Anda di halaman 1dari 77

1

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. B DENGAN


TONSILITIS KRONIS DI RUANGAN ANAK
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
AMBON

Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III


Kesehatan pada Program Studi Keperawatan Ambon Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Disusun oleh

NURMAWATI
NIM : P07129120190130

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN AMBON


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2020

1
2

2
3

HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ”B” DENGAN TONSILITIS


KRONIS DI RUANGAN ANAK RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
AMBON

Disusun dan Diajukan oleh:

NURMAWATI
NIM. P07129120190130

Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diikut sertakan Dalam Ujian


Sidang Karya Tulis Ilmiah Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Ambon, Juli 2020

Pembimbing

A. Bumbungan. S,Pd., M.Kes


NIP: 195704241981112001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Rony Latumenasse, S.Pd., M.Kes


NIP: 197010291994031003

3
4

KATA PENGANTAR

Pujian dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa

menganugerahkan pencerahan akal dan kalbu serta kesehatan dan kesempatan

jualah, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.

Tugas akhir penulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan Program

D-III Keperawatan Ambon pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku.

Ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang rela mengorbankan

waktu, pikiran dan tenaganya demi penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

1. Hairudin Rasako, S.KM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan pada Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Maluku.

2. Dr. Agus. Gede. Made Artha, Sp. THT-KL selaku direktur Rumah Sakit

Bhayangakara Ambon yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melakukan penelitian

3. Rony Latumenasse, S.Pd., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Ambon

selaku Ketua Jurusan Keperawatan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes

Maluku yang telah memberikan motivasi dan arahan selama penulis mengikuti

pendidikan

4. Aldofina Bumbungan, S.Pd., M.Kes., selaku dosen pembimbing dengan

kerelaan hati telah membimbing dan memberikan masukan dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

4
5

5. Karyadi S.Kp., M.P.H selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

banyak bimbingan dan arahan selama penulis menjalani proses pendidikan.

6. Seluruh staf dosen pada Jurusan Keperawatan Ambon Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku.

7. Suami Tercinta ayah Tono beserta anak-anak yang telah memberikan motivasi

dan dukungan kepada panulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Kakak-kakakku tersayang Reza.H.Pelupessy dan Sitna.H.Pelupessy yang

selalu mendo’akan dan memberikan motivasi bagi penulis dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Teman-teman seangkatan Progsus Jurusan Keperawatan Ambon 2019-2020

yang telah memberikan masukan, dukungan, dan motivasi selama proses

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Semua rekan kerja di RS. Bhayangkara Ambon yang telah memberikan

masukan, dukungan, dan motivasi selama proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

11. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan namanya satu

persatu baik yang langsung maupun tidak langsung, penulis ucapkan banyak

terima kasih.

Penulis sadar bahwa dalam proses penyusunan usulan penelitian terdapat

kekurangan dalam penulisan ini. Sangat diharapkan dapat memberikan saran dan

kritik kepada penulis yang sifatnya membangun demi tercapainya kesempurnaan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5
6

Ambon, Juli 2020

Penulis

6
7

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………… i
LEMBARAN PERSETUJUAN………………………………….. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………..... iii
DAFTAR ISI……………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………... xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………... xii
INTISARI…………………………………………………………. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………… 4
C. Tujuan Studi
4
Kasus………………………………..
1. Tujuan Umum……………………………… 4
2. Tujuan Khusus……………………………… 4
D. Manfaat Studi
5
Kasus………………………………
1. Manfaat Teoritis……………………………. 5
2. Manfaat Praktis…………………………….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Tonsilitis
6
Kronis ……………………………
1. Pengkajian…………………………………
6
…...
2. Diagnosa Keperawatan
7
………………………………………….
3. Rencana Keperawatan
8
………………........................
4. Impementasi
Keperawatan………………………….. 10
………..
5. Evaluasi Keperawatan
10
……………………………..
B. Tinjauan Umum Tonsilitis
11
…………………………………………………
1. Pengertian…………………………………
11
…..
2. Etiologi……………..…………………..… 11
3. Patofisiologi……………… 12
4. Manifestasi Klinis
15
……………………………………….
5. Pemeriksaan
16
Penunjang………………………….

7
8

6. Penatalaksanaan 17
C. Kerangka
18
Konsep………………………………….
BAB III METODE PENELITIAN 19
A. Desain Study
19
Kasus………………………………………..….
B. Subjek Study Kasus …………………….. 19
C. Fokus Study Kasus
19
…………………………………..
D. Defenisi Operasional…….………... 20
E. Instrumen Study Kasus ……........................... 21
F. Tempat dan Waktu Study
21
Kasus…………………...
G. Metode Pengumpulan
21
Data…………………………..
H. Analisa dan Penyajian Data………………….. 22
I. Etika Study Kasus…………………………. 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
24
Penelitian…………………………………….
1. Pengkajian………………………………. 24
2. Diagnosa……………………………………
37
….
3. Rencana Keperawatan……………………… 38
4. Pelaksanaan……………………………… 41
5. Evaluasi……………………………………
42
……
B. Pembahasan……………….................................. 49
1. Pengkajian…………………………… 49
2. Diagnosa
50
Keperawatan………………………
3. Perencanaan Keperawatan…………………. 52
4. Pelaksanaan……………….......................... 52
5. Evaluasi………………………………… 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………...
54
....
B. Saran……………………………………………
55
…..
DAFTAR
Xiv
PUSTAKA…………………………………………………….
LAMPIRAN

8
9

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Renacana Keperawatan Pasien Tonsilitis 8
Kronis…………………...
2. Identitas Saudara Kandung 25
An.”B”…………………………………..
3. Makanan tambahan pada An.
27
“B”……………………………….
4. Aktifitas sehari-hari
30
An.“B”………………………………............
5. Pemeriksaan 34
laboratorium……………………………………….
6. Klasifikasi data pada An.“B” dengan Tongsilitis Kronis di 35
Ruang Anak RS. Bhayangkara Ambon
…………………………………………….
7. Analisa data pada An. “B” dengan Tonsilitis Kronis di Ruang 36
Anak RS. Bhayangkara
Ambon………………………………………
8. Intervensi keperawatan pada An. “B” Tonsilitis Kronis di 39
Ruang Anak RS. Bhayangkara
Ambon………………………………………
9. Implementasi keperawatan pada An. “B” dengan Tonsilitis 41
Kronis di Ruang Anak RS. Bhayangkara
Ambon……………………………………
10. evaluasi keperawatan pada An. “B” dengan Tonsilitis 43
Kronis di Ruang Anak RS. Bhayangkara
Ambon………………………………………

9
10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Format pengkajian pasien
2. Daftar konsultasi Karya Tulis Ilmiah
3. Surat persetujuan responden

10
11

INTISARI

Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak “ B ” Dengan Tonsilitis Kronis Di Ruangan Anak Rumah
Sakit Bhayangkara Ambon

Nurmawaty' Aldofina Bumbungan, S.Pd., M.Kes2

Latar Belakang : Berdasarkan data statistik yang penulis peroleh dirumah sakit Bhayangkara
Ambon menunjukan pasien dengan Tonsilitis Kronis tahun 2017 menunjukkan kunjungan pasien rawat jalan
maupun rawat inap sebanyak 6 orang yang terdiri dari 3 orang pria dan 3 orang wanita. Tahun 2018 sebanyak
8 orang yang terdiri dari 5 orang pria dan 3 orang wanita. Tahun 2019 sebanyak 4 orang yang terdiri dari 1
orang pria dan 3 orang wanita.Berdasarkan hasil observasi selama penulis melaksanakan praktik keperawatan
klinik di Rumah Sakit, khususnya di Ruang Anak Rumah Sakit Bhayangkara Ambon, perawat maupun
dokter selalu mengobservasi tanda-tanda vital, dan terapi farmakologis yang diresepkan oleh dokter, tetapi
upaya nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri dan hipertermi selalu dilakukan sendiri oleh pasien
maupun keluarga. untuk itu dibutuhkan perawatan yang profesional dalam menangani pasien Tonsilitis
Kronis.
Tujuan : Untuk menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan melalui pengkajian, mendiagnosa, menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan dan
mengevaluasi hasil tindakan pada pasien dengan Tonsilitis Kronis.
Metode : Metode yang penulis gunakan adalah dalam bentuk deskriptif dalam bentuk studi kasus
yang kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Subjek penelitian berjumlah satu orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan maternitas dengan wawancara,
observasi langsung. Pemeriksaaan fisik dan studi dokumentasi dari status kesehatan pasien.
Tinjauan kasus : Pasien Tonsilitis Kronis, dimulai dari pengkajian untuk unutk mendapatkan
analisa data, prioritas masalah, menetapkan rencana intervensi, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan berdasarkan teoritis sebagai kasus perbandingan, yang kasus disesuaikan dengan kebutuhan
pasien berdasarkan hasil pengkajian yang nyata untuk diagnosa tambahan rencananya disesuaikan dengan
mengacu pada data atau gejala yang menonjol pada pasien.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian didapatkan masalah keperawatan berupa nyeri akut dan
hipertermi, dimana masalah yang teratasi adalah Hipertermi, sedangkan untuk masalah yang belum teratasi
yaitu Nyeri akut didelegasikan kepada perawat ruangan. Diagnosa tersebut dapat teratasi dengan adanya kerja
sama antara pasien, keluarga, perawat ruangan, dokter, tenaga gizi dan laboratorium yang dilakukan dengan
penuh rasa tanggung jawab. Penatalaksanaan dilakukan terhadap masalah pasien baik yang aktual maupun
potensial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan melalui pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Tonsilitis Kronis

¹Mahasiswa Progsus Jurusan Keperawatan Ambon Angkatan 2019


²Dosen pada Jurusan Keperawatan Ambon Poltekkes Kemenkes Maluku

11
12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tonsil merupakan salah satu pertahanan tubuh terdepan. Antigen yang

berasal dari inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil

hingga terjadi perlawanan tubuh dan bisa menyebabkan peradangan oleh

virus yang tumbuh di membran mukosa kemudian terbentuk fokus infeksi.

Keadaan ini akan semakin berat jika daya tahan tubuh penderita menurun

akibat peradangan virus sebelumnya. Tonsilitis akut yang disebabkan oleh

bakteri disebut peradangan lokal primer. Setelah terjadi serangan tonsilitis

akut, tonsil akan sembuh atau bahkan tidak dapat kembali sehat seperti

semula. Penyembuhan yang tidak sempurna akan menyebabkan peradangan

ringan pada tonsil. Peradangan dapat menyebabkan keluhan tidak nyaman

kepada penderita berupa rasa nyeri saat menelan karena sesuatu yang ditelan

menyentuh daerah yang mengalami peradangan (Fakh, dkk, 2016).

Peradangan tonsil akan mengakibatkan pembesaran yang

menyebabkan kesulitan menelan atau seperti ada yang mengganjal di

tenggorokan. Pada anak biasanya keadaan ini juga dapat mengakibatkan

keluhan berupa ngorok saat tidur karena pengaruh besarnya tonsil

mengganggu pernafasan bahkan keluhan sesak nafas juga dapat terjadi

apabila pembesaran tonsil telah menutup jalur pernafasan. Jika peradangan

12
13

telah ditanggulangi, kemungkinan tonsil kembali pulih seperti semula atau

bahkan tidak dapat kembali sehat seperti semula.

13
Apabila tidak terjadi penyembuhan yang sempurna pada tonsil,

dapat terjadi infeksi berulang. Apabila keadaan ini menetap, bakteri

patogen akan bersarang di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang kronis

atau yang disebut dengan tonsilitis kronis (Fakh, dkk, 2016).

Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi

dari semua penyakit tenggorokan yang berulang. Tonsilitis kronis

umumnya terjadi akibat komplikasi tonsilitis akut, terutama yang tidak

mendapat terapi adekuat. Selain pengobatan tonsilitis akut yang tidak

adekuat, faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis lain adalah higien

mulut yang buruk, kelelahan fisik dan beberapa jenis makanan (Fakh, dkk,

2016).

World Health Organization (WHO) tidak mengeluarkan data

mengenai jumlah kasus tonsilitis di dunia, namun WHO memperkirakan

287.000 anak di bawah 15 tahun mengalami tonsilektomi (operasi tonsil),

dengan atau tanpa adenoidektomi. 248.000 anak (86,4%) mengalami

tonsilioadenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani tonsilektomi

saja (Ramadhan, dkk, 2017).

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI, angka kejadian

penyakit tonsilitis di Indonesia sekitar 23%. Berdasarkan data

epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia pada bulan

September tahun 2012, prevalensi tonsilitis kronik tertinggi setelah

nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8% (Ramadhan, dkk, 2017).

14
Tonsilitis kronis dapat disebabkan oleh serangan ulang dari

tonsilitis akut yang mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil, atau

kerusakan ini dapat terjadi bila fase resolusi tidak sempurna. Pada

penderita tonsilitis kronis jenis kuman yang sering adalah streptococcus B

hemolyticus grup A (SBHGA). Selain itu terdapat streptococcus pyogenes,

streptococcus grup B, C, adenovirus, Epstein barr, bahkan virus herpes.

Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut,

tonsil berfungsi sebagai filter/penyaringan menyelimuti organisme yang

berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem

kekebalan tubuh yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat

menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul

tonsilitis (Ramadhan, dkk, 2017).

Berdasarkan data dari register kunjungan pasien dengan penyakit

tonsilitis kronis di Rumah Sakit Bhayangkara Ambon tahun 2017

menunjukkan kunjungan pasien rawat jalan maupun rawat inap sebanyak 6

orang yang terdiri dari 3 orang pria dan 3 orang wanita. Tahun 2018

sebanyak 8 orang yang terdiri dari 5 orang pria dan 3 orang wanita. Tahun

2019 sebanyak 4 orang yang terdiri dari 1 orang pria dan 3 orang wanita.

Asuhan keperawatan pada pasien tonsilitis kronis merupakan salah

satu upaya penting dalam meningkatkan upaya promotif dan preventif

dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif, juga

menekankan pada keterlibatan pasien dan keluarga untuk dapat

melaksanakan program pengobatan dan perawatan sebagaimana mestinya.

15
Sehingga diharapkan melalui pelaksanaan asuhan keperawatan yang

komprehensif mampu menjawab permasalahan pasien dengan tonsilitis

kronis serta mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius pada

pasien.

Berdasarkan latar belakang yang terurai di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan

Pada Anak Dengan Tonsilitis Kronis Di Rumah Sakit Bhayangkara

Ambon”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka

rumusan masalah yang penulis angkat adalah:

Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien tonsilitis kronis di Rumah Sakit

Bhayangkara Ambon?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Dapat memberikan gambaran tentang asuhan keperwatan pada

pasien dengan Tonsilitis Kronis di Rumah Sakit Bhayangkara Ambon.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan penelitian ini akan dapat mengembangkan kemampuan

peneliti dalam melaksanakan proses keperawatan yakni:

16
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada pasien anak dengan

Tonsilitis Kronis di Ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara

Ambon.

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien anak dengan

Tonsilitis Kronis di Ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara

Ambon.

c. Dapat membuat perencanaan keperawatan untuk menanggulangi

masalah pada pasien anak dengan Tonsilitis Kronis di Ruangan Anak

Rumah Sakit Bhayangkara Ambon.

d. Dapat melakukan tindakan keperawatan atau implementasi pada pasien

anak dengan Tonsilitis Kronis di Ruangan Anak Rumah Sakit

Bhayangkara Ambon.

e. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien anak dengan

Tonsilitis Kronis di Ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara

Ambon.

D. Manfaat Studi Kasus

Adapun manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

pengembangan teori-teori keperawatan dan ilmu kesehatan, khususnya

17
dalam upaya menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan

Tonsilitis Kronis.

2. Secara Praktis

a. Bagi pasien agar kebutuhan bio-psiko-sosial dan spritual dengan

kebutuhan dasar manusia dapat dipenuhi melalui tindakan keperawatan

dan bantuan yang diberikan oleh perawat selama perawatan.

b. Bagi peneliti untuk menambah pengalaman dan pengetahuan dalam

menemukan, meneliti, membahas dan menganalisa yang ada

hubungannya dengan kista ovarium. Peneliti juga dapat membandingkan

antara teori yang didapatkan diperkuliahan dengan kenyataan yang ada di

lapangan.

c. Bagi Rumah Sakit Untuk meningkatkan mutu praktek pelayanan

keperawatan profesional, khususnya dalam menerapkan asuhan

keperawatan pada pasien anak dengan Tonsilitis Kronis.

d. Bagi Institusi Pendidikan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

kepustakaan guna mengembangkan ilmu pengetahuan keperawatan

sehingga pendidikan akan menghasilkan tenaga keperawatan yang

terampil dan profesional.

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Tonsilitis Kronis

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiri dari nama, tempat

dan tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,

pekerjaan, tanggal masuk, alamat, tanggal pengkajian, dan diagnosa

medis (Potter, 2015).

b. Identitas penanggung jawab

Berisikan data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa

dihubungi selama menjalani masa perawatan di rumah sakit.

c. Keluhan utama

Nyeri telan, sakit tenggorok, serak, demam.

d. Riwayat penyakit sekarang

Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi

pencetusnya, apa jika ada yang dapat menghilangkan atau meringankan.

e. Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, penyakit yang pernah

diderita, riwayat alergi, atau penyakit yang timbul bersamaan.

f. Aktivitas/istirahat

1) Gejala: kelelahan, kelemahan.

2) Tanda: takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.

19
g. Nyeri/ketidaknyamanan

1) Gejala: nyeri telan dan nyeri tekan.

2) Tanda: perilaku distraksi, misal gelisah.

h. Pernapasan

1) Gejala: napas pendek, kesulitan bernapas.

2) Tanda: dispnea, batuk, pernapasan dangkal, stridor.

i. Keamanan

1) Gejala: riwayat infeksi virus, jamur, bakteri, penurunan sistem imun.

2) Tanda: demam.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi nafas

karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.

b. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah.

c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

anoreksia; kesulitan menelan.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman

pemajaran/mengingat.

e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan resiko

perdarahan akibat tindakan operatif tondilektomi.

20
3. Rencana Keperawatan
Tabel.1
Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
No Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 2 3 4 5
1 Hipertemia Setelah 1. Observasi 1. Suhu 38,9-
berhubungan dilakukan suhu tubuh 41,1ºC
dengan proses tindakan (derajat dan menunjukk
inflamasi pada keperawatan
pola) an proses
faring dan tonsil. selama .........
diharapkan perhatikan penyakit
suhu tubuh menggigil infeksius,
menjadi atau tidak. pola
normal demam
dengan dapat
kriteria: membantu
 Suhu tubuh dalam
37-37,5ºC 2. Observasi
diagnosis.
 Tidak suhu
2. Suhu
menggigil lingkungan.
ruangan
 Turgor harus
elastis diubah
untuk
mempertah
3. Beri ankan suhu
kompres mendekati
hangat. normal.
3. Dapat
4. Berikan membantu
asupan mengurangi
cairan yang demam.
adekuat. 4. Asupan
yang
adekuat

21
membuat
badan lebih
5. Anjurkan segar
penggunaan sehingga
kain, panas akan
pakaian turun.
yang ketat 5. Untuk
yang mempertah
dikenakan ankan suhu
pasien. tubuh
pasien
mendekati
normal.

6. Kolabo 7. Untuk
rasi mengurangi
dokter demam
untuk dengan aksi
pember sentralnya
ian anti pada
piretik hipotalamu
s, meskipun
demam
mungkin
dapat
berguna
dalam
membatasi
pertumbuha
n
organisme
dan
meningkatk
an auto
distruksi
dari sel-sel
yang
terinfeksi.
2 Nyeri akut Setelah 1. Observasi 1. Untuk
berhubungan dilakukan nyeri menentuka
dengan tindakan (skala, n
pembengkakan keperawatan intervensi
intensitas,
tonsil. selama .......... yang tepat.
kedalaman,

22
diharapkan frekuensi).
nyeri
berkurang 2. Berikan
sampai hilang posisi tidur 2. Kelemahan
dengan otot
yang
kriteria: diakibatka
nyaman
 Wajah n oleh
(sokong
rileks tindakan
kepala dan
 Tekanan pembedaha
leher
darah n, kurang
dengan
normal sokongan
bantal).
mengakiba
tkan
ketidaknya
manan.
3. Anjurkan 3. Menelan
pasien menyebabk
untuk an aktifitas
mengeluark otot, yang
an saliva dapat
dengan
hati-hati
bila
.
menimbulk
an nyeri
karena
4. tidak oedem.
mampu
menelan. 4. Derajat nyeri
sehubungan
Kolaborasi
dengan
dokter
inflamasi
dengan
dapat
pemberian
berkurang
analgetik
dengan
pemberian
analgetik
Doengoes,ME, 2000.

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana

23
intervensi disusun dan ditujukkan pada nursing orders untuk membantu

klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2012).

5. Evaluasi

Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan

masalah klien sehingga dapat diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan

intervensi. Evaluasi hasil perencanaan keperawatan dari masing-masing

diagnosa keperawatan dapat dilihat pada kriteria hasil intervensi

keperawatan.

B. Tinjauan Umum Tentang Tonsilitis

1. Pengertian Tonsilitis

Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri

atau kuman streptococcus beta hemolitikus grup A, streptococcus viridans

dan pyogenes dan dapat disebabkan oleh virus. Faktor predisposisi adanya

rangsangan kronik (misalnya karena merokok atau makanan), pengaruh

cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat tidak higienis, mulut

yang tidak bersih.

Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat

ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya

sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga

disebut sebagai tonsilofaringitis (Ngastiyah,1997).

Tonsilitis kronis terjadi karena proses radang berulang, maka epitel

mukosa dan jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan

24
jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut

sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh

detritus, proses ini meluas hingga meluas menembus kapsul dan akhirnya

timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Jadi, tonsil

meradang dan membengkak, terdapat bercak abu-abu/kekuningan pada

permukaan dan berkumpul membentuk membran.

2. Etiologi

Menurut Mansjoer (2001), penyebab tonsilitis bermacam-macam, di

antaranya adalah yang tersebut di bawah yaitu:

a. Streptococcus Beta Hemolitikus

b. Streptococcus Viridans

c. Streptococcus Pyogenes

d. Virus Influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah

(droplet infections).

3. Patofisiologi

Terjadinya tonsilitis dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui

kripte-kriptenya, sampai disitu secara aerogen (melalui hidung, droplet

yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus

ke tonsil), maupun secara foodvorn yaitu melalui mulut bersama makanan.

Fungsi tonsil sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik

yang melalui hidung maupun mulut. Kuman yang masuk ke situ

dihancurkan oleh makrofag, sel-sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang

25
kali terkena infeksi maka pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh

kuman-kuman semuanya, akibatnya kuman bersarang di tonsil. Pada

keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang

infeksi (tonsil sebagai fokal infeksi). Sewaktu-waktu kuman bisa

menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan umum yang menurun

(Aritomoyo D., 1980 dalam Boedi Siswantoro, 2003).

Tonsilitis akan berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan

kebutuhan dasar manusia (Nurbaiti, 2001) meliputi:

a. Sistem Gastrointestinal

Klien sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan sulit

untuk menelan sehingga klien susah untuk makan dan sulit untuk tidur.

b. Sistem Pulmoner

Klien sering mengalami sesak nafas karena adanya pembengkakan pada

tonsil dan faring, klien sering batuk.

c. Sistem Imun

Tonsil terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh klien

menurun, klien mudah terserang demam.

d. Sistem Muskuloskeletal

Klien mengalami kelemahan pada otot, otot terasa nyeri keterbatasan

gerak, klien susah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

e. Sistem Endokrin

Adanya pembengkakan kelenjar getah bening, adanya pembesaran

kelenjar tiroid.

26
27
Gambar 1
Penyimpangan KDM

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Smeltzer (2001):

28
a. Sistem Gastointestinal

1) Nyeri pada tenggorokan, adanya virus dan bakteri

2) Nyeri saat menelan, adanya pembengkakan pada tonsil

3) Anoreksia: mual dan muntah

4) Mulut berbau

5) Bibir kering

6) Nafsu makan berkurang

b. Sistem Pernafasan

1) Sesak nafas karena adanya pembesaran pada tonsil

2) Faring hiperimisis: terdapat detritus

3) Pernafasan bising

4) Edema faring

5) Batuk

c. Sistem Imun

1) Pembengkakan kelenjar limpah leher

2) Pembesaran tonsil

3) Tonsil hiperemia

4) Demam atau peningkatan seluruh tubuh

d. Sistem Muskuloskeletal

1) Kelemahan pada otot

2) Letargi

3) Nyeri pada otot

4) Malaise

29
5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat

diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi:

a. Leukosit: terjadi peningkatan

b. Hemoglobin: terjadi penurunan

c. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

6. Komplikasi Tonsilitis

Komplikasi menurut Mansjoer (2001), komplikasi potensial pada

tonsilitis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan

adalah:

a. Abses Peritonsilar (quinsy): Biasanya timbul pada pasien dengan

tonsilitis berulang atau kronis yang tidak mendapat terapi yang adekuat.

b. Abses Parafaringeal: Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses)

mengalir dari tonsil atau abses peritonsilar melalui otot konstriktor

superior, sehingga formasi abses terbentuk di antara otot ini dan fascia

servikalis profunda. Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada

area di mana pembuluh darah besar berada dan menimbulkan

komplikasi serius.

c. Abses Retrofaringeal: Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas

(dyspnea), gangguan menelan, dan benjolan pada dinding posterior

tenggorok, dan bisa menjadi sangat berbahaya bila abses menyebar ke

bawah ke arah mediastinum dan paru-paru.

30
d. Tonsilolith: Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi

kalsium, magnesium karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil

membentuk benjolan keras. Biasanya menyebabkan ketidaknyamanan,

bau mulut, dan ulserasi (ulkus bernanah).

e. Kista Tonsil: Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil

berwarna putih atau kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris

pada kripta tonsil oleh jaringan fibrosa.

f. Komplikasi Sistemik: Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat

infeksi Streptococcus Beta Hemolitikus Grup A. Di antaranya: radang

ginjal akut (acute glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial

endokarditis yang dapat menimbulkan lesi pada katup jantung.

7. Penatalaksanaan
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah:
a. Penatalaksanaan Medis

1) Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,

amoksisilin, eritromisin, dan lain-lain.

2) Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol,

ibuprofen.

3) Analgesik untuk meredakan nyeri.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Kompres dengan air hangat.

2) Istirahat yang cukup.

3) Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat.

4) Kumur dengan air hangat.

31
5) Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien.

Kerangka Konsep

Variabel Dependent

Variabel Independent Anak B dengan Tonsilitis


Kronis:
Bersihan Jalan Nafas
Asuhan Keperawatan:
1. Pengkajian
Nyeri

2. Diagnosa
Resiko Perubahan Nutrisi
keperawatan
3. Perencanaan Hipertermi
4. Implementasi
Resiko kekurangan vol.
5. Evaluasi
Cairan tubuh
Kurang Pengetahuan

Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2
Kerangka Konsep

32
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

prosedur penelitian. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain

penelitian kualitatif dengan pendekatan asuhan keperawatan pada klien

tonsilitis kronis dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian.

Subjek pada studi kasus ini adalah pasien tonsilitis kronis dengan pemenuhan

kebutuhan rasa aman atau nyaman. Pada studi kasus ini, subjek penelitian

yang akan diteliti sebanyak 2 subjek dengan kriteria:

1. Kriteria inklusi

a. Dua orang pasien dewasa yang menderita tonsilitis kronis

b. Responden yang mengalami tonsilitis dan sedang dirawat di Rumah

Sakit Bhayangkara Ambon

33
c. Dalam kondisi sadar dan tidak cacat mental

d. Bersedia menjadi responden

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus identik dengan variabel penelitian yaitu perilaku

atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam,

2011). Fokus studi kasus ini adalah : Asuhan keperawatan pada anak dengan

tonsilitis kronis di Rumah Sakit Bhayangkara Ambon.

D. Defenisi Operasional

a. Asuhan keperawatan adalah suatu metode atau cara yang digunakan

peneliti dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien yang

terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian, rumusan diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1) Pengkajian adalah upaya untuk mengumpulkan data secara sistematis

untuk kemudian diklasifikasikan dan dianalisa sehingga dapat

menentukan masalah yang sedang dihadapi pasien.

2) Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang dirumuskan

berdasarkan masalah yang didapatkan dari hasil pengkajian pada

pasiens.

3) Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang

akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang ada pada pasien.

34
4) Implementasi adalah tindakan perawat dalam melaksanakan rencana

tindakan keperawatan yang telah disusun berdasarkan masalah pasien.

5) Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai keberhasilan dari tindakan

keperawatan yang dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.

b. Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau

kuman streptococcus beta hemolitikus grup A, streptococcus viridans dan

pyogenes dan dapat disebabkan oleh virus.

c. Nyeri adalah rasa ketidaknyamanan dari tubuh yang dapat menyebabkan

hambatan dalam segala aktifitas dan dapat menimbulkan masalah.

d. Hipertermi adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang

normal suhu tubuh dengan skala suhu tubuh normal 36,50C – 37,50C.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoadmodjo, 2010). Alat ukur dalam penelitian ini

adalah format pengkajian anak.

F. Tempat dan Waktu Studi Kasus

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Ambon.

2. Waktu penelitian

Penelitian direncanakan pada bulan Maret 2020.

35
G. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu

pewawancara dan narasumber untuk memperoleh data tentang suatu hal.

Wawancara bebas terpimpin merupakan kombinasi dari wawancara

terpimpin dan wawancara tidak terpimpin. Meskipun terdapat unsur

kebebasan tetapi ada pengaruh pembicaraan secara tegas dan jelas. Jadi

wawancara ini mempunyai ciri fleksibilitas dan arah yang jelas

(Notoatmodjo, 2010). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data

secara mendalam dari pasien yang mengalami tonsilitis kronis.

2. Observasi

Observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus

dijalankan dengan melakukan usaha pengamatan secara langsung ke

tempat yang akan diselidiki. Observasi dilaksanakan dengan

menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis

memeriksa tubuh pasien untuk memeriksa tanda klinis penyakit, hasil

pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis dan pemeriksaan fisik akan

membantu dalam menegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan

pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dari bagian kepala

dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama

diperiksa dengan inspeksi, palapasi, perkusi, dan auskultasi.

36
4. Dokumentasi

Untuk mendapatkan data sekunder tentang kasus yang sedang

diteliti meliputi catatan medic (medical record), catatan keperawatan atau

berbentuk dokumentasi lainnya.

H. Analisis Data dan Penyajian Data

Penyajian data penelitian merupakan cara penyajian dan penelitian

yang dilakukan melalui berbagai bentuk (Notoatmodjo, 2010). Dalam

penelitian ini, data disajikan dalam bentuk laporan asuhan keperawatan yang

terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi.

I. Etika Studi Kasus

Menurut Hidayat (2008), masalah etika penelitian keperawatan

merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat

penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi

penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara

lain sebagai berikut:

1. Justice (keadilan)

Justice atau keadilan adalah prinsip yang terkandung dalam

bioetik. Justice adalah satu prinsip dimana seorang tenaga kesehatan

wajib memberikan perlakuan yang adil untuk semua pasiennya.

2. Beneficience (bermanfaat untuk orang lain)

Beneficience adalah prinsip bioetik dimana tenaga kesehatan

melakukan suatu tindakan untuk kepentingan pasiennya dalam usaha

37
untuk membantu mencegah atau menghilangkan bahaya atau hanya

sekedar mengobati masalah-masalah sederhana yang dialami pasien.

3. Autonomy

Dalam prinsip ini, tenaga kesehatan wajib menghormati martabat

dan hak manusia, terutama hak untuk menentukan nasibnya sendiri.

Pasien diberi hak untuk berpikir secara logis dan membuat keputusan

sesuai dengan keinginannya sendiri. Autonomy pasien harus dihormati

secara etik, dan di sebagian besar negara dihormati secara legal. Akan

tetapi perlu diperhatikan bahwa dibutuhkan pasien yang dapat

berkomunikasi dan pasien yang sudah dewasa untuk dapat menyetujui

atau menolak tindakan medis. Melalui Informend Concent, pasien

menyetujui tindakan medis secara tertulis. Informend Concent

menyiratkan bahwa pasien harus terlebih dahulu menerima dan

memahami informasi yang akurat tentang kondisi mereka, jenis tindakan

medik yang diusulkan, resiko, dan juga manfaat dari tindakan medis

tersebut.

38
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sesuai hasil pengumpulan data dan penerapan asuhan keperawatan

yang dilakukan dari tanggal 01 Juli sampai dengan 03 Juli 2020, maka dapat

dikemukakan hasil penelitian sebagai berikut sesuai tahapan proses

keperawatan:

1. Pengkajian

Pengkajian sebagai langkah pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan teknik wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik dengan

hasil sebagai berikut:

a) Identitas Klien

“An. B.”, umur 6 tahun, jenis kelamin Perempuan, agama

Islam, Alamat Liang, “An.B” masuk rumah sakit tanggal 30 Juni 2020,

tanggal pengkajian, 01 Juli 2020, diagnosa medik : Tonsilitis Kronis

b) Identitas Orangtua

1) Ayah

Nama Ayah Tn. “M”, umur 34 tahun, pendidikan DIII

Komputer, pekerjaan PNS, agama Islam, alamat Liang.

2) Ibu

Nama Ibu Ny “I”, umur 28 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan Ibu

Rumah Tangga, agama Islam, Alamat Liang.

39
c) Identitas Saudara Kandung

Identitas saudara kandung “An. B”, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

40
25

Tabel.2
Identitas Saudara Kandung “An.B”
Status
No Nama Usia Hubungan
Kesehatan

1. An.D 6 Bulan Saudara Kandung Sehat

Sumber : Data primer, 2020

d) Keluhan Utama

Ibu An.B mengatakan anaknya demam sudah 3 hari, tidak mau makan,

kalau menelan sering merasa sakit pada tenggorokan.

1) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu klien mengatakan sejak anaknya demam 3 hari yang lalu,

sebelumnya sudah ke puskesmas terdekat, namun belum ada perubahan, demam

semakin tinggi, tidak mau makan, karena sakit saat menelan makanan, karena

tidak ada perubahan maka, pada tanggal 01 juli 2020 ibu klien membawa

anaknya ke RS. Bhayangkara Ambon untuk mendapat perawatan.

Saat dikaji keadaan umum anak nampak lemah, demam, akral teraba

hangat, tidak mau makan, klien terpasang infus ditangan kanan denga cairan RL

14 Tpm, TTV : Suhu tubuh : 38.50c, Nadi : 118x/m, Respirasi : 20x/m.

2) Riwayat kesehatan lalu

Menurut ibu, “An.B” kemarin demam 390c pada pukul 20.00 WIT, An.B

tidak pernah menderita penyakit infeksi sebelumnya, imunisasi “An.B” lengkap,

“An.B” tidak pernah mengalami kecelakaan maupun keracunan, “An.B” tidak

pernah mengalami pembedahan dan tidak pernah mengalami perawatan

sebelumnya, “An.B” tidak ada riwayat alergi.

3) Riwayat alergi
26

“An. B” tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan ataupun

obat-obatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada penyakit keturunan yang diderita oleh “An. B”, dan tidak ada

penyakit menular yang diderita oleh keluarga. Silsilah tiga generasi keluarga

“An. B” dapat dilihat pada gambar berikut ini.

5). Genogram

Keterangan Gambar
: Laki-Laki : Pasien : Tinggal Serumah
: Perempuan : Garis Perkawinan :
X : Meninggal

GAMBAR.3
GENOGRAM
f) Riwayat Nutrisi

1) Pemberian ASI

Ibu pasien mengatakan pasien langsung diberikan ASI setelah lahir,

waktu pemberiannya apabila pasien rewel/ menangis dengan cara menetek/

menyusui, lama pemberian sampai “An.B” berusia empat bulan.


27

2) Pemberian susu formula

Ibu pasien mengatakan alasannya memberikan susu formula kepada pasien

untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan anaknya, jumlah pemberian 1-

3x/hari, cara pemberian dengan menggunakan dot.

3) Pemberian makanan tambahan

Ibu pasien mengatkan pasien diberikan makanan tambahan pada usia

enam bulan, jenis makanan bubur Saring, dapat dilihat pada tebel berikut ini:

Tabel.3
Makanan Tambahan Pada ““An.B”
No
Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian
.
1. 0- 4 bulan ASI 4 bulan

2. 5 -10 bulan ASI + Sufor + Bubur Saring 5 bulan

3. 10-2 tahun Bubur giling + Sayur + 26 bulan

4. 3-6 tahun Lauk Sampai sekarang

Nasi + Sayur + Lauk +

Buah
Sumber : Data primer, 2020.

g) Riwayat psikososial

1) Identitas “An.B ” tentang kehidupan sosial

“An. B” tinggal di rumahnya sendiri bersama kedua orang tuanya, dan

adiknya, tempat tinggal “An. B” jauh dengan lingkungan sekolah dan tempat

bermain, “An. B” tidur sendiri di kamarnya

2) Identifikasi kehidupan perkawinan orang tua “An. B”


28

Orang tua “An. B” memiliki hubungan yang baik dalam perkawinan dan

saling mengasihi dan menyanyangi antara ayah, ibu dan anak-anaknya.

3) Hubungan antar anggota keluarga

Keluarga “An. B” saling menyayangi dan saling menghargai dengan

sikap keluarga yang selalu menemani “An. B” saat masuk rumah sakit.

4) Siapa yang mengasuh “An. B”

Sejak lahir “An. B” diasuh oleh kedua orang tuanya, meski terkadang

ayah sibuk karena pekerjaan, namun kasih sayang orang tua terhadap “An. B”

tidak berubah.

5) Penerapan disiplin

Penerapan disiplin sudah diajarkan kepada “An.B” seperti waktu bermain

dan waktu belajar. “An. B” harus makan siang sesuai waktu bahkan istirahat

siang dan malam pun sudah diatur.

6) Latihan toilet

Toilet training sudah diterapkan pada “An. B” saat berusia tiga tahun dan

“An. B” mampu untuk menjalankan training tanpa bantuan orang tua.

7) Pola bermain

Pola bermain “An. B” baik, sering bermain dengan teman-teman di

halaman rumah dan selalu ingat terhadap waktu-waktu yang sudah ditetapkan,

“An. B” tampak patuh terhadap orang tuanya.

