisitas mukosa diberikan dalam dosis yang tinggi atau berkombinasi dengan ionisasai
penyinaran radiasi.
2. Komplikasi akibat radiasi
Penyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan perubahan histologis dan
fisiologis pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi sitotoksik, tetapi juga menghasilkan
gangguan struktural dan fungsional pada jaringan pendukung termasuk glandula saliva dan
tulang. Dosis tinggi radiasi pada tulang yang berhubungan dengan gigi menyebabkan hipoksia,
berkurangnya suplai darah ke tulang, hancurnya tulang bersamaan dengan terbukanya tulang,
infeksi, dan nekrosis.
3. Komplikasi oral
a. Mukositis
Mukositis merupakan suatu respon inflamasi toksik yang mempengaruhi traktus
gastrointestinal dari mulut sampai anus. Tipikal mukositis termanifestasi sebagai suatu
eritomatous, lesi seperti terbakar, dan lesi ulseratif.
b. Infeksi Mukolitis
Mukositis oral dapat berkomplikasi dengan infeksi pada pasien dengan sistem imun yang
menurun. Tidak hanya mulut yang dapat terinfeksi, tetapi hilangnya epitel oral sebagai suatu
sistem pertahanan barrier terjadi pada infeksi lokal dapat menghasilkan jalan bagi
mikroorganisme pada sirkulasi sistemik.
c. Xerrostomia
Xerrostomia merupakan keadaan berkurangnya sekresi dari glandula saliva. Gejala klinik
xerrostomia adalah rasa kering, sensasi terbakar pada rongga oral dan lidah, bibir prcah-prcah,
celah atau fissura pada sudut mulut, perubahan pada permukaan lidah, dan peningkatan akan
kebutuhan cairan. Xerostomia dapat disebabkan oleh reaksi inflamasi dan efek degeneratif
radiasi ionisasi.
1.8 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk mengatasi stomatitis adalah sebagai berikut:
a. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
c. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama
makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi
d. Hindari stress
e. Pemberian Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal, seperti
orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat dapat
diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali
sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap kortikosteroid
atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga maka di berikan talidomid.
f. Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan
antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan menggunakan
antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan stomatitis
aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah
menghindari faktor pencetus. Terapi yang dianjurkan yaitu:
1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000
mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien
dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan
sosioekonomi bawah.
2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan lain yang diberikan
untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai
dari 3 bulan sampai 4 tahun.

1.9 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Penunjang yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur
sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi.
b. Pemeriksaan laboratorium :
1) WBC menurun pada stomatitis sekunder
2) Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
3) Pemeriksaan cultur bakteri: eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis
1.10 Pencegahan
Cara mencegah penyakit ini dengan mengetahui penyebabnya, apabila kita mengetahui
penyebabnya diharapkan kepada kita untuk menghindari timbulnya sariawan ini diantaranya
dengan :
1. Menjaga kebersihan mulut
2. Mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12, vitamin C dan
zat besi
3. Menghadapi stress dengan efektif
4. Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit
makananMenghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin
5. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada
rongga mulut.

1.11 ASKEP STOMATITIS


1. Pengkajian
a). Identitas (Data Biografi)
Stomatitis dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20-40 tahun lebih cenderung pada wanita,
kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita stres, atau mempunyai riwayat sariawan pada keluarga.
b). Riwayat Kesehatan :
1). Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada klien stomatitis adalah nyeri Karen mukosaoral
mengalami peradangan, bibir pecah-pecah
2). Riwayat kesehatan sekarang
Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena kebersihan mulut yang buruk, intoleransi
dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya faringitis, panas
dalam, mengkonsumsi makanan yang berlemak , kurang vitamin C, vitamin B12 dan mineral.
3). Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun sehingga lebih
mudah terkena stomatitis, atau memang pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit
oral lainnya
4). Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya stomatitis.
Karena ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR (Stomatitis Aftosa
Rekuren) atau sariawan adalah keturunan. Dan berdasarkan hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita SAR lebih rentan untuk
mengalami SAR juga.
5). Pengkajian Psikososial
Kaji apakah keluarga tidak memperhatikan kebersihan mulut dan tempat bermain anak di
lingkungan kumuh atau tidak. Kaji juga stres, gaya hidup (alkohol, perokok) serta kaji fungsi
dan penampilan dari rongga mulut terhadap body image dan sex.
6). Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas
Kaji lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk.
7). Riwayat nutrisi
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan
zat besi serta pola makan yang buruk, misalnya hanya mengkonsumsi karbohidrat dan protein
saja.
8). Riwayat pertumbuhan perkembangan
a). Pasien yang menderita stomatitis akan lebih lama sembuhnya dikarenakan kondisi fisik
yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang kurang (energi/kalori yang diperlukan tidak
mencukupi dalam proses penyembuhan).
b). Penurunan berat badan, biasanya pasien yang menderita stomatitis mengalami
penurunan berat badan karena intake nutrisi yang kurang.

