Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren) atau yang biasa disebut penyakit
sariawan merupakan suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut,
biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser
tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut
yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah,
dasar mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring.
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak
dengan pengiritasi seperti tembakau; defisiensi vitamin; infeksi oleh
bakteri, virus atau jamur;atau penggunaan obat kemoterapi (Potter &
Perry,2005).
Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa
bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, langit-langit dan dasar mulut.
(Donna L.Wong dkk).
Stomatitis merupakan infeksi umum yang bisa meluas ke mukosa
bukal, bibir dan palatum (William dan wilkins, 2008).
Stomatitis merupakan gangguan di rongga mulut, berupa bercak putih
kekuningan dengan permukaan agak cekung (Rita Juniriani Primisasiki,
2007)
Stomatitis merupakan luka membulat dan berwarna putih yang
dikelilingi oleh keadaan selaput lender yang memerah (Agus Susanto,
2007)
Penyakit infeksi pencernaan pada anak yaitu stomatitis dialami 15-20
% pada masyarakat dan 80% pada usia >20 tahun, bila di atas usia
tersebut kemungkinan besar penyebabnya merupakan suatu yang lebih
kompleks. Di Amerika terdapat 29,6 % dari perokok mengalami stomatitis.
Sedangkan SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren ) lebih banyak terjadi pada
wanita.
SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-
tanda adanya penyakit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut
yang paling menyakitkan terutama sewaktu makan, menelan dan
berbicara. Penyakit ini ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa

1
dan tidak menular. Tetapi bagi orang -orang yang menderita SAR dengan
frekuensi yang sangat tinggi akan merasa sangat terganggu. Beberapa ahli
menyatakan bahwa SAR bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri,
tetapi lebih merupakan gambaran beberapa keadaan patologis dengan
gejala klinis yang sama. SAR dapat membuat frustasi pasien dan perawat
dalam merawatnya, karena kadang-kadang sebelum ulser yang lama
sembuh ulser baru dapat timbul dalam jumlah yang lebih banyak.
Penderita SAR membutuhkan pengobatan dan perawatan yang tepat
dan benar, pengobatan yang diberikan haruslah rasional. Perawatan pada
pasien SAR juga harus diperhatikan, seperti defisiensi zat besi terhadap
tubuh pasien.
Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman mengenai penyakit
stomatitis aftosa rekuren, pengertian tentang, etiologi stomatitis aftosa
rekuren dan faktor risiko, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway,
pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis,
keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita stomatitis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perjalanan penyakit SAR?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan SAR?

1.3 Tujuan
1. Megetahui perjalanan penyakit SAR.
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan SAR.

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Penyakit Stomatitis


SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren) atau yang biasa disebut penyakit
sariawan merupakan suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut,
biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser

2
tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut
yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah,
dasar mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring.
Stomatitis merupakan luka membulat dan berwarna putih yang
dikelilingi oleh keadaan selaput lender yang memerah (Agus Susanto,
2007)
Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa
bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi,l angit-langit dan dasar mulut.
(Donna L.Wong dkk).
Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR bukan merupakan penyakit
yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran beberapa keadaan
patologis dengan gejala klinis yang sama. karena kadang-kadang sebelum
ulser yang lama sembuh ulser baru dapat timbul dalam jumlah yang lebih
banyak.

2.2 Klasifikasi
Penyakit ini dikelompokkan dalam empat jenis, yaitu :
1. Mycotic Stomatitis
Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya
infeksi mulut atau rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic
stomatitis, disebabkan oleh pertumbuhan Candida albicans , yang
merupakan penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan
kucing. Hal ini ditandai dengan adanya bercak putih kekuningan pada
lidah atau membran mukosa. Mycotic stomatitis biasanya dihubungkan
dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan terapi antibiotik yang
lama, atau pemberian immunosuppression. Pada mycotic stomatitis
sering kali pada jaringan terjadi kemerahan dan timbul ulsor di bagian
rongga mulut.
2. Gingivostomatitis
Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian
mulut lainnya, yang menimbulkan nyeri. Gusi tampak berwarna merah
terang dan terdapat banyak luka terbuka yang berwarna putih atau
kuning di dalam mulut.
3. Denture stomatitis atau Chronic stomatitis
Denture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada mukosa penyangga

3
gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut
ditandai dengan adanya eritema di bawah gigi tiruan lengkap atau
sebagian baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Budtz-
Jorgensenl mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan
oleh bermacam- macam faktor yaitu: trauma, infeksi, pemakaian gigi
tiruan yang terus-menerus, oral hygiene jelek, alergi, dan gangguan
faktor sistemik. Oleh karena itu, gambaran klinis maupun gambaran
histopatologis juga bervariasi.
4. Aphthous stomatitis
Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling umum
sering terjadi. Sariawan ini adalah jenis ulkus yang sangat nyeri pada
jaringan lunak mulut, bibir, lidah, pipi bagian dalam, pharing, dan
langit-langit mulut halus. Tipe sariawan ini tidak menular. Stomatitis
aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya:
a Sariawan akut bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit,
dan sebagainya. Pada sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan
sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari.
b Sariawan kronis akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi
tindakan apa-apa. Sariawan jenis ini disebabkan oleh
xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering,
kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya
kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari
xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress),
perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap
makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin
atau sedatif.

Adapun secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3


subtipe, diantaranya:

1) Stomatitis aphtosa minor (MiRAS)


Sebagian besar pasien (80%) menderita stomatitis aphtosa
bentuk minor ini. Yang ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval,
dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh
pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung

4
mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial,
mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa tunggal atau
merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan
sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari tanpa meninggal bekas.
Ulkus ini mempunyai kecendrungan untuk terjadi pada mukosa
bergerak yang terletak pada kelenjar saliva minor
Ulkus yang berkelompok dapat menetap dalam jangka
waktu beberapa bulan. Ulserasi yang menetap seringkali sangat
sakit dan biasanya mempunyai gambaran tak teratur. Frekuensi
SAR lebih sering pada laki-laki dari pada wanita dan mayoritas
penyakit terjadi pada usia antara 10 dan 30 tahun. Pasien dengan
ulser minor mengalami ulserasi yang berulang dan lesi individual
dapat terjadi dalam jangka waktu pendek dibandingkan dengan
tiga jenis yang lain. Ulser ini sering muncul pada mukosa non
keratin. Lesi ini didahului dengan rasa terbakar, gatal dan rasa
pedih dan adanya pertumbuhan makula eritematus. Ulserasi
berdiameter 3-10 mm dan sembuh tanpa luka dalam 7-14 hari.
2) Stomatitis aphtosa major (MaRAS)
Hanya sebagian kecil dari pasien (10%) yang terjangkit
stomatitis aphtosa jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada
jenis ini lebih hebat dari pada stomatitis jenis minor (MiRAS).
Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan
berlangsung selama 4 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada
bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah
berkeratin. Stomatitis aphtosa major ini meninggalkan bekas,
bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita
MaRAS, jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi.
Ulser mayor dikenal sebagai periadenitis mukosa nekrosis yang
rekuren atau disebut juga penyakit Sutton. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, namun banyak bukti yang berhubungan
dengan defek imun.
3) Ulserasi herpetiformis (HU)
herpetiformis digunakan karena bentuk klinis dari HU
(yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu)

5
mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus
herpes ini tidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam
setiap bentuk ulserasi aphtosa. Herpertiformis apthous
stomatitis menunjukkan lesi yang besar dan frekuensi terjadinya
berulang. Pada beberapa individu, lesi berbentuk kecil dan
berdiameter rata-rata 1-3 mm. Gambaran dari ulser ini adalah
erosi-erosi kelabu putih yang jumlahnya banyak, berukuran
sekepala jarum yang membesar, bergabung dan menjadi tak jelas
batasnya. Pada awalnya ulkus-ulkus tersebut berdiameter 1-2 mm
dan timbul berkelompok terdiri atas 10-100. Mukosa disekitar
ulkus tampak eritematous dan diperkirakan ada gejala sakit.
4) Oral thrush
Sariawan yang disebabkan jamur Candida Albican,
biasanya banyak dijumpai di lidah. Pada keadaan normal, jamur
memang terdapat di dalam mulut. Namun, saat daya tahan tubuh
anak menurun, ditambah penggunaan obat antibioka yang
berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian,
jamur Candida Albican akan tumbuh lebih banyak lagi.
5) Stomatitis Herpetik
Sariawan yang disebabkan virus herpes simplek dan
beralokasi di bagian belakang tenggorokan. Sariawan di
tenggorokan biasanya langsung terjadi jika ada virus yang sedang
mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh sedang rendah
sehingga sistem imun tidak dapat menetralisir atau mengatasi virus
yang masuk sehingga terjadilah ulser

Menurut Williams dan Wilkins pada tahun 2008 membagi


stomatitis berdasarkan tanda dangejalanya, yaitu:
a Stomatitis hipertik akut
1. Nyeri sperti terbakar di mulut
2. Gusi membengkak dan mudah berdarah, selaput lendir
terasa perih
3. Ulse papulovesikular di dalam mulut dan tenggorokan;
akhirnya menjadi lesi berkantung keluar disertai areloa
ynag memerah, robek, dan membertuk sisik.
4. Limfadenitis submaksilari

6
5. Nyeri hilang 2 sampai 4 hari sebelum ulser sembuh secara
keseluruhan
b. Stomatitis aftosis
1. Selaput lendir terasa terbakar, kesemutan, dan sedikit
membengkak
2. Ulser tunggal ataupun multipel, berbentuk kecil dengan
pusat berwarna keputihan dan berbatas merah
3. Nyeri berlangsung 7 samapi 10 hari, dan sembuh total
dalam 1 sampai 3 minggu.

2.3 Etiologi
A. berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
1) Kebersihan mulut yang kurang
Kebersihan mulut berhubungan dengan keadaan gigi
pasien. Apabila higiene gigi pasien buruk, sering dapat menjadi
penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
2) Makanan atau minuman yang panas dan pedas
Makanan atau minuman yang pedas atau panas dapat
berpengaruh terhadap mukosa yang ada didalam mulut yang
berfungsi sebagai alat pertahanan dalam melawan infrksi. Selain
itu, juga bserpengaruh terhadap bermacam-macam kuman yang
merupakan bagian dari pada flora mulut dan tidak menimbulkan
gangguan apapun dan disebut apatogen. Daya tahan mulut dapat
menurun karena termik. Jika daya tahan mulut atau tubuh
menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen
dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai
penyakit/infeksi.
3) Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.
Bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan
ulsersehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa.
4) Infeksi jamur
Hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan
tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.
5) Infeksi virus

7
Stomatitis karena herpes simplex stomatitis (HSV) terjadi
sebagai utama atau infeksi tambahan. Infeksi tambahan ini adalah
sering banyak terjadi. dua tipe HSV dapat
diidentifikasikan : HSV tipe 2 dengan penyebab lesi genital dan
HSV tipe 1 dengan respon dari lesi nongenital. awal terjadinya
virus merupakan hasil utama dari infeksi HSV biasa disebut
stomatitis Herpes Akut. keseragaman ukuran gelembung
frekuensinya lebih banyak terjadi dilidah, palatum dan mukosa
bucal dan labial. gelembung burut terjadi setelah nyeri luka
meninggalkan areanya yang mengelilingi sekitar garis tepi
erythematous. lesi ditingkat ini biasa terjadi di luka aphathous. area
yang terkena luka 10 sampai 14 hari. Gelembung mukosa
umumnya disertai dengan inflamasi akut gingiva, saat dengan lesi
herpes. Karakteristik lidah dengan keputih-putihan dan klien
mengatakan adanya bau busuk di pernafasannya. infeksi HSV
utama dikarakteristikkan dari gejala yang timbul dari infeksi
termasuk kelemasan, panas dan pembesaran dalam limpa.
6) Letak susunan gigi atau kawat gigi
Letak dan susunan gigi yang tidak teratur akan sanagt
berpengaruh terhadap kebersihan gigi. Dimana terjadi kesulitan
dalam proses membersihkan kotoran yang tersangkut atau melekat
pada baian yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.

B. Etiologi yang berasal dari keadaan luar mulut seperti :


1) Rokok
Asap rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya yang
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit terutama pada
stomatitis. Pada penyakit ini, asap rokok yang mengandung zat-zat
yang berbahaya masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang banyak
terdapat mukosa sebagai alat perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Zat-zat adaptif tersebut yang berasal dari asap rokok menyebabkan
kerusakan pada mukosa-mukosa didalam mulut. Sehingga terjadi
penurunan imun terutama pada bagian mulut yang menyebabkan
mulut rentan terhadap penyakit.

8
2) Pada penggunaan obat kumur
Obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering
(misalnya alkohol, lemon/gliserin) harus dihindari. Zat-zat seperti
alkohol di atas dapat menyebabkan kerusakan yang pada sel-sel
mukosa dalam mulut yang bertugas dalam menghasilkan sekret
sebagai bentuk pertahanan tubuh.
3) Reaksi alergi
Sariawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu.
Jenis makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita.
4) Alergi
bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan
antara beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser. Gejala timbul
biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi makanan tersebut
5) Faktor psikologis (stress)
Kortison merupakan salah satu hormon utama yang
dikeluarkan oleh tubuh sebagai reaksi terhadap stres. Hormon ini
menigngkatkan tekanan darah dan mempersiapkan tubuh untuk
respon melawan. Akan tetapi apabila stres berlebih akan
menyebabkan hormon ini juga dihasilkan berlebih sehingga respon
tubuh dalam melawan bakteri berlebih (ada tidaknya bakteri akan
bekerja sehingga akan merusak sel-sel yang sehat).
6) Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi).
Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari
siklus haid pada beberapa penderita wanita.
7) Kekurangan vitamin C
Mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan
penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya
mengakibatkan sariawan.
8) Kekurangan vitamin B dan zat besi
Dapat menimbulkan sariawan.
9) Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan
Seperti: Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease
sering disertai timbulnya stomatitis apthosa.

9
2.4 Faktor Resiko
Sampai saat ini penyebab utama dari stomatitis belum diketahui.
Stomatitis dapat bersifat infeksius dan dapat disebabkan oleh factor-faktor
local maupun sistemik (Donna L.Wong dkk). Tetapi ada faktor-faktor yang
diduga kuat menjadi pemicu atau pencetus terjadinya stomatitis yaitu:
1. Trauma
Ulser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi
akibat trauma. Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan klinis,
bahwa sekelompok ulser terjadi setelah adanya trauma ringan pada
mukosa mulut. Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat berbicara,
kebiasaan buruk, atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi,
makanan atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi. Trauma bukan
merupakan faktor yang berhubungan dengan berkembangnya SAR
pada semua penderita tetapi trauma dapat dipertimbangkan sebagai
faktor pendukung.
2. Defesiensi Nutrisi
Wray (1975) meneliti pada 330 pasien SAR dengan hasil 47 pasien
menderita defisiensi nutrisi yaitu terdiri dari 57% defisiensi zat besi,
15% defisiensi asam folat, 13% defisiensi vitamin B12, 21%
mengalami defisiensi kombinasi terutama asam folat dan zat besi dan
2% defisiensi ketiganya. Penderita SAR dengan defisiensi zat besi,
vitamin B12 dan asam folat diberikan terapi subtitusi vitamin tersebut
hasilnya 90% dari pasien tersebut mengalami perbaikan.
Faktor nutrisi lain yang berpengaruh pada timbulnya SAR adalah
vitamin B1, B2 dan B6. Dari 60 pasien SAR yang diteliti, ditemukan
28,2% mengalami penurunan kadar vitamin-vitamin tersebut.
Penurunan vitamin B1 terdapat 8,3%, B2 6,7%, B6 10% dan 33%
kombinasi ketiganya. Terapi dengan pemberian vitamin tersebut
selama 3 bulan memberikan hasil yang cukup baik, yaitu ulserasi
sembuh dan rekuren berkurang.
Dilaporkan adanya defisiensi Zink pada penderita SAR, pasien
tersebut diterapi dengan 50 mg Zink Sulfat peroral tiga kali sehari
selama tiga bulan. Lesi SAR yang persisten sembuh dan tidak pernah

10
kambuh dalam waktu satu tahun. Beberapa peneliti lain juga
mengatakan adanya kemungkinan defisiensi Zink pada pasien SAR
karena pemberian preparat Zink pada pasien SAR menunjukkan
adanya perbaikan, walaupun kadar serum Zink pada pasien SAR pada
umumnya normal.
3. Alergi dan Sensifitas
Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan
(hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu. Alergi merupakan suatu
reaksi antigen dan antibodi. Antigen ini dinamakan alergen, merupakan
substansi protein yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak
dapat membentuk antibodinya sendiri.
SAR dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap
beberapa bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik
atau permen karet dan bahan gigi palsu atau bahan tambalan serta
bahan makanan.29,30 Setelah berkontak dengan beberapa bahan yang
sensitif, mukosa akan meradang dan edematous. Gejala ini disertai rasa
panas, kadang-kadang timbul gatal-gatal, dapat juga berbentuk vesikel
kecil, tetapi sifatnya sementara dan akan pecah membentuk daerah
erosi kecil dan ulser yang kemudian berkembang menjadi SAR.

4. Obat-obatan
Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta
blockers, agen kemoterapi dan nicorandil telah dinyatakan
berkemungkinan menempatkan seseorang pada resiko yang lebih besar
untuk terjadinya SAR.
5. Penyakit Sistemik
Beberapa kondisi medis yang berbeda dapat dikaitkan dengan
kehadiran SAR. Bagi pasien yang sering mengalami kesulitan terus-
menerus dengan SAR harus dipertimbangkan adanya penyakit sistemik
yang diderita dan perlu dilakukan evaluasi serta pengujian oleh dokter.
Beberapa kondisi medis yang dikaitkan dengan keberadaan ulser di
rongga mulut adalah penyakit Behcets, penyakit disfungsi neutrofil,
penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS, dan sindroma Sweets.
6. Merokok
Adanya hubungan terbalik antara perkembangan SAR dengan
merokok. Pasien yang menderita SAR biasanya adalah bukan perokok,

11
dan terdapat prevalensi dan keparahan yang lebih rendah dari SAR
diantara perokok berat berlawanan dengan yang bukan perokok.
Beberapa pasien melaporkan mengalami SAR setelah berhenti
merokok. Kekurangan nutrisi, terutama vitamin B12, asam folat dan
zat besi. Sariawan juga identik dengan kekurangan vitamin C.
Kekurangan vitamin itu memang mengakibatkan jaringan di dalam
rongga mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah
robek yang akhirnya menyebabkan sariawan. Namun, kondisi tersebut
dapat diatasi jika kita sering mengonsumsi buah dan sayuran.
7. Stress
Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh
terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor
yang berperan secara tidak langsung terhadap ulser stomatitis rekuren
ini.
8. Gangguan Hormonal
Pada wanita, sering terjadinya SAR di masa pra menstruasi bahkan
banyak yang mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga
berhubungan dengan faktor hormonal. Hormon yang dianggap
berperan penting adalah estrogen dan progesteron.
Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan
progesteron secara mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan
terjadinya penurunan aliran darah sehingga suplai darah utama ke
perifer menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel
termasuk rongga mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga
menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan
rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron
dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut
9. Gangguan Imunologi
Tidak ada teori yang seragam tentang adanya imunopatogenesis
dari SAR, adanya disregulasi imun dapat memegang peranan
terjadinya SAR. Salah satu penelitian mungungkapkan bahwa adanya
respon imun yang berlebihan pada pasien SAR sehingga menyebabkan
ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin
dari limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak

12
diketahui.16 Menurut Bazrafshani dkk, terdapat pengaruh dari IL-1B
dan IL-6 terhadap resiko terjadinya SAR. Menurut Martinez dkk, pada
SAR terdapat adanya hubungan dengan pengeluaran IgA, total protein,
dan aliran saliva. Sedangkan menurut Albanidou-Farmaki dkk,
terdapat karakteristik sel T tipe 1 dan tipe 2 pada penderita SAR.
10. Penggunaan gigi tiruan
Dengan posisi yang tidak pas atau ada bagian dari gigi tiruan yang
mengiritasi jaringan lunak.
11. Genetik
Faktor ini dianggap mempunyai peranan yang sangat besar pada
pasien yang menderita SAR. Faktor genetik SAR diduga berhubungan
dengan peningkatan jumlah human leucocyte antigen(HLA), namun
beberapa ahli masih menolak hal tersebut. HLA menyerang sel-sel
melalui mekanisme sitotoksik dengan jalan mengaktifkan sel
mononukleus ke epitelium.9,16,26 Sicrus (1957) berpendapat bahwa
bila kedua orangtua menderita SAR maka besar kemungkinan timbul
SAR pada anak-anaknya. Pasien dengan riwayat keluarga SAR akan
menderita SAR sejak usia muda dan lebih berat dibandingkan pasien
tanpa riwayat keluarga SAR.

2.5 Manifestasi Klinis


1. Masa prodromal atau penyakit
1 24 jam :Hipersensitive dan perasaan seperti terbakarb.
2. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya edema atau pembengkangkan setempat dengan
terbentuknya makula pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari.c.
3. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-
tengahnya, batas sisinya merah dan edema tonsilasi ini bertahan lama
1 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda
yaitu 1 5 minggu.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

13
Pemeriksaan Penunjang yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan
swab atau kumur sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan
biopsi.
2. Pemeriksaan laboratorium :
a. WBC menurun pada stomatitis sekunder
b. Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek
stomatitis
c. Pemeriksaan cultur bakteri: eksudat untuk membentuk
vincents stomatitis

2.7 Penatalaksanaan SAR


Penatalaksanaan medis untuk mengatasi stomatitis adalah sebagai berikut:
1. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti
cabai
2. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
3. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi
yang cukup, terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan
zat besi
4. Hindari stress
5. Pemberian Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain
diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan
dengan 2 3 ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat dapat
diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon
topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan
menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada
responsif terhadap kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan
dakson dan bila gagal juga maka di berikan talidomid.
6. Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif.
Pada beberapa kasus diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal
dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan menggunakan
antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit
topikal. Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa

14
sakit topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah
menghindari faktor pencetus. Terapi yang dianjurkan yaitu:
a) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan
pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien
dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien
dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan
pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
b) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada
perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama
perawatan dan pada waktu follow-up. Periode follow-up
mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.

2.8 Pencegahan
Pencegahan pada stomatitis ditekankan untuk menghindari faktor
pencetus yang dapat menimbulkan stomatitis. Pencegahan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. hindari faktor etiologi.
2. pelihara kesehatan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang
cukup terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi.
3. hindari stress yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala.
4. usahakan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut anak.
5. hati-hati saat menggosok gigi anak agar tidak menimbulkan luka pada
mulut.
6. hindari memberikan makanan yang terlalu panas pada anak, berikan
makanan yang lembut dan mudah ditelan.
7. hindari memberikan anak dot yang berkontur kasar dan terbuat dari
karet yang keras.
8. perbanyak makan yang mengandung B3 seperti serelia, hati, ayam,
daging, kacang-kacangan, apukat dan lain sebagainya.
9. anjurkan anak makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan
kususnya bervitamin c;aturlah makanan agar tetap seimbang sehingga
tidak kekurangan gizi

15
2.9 Komplikasi
Stomatitis jarang menyebabkan komplikasi yang serius namun dapat
terjadi infeksi luas di daerah bibir dan rongga mulut seperti abses dan
radang. Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia, yaitu:
1. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi
tidak teratur
2. Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
3. Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
4. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah
perih.

Ada beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh penatalaksanaan medis


yaitu:

Komplikasi akibat kemoterapi


Mukosa mulut akan menjadi tereksaserbasi ketika agen
kemoterapik yang menghasilkan toksisitas mukosa diberikan dalam
dosis yang tinggi atau berkombinasi dengan ionisasai penyinaran
radiasi.
Komplikasi akibat radiasi
Penyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya
menyebabkan perubahan histologis dan fisiologis pada mukosa
oral yang disebabkan oleh terapi sitotoksik, tetapi juga
menghasilkan gangguan struktural dan fungsional pada jaringan
pendukung termasuk glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi
radiasi pada tulang yang berhubungan dengan gigi menyebabkan
hipoksia, berkurangnya suplai darah ke tulang, hancurnya tulang
bersamaan dengan terbukanya tulang, infeksi, dan nekrosis.
Komplikasi oral
a. Mukositis
Mukositis merupakan suatu respon inflamasi toksik
yang mempengaruhi traktus gastrointestinal dari mulut
sampai anus. Tipikal mukositis termanifestasi sebagai suatu
eritomatous, lesi seperti terbakar, dan lesi ulseratif.
b. Infeksi Mukolitis
Mukositis oral dapat berkomplikasi dengan infeksi
pada pasien dengan sistem imun yang menurun. Tidak

16
hanya mulut yang dapat terinfeksi, tetapi hilangnya epitel
oral sebagai suatu sistem pertahanan barrier terjadi pada
infeksi lokal dapat menghasilkan jalan bagi
mikroorganisme pada sirkulasi sistemik.
c. Xerrostomia
Xerrostomia merupakan keadaan berkurangnya
sekresi dari glandula saliva. Gejala klinik xerrostomia
adalah rasa kering, sensasi terbakar pada rongga oral dan
lidah, bibir prcah-prcah, celah atau fissura pada sudut
mulut, perubahan pada permukaan lidah, dan peningkatan
akan kebutuhan cairan. Xerostomia dapat disebabkan oleh
reaksi inflamasi dan efek degeneratif radiasi ionisasi.

17
WOC

18
19
20
21
BAB III
ASKEP TEORI PADA PASIEN POLISITEMIA

3.1 Pengkajian
Pengumpulan data
1. Biodata Pasien, meliputi :
a. Nama pasien: agar lebih mudah memanggil, mengenali klien
antara yang satu dengan yang lainnya, agar tidak keliru.
b. Umur : Stomatitis dapat menyerang semua umur, namun
mayoritas dapat menyerang pada usia antara 20-40 tahun yang
lebih cenderung terjadi pada wanita.
c. Jenis kelamin : Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi
penurunan estrogen dan progesteron secara mendadak. Penurunan
estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah
sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan terjadinya
gangguan keseimbangan sel-sel termasukrongga mulut,
memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi
yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap
iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron dianggap
berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut.
d. Linkungan : lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk.
e. Pendidikan : mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang
penyakitnya serta pemberian informasi yang tepat bagi klien.
f. Pengkajian Psikososial : Kaji apakah keluarga tidak
memperhatikan kebersihan mulut dan tempat bermain anak di
lingkungan kumuh atau tidak, sosial stress psikologis, stress fisik,
misalnya penyakit sistemik yang berat, gaya hidup (alkohol,
perokok), riwayat penggunaan serta pemberian obat penekan
sistem imun jangka panjang seperti steroid, obat antibiotik jangka
panjang.

22
g. Riwayat nutrisi : kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan zat besi serta
pola makan yang buruk, misalnya hanya mengkonsumsi
karbohidrat dan protein saja.
h. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Pasien yang menderita
stomatitis akan lebih lama sembuhnya dikarenakan kondisi fisik
yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang kurang
(energi/kalori yang diperlukan tidak mencukupi dalam proses
penyembuhan). Biasanya pasien yang menderita stomatitis
mengalami penurunan berat badan karena intake nutrisi yang
kurang sehingga mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan.
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama pasien dengan stomatitis biasanya adalah nyeri
karena mukosaoral mengalami peradangan dan bibir pecah-pecah.
3. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang.
Pemeriksaan difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang
pernah dialami seperti mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk, rasa
terbakar, bengkak, panas dalam, anoreksia, sukar menelan
4. Anamnesis riwayat kesehatan dahulu.
kline pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem
imun menurun sehingga lebih mudah terkena stomatitis, atau memang
pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit oral lainnya.
5. Anamnesis riwayat kesehatan keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan
terjadinya stomatitis. Karena ada juga teori yang menyebutkan bahwa
penyebab utama dari stomatitis atau sariawan adalah keturunan.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak
yang orang tuanya menderita stomatitis lebih rentan untuk mengalami
stomatitis juga.
6. Pengkajian Per-sistem :
1) Sistem Integumen
Bibir pecah-pecah,somatitis,bercak putih pada mulut, fisura
oral, lidah putih, xerostomia, lesi pda mulut,ulsor pada mulut,
2) Sistem Muskuloskeletal
Nyeri mulut, rasa nyeri ketika bergerak di area leher,
3) Sistem pernafasan
Bernafas pelan- pelan

23
4) Sistem Renal
Edema pada bagian leher karena pembengkakan
5) Sistem saraf
Sering terjadi keringat dingin, demam, gusi bengkak,
berdarah, sakit gigi
6) Gastrointestinal :
muntah, nafsu makan menurun, chorn disease, colitis
ulserativ, ceciac disease.

3.2 Analisa Data

NS. Kerusakan membrane mukosa oral (00045 )

DIAGNOSIS : Domain 11 : Keamanan/perlindungan


(NANDA-I) Kelas 2 : cidera fisik
DEFINITION: Cidera pada bibir, jaringan lunal, rongga mulut, dan/atau orofaring
DEFINING Adanya massa (mis., hemmangioma)
CHARACTERIS Bercak berongga pada mulut
Bercak putih pada mulut
TICS
Denudasi mukosa
Deskuamasi
Drainase purulen oral-nasal purulen
Edema oral
Eksudat purulen oral-nasal
Eksudat seperti bubur y ang berwarna putih
Fisura oral
Gangguan menelan
Gusi pucat
Halitosis
Hyperemia
Hyperplasia gusi
Keilitis
Kesulitan bicara
Kesulitan makan
Lesi pada mulut
Lidah atrofik halus
Lidah berwarna putih
Lidah geografik
Makroplasia
Mukosa mulut pucat
Nodul mulut
Nyeri mulut

24
Papula mulut
Pembesaran tonsil
Penurunan kemampuan pengecap
Perdarahan
Plak putih pada mulut
Rasa tidak enak pada mulut
Rasa tidak nyaman pada mulut
Resesi gusi
Sakus (kantong) gusi lenih dari 4mm
Stomatitis
Ulkus pada mulut
Vesikal mulut
Xerostomia
RELATED Agen iritasi kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen
FACTORS: klorida, agen mustard)
Alergi
Dehidrasi
Depresi
Faktor mekanik (mis., pelepasan gigi palsu sakit, alat
ortodontik, alat untuk ventilasi atau makanan)
Gangguan autosom
Gangguang fungsi kongnitif
Gangguan prilaku (mis., kurang perhatiaan, prilaku
oposisi)
Hambatan keperawatan gigi
Hambatan perawatan diri
Iunodefisiensi
Imunosupresi
Infeksi
Iritan kimia (mis., alcohol, tembakau, makanan asam, obat,
penggunaan inhaler, atau agen berbahaya lainnya secara
teratur)
Kehilangan struktur pendukung
Konsumsi alcohol
Kurang kebersihan mulut
Kurang pengetahuan mengenai hygiene oral
Labiokisis (bibir sumbing)
Malnutrisi
Merokok
Palatokisis (palatum bercelah)
Penurunan kadar hormone pada wanita

25
Penurunan salvias
Penurunan trombosit
Penyakit autoimun
Pernafasan mulut
Program pengobatan
Puasa lebih dari 24 jam
Sindrom (mis., sjogren)
Stressor
Trauma oral
ASSESSMENT

Subjective data entry Objective data entry


tidak nafsu makan, bibir pecah- - TTV :
TD : /.. mmHg
pecah, susah manelan, muncul
RR :. x/menit
somatitis ketika panas dalam sejak 2 N : . x/menit
S :oC
hari yang lalu seperti terbakar dan
- BB : kg
tak kunjung sembuh.
- TB : cm
- Gangguan menelan
- Lidah berwarna putih
- Rasa tidak nyaman pada mulut
- Penurunan kemampuan pengecap
- Xerostomia
- Bercak putih pada mulut
- Lesi pada mulut
- Nyeri pada mulut
- Kesulitan makan
- Anoreksia
- Fisura oral
DIAGNOSIS

Ns. Diagnosis (Specify):


Client Kerusakan membrane mukosa oral
Diagnostic Related to:
Statement: Infeksi

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan pecahnya dan melepuhnya jaringan pada
mulut
2. Kerusakan membrane mukosa oral berhubungan dengan infeksi
3. Intoleransi aktivitas
3.4 Asumsi Keperawatan

26
1. Nyeri berhubungan dengan pecahnya dan melepuhnya jaringan pada
mulut (6)
2. Kerusakan membrane mukosa oral berhubungan dengan infeksi (15)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan anoreksia (2)

27
3.5 Intervensi
Inisial Nama :
Tanggal :
Dx.Kep : Kerusakan membrane mukosa oral
Definisi : Cidera pada bibir, jaringan lunak, rongga mulut, dan/ atau orofaring.

NIC NOC
Intervensi Aktivitas Rasional Outcome Indikator
Manajemen Observaton : Observation : Oral health 1. Kebersihan mulut
perawatan kesehatan Analgesic Untuk Definisi : (5)
2. Kebersihan lidah
oral topical/sistemik mengurangin rasa Condition of the mouth,
(5)
sesuai kebutuhan nyeri dan teeth, gums, and tongue. 3. Kelembaban
menghentikan mukosa bibir dan
Definisi : infeksi akibat ulser lidah (5)
Mempertahankan dan yang makin 4. Warna mukosa
meningkatkan membesar pada bibir (4)
5. Warna mukosa
hygiene oral dan rongga mulut
lidah (5)
kesehatan gigi bagi Pantau tanda-
pasien dengan resiko gejala glossitis Untuk melihat
lesi pada oral dan dan stomatitis adanya penyebaran
gigi

28
Action : ulsur pada area oral
Anjurkan asupan
protein, zat besi, Action :
vitamin C, sesuai Untuk memenuhi
kebutuhan antioksidan dalam
tubuh dengan
mengkonsumsi
makanan zat besi
dan vitamin C.
Tegaskan seperti bayam dan
perawatan mulut jeruk.
Mencegah
secara rutin
pertumbuhan
bakteri di dalam
Identifikasi resik
mulut
stomatitis Dapat mengetahui
sekunder oleh
terapi obat- obatan
karena terapi obat-
yang optimal pada
obat an
somatitis
Intruksikan pasien

29
untuk menggigit
permen yang tidak untuk
mengandung gula meningkatkan
Colaboration : saliva dan
Mengobservasi membersihkan gigi
TTV dan Colaboration :
perubahan Memberikan
neurologis klien informasi tentang
derajat atau ketidak
Konsultasi
adekuatan perfus
kedokter gigi jika
jaringan
mulut kering.
Mengetahi lebih
Iritasi dalam
lanjut tentang
ketidak nyamanan
perawatan oral
terjadi
secara mandiri dan
lebih teliti
Education :
Anjurkan pasien
untuk
Education :

30
membersihkan Untuk mencegah
mulut adanya bau mulut tidak
intruksikan dan
sedap
bantu pasien untuk
melakukan
Untuk mencegah
hygiene oral
adanya luka akibat
setelah makan dan
salah melakukan oral
sesuai kebutuhan
hygiene

31
3.6 Implementasi
Inisial Nama :
Tanggal :
Dx.Kep : Kerusakan membrane mukosa oral
Definisi : Cidera pada bibir, jaringan lunak, rongga mulut, dan/ atau orofaring.

NIC NOC
Intervensi Aktivitas Rasional Outcome Indikator
Manajemen Observaton : Observation : Oral health 1. Kebersihan mulut
perawatan kesehatan Analgesic Untuk Definisi : baik
2. Kebersihan lidah
oral topical/sistemik mengurangin rasa Condition of the mouth,
terjaga
sesuai kebutuhan nyeri dan teeth, gums, and tongue. 3. Kelembaban
menghentikan mukosa bibir dan
Definisi : infeksi akibat ulser lidah membaik
Mempertahankan dan yang makin 4. Warna mukosa
meningkatkan membesar pada bibir lembab
5. Warna lidah sehat
hygiene oral dan Pantau tanda- rongga mulut
Untuk melihat (merah muda)
kesehatan gigi bagi gejala glossitis
pasien dengan resiko adanya penyebaran
dan stomatitis
lesi pada oral dan ulsur pada area oral
gigi

32
Action :
Anjurkan asupan Action :
zat besi, vitamin Untuk memenuhi
C, sesuai antioksidan dalam
kebutuhan tubuh dengan
mengkonsumsi
makanan zat besi
dan vitamin C.
Tegaskan
seperti bayam dan
perawatan mulut
jeruk.
secara rutin Mencegah
pertumbuhan
Identifikasi resik bakteri di dalam
stomatitis mulut
sekunder oleh Dapat mengetahui
karena terapi obat- terapi obat- obatan
obat an yang optimal pada
Intruksikan pasien somatitis
untuk menggigit
permen yang tidak

33
mengandung gula untuk
untuk meningkatkan
meningkatkan saliva dan
saliva dan membersihkan gigi
membersihkan
gigi
Colaboration :
Mengobservasi
TTV dan
perubahan Colaboration :
neurologis klien Memberikan
informasi tentang
Konsultasi derajat atau ketidak
kedokter gigi jika adekuatan perfus
mulut kering. jaringan
Iritasi dalam Mengetahi lebih

ketidak nyamanan lanjut tentang

terjadi perawatan oral

Education : secara mandiri dan

34
Anjurkan pasien lebih teliti
untuk
membersihkan Education :
mulut Untuk mencegah
intruksikan dan adanya bau mulut tidak
bantu pasien untuk sedap
melakukan
Untuk mencegah
hygiene oral
adanya luka akibat
setelah makan dan
salah melakukan oral
sesuai kebutuhan
hygiene

35
3.7 Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan intervensi.

3.8 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapi dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang.
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien:
1. Tidak ada manifestasi syok
2. Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang
3. Kebutuhan volume cairan terpenuhi
4. Integritas mukosa oral terjaga
5. Klien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas
sampai tingkat dapat ditangani.
6. Klien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya.
7. Ekspresi wajah klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan
cemas berkurang.
8. Menunjukan pemahaman tentang tentang rencana terapeutik.
9. Klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinya.
10. Gaya hidup klien berubah.
11. Terjadi peningkatan membrane mukosa oral.
12. Penurunan resiko kekambuhan penyakit.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak
dengan pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh

36
bakteri, virus atau jamur, dan penggunaan obat kemoterapi (Potter &
Perry, 2005). Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat
meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit
dan dasar mulut.
Ada 4 klasifikasi stomatitis:
1 Mycotic stomatitis
2 Gingivostomatitis
3 Denture stomatitis
4 Aphthous stomatiti

Keluhan utama yang sering muncul pada pasien stomatitis adalah


nyeri atau pedih pada bagian yang terkena stomatitis. Penatalaksanaannya
dengan cara medis dan proses keperawatan, yang paling penting cara
penanganannya adalah dengan cara menjaga kebersihan oral klien.
Salah satu factor penyebab stomatitis yaitu perhatian yang kurang
terhadap rongga mulut. Stomatitis dapat diredakan dengan menggunakan
beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung
antibiotic dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur.
Penyakit stomatitis dapat dihindari dengan cara menjaga kebersihan gigi
dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama makanan yang
mengandung vitamin B12 dan zat besi.

4.2 Saran
Tugas dan peran utama perawat harus dilakukan dengan baik agar
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan
juga sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat. Pemberian asuhan
keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan pasien, begitu
pula dengan pasien stomatitis terutama pada anak. Maka diharapkan bagi
seorang perawat untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan

37
lebih dalam akan perkembangan penyakit stomatitis sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak serta kondisi kebutuhan anak yang harus dipenuhi

DAFTAR PUSTAKA

- riadifikarayen(2013) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


STOMATITIS. http//:asuhan keperawatan pada klien stomatitis ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN STOMATITIS.htm.13oktober2016.

38
- kelompok 8 ali fauzan.,dkk.(2014) ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN STOMATITIS ASUHAN. http//:KEPERAWATAN
STOMATITIS.html.13oktober2016

- dr.suparyanto(2012)ORAL HYGIENIS DAN STOMATITIS.http//:


ORALHYGIENISDANSTOMATITIS.html.13oktober2016

BAB I
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

KASUS SEMU
Ny.M berumur 22 tahun MRS tanggal 13 April 2016 pukul 08.30 WIB di
bawa keluarganya dengan keluhan tidak nafsu makan, bibir pecah-pecah, susah

39
manelan, muncul somatitis seperti putih kekuningan di dasar mulut ketika panas
dalam sejak 2 hari yang lalu seperti terbakar dan tak kunjung sembuh, berat badan
menurun, pernah menderita stomatitis 1 bulan yang lalu. Kemudian Ny.M dirujuk
ke RSUD Jombang untuk diperiksa. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan
darah 130/70 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 19 x/menit, suhu 36,7 C.

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. M
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

40
Status : menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Suku/ bangsa : jawa/ indonesia
Alamat :Jalan Kemuning No 7 Jombang
No.Reg :00297937
Tgl.MRS : 20 Maret 2016 (08.00 WIB)
Diagnosis medis: Somatitis
Tgl Pengkajian: 21 Maret 2016 (10.00 WIB)

2.2 Identitas Penanggung Jawab


Nama :Ny.L
Umur :30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan :Sarjana Pendidikan
Pekerjaan :Guru
Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa/indonesia
Alamat : Jombang

2.3 Keluhan utama :


Somatitis di dasar mulut

2.4 Riwayat Penyakit Sekarang


Ny.M berumur 22 tahun MRS tanggal 13 April 2016 pukul 08.30 WIB di
bawa keluarganya dengan keluhan tidak nafsu makan, bibir pecah-pecah,
susah manelan, muncul somatitis seperti putih kekuningan di dasar mulut
ketika panas dalam sejak 2 hari yang lalu seperti terbakar dan tak kunjung
sembuh

41
2.5 Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit berat yang pernah diderita : pernah menderita somatitis 1 bulan
yang lalu

2.6 Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan Ibu klien pernah menderita stomatitis akut.

2.7 Tanda-tanda Vital, TB dan BB :


S: 36,7 C (suhu oral), N: 100 x/menit, TD: 130/70 mmHg, RR: 19
x/menit (regular).

2.8 Pemeriksaan Per Sistem


1. Sistem Pernafasan
Anamnese : pasien tidak mengeluh sesak nafas
Hidung
- Inspeksi: Hidung simetris, bersih, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
Mulut
- Inspeksi: simetris, mukosa bibir kering, tidak ada alat
bantu nafas, lidah putih, rongga mulut warna merah,
tenggorokan warna merah, udema, somatits pada bagian
dasar mulut berwaran putih kekuningan

Leher
- Inspeksi: Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
jaringan parut
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Dada
- Inspeksi: Dada simetris, pergerakan dinding dada
simetris.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
- Perkusi : Suara paru sonor dilapang paru.
- Auskultasi: Tidak ada suara nafas tambahan seperti
wheezing dan ronchi.
2. Sistem persyarafan
Anamnesa : pasien mengeluh panas dalam, panas seperti
terbakar pada area mulut
Tingkat kesadaran pasien : Composmetis (GCS 456)

42
3. Perkemihan eliminasi uri
Anamnesa : Pasien tidak mengeluh susah BAK.
BAK: jumlah yang keluar1000 cc, warna kuning, frekuensi 3x
sehari.
4. Sistem pencernaan
Anamnese: pasien mengeluh nafsu makan menurun.
Mulut
- Inspeksi : Simetris, mukosa bibir kering, tidak ada alat
bantu nafas, lidah putih, rongga mulut warna merah,
tenggorokan warna merah, udema, somatits pada bagian
dasar mulut berwaran putih kekuningan
Lidah
- Inspeksi : Warna putih.
Abdomen
- Inspeksi : Tidak ada pembesaran abnormal
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : kuadran I hepar tidak teraba, kuadran II nyeri
tekan, kuadran III tidak ada skibala, kuadran IV tidak
ada nyeri tekan apendiks.
- BAB : tidak ada masalah, sudah BAB 1x, warna
kuning, padat.
5. Sistem Muskuluskeletal dan Integumen
Anamnese: nyeri pada bagian mulut seperti terbakar , panas dalam,
sulit menelan karena adanya somatitis pada bawah dasar mulut .
Warna kulit
- Inspeksi : Kulit kering, warna kemerahan, terdapat
lebam dan bercak kehitaman di sekitar pipi dan hidung.
- Palpasi : Kulit terasa panas, ada kelemahan otot, nyeri
tekan pada bagian bawah dasar mulut.
Ekstremitas atas
- Palpasi : Tidak ada edema, ada nyeri tekan, suhu akral
panas, CRT <3dtk.
Estremitas bawah
- Inspeksi : tidak ada edema, tidak ada kelemahan otot,
tidak ada clubbing finger.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema, suhu
akral panas, CRT <3dtk.
6. Sistem Persepsi Sensori
( idem )

43
7. Sistem Endokrin
Kepala
- Inspeksi: rambut kuat.
Leher
- Inspeksi: terlihat pembesaran kelenjar (tyroid,
paratyroid)
- Palpasi: ada pembesaran kelenjar (tyroid, paratyroid)
ada nyeri telan.
8. Sistem reproduksi (tidak terkaji)

2.9 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan
swab atau kumur sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan
biopsi.
b. Pemeriksaan laboratorium :
1) WBC menurun pada stomatitis sekunder
2) Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek
stomatitis
3) Pemeriksaan cultur bakteri: eksudat untuk membentuk
vincents stomatitis

2.10. Diagnosa Keperawatan


Asumsi keperawatan :
1) Nyeri berhubungan dengan pecahnya dan melepuhnya jaringan
pada mulut (6)
2) Kerusakan membrane mukosa oral berhubungan dengan infeksi
(15)
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan
anoreksia (2)

2.11.Analisa Data 1

NS. Kerusakan membrane mukosa oral (00045 )

DIAGNOSIS : Domain 11 : Keamanan/perlindungan


(NANDA-I) Kelas 2 : cidera fisik

44
DEFINITION: Cidera pada bibir, jaringan lunal, rongga mulut, dan/atau orofaring

Adanya massa (mis., hemmangioma)


Bercak berongga pada mulut
Bercak putih pada mulut
Denudasi mukosa
Deskuamasi
Drainase purulen oral-nasal purulen
Edema oral
Eksudat purulen oral-nasal
Eksudat seperti bubur y ang berwarna putih
Fisura oral
Gangguan menelan
Gusi pucat
Halitosis
Hyperemia
Hyperplasia gusi
Keilitis
Kesulitan bicara
Kesulitan makan
DEFINING Lesi pada mulut
CHARACTERIS Lidah atrofik halus
TICS Lidah berwarna putih
Lidah geografik
Makroplasia
Mukosa mulut pucat
Nodul mulut
Nyeri mulut
Papula mulut
Pembesaran tonsil
Penurunan kemampuan pengecap
Perdarahan
Plak putih pada mulut
Rasa tidak enak pada mulut
Rasa tidak nyaman pada mulut
Resesi gusi
Sakus (kantong) gusi lenih dari 4mm
Stomatitis
Ulkus pada mulut
Vesikal mulut
Xerostomia

45
Agen iritasi kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen
klorida, agen mustard)
Alergi
Dehidrasi
Depresi
Faktor mekanik (mis., pelepasan gigi palsu sakit, alat
ortodontik, alat untuk ventilasi atau makanan)
Gangguan autosom
Gangguang fungsi kongnitif
Gangguan prilaku (mis., kurang perhatiaan, prilaku
oposisi)
Hambatan keperawatan gigi
Hambatan perawatan diri
Iunodefisiensi
Imunosupresi
Infeksi
Iritan kimia (mis., alcohol, tembakau, makanan asam, obat,
RELATED penggunaan inhaler, atau agen berbahaya lainnya secara
FACTORS: teratur)
Kehilangan struktur pendukung
Konsumsi alcohol
Kurang kebersihan mulut
Kurang pengetahuan mengenai hygiene oral
Labiokisis (bibir sumbing)
Malnutrisi
Merokok
Palatokisis (palatum bercelah)
Penurunan kadar hormone pada wanita
Penurunan salvias
Penurunan trombosit
Penyakit autoimun
Pernafasan mulut
Program pengobatan
Puasa lebih dari 24 jam
Sindrom (mis., sjogren)
Stressor
Trauma oral

46
ASSESSMENT
Subjective data entry Objective data entry
tidak nafsu makan, bibir pecah- - TTV :
TD : /.. mmHg
pecah, susah manelan, muncul
RR :. x/menit
somatitis ketika panas dalam sejak 2 N : . x/menit
S :oC
hari yang lalu seperti terbakar dan
- BB : kg
tak kunjung sembuh.
- TB : cm
- Gangguan menelan
- Lidah berwarna putih
- Rasa tidak nyaman pada mulut
- Penurunan kemampuan pengecap
- Xerostomia
- Bercak putih pada mulut
- Lesi pada mulut
- Nyeri pada mulut
- Kesulitan makan
- Anoreksia
- Fisura oral
DIAGNOSIS

Ns. Diagnosis (Specify):


Client Kerusakan membrane mukosa oral
Diagnostic Related to:
Statement: Infeksi

2.12 Diagnosa keperawatan


:
1. Kerusakan membrane mukosa oral berhubungan dengan infeksi

47
2.12 Intervensi
Inisial : Ny. M
Tanggal : 13 April 2016
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan membrane mukosa oral
Definisi : Cidera pada bibir, jaringan lunal, rongga mulut, dan/atau orofaring
NIC NOC
Intervensi Aktivitas Rasional Outcome Indikator
Manajemen Observaton : Observation : Oral health 1. Kebersihan mulut
perawatan kesehatan Analgesic Untuk mengurangin Definisi : (5)
2. Kebersihan lidah
oral topical/sistemik rasa nyeri dan Condition of the
(5)
sesuai kebutuhan menghentikan mouth, teeth, gums,
3. Kelembaban
infeksi akibat ulser and tongue. mukosa bibir dan
Definisi : yang makin lidah (5)
Mempertahankan dan membesar pada 4. Warna mukosa
meningkatkan rongga mulut bibir (4)
Untuk melihat Warna mukosa
hygiene oral dan
adanya penyebaran lidah (5)
kesehatan gigi bagi Pantau tanda-
pasien dengan resiko ulsur pada area oral
gejala glossitis dan
lesi pada oral dan Action :
stomatitis
gigi Untuk memenuhi
Action : antioksidan dalam
Anjurkan asupan tubuh dengan

48
zat besi, sesuai mengkonsumsi
kebutuhan makanan zat besi
dan vitamin C.
seperti bayam dan
jeruk.
Mencegah
pertumbuhan
bakteri di dalam
Tegaskan
mulut
perawatan mulut
Dapat mengetahui
secara rutin
terapi obat- obatan
yang optimal pada
Identifikasi resik
somatitis
stomatitis sekunder
oleh karena terapi
untuk
obat-obat an
meningkatkan
Intruksikan pasien
saliva dan
untuk menggigit
membersihkan gigi
permen yang tidak
mengandung gula
untuk

49
meningkatkan
saliva dan Colaboration :
membersihkan gigi Memberikan
Colaboration : informasi tentang
Mengobservasi derajat atau ketidak
TTV dan perubahan adekuatan perfus
neurologis klien jaringan
Mengetahi lebih
lanjut tentang
Konsultasi kedokter
perawatan oral
gigi jika mulut
secara mandiri dan
kering. Iritasi dalam
lebih teliti
ketidak nyamanan
terjadi

Education :
Education :
Untuk mencegah
Anjurkan pasien
adanya bau mulut tidak
untuk
sedap
membersihkan
mulut
intruksikan dan Untuk mencegah

50
bantu pasien untuk adanya luka akibat
melakukan hygiene salah melakukan oral
oral setelah makan hygiene
dan sesuai
kebutuhan

51
2.13 Implementasi
No Tanggal Jam Tindakan Paraf
1 31 April 10.00 Mengukur TTV pasien:
2016 - TD : 130/70 mmHg
- RR : 19 x/menit
- N : 100 x/menit
- S : 36,7o C
- BB : 45 kg
- TB : 170 kg
Memberikan Analgesic topical/
sistemik sesuai kebutuhan seperti :
Pantau tanda- gejala glossitis dan
11.00
stomatitis
Anjurkan asupan zat besi, sesuai
12.00
kebutuhan seperti: bayam
Megaskan perawatan mulut secara
13.00 rutin
Identifikasi resik stomatitis sekunder

14.00 oleh karena terapi obat-obat an


Intruksikan pasien untuk menggigit
permen yang tidak mengandung gula
14.30
untuk meningkatkan saliva dan
membersihkan gigi
15.00
Mengobservasi TTV dan perubahan
neurologis klien
Konsultasi kedokter gigi jika mulut
kering. Iritasi dalam ketidak
15.15 nyamanan terjadi
Anjurkan pasien untuk
17.00 membersihkan mulut
intruksikan dan bantu pasien untuk
melakukan hygiene oral setelah
makan dan sesuai kebutuhan

18.00

19.00

52
2.14 Evaluasi
Tgl/jam Diagnosa Catatan perkembangaan Paraf
Keperawatan
25 Mei Ketidakseimbangan S: pasien mengatakan nafsu makan
2016 nutrisi : kurang dari kembali normal
10.00 kebutuhan tubuh O:
WIB - TD: 120/80 mmHg, S: 37o C, N:
90 x/menit, RR: 19 x/menit
- KU : normal
- Kesadaran : composmentis GCS
456
- Usor di rongga mulut sudah tidak
ada
- Zat besi dan vitamin C terpenuhi
- Tidak dehidrasi
- BAB 2x sehari feses padat
A: masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi keperawatan

53

Anda mungkin juga menyukai