8) Riwayat spiritual
29

Klien sering mengikuti kegiatan beribadah seperti mengaji, sholat, dan

ikut orang tuanya dalam kegiatan beribadah yang lainnya. Orang tua selalu

mendukung anknya dalam hal apapun, serta orang tua selalu mengajarkan

anaknya berdoa dan beribadah bersama keluarga.

9) Reaksi hospitalisasi

1) Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

Ibu klien mengatakan alasan membawa anaknya ke rumah sakit karena

demam tidak turun, nafsu makan berkurang, sakit pada tenggorokan saat

menelan, sehingga keluarga merasa bahwa “An. B” perlu mendapatkan

perawatan intensif, Ibu klien tidak mengetahui apa penyebab anaknya demam

dan tidak mau makan, pserasaan orangtua saat ini sangat mencemaskan kondisi

anaknya, orang tua sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya, ekspresi

wajah tampak gelisah dan selalu berkunjung dan menjaga “An. B”.

2) Pemahaman “An. B”. tentang sakit dan rawat inap

“An.B” mengatakan orang tuanya yang membawanya untuk masuk

rumah sakit agar cepat sembuh.

9). Aktifitas Sehari- hari

Berdasarkan pegkajian pada “An.B” maka dapatlah di buat data yang

dapat di lihat pada tabel berikut ini:

Tabel.4
Aktivitas Sehari-Hari “An.B”
Jenis Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1 2 3
Nutrisi
a. Selera makan 24 jam a. selera makan baik dan porsi a. selera makan kurang dan hanya
dihabiskan makan 3 sendok
b. Frekuensi makan b. 2 - 3 kali/ sehari b. 1 - 2 kali/hari
30

c. Makanan yang disukai c. Ayam goreng c. Tidak ada


d. Makanan pantangan d. Tidak ada d. Tidak ada
e. Pembatasan pola makan e. Tidak ada e. Tidak ada
f. Cara makan f. Makan sendiri f. Disuapin oleh ibu
Ritual sebelum makan Berdoa Berdoa
Cairan a . Susu formula (Dancaw), a. Susu formula(Dancaw), Air putih
a. Jenis cairan air putih. b. 2 - 3 gelas/ hari (1 gelas 200 cc)
b. Frekuensi minum b. 5-6 gelas/ hari (1 gelas 200 c. 1000 cc/hari
cc)
c. Kebutuhan cairan dan 24 jam c. 1500 cc/hari
Eliminasi BAK
a. Tempat pembuangan a. Toilet a. Toilet
b. Frekuensi b. 4 - 5 kali/ hari b. 2 - 3 kali/hari
c. Warna c. Kuning c. Kekuning-kuningan
d. Bau d. Khas d. Khas
e. Cara menangani e. Tidak ada e. Tidak ada
Eliminasi BAB
a. Tempat pembuangan a.Toilet a. Toilet
b. Frekuensi b. 1-2 kali/ hari b. 1 kali / hari
c. Warna c. Kuning c. Kuning
d. Konsistensi d. Lembek d. Lembek
e. Cara menangani e. Tidak ada e. Tidak ada

Istirahat Tidur
a. Apakah cepat tertidur a.Ya a. Ya
b. Jam tidur siang b. tidak ada b 14.00 – 16.00 wit
c. Jam tidur malam c. 22.00 – 06.00 wit c. 23.00 – 06.00 wit
d. Kebiasaan sebelum tidur d.Berdoa d. Berdoa
Olahraga
a. Program olaraga tertentu a.Ada a. Tidak ada
b.Berapa lama melakukan dan b.1-2 jam jalan pagi di hari b.Tidak ada
jenisnya minggu
c. Perasaan “An.B” setelah c. Senang c. Tidak ada
melakukan olahraga.
Personal Hygiene
a. Mandi a.2 kali/hari a. hanya di waslap
b. Cuci rambut b.2 - 3 kali/minggu b. Tidak pernah
c. Gunting kuku c. 1 - 2 kali/ minggu c. Tidak pernah
d. Gosok gigi d. 2 kali/hari d. 1 kali/hari
31

Aktivitas/ Mobilitas Fisik


a. Kegiatan sehari-hari a. Sekolah, bermain dan a. Terbaring di tempat tidur
b. Pengaturan jadwal harian belajar b. Tidak ada
c. Penggunaan alat bantu b. Tidak ada c. Tidak ada
d.Kesulitan menggerakan tubuh c. Tidak ada d. Tidak ada
d. Tidak ada
Rekreasi
a. Bagaimana perasaan “An.B” a.Senang a. Tidak ada
saat sekolah
b. Berapa banyak waktu luang b. ± 4-5 jam b.Tidak ada
“An.B”
c.Apakah keluarga menghabiskan c.Ya c. Ya
waktu bersama dengan “An. B”
d. Perbedaan hari libur dan hari
sekolah d.Tidak ada d.Tidak ada

Sumber : Data primer, 2020.

k) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

“An.B” tampak lemah, penampilan sesuai dengan usia, ekspresi bicara

kurang, mood tenang tidak ada masalah, berpakaian dan kebersihan umum

baik, akral klien teraba hangat, tidak nafsu makan, sering menangis saat klien

makan dan menelan.


32

2) Tanda-tanda vital

Pada pemeriksaan tanda tanda vital diperoleh hasil, tekanan darah (-),

suhu tubuh 38,5ºC, nadi 115x/menit, Respirasi 20 x/menit.

3) Antropometri

Pada pemeriksaan antropometri “An.B” di dapatkan tinggi badan 130 cm

normalnya (134 cm), berat badan 20 kg normalnya (20 kg) lingkar lengan atas

15 cm normalnya ( 15-21 cm) lingkar kepala 48 cm normalnya (43-49 cm)

4) Pemeriksaan Head to toe

(a) Kepala

Ukuran lingkar kepala 48 cm, bentuk kepala normal (norrmacephal),

distribusi rambut tebal, warna hitam ,tidak ada benjolan, tidak ada ketombe

dan lesi kulit kepala tidak ada, kulit kepala bersih.

(b) Mata

Mata simetris kiri dan kanan, refleks terhadap cahaya positif, mata cekung,

refleks pupil baik (isokor) dan tidak ada kelainan, sklera tidak ikterus,

konjungtiva anemis.

(c) Telinga

Bentuk normal kiri dan kanan, pendengaran baik/normal, tidak ada

serumen dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

(d) Hidung

Keadaan lubang hidung normal, pernapasan normal, fungsi penciuman

baik, ada pengeluaran secret, tidak ada polip maupun sinusitis.

(e)Mulut
33

Keadaaan mulut normal, gigi tidak ada karies, membrane mukosa bibir

kering, lidah bersih, tidak ada sariawan, tampak adanya tonsil membesar,

berwra merah muda, gusi warna merah muda tidak pucat.

(f) Leher

Pada saat inspeksi dan palpasi tidak ada pembesaran vena jugularis,

kelenjar tiroid dan pembesaran atau kelainan pada daerah leher.

(g) Dada

(1) Paru-paru

Inspeksi : bentuk dada simetris dan ferkuensi pernafasan 20x/menit,

palpasi : ekspansi paru seirama.

(2) Jantung

Inspeksi : tidak tampak pembesaran pada jantung, auskultasi : tidak

terdapat bunyi murmur, tidak ada bunyi tambahan.

(h) Abdomen

Inspeksi : tidak ada masa abdomen, auskultasi : tidak terdengar suara bising

usus, palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar, perkusi :

tidak ada ascites.

(i) Kulit

Kulit tampak bersih, turgor kulit baik, warna kulit sawo matang, tidak ada

odem, tidak ada lesi.

(j) Ekstremitas
34

Rentang gerak aktif, kekuatan otot baik, akral teraba hangat, tangan kiri

terpasang IVFD RL 20 tetes/menit, ekstremitas atas dan bawah tidak ada

kelainan,ekstremitas kiri atas lemah, klien tidak menggunakan alat bantu

untuk beraktivitas.

(k) Neurologis

Tidak ada kejang dan kesadaran composmentis.

(l) Genitalia dan Anus dan rektum

Tidak ada kelainan pada genitalia dan daerah sekitar anus bersih.

l) Pemeriksaan Penunjang.

1) Laboraturium :

Tabel.5
Pemeriksaan Laboratorium
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Hemoglobin 11,8 gr/dl 12,0-15,0 gr/dl

2 Leukosit 22000 /mm 4000-10.000 /mm

3 Trombosit 169000 /mm³ 150-400.000 /mm³

4 LED 30/5’ < 15 mm/jam


Sumber : Data laboratorium 30 juni 2020

2) Terapi saat sakit

Obat-obat yang didapatkan “An.B” saat masuk rumah sakit yaitu :

 Cefotaxim 3x500 mg/iv IVFD RL 20 Tpm

 Methylprednisolone 2x12.5 mg/iv Paracetamol 3x1 cth/oral

 Ketorolac 3x1/2 amp/iv

2. Klasifikasi Data
35

Setelah dilakukan pengakajian terhadap “An.B” pada Tanggal 01 Juli 2020

di Ruang anak RS. Bhayangkara Ambon maka peneliti menyusun klasifikasi data

yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel.6
Klasifikasi Data Pada Pasien “An.B” Dengan Tonsilitis Kronis
Di Ruangan Anak Rumah Sakit BhayangkaraAmbon
Data subjektif
Data objektif

Ibu “An.B” mengatakan : 1. Klien tampak lemah


2. Akral teraba hangat

1. Anaknya demam 3 hari tidak turun 3. TTV : TD = - , S=38,5°C, N=112x/m,

2. Kurang napsu makan P=20x/m SPO2 : 97%

3. Sakit saat menelan 4. Hasil lab. Tanggal 30 Juni 2020 menunjukkan


adanya peningkatan LED : 22.000/mm
5. Tampak ada pembesaran pada tonsil, berwarna
merah muda
6. Klien tampak meringis saat menelan makanan

Sumber : Data primer, 2020

3) Analisa Data

Adapun analisa data pada “An.B” dengan Tonsilitis Kronis dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel.7
36

Analisa Data Pada Pasien “An.B” Dengan Tonsilitis Kronis


Di Ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara Ambon
No Data Etiologi Masalah
1 2 3 4
1 Data subjektif
Hipertermi proses inflamasi pada
Ibu “An. B” mengatakan : faring dan tonsil.
1. Anaknya demam 3 hari tidak turun.

Data Objektif

1. Klien tampak lemah


2. Akral teraba hangat
3. TTV :
S : 38.50C
N : 112X/m
RR : 20X/m
SPO2 : 97%
4. Tampak ada pembesaran pada tonsil,
berwarna merah muda
5. Leucosit : 22.000/mm

2. Data Subjektif :
Nyeri Akut pembengkakan tonsil
Ibu “An. B” mengatakan :
1. Keadaan anaknya tampak lemah
2. Sakit saat menelan makanan

Data Objektif :

1. Klien tampak lemah


2. Klien tampak meringis saat menelan
makanan
3. Tampak adanya pembesaran tonsil

Sumber : Data Primer, 2020.

2. Diagnosa Keperawatan Dan Prioritas Masalah


37

Berdasarkan analisa data pada “An.B” dapat di rumuskan diagnosa

keperawatan adalah sebagai berikut :

a. Hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi pada faring dan tonsil

yang di tandai dengan : orang tua klien mengatakan anaknya demam sudah 3 hari

tidak turun, klien tampak lemah, akral teraba hangat, suhu tubuh 38.5 0c, tampak

ada pembesaran pada tonsil, berwarna merah muda, leucosit 22.000/mm.

b. Nyeri akut berhubungan dengan adanya pembesaran tonsil yang ditandai

dengan : orang tua klien mengatakan anaknya tidak ada nafsu makan, sakit saat

menelan makanan, klien tampak meringis saat menelan makanan, tampak adanya

pembesaran pada tonsil.

3. Prioritas Masalah

a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya pembesaran pada tonsil.

b. Hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi pada faring dan

tonsil.

4. Rencana Keperawatan

Adapun rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada “An.B” dengan

Tonsilitis Kronis di ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara Ambon dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :


39

Tabel.8
Intervensi Keperawatan Pada “An.B” Dengan Tonsilitis Kronis
Di Ruang Anak Rumah Sakit Bhayangkara Ambon
Tujuan
No. Diagnosa Kriteria
Tgl Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Standar

1 2 3 4 5 6
01 1. a. Nyeri akut Setelah 5. Kaji intensitas 5. Untuk menentukan
Juni berhubungan dengan dilakukan nyeri (skala, intervensi yang
2020 adanya tindakan kedalaman, tepat.
keperawatan
pembengkakan pada frekuensi nyeri).
selama 3x12
tonsil dan faring yang jam 6. Kaji tanda-tanda
ditandai dengan : diharapkan vital pasien 6. Untuk mengetahui
nyeri dapat 7. Berikan posisi ttv dalam batas
DS : Orang tua pasien berkurang atau tidur yang normal dan
mengatakan anaknya hilang dengan nyaman (sokong memudahkan dalam
tidak ada nafsu makan, kriteria hasil : kepala dan leher intervensi yang tepat
 Skala nyeri dengan bantal). 7. Kelemahan otot
sakit pada tenggorokan 0 8. Ciptakan diakibatkan oleh
ketika makan lingkungan tindakan
 Klien
yang tenang pembedahan, kurang
DO : tampak
sokongan
rileks
9. Kolaborasi mengakibatkan
1. Klien tampak dengan dokter
 Klien bisa ketidaknyamanan.
lemah dalam
2. Klien tampak menelan
pemberian 8. Ketenangan dapat
meringis saat makan
analgetik membantu
menelan makanan dengan baik
mengurangi
3. Adanya ketidaknyamanan
pembesaran pada nyeri klien dapat
tonsil beristirahat dengan
baik.
9. Pemberian analgetik
dapat membantu
dalam mengurangi
rasa nyeri.

01 2. b. Hipertermi Setelah 6. Observasi suhu 8. Suhu 38,9-41,1ºC


Juni berhubungan dengan dilakukan tubuh (derajat menunjukkan proses
2020 adanya proses tindakan dan pola) penyakit infeksius,
keperawatan
inflamasi pada faring perhatikan pola demam dapat
selama 3x12
dan tonsil jam menggigil atau membantu dalam
diharapkan tidak. diagnosis.
40

DS : Orang tua pasien suhu tubuh 7. Observasi suhu


mengatakan anaknya menjadi lingkungan. 9. Suhu ruangan harus
demam 3 hari tidak normal dengan 8. Beri kompres diubah untuk
kriteria:
turun hangat. mempertahankan
 Suhu tubuh
suhu mendekati
DO : 36.50c-
9. Berikan asupan normal.
37,5ºC
cairan yang 10. Dapat membantu
Klien tampak lemah  Tidak
adekuat. mengurangi demam.
Akral teraba hangat menggigil
10. Kolaborasi
TTV :  Leucosit dengan dokter 11. Asupan yang adekuat
S : 38.50C dalam angka dalam membuat badan lebih
N : 112X/m normal
RR : 20X/m pemberian segar sehingga panas
SPO2 : 97% antipiretik akan turun.
Tampak ada 12. Pemberian
pembesaran pada antipiretik dapat
tonsil, berwarna membantu dalam
merah muda menurunkan suhu
4. Leucosit :
tubuh
22.000/mm
klienmempertahanka
n suhu tubuh pasien
mendekati normal.

5. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.


41

Berdasarkan Perencanaan keperawatan pada tabel 11 maka dilakukan

Pelaksanaan keperawatan pada “An.B” dengan Tonsilitis Kronis yang dirawat di

Ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara Ambon , yang dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel.9
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Pasien “An.B” Dengan Tonsilitis Kronis
Di Ruang Anak Rumah Sakit Bhayangkara Ambon

No
Tgl Jam Implementasi Paraf
Dx

1 2 3 4 5
1. 01 juli 09.00 wit 10. Mengkaji intensitas nyeri (skala, kedalaman, frekuensi
2020 nyeri).
10.00 wit Hasil : Hasil : ibu klien mengatakan anaknya masih
merasa kesakitan saat menelan makanan
10.15 wit 11. Mengkaji TTV klien
12.00 w Hasil : Suhu : 38.50c, Nadi : 112x/m, RR : 20x/m, SPO 2 :
97%
12. Memberikan posisi tidur yang nyaman (sokong kepala
dan leher dengan bantal).
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya merasa sedikit
nyaman.
13. Menciptakan lingkungan yang tenang
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya bisa beristirahat
dengan tenang.
14. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
Hasil : klien tampak tidak meringis saat diberi obat
analgetik
ketorolac 3x1/2 ampul/iv
cefotaxim 3x500 mg/iv
methylprednisolone 3x12.5 mg/iv

2. 01 juli 12.10 wit 11. Mengobservasi suhu tubuh (derajat dan pola) perhatikan
2020 menggigil atau tidak.
12.20 wit Hasil : suhu tubuh 38.50c, klien tampak tidak menggil.
12. Mengobservasi suhu lingkungan (pakaian dan ruangan)
13.00 wit Hasil : klien tidak menggunakan pakaian yang ketat,
13.15 wit ruang tidak menggunakan AC.
13. Memberikan kompres air hangat.
15.00 wit
Hasil : klien diberikan kompres air hangat setiap 2 jam
(saat suhu tubuh meningkat).
14. Memberikan asupan cairan yang adekuat.
Hasil :
15. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik
Hasil : klien diberikan paracetamol 3x1 cth suhu tubuh
380c.
42

Sumber : Data Primer, 2020

5. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka penulis dapat melakukan

evaluasi tindakan keperawatan pada “An.B”dengan Tonsilitis Kronis yang dirawat di

Ruangan Anak Rumah Bhayamgkara Ambon yang dapat dilihat pada tabel 11 berikut

ini :

Tabel.10
Evaluasi Tindakan Keperawatanpada “An. B” Dengan Tonsilitis Kronis
43

Di Ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara Ambon


Hari/
No Tanggal/ Implementasi Evaluasi
Jam
1. 01 Juli 2020 1. Mengkaji intensitas nyeri Jam 14.00 WIT
(skala, kedalaman, frekuensi
09..00 WIT S : ibu klien mengatakan anaknya
nyeri). masih mengeluh sakit pada
tenggorokan, sakit saat menelan
Hasil : Hasil : ibu klien
makanan,
mengatakan anaknya masih Sakit hilang timbul di rasakan
merasa kesakitan saat menelan
O : Klien tampak meringis bila nyeri
makanan. dan saat menelan makanan
09.15 WIT Skala nyeri 5 (nyeri sedang):
2. Mengkaji TTV Klien
TTV :
Hasil : Suhu : 38.50c, Nadi : S : 38.50C
N : 112x/m
112x/m, RR : 20x/m, SPO2 :
RR : 20x/m
97% SPO2 : 97%
10.00 WIT
3. Memberikan posisi tidur yang
A : Masalah Nyeri belum teratasi
nyaman (sokong kepala dan
leher dengan bantal). P : Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan

Hasil : ibu klien mengatakan


anaknya merasa sedikit
nyaman.
4. Menciptakan lingkungan yang
12.00 WIT
tenang
Hasil : ibu klien mengatakan
anaknya bisa beristirahat
dengan tenang.
5. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik
14.00 WIT
Hasil : klien tampak tidak

meringis saat diberi obat

analgetik

ketorolac 3x1/2 ampul/iv

Cefotaxim 3x500mg/iv

Methylprednisolone 3x12.5

mg/iv
2. 01 Juli 2020 1. Mengobservasi suhu tubuh Jam 18.00 WIT
(derajat dan pola) perhatikan
14.00 WIT S : ibu klien mengatakan anaknya
menggigil atau tidak. masih demam
44

Hasil : suhu tubuh 38.50c, klien


O : Akral teraba hangat
tampak tidak menggil.
Klien masih diberikan kompres
2. Mengobservasi suhu air hangat tiap 2 jam
TTV :
lingkungan (pakaian dan
S : 38.50C
14.05 WIT ruangan) N : 112x/m
RR : 20x/m
Hasil : klien tidak
SPO2 : 97%
menggunakan pakaian yang
A : Masalah Hipertermi belum
ketat, ruang tidak
teratasi
menggunakan AC.
P : Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
3. Memberikan kompres air
hangat.
Hasil : klien diberikan kompres
14.20 WIT
air hangat setiap 2 jam (saat
suhu tubuh meningkat).
4. Memberikan asupan cairan
yang adekuat.
Hasil : klien diberikan cairan
RL 14 tpm
14.35 WIT
5. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian antipiretik
Hasil : klien diberikan
17.00 WIT
paracetamol 3x1 cth suhu
0
tubuh 38 c.
Sumber : Data Primer, 2020.

Tabel.11
45

Evaluasi Tindakan Keperawatanpada “An. B” Dengan Tonsilitis Kronis


Di Ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara Ambon
Hari/
No Tanggal/ Implementasi Evaluasi
Jam
1. 02 Juli 2020 1. Mengkaji intensitas nyeri (skala, Jam 14.00 WIT
kedalaman, frekuensi nyeri).
09..00 WIT Hasil : Hasil : ibu klien S : ibu klien mengatakan anaknya
mengatakan anaknya masih sakit tenggorkan pada anaknya
merasa kesakitan saat menelan sudah mulai berkurang
makanan.
2. Mengkaji TTV Klien O : Klien tampak tenang
09.15 WIT Skala nyeri 3 (nyeri ringan):
Hasil : Suhu : 37.30c, Nadi :
TTV :
89x/m, RR : 20x/m, SPO2 : 97%
S : 37.30C
3. Memberikan posisi tidur yang
N : 89x/m
nyaman (sokong kepala dan RR : 20x/m
10.00 WIT leher dengan bantal). SPO2 : 97%
Hasil : ibu klien mengatakan
anaknya merasa sedikit A : Masalah Nyeri belum teratasi
nyaman.
4. Menciptakan lingkungan yang P : Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
tenang
12.00 WIT Hasil : ibu klien mengatakan
anaknya bisa beristirahat
dengan tenang.
5. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik
Hasil : klien tampak tidak
14.00 WIT meringis saat diberi obat
analgetik
ketorolac 3x1/2 ampul/iv
cefotaxime 3x500mg/iv
methylprednisolone3x12.5
mg/iv
2. 02 Juli 2020 1. Mengobservasi suhu tubuh Jam 18.00 WIT
(derajat dan pola) perhatikan
14.00 WIT menggigil atau tidak. S : ibu klien mengatakan anaknya
demam berkurang
Hasil : suhu tubuh 37.30c, klien
tampak tidak menggil.
O : Akral teraba hangat
14.05 WIT 2. Mengobservasi suhu
TTV :
lingkungan (pakaian dan S : 37.30C
ruangan) N : 89x/m
Hasil : klien tidak RR : 20x/m
menggunakan pakaian yang SPO2 : 97%
ketat, ruang tidak menggunakan
AC. A : Masalah Hipertermi belum
3. Memberikan kompres air teratasi
14.20 WIT hangat.
Hasil : klien diberikan kompres P : Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
air hangat setiap 2 jam (saat
suhu tubuh meningkat).
4. Memberikan asupan cairan
14.35 WIT yang adekuat.
46

Hasil : klien diberikan RL 14


tpm
5. Kolaborasi dengan dokter
17.00 WIT dalam pemberian antipiretik
Hasil : klien diberikan
paracetamol 3x1 cth suhu tubuh
37.30c.
Sumber : Data Primer, 2020

Tabel.12
47

Evaluasi Tindakan Keperawatanpada “An. B” Dengan Tonsilitis Kronis


Di Ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara Ambon
Hari/
No Tanggal/ Implementasi Evaluasi
Jam
1. 03 Juli 2020 1. Mengkaji intensitas nyeri Jam 14.00 WIT
(skala, kedalaman, frekuensi
09..00 WIT nyeri). S : ibu klien mengatakan
Anaknya sudah bisa makan seperti
Hasil : Hasil : ibu klien
biasa, rasa sakit di tenggorokan
mengatakan anaknya masih
berkurang
merasa kesakitan saat menelan
makanan.
O : Klien tampak tenang
2. Mengkaji TTV Klien
09.15 WIT Skala nyeri 1 (nyeri ringan):
Hasil : Suhu : 36.80c, Nadi : TTV :
78x/m, RR : 20x/m, SPO2 : S : 36.80C
97% N : 78x/m
3. Memberikan posisi tidur yang RR : 20x/m
10.00 WIT nyaman (sokong kepala dan SPO2 : 97%
leher dengan bantal).
Hasil : ibu klien mengatakan A : Masalah Nyeri teratasi sebagian
anaknya merasa sedikit
nyaman. P : Intervensi 1,2,3,4,5 dipertahankan
4. Menciptakan lingkungan yang
12.00 WIT tenang
Hasil : ibu klien mengatakan
anaknya bisa beristirahat
dengan tenang.
5. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik
14.00 WIT Hasil : klien tampak tidak
meringis saat diberi obat
analgetik
ketorolac 3x1/2 ampul/iv
Cefotaxim 3x500mg/iv
Methylprednisolone
3x12.5mg/iv
2. 03 Juli 2020 1. Mengobservasi suhu tubuh Jam 18.00 WIT
14.00 WIT (derajat dan pola) perhatikan
menggigil atau tidak. S : ibu klien mengatakan anaknya
sedah tidak demam
Hasil : suhu tubuh 36.80c, klien
tampak tidak menggil.
O : Akral teraba hangat (suhu tubuh
14.05 WIT 2. Mengobservasi suhu
normal)
lingkungan (pakaian dan TTV :
ruangan) S : 36.80C
Hasil : klien tidak N : 78x/m
menggunakan pakaian yang RR : 20x/m
ketat, ruang tidak SPO2 : 97%
menggunakan AC.
3. Memberikan kompres air A : Masalah Hipertermi teratasi
14.20 WIT hangat.
Hasil : klien diberikan kompres P: Intervensi 1,2,3,4,5
air hangat setiap 2 jam (saat dipertahankan
suhu tubuh meningkat).
48

4. Memberikan asupan cairan


14.35 WIT yang adekuat.
Hasil : klien diberikan cariran
RL14 tpm
5. Kolaborasi dengan dokter
17.00 WIT dalam pemberian antipiretik
Hasil : klien diberikan
paracetamol 3x1 cth suhu
tubuh 36.80c.
Sumber : Data Primer, 2020

B. Pembahasan
49

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan-kesenjangan

yang ditemukan selama melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Tonsilitis

Kronis yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa, intervensi (perencanaan),

implementasi (pelaksanaan), dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian

merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan individu (klien), (Nursalam 2009).

Pada saat pengumpulan data pada tanggal 01Juli 2020 penulis awali dengan

memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari pengumpulan data kepada

keluarga dan An.B. Data yang dikumpulkan antara lain data umum yaitu identitas

pasien, keluhan utama, riwayat keluhan utama, riwayat kesehatan, pola aktifitas

pasien saat dirumah dan saat di rumah sakit, riwayat psikososial, riwayat spiritual,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan terapi yang diberikan.

Untuk mendapatkan data yang akurat penulis menggunakan teknik

pengumpulan data yaitu wawancara, pemeriksaan fisik, dengan prinsip IPPA

(Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskutasi) serta didukung dari data dalam buku

status pasien dan hasil pemeriksaan penunjang.

Pada tinjauan kasus data yang ditemukan saat pengkajian yaitu ibu klien

mengatakan “An. B” demam sudah 3 hari,akral teraba hangat, keadaan umum klien

tampak lemah,tenggorokan terasa sakit saat menelan makanan, tampak adanya


50

pembesaran pada tonsil, Leucosit 22.000/mm, klien terpasang IVFD RL 14 tpm,

ibu klien tampak cemas dengan keadaan anknya.

Menurut Potter, (2015) tanda dan gejala klien dengan keluhan Tonsillitis

Kronis yaitu demam, nyeri saat meelan, sakit tenggorokan, terjadinya pembesaran

pada tonsil, keadaan umum klien tampak lemah, sesak nafas, nadi teraba

cepat,tensi meningkat, dan bahkan terjadi peningkatan pada leucosit klien., dimana

memicu terjadinya peningkatan suhu tubuh.

Sedangkan tanda dan gejala yang terjadi pada klien anak “B” yaitu demam,

nyeri saat menelan, keadaan umum tampak lemah, adanya pembesaran pada tonsil

klien. Data yang penulis temukan pada klien “ An. B”, tidak jauh berbeda dengan

apa yang dikemukakan diatas.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Rohmah dan Walid (2012), diagnosa keperawatan merupakan (1).

pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan

pola interaksi aktifitas/potensial) dari individu atau kelompok ketika perawat

secara legal megidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah

perubahan. (2). penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas

terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual ataupun potensial

sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dimana

perawat bertanggung jawab.

Menurut Nursalam (2011), diagnosa keperawatan adalah hasil perawat

menganalisa data dari hasil pengkajian untuk merumusakan diagnosis

keperawatan.
51

Berdasarkan data fokus dan data penunjang yang penulis peroleh saat

pengkajian dapat dirumuskan dua diagnose yaitu Nyeri akut berhubungan dengan

adanya pembesaran tonsil yang ditandai dengan : orang tua klien mengatakan

anaknya tidak ada nafsu makan, sakit saat menelan makanan, klien tampak

meringis saat menelan makanan, tampak adanya pembesaran pada tonsil.

Hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi pada faring dan tonsil

yang di tandai dengan : orang tua klien mengatakan anaknya demam sudah 3 hari

tidak turun, klien tampak lemah, akral teraba hangat, suhu tubuh 38.5 0c, tampak

ada pembesaran pada tonsil, berwarna merah muda, leucosit 22.000/mm.

Diagnosis keperawatan kepada klien dengan Tonsilitis Kronis Menurut

Doenges, M.E (2000), masalah keperawatan yang sering muncul pada klien dengan

Tonsilitis Konis yaitu, Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

obstruksi nafas karena adanya benda asing; produksi secret berlebih, Nyeri

berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah, Hipertermi

berhubungan adanya proses inflamasi pada faring dan Tonsil. Resiko perubahan

nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia; kesulitan menelan,

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman

pemajaran/mengingat, Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

resiko perdarahan akibat tindakan operatif tondilektomi.

3. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka penulis membuat rencana

tindakan keperawatan sesuai dengan prioritas masalah berdasarkan kebutuhan


52

dasar manusia menurut Abraham Maslow dengan melibatkan perawat yang

bertugas di Ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara Ambon.

Doenges, M.E (2000), memaparkan perencanaan keperawatan yang sering

muncul pada klien dengan Tonsilitis Kronis sesuai dengan masalah yang sering di

dapatkan yaitu untuk diagnose Nyeri akut berhubungan adanya pembesaran tonsil

Intervensi yang di buat yaitu : kaji intensitas nyeri, kaji tanda-tanda vital klien,

berikan lingkungan yang nyaman, berikan posisi yang nyaman, dan berkolaborasi

dengan dokter dalam pemberian teraphy analgetik. Sedangkan pada diagnose

hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi pada faring dan tonsil

Intervensi yang di buat yaitu : observasi suhu tubuh, observasi suhu lingkungan,

beri kompres air hangat, berikan asupan cairan yang adekuat, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian terapi.

4. Pelaksanaan

Setelah penulis membuat rencana asuhan keperawatan sesuai dengan

prioritas masalah yang muncul pada “An. B” dengan Tonsilitis kronis yang dirawat

di Ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara Ambon, maka penulis dapat

melakukan implementasi keperawatan.

Dalam melakukan implementasi penulis menyesuaikan dengan rencana

yang telah disusun dan berorientasi pada sarana dan prasarana yang tersedia di

rumah sakit yang digunakan dalam proses pelaksanaan tindakan keperawatan.

pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan secara mandiri dan kolaborasi

dengan tim kesehatan lain diantaranya tim gizi, tim kesehatan lingkungan dan tim

dokter.
53

Untuk diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan adanya pembesaran tonsil

Intervensi yang di buat yaitu : mengkaji intensitas nyeri, mengkaji tanda-tanda

vital klien, memberikan lingkungan yang nyaman, memberikan posisi yang

nyaman, dan berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian teraphy analgetik.

Sedangkan pada diagnose hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi

pada faring dan tonsil Intervensi yang di buat yaitu : mengobservasi suhu tubuh,

mengobservasi suhu lingkungan, memberikan kompres air hangat, memberikan

asupan cairan yang adekuat, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

Hambatan yang diperoleh dalam implementasi keperawatan yaitu

kurangnya kekoperatifan dari klien dalam melakukan pengkajian dan implementasi

yang diberikan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini akan

dinilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan. Dalam mengevaluasi hasil

penelitian, penulis menggunakan catatan keperawatan selama tiga hari dan dapat

disimpulkan bahwa dari kedua diagnosa keperawatan yang didapatkan nyeri

berhubungan dengan adanya pembesaran pada tonsil, dan hipertermi berhubungan

dengan adanya proses inflamsi pada faring dan tonsil dapat teratasi pada tanggal 3 Juli

2020, dan diharapkan orang tua dari klien dapat mempertahankan implementasi yang

diberikan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada klien “An.B” dengan

Tonsilitis Kronis di Rumah Sakit Bhayangkara Ambon, maka dapat disimpulkan

sebagai berkut :

1. Pada saat dilakukannya pengkajian, maka didapatkan data sebagai berikut : ibu klien

mengatakan anaknya tidak ada nafsu makan, sakit saat menelan makanan, klien

tampak meringis bila nyeri, demam 3 hari tidak turun, klien tampak lemah, akral

teraba hangat, tampak ada pembesaran pada tonsil, berwarna merah muda, suhu

tubuh 38.50c, Leucosit 22.000/mm.

2. Didalam penelitian, penulis mendapatkan dua diagnosa keperawatan yang dialami

oleh An.B, yaitu Nyeri berhubungan dengan adanya pembesaran pada tonsil, dan

hiperteri berhubungan dengan adanya proses inflamasi pda faring dan tonsil.

3. Didalam penelitian, penulis melakukan perencanaan dengan tujuan untuk

mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Penulis

didalam menentukan perencanaan, berdasarkan prioritas masalah yang penulis tentu

akan mengacu pada diagnosa keperawatan mana yang diberi prioritas tertinggi dan

dianggap sebagai masalah nomor satu dan perlu dipecahkan lebih dulu, yaitu dengan

prioritas masalah : Nyeri berhubungan dengan adanya pembesaran pada Tonsil, dan

kemudian diagnose yang kedua yaitu hipertermi berhubungan dengan adanya proses

inflamasi pada faring dan tonsil.

54
4. Penulis dalam penelitian khususnya mengenai tindakan keperawatan yang

dilakukan mengacu pada rencana asuhan keperawatan yang telah ditetapkan

dengan memperhatikan situasi kondisi ruangan, dan keadaan klien itu

sendiri, dan dalam melakukan tindakan keperawatan tidak semua rencana

tindakan keperawatan dapat dilaksanakan serta ada pula tindakan

keperawatan yang dimodifikasi dalam mengatasi masalah klien.

5. Evaluasi yang didapatkan pada An. B dengan perawatan selama tiga hari

menunjukkan bahwa dari dua diagnosa/masalah keperawatan, yang teratasi

yaitu : hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi pada faring

dan tonsil, Sedangkan masalah keperawatan yang baru teratasi sebagian,

yaitu : nyeri berhubungan dengan adanya pembesaran pada tonsil.

Khususnya mengenai masalah keperawatan yang belum teratasi, penulis

melakukan kerjasama dengan perawat ruangan untuk melaksanakan

intervensi lanjutan untuk menangani masalah yang dimaksud.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan

beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat dan diterapkan dalam

menangani klien.

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Agar lebih memperhatikan ruangan khusus untuk anak dan peralatan

medis yang memadai untuk menangani pasien-pasien dengan Tonsil Kronis.

54
2. Bagi Institusi Pendidikan

Hendaknya lebih meningkatkan referensi buku khususnya pada anak

dengan penyakit Tonsilitis Kronis.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Agar melanjutkan penilitian lebih difokuskan pada masalah

penanganan nyeri yang lebih efektif.

4. Bagi Klien dan Keluarga

Agar keluarga lebih memperhatikan :

1) Nutrisi yang baik dengan TKTP bagi anaknya

2) Memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar anak dalam kesehariannya.

3) Memperhatikan pemberian obat secara teratur bagi anaknya agar cepat

sembuh.

54
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dasar keperawatan. EGC. Jakarta

Depkes RI, 2008, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2,

Cetakan kedua, Depkes RI, Jakarta

Doenges, M. E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC,

Jakarta

Gunarsa, Singgih. 2003.Dasar dan Teori Perkembangan Anak. PT BPK Gunung

Mulia. Jakarta

Haryanto, 2007, KonsepDasarKeperawatandenganPemetaanKonsep (Concept

Mapping), SalembaMadika, Jakarta

Kemenkes RI. 2010.PedomanNasionalPenanggulanganTuberkulosis.Edisi 2,

Cetakanketiga. KemenkesRI. Jakarta

Nanda, 2005, Nursing Diagnosis : Defenition and Classification 2005-2006,

Nanda International, Philadelphia

Ngatsiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. EGC. Jakarta

Nursalam, 2009, Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik,

Salemba Medika, Jakarta

Manurung Santa, Suratun dan Krisanty Paula. 2009. Asuhan keperawatan

gangguan system pernafasan akibat infeksi.CV. Trans info

media. Jakarta

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Salemba medika. jakarta

54
Rekaman Medik, 2017-2019. Rekam Medik Penyakit Tonsilitis Kronis 2 Tahun

Terakhir. RS. Bhayangkara Ambon, Ambon

Soetjiningsih.1995. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran. EGC

54
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : “An. B”
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Liang

Setelah diberikan penjelasan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan


Kemenkes Maluku Jurusan Keperawatan yang melakukan penelitian, atas
nama :
Nama : Nurmawaty
Nim :

Saya sebagai klien bersedia menjadi responden dan memberikan


data-data tentang kesehatan saya, yang dibutuhkan oleh mahasiswa
tersebut dalam melengkapi Karya Tulis Ilmiahnya yang berjudul: Asuhan
Keperawatan pada “An.B” dengan Tonsilitis Kronis Di Ruangan Anak
Rumah Sakit Bhayangkara Ambon”
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya tanda tangani untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ambon, 01 Juli 2020

Responden

“An. B”

54
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES MALUKU
Jln. Laksdya Leo WattimenaNegri Lama Ambon

DAFTAR KONSULTASI
KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

Nama : Nurmawati
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Tonsilitis

Kronis di Ruangan Anak Rumah Sakit Bhayangkara

Ambon

NamaPembimbing : Aldofina Bumbungan,S.Pd,M.Kes

No Hari/ Bagian yang Saran Paraf


Tanggal dikonsultasikan

54
54
54

Anda mungkin juga menyukai