c. Pemeriksaan fisik
1) TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, skala nyeri)
2) Bibir
Dimulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembapan, hidrasi, warna, tekstur, simetrisitas dan
adanya ulserasi atau fisura
3) Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan perubahanwarna.
4) Lidah
Dorsal (punggung) di inspeksi untuk tekstur, warna dan lesi.
5) Rongga Mulut
Inspeksi bagian mutut terhadap adanya lesi, bercak putih terutama pada bagian mukosa pipi bagian
dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit-langit.
2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral


2) Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)
3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan mucosa oral, penurunan keinginan untuk makan akibat rasa nyeri di mukosa mulut
4) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa mulut

3. Intervensi Keperawatan
DX1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan nyeri dapat berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
1. Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulu
2. Lesi berkurang dan berangsur sembuh
3. Membran mukosa oral lembab
4. Tidak bengkak dan hiperemi
5. Suhu badan normal
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri
2. Berikan makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang mengandung zat kimia
3. Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin
4. Menghindari pasta gigi yang merangsang
5. Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigitmakanan
6. Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid
7. Beri penjelasan tentang faktor penyebab
8. Beri penjelasan keluarga terhadap pentingnya kebersihan oral
9. Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran terutama vitamin
B12, Vitamin C dan zat Besi
DX 2. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mukosa oral kembali normal dan lesi berangsur sembuh
Kriteria Hasil :
1. Mukosa oral kembali normal (tidak bengkak dan hiperemi)
2. Lesi berkurang dan berangsur sembuh
3. Membran mukosa oral lembab
Intervensi :
1. Pantau aktivitas klien, cegah hal-hal yang bisa memicu terjadinya stomatitis
2. Kaji adanya komplikasi akibat kerusakan membran mukosa oral
3. Kolaborasi pemberian antibiotik dan obat kumur
4. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkanreaksi alergi pada
rongga mulut
5. Ajarkan oral hygene yang baik

DX 3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


perubahan mucosa oral, penurunan keinginan untuk makan akibat rasa nyeri di mukosa mulut
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan statusnutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil:
1. Status nutrisi terpenuhi
2. Nafsu makan klien timbul kembali
3. Berat badan normal

Intervensi :
1. Kaji status nutrisi pasien
2. Beri nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering
3. Pantau berat badan tiap hari
4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
5. Berikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat penting bagi keseimbangan metabolisme
tubuh
Dx 4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa mulut, adanya
kerusakan di mukosa oral akibat penyakit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan komunikasi verbal berangsur membaik dan
dapat teratasi
Kriteria Hasil:
1. Klien sudah dapat berkomunikasi dengan orang lain
2. Klien mau bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain
3. Klien mengalami peningkatan harga diri dan konsep diri
Intervensi :
1. Kaji warna, ukuran, bau, tekstur luka pada rongga oral pasien.
2. Kaji kemampuan pasien dalam berkomunikasi.
3. Ajak pasien ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
4. Libatkan keluarga dalam setiap kegiatan pasien.
5. Diskusikan dengan tim kesehatan lain mengenai tindakan selanjutnya
6. Berikan kondisi lingkungan yang nyaman untuk klien
7. Pemberian analgesic dan kortikosteroid
8. Beri penjelasan dan pengetahuan mengenai penyakitnya
9. Dorong klien untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Usia : 52 tahun
Alamat : Tangerang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah, 3 anak

2. Data Umum
a. Keluhan utama : Pasien mengeluh sakit pada mulut dan lidahnya
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien datang ke Puskesmas Jl. Kutai dengan keluhan
nyeri pada mulut dikarenakan sariawan sejak seminggu yang lalu. Nyeri dirasakan
seperti menusuk, dirasakan secara terus menerus, semakin sakit jika kontak dengan
benda lain dan saat makan. Skala nyeri 5/10
c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu: Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan
hyperlipidemia. Saat ini pasien mengkonsumsi obat-obatan hipertensi, kolesterol dan
anti platelet. Pasien mengatakan sebelumnya jarang mengalami sariawan. Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

3. Pola Fungsi Kesehatan :

Pola nutrisi : makan 3 X sehari, makan nasi, sayuran, lauk-pauk dan buah-buahan serta susu,
tidak ada pantangan, nafsu makan saat ini berkurang sejak sariawan.

Pola eliminasi : BAB= 2 X sehari (pagi/sore), tanpa menggunakan pencahar, warna kuning,
konsistensi lembek. BAK= 2 – 3 X, warna kuning jernih, bau tidak terlalu menusuk.

Pola tidur dan istirahat : waktu tidur pukul 20.00 Wib – 05.30 Wib (± 7 – 8 jam) sebelum
tidur menonton TV sebentar.
Pola aktifitas dan latihan : Memasak, mencuci, bersih-bersih rumah dan kegiatan rumah
tangga lainnya, kegiatan waktu luang diisi bersama keluarga, tidak ada kesulitan dalam
melakukan pergerakan tubuh, mandi, dan mengenakan pakaian

Pola kerja : Sebagai ibu rumah tangga yang tidak mempunyai jam kerja.

4. Aspek Psikososial :

- Pola pikir dan persepsi: Harapan klien cepat sembuh karena sangat tidak nyaman dan
terganggu dengan nyeri di mulutnya

- Hubungan/komunikasi: bicara jelas, relevan, mampu mengekspresikan dan mengerti


orang lain. Klien tingagal bersama suami dan 3 orang anaknya

- Pertahanan koping: pengambil keputusan suami klien, jika stres tidur dan diam, yang
dapat dilakukan perawatan agar klien merasa nyaman dan aman adalah memberikan
penjelasan mengenai penyakit klien dan pelaksanaan operasinya

- Sistem nilai kepercayaan: Tuhan YME merupakan sumber kekuatan, setiap minggu
mengikuti pengajian

5. Pemeriksaan fisik :

Keadan Umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 79x/menit, regular, kuat angkat
BB : 50 kg
TB : 150 cm
IMT : 20.2 kg/m2 (normoweight)
Pernapasan : 20x/menit, regular
Suhu : 36,7o C
Head to toe

Kepala : Normocephal

Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-

Hidung : Sekret -/-, septum deviasi (-)

Telinga : Normotia, otorhea -/-, sekret -/-

Mulut : Mukosa bibir lembab, terlihat stomatitis pada langit-langit mulut di belakang
gigi incisivus, lesi berwarna putih bulat dengan ukuran kira-kira 0.2 cm x 0.2 cm

Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Paru

I : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga -, spider nevi -, sikatriks –

P : Krepitasi -, masa - , fremitus lapang paru kiri – kanan

P : Sonor pada seluruh lapang paru

A : Bunyi napas pokok vesikuler +/+, bunyi napas tambahan -

Jantung

I : Ictus cordis tidak terlihat

P: Ictus cordis teraba pada IC V line midclavicularis sinistra, tidak kuat angkat

P: kanan atas: IC II line parasternalis dextra, kanan bawah: IC IV linea parasternalis


dextra, kiri atas: IC II linea parasternalis sinistra, kiri bawah: IC IV linea
medioclavicularis sinistra.

A: BJ I dan II regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

I : Scar (-), spider nevi (-)

A : BU (+) normal

P : Timpani di seluruh kuadran abdomen

P : Supel
Ekstremitas

 Atas : CRT <2 detik, akral hangat, udem -/-, turgor kulit normal
 Bawah : CRT <2 detik, akral hangat, udem -/-, turgor kulit normal

Rencana Terapi :
 Parasetamol 500 mg 3 x 1
 Tablet vitamin C 1 x 1
 Tablet Zinc 1 x 1

B. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Etiologi/ Faktor umum


Data Fokus/ Defining Masalah
No yang berhubungan /
Characteristic Keperawatan
Faktor Resiko
1. DS : Nyeri kerusakan membran
mukosa mulut
 Nyeri pada mulut sejak
seminggu yang lalu
 Semakin sakit jika
kontak dengan benda
lain dan saat makan

DO :

 Skala nyeri 5/10


 Terlihat stomatitis pada
langit-langit mulut di
belakang gigi incisivus,

2. DS : Perubahan Proses Inflamasi/


membran mukosa peradangan
 Nyeri saat kontak oral
dengan benda lain dan
saat makan

DO :

 Terdapat Lesi berwarna


putih bulat dengan
ukuran kira-kira 0.2
cm x 0.2 cm

3. Resiko Perubahan mukosa oral,


Ketidakseimbangan penurunan keinginan
Nutrisi kurang dari untuk makan karena
kebutuhan tubuh nyeri di mukosa mulut

Diagnosa Keperawatan yang muncul adalah :


1) Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral

2) Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)

3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


perubahan mucosa oral, penurunan keinginan untuk makan akibat rasa nyeri di mukosa mulut

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan nyeri dapat berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

1. Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulut

2. Lesi berkurang dan berangsur sembuh

3. Membran mukosa oral lembab

4. Tidak bengkak dan hiperemi

5. Suhu badan normal


Intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri

2. Anjurkan makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang mengandung zat kimia

3. Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin

4. Menghindari pasta gigi yang merangsang

5. Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigitmakanan

6. Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid

7. Beri penjelasan tentang faktor penyebab

8. Beri penjelasan keluarga terhadap pentingnya kebersihan oral

9. Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran terutama vitamin
B12, Vitamin C dan zat Besi

DX 2. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan mukosa oral kembali normal dan lesi berangsur sembuh

Kriteria Hasil :

1. Mukosa oral kembali normal (tidak bengkak dan hiperemi)

2. Lesi berkurang dan berangsur sembuh

3. Membran mukosa oral lembab

Intervensi :

1. Ajarkan untuk mencegah hal-hal yang bisa memicu terjadinya stomatitis


2. Kaji adanya komplikasi akibat kerusakan membran mukosa oral

3. Kolaborasi pemberian antibiotik dan obat kumur

4. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada
rongga mulut

5. Ajarkan oral hygene yang baik

DX 3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


perubahan mucosa oral, penurunan keinginan untuk makan akibat rasa nyeri di mukosa
mulut

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan statusnutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil:

1. Status nutrisi terpenuhi

2. Nafsu makan klien timbul kembali

3. Berat badan normal

Intervensi :

1. Kaji status nutrisi pasien

2. Anjurkan makan dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering

3. Pantau berat badan

4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi

5. Berikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat penting bagi keseimbangan
metabolisme tubuh
BAB III
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyajikan persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam tinjauan teoritis
dengan tinjauan kasus. Untuk mendapatkan pembahasan yang sistematis, maka penulis membahas
berdasarkan pengkajian kepada pasien, diagnosa yang keluar dari hasil pengkajian maka timbulah
perencanaan yang dilakukan kepada pasien tersebut dan melaksanakan dari hasil perencanaan.

1. Pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan

Ditinjau secara umum, maka hasil pengkajian pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan
pengkajian pada tinjauan teoritis. Setelah penulis melakukan pengkajian pada Ny. M dengan
Stomatitis, didapatkan hasil pengkajian pada tinjauan kasus klien mengalami keluhan nyeri pada
mulut, terus menerus, bertambah bila kontak dengan benda lain dan saat makan. Pada pemeriksaan
fisik, ditemukan adanya stomatitis pada langit-langit mulut di belakang gigi incisivus, lesi
berwarna putih bulat dengan ukuran kira-kira 0.2 cm x 0.2 cm.

Adapun diagnosa keperawatan yang terdapat di tinjauan teoritis sedikit berbeda dengan tinjauan
kasus, karena diagnosa keperawatan yang terdapat ditinjauan kasus tidak ditemukan gangguan
komunikasi pada pasien, sehingga tidak ditegakkan diagnosa gangguan komunikasi verbal.
Namun demikian 3 diagnosa keperawatan lainnya yang muncul dalm teori masih relevan dengan
kasus tersebut.

2. Perencanaan Keperawatan

Pada tahap perencanaan penulis tidak banyak menemui permasalahan dalam merencanakan
intervensi. Sesuai dengan permasalahan yang dialami klien, maka rencana keperawatan juga
sesuai menurut prioritas agar pemenuhan kebutuhan klien dapat terpenuhi. Dan perencanaan di
tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan tinjauan teoritis
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti
tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur, dan penggunaan obat kemoterapi
(Potter & Perry, 2005). Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal
(pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit dan dasar mulut. Ada 4 klasifikasi stomatitis, yaitu
Mycotic stomatitis, Gingivostomatitis, Denture stomatitis, dan Aphthous stomatitis. Keluhan utama
yang sering muncul pada pasien stomatitis adalah nyeri atau pedih pada bagian yang terkena stomatitis.
Penatalaksanaannya dengan cara medis dan proses keperawatan, yang paling penting cara
penanganannya adalah dengan cara menjaga kebersihan oral klien.

Salah satu factor penyebab stomatitis yaitu perhatian yang kurang terhadap rongga mulut.
Stomatitis dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang
mengandung antibiotic dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Penyakit stomatitis
dapat dihindari dengan cara menjaga kebersihan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup
terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi.

4.2 Saran

Tugas dan peran utama perawat harus dilakukan dengan baik agar meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan juga sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat.
Pemberian asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan pasien, begitu pula
dengan pasien stomatitis. Maka diharapkan bagi seorang perawat untuk lebih memahami serta
menambah pengetahuan lebih dalam akan perkembangan penyakit stomatitis sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
STOMATITIS

KELOMPOK
1. JAELANI
2. JULIANUS
3. RINA ANNISA
4. RUDI HARYANTO

PROGRAM NON REGULER S1 KEPERAWATAN

STIKES YATSI TANGERANG

TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai