Dosen Pembimbing:
Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp.Kep.MB
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Keperawatan Bedah dengan judul Asuhan Keperawatan pada pasien
Tonsillitis.
Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis mengucapkan banyak
terima kasih atas bimbingannya kepada :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
4.2 Saran.................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................35
iii
BAB I. LATAR BELAKANG
1.2 Epidemologi
Tonsillitis secara epidemiologi paling sering terjadi pada anak-anak.
Pada balita , tonsillitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus sedangkan
infeksi bacterial lebih sering terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun. Group A
beta-hemolytic streptococcus merupakan penyebab utama tonsillitis bacterial.
1
1.3 Tujuan
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori.
Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di
faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil
lingual, dan tonsil tubal (Ruiz JW, 2009).
1. Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior
(otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil
berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai
10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu
mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi
oleh:
a) Lateral – muskulus konstriktor faring superior
b) Anterior – muskulus palatoglosus
3
c) Posterior – muskulus palatofaringeus
d) Superior – palatum mole
e) Inferior – tonsil lingual
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga
melapisi invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di
bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam
di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik difus.
Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang
tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering
saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal (Anggraini
D, 2001).
2. Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior
adalah otot palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan
batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior
(Shnayder, Y, 2008). Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada
bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus
glosofaringeal (Wiatrak BJ, 2005).
3. Tonsil Faringeal (Adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari
jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau
segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah
ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun
mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai
bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di
dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama
ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa
Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi
pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran
maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi
(Hermani B, 2004).
4. Tonsil Lingual
4
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini
terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh
papilla sirkumvalata (Kartosoediro S, 2007)
2.2 Definisi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatina atau lebih dikenal
dengan radang amandel. Tonsil palatine merupakan salah satu dari cincin
waldayer. Tonsil bertindak seperti garis pertama system kekebalan tubuh
yang berguna untuk menjaring bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh
melalui mulut dan sinus , organisme yang sering menyebabkan tonsillitis
adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A.(Palandeng dkk.,2014).
Tonsil juga menstimulasi system imun untuk memproduksi antibody.
Lokasi tonsil sangat memungkinkan terpapar benda asing dan pathogen,
selanjutnya membawanya ke sel limfoid. Jika tonsil tidak mampu melindungi
tubuh , maka akan timbul inflamasi dan akhirnya terjadi infeksi yaitu
tonsillitis , ada 3 macam tonsillitis yaitu tonsillitis akut , tonsillitis
membranosa , dan tonsillitis kronis. (Srikandi dkk , 2013).
5
2.3 Etiologi
Tonsilitis dapat disebabkan oleh bakteri , virus dan penyebab infeksi
maupun non infeksi lainnya. Menurut hascelik dan dkk seperti dikutip sheikh
dkk. Infeksi tonsillitis rekuren maupun tonsillitis kronis kebanyakan berasal
dari bakteri yang terdapat di parenkim tonsil disbanding dengan permukaan
tonsil , sehingga swab dari permukaan tonsil saja dapat menjadi keliru.
Bakteri pathogen dipermukaan tonsil dapat menyerang tonsil namun tidak
dapat memprediksi bakteri pathogen yang menginfeksi didalam inti tonsil.
Walaupun sulit di jelaskan peranan bakteri anaerob pada tonsillitis, namun
perlu dipertimbangkan dalam penatalaksanaan tonsillitis.
2.4 Klasifikasi
Pada dasarnya terjadi suatu reaksi peradangan pada tonsil palatine
bisa disebabkan melalui transmisi lewat udara ( air borne droplets), tangan
dan juga ciuman serta kondisi tersebut dapat terjadi pada semua umur ,
terutama pada anak-anak. Oleh sebab itu , peradangan pada tonsillitis dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis , yaitu sebagai berikut :
1. Tonsilitis Akut : suatu infeksi pada tonsil yang ditandai nyeri
tenggorokan , nyeri menelan , anas dan malaise. Tonsilitis akut
berdasarkan penyebab infeksi yaitu :
a. Tonsillitis viral : tonsillitis disebabkan oleh virus.
b. Tonsillitis baketrial : tonsillitis akut bacterial paling banyak
disebabkan oleh streptococcus β hemoliticus. Kurang lebih 30—
40% tonsillitis akut disebabkan oleh streptococcus β hemoliticus
grup A.
2. Tonsilitis Membranosa : tonsillitis difteri , tonsillitis septic dn angina
plaut Vincent ( stomatitis ulsero membranosa) , penyakit kelainan darah
, proses spesifik dan tuberculosis , infeksi jamur ( moniliasis ,
aktinimikosis , blastomikosis), infeksi virus morbili , pertussis dan
skarlatina.
3. Tonsilitis Kronis : peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat
infeksi akut atau subklinis yang berulang. Ukuran tonsil membesar
6
akibat hiperplasiaparenkin atau degenerasi fibrinoid dengan
obstruksikripta tonsil , namun dapat juga ditemukan tonsil yang relative
kecil akibat pembentukan sikatrik yang kronis. Durasi maupun beratnya
keluhan nyeri tenggorokan sulit dijelaskan. Biasanya nyeri tenggorokan
dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan kadang dapat
menetap. Tonsillitis kronis adalah suatu kondisi yang merujuk kepada
adanya pembesaran tonsil sebagai akibat infeksi tonsil yang berulang.
2.5 Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian
atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring. Kemudian menyebar
melalui system limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus pathogen pada tonsil
menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil
membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat
mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya
eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga memnyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan , nyeri tekan , demam tinggi , bau mulut serta
otalgia.
7
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat
diagnose tonsillitis ialah dengan pemeriksaan berikut :
1. Complete Blood Cell Count (CBC) atau hitung sel darah lengkap
Petugas kesehatan mengambil sel darah untuk dilakukan tes untuk
menghitung jumlah sel darah yang berbeda. Jika terdapat peningkatan
jumlah leukosit dan haemoglobin kemungkinan ada infeksi yang
disebabkan oleh agen bakteri atau virus. CBC tidak sering digunakan
untuk mendiagnosa radang tenggorokan. Namun , jika uji lab radang
tenggorokan negative , CBC mungkin diperlukan untuk membantu
menentukan penyebab tonsillitis.
2. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan uji sensitifitas kuman (
resistensi obat )
Tes ini dilakukan dengan cara mengusap bagian belakang
tenggorokan menggunakan sterile swab untuk mengambil sampel secret.
Sampel akan diuji di laboratorium klinik untuk mendeteksi adanya
bakteri Streptococcal beta hemolitikus grup A. hasil bisa didapat dalam
hitungan menit atau dalam satu sampai dua hari ( tergantung klinik ). Jika
hasil tes menunjukkan positif , maka terdiagnosa infeksi bakteri , dan jika
hasil tes negative , kemungkinan infeksi virus. Namun , untuk tes
laboratorium out of klinik lebih dapat diandalkan untuk menentukan
penyebab infeksi seperti tes Shick.
8
c. Pasien diisiolasi karena menular , tirah baring , untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3x negative
d. Pemberian antipiretik
2. Penatalaksanaan tonsilitas kronik
a. Terapi local untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Non-Medis
9
2.9 Rehabilisasi
Terapi tonsillitis tergantung pada penyebab dan keparahan
kondisinya. Petugas kesehatan akan menyeka tenggorokan dengan swab
untuk memeriksa bakteri streptococcal , atau memeriksa jumlah sel darah
untuk menentukan penyebab infeksi. Petugas kesehatan akan
merekomendasikan terapi sesuai kondisi pasien , seperti berikut :
10
sequensial dan berhubungan yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi (Nursalam, 2001).
1. Pengkajian
11
menyebar, berpindah-pindah atau menetap). Bagaimana
berat ringannya keluhan berkurang, lamanya keluhan
berlangsung atau mulai kapan serta upaya yang telah
dilakukan apa saja.
6) Penampilan Umum
ii. Lemah
12
vii. Gaya jalan : seimbang atau tidak
13
10) Pola koping dan toleransi terhadap stress, Ketidak efektifan
koping individu dan keluarga, mekanisme pertahanan diri :
denial proyeksi, rasionalisasi, displasmen
d. Pemeriksaan Fisik
14
dilihat dari visus palpebra, mata merah, alis, bulu mata,
konjungtiva, anemis karena Hb nya menurun, skelera, kornea,
pupil, lensa. Pada bagian telinga dapat dinilai pada daun telinga,
lubang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman
pendengaran hidung dan mulut ada tidaknya stismus.
2. Diagnosa Keperawatan
15
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2006).
3. Intervensi Keperawatan
16
Perencanaan keperawatan menurut Doenges (2000) pasein tonsilitis adalah:
1 Nyeri akut berhubungan Tujuan : 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan 1. Mengindikasi kebutuhan untuk
dengan pembengkakan lokasi, intensitas (skala 1-10), intervensi dan juga tanda-tanda
Pasien diharapkan dalam
tonsil frekuensi dan waktu. perkembangan/resolusi
waktu ... X 24 jam nyeri
Menandai non verbal, misal: komplikasi
berkurang atau hilang
gelisah, takikardi, meringis
2. Dapat mengurangi ansietas dan
Kriteria hasil :
2. Dorong pengungkapan rasa takut, sehingga mengurangi
1. Mengenal faktor perasaan persepsi akan intensitas rasa takut
penyebab
3. Berikan aktivitas hiburan, 3. Meningkatkan kembali perhatian
2. Mengenali serangan misal: membaca, nonton TV, kemampuan untuk
nyeri bermain handphone menanggulangi nyeri
17
5. Menunjukan bimbingan imajinasi, relaksasi (depresan SSN) dimana telah
posisi/ekspresi progresif, teknik nafas dalam terjadi proses degeneratif neuro
wajah rileks /motor. Mungkin tidak berhasil
6. Berikan analgesik/antipiretik.
jika muncul demensia, meskipun
Gunakan ADP (analgesik yang
minor
dikontrol pasien) untuk
memberikan analgesik 24 jam 6. Memberikan penutunan nyeri
dengan dosis prn atau tidak nyaman: mengurangi
demam. Obat yang dikontrol
pasien atau berdasarkan waktu 24
jam mempertahankan kadar
analgesia darah tetap stabil.
Mencegah kekurangan ataupun
kelebihan obat-obatan
2 Kekurangan Volume Tujuan : Tidak terjadinya 1. Catat peningkatan suhu dan 1. Meningkatkan kebutuhan metabo-
Cairan berhubungan dehidrasi durasi demam. Berikan lisme dan diaforesis yang
dengan pembatasan kompres hangat sesuai berlebihan yang dihubungkan
Kriteria hasil :
pemasukan: mual, indikasi. Pertahankan pakaian dengan demam dalam
anoreksia, letargi 1. Mempertahankan tetap kering. Pertahankan meningkatkan kehilangan cairan
dehidrasi kenyamanan suhu lingkungan tak kasat mata
18
2. Membran mukosa 2. Kaji turgor kulit, membrane 2. Indikator tidak langsung dan
lembab mukosa dan rasa haus status cairan
3. Turgor kulit baik, 3. Timbang berat badan sesuai 3. Meskipun kehilangan berat badan
tanda-tanda vital indikasi dapat menunjukkan penggunaan
stabil otot, fluktuasi tiba-tiba
4. Pantau pemasukan oral dan
menunjukkan status hidrasi.
memasukkan cairan sedikitnya
Kehilangan cairan berkenaan
2500 ml/hari
dengan diare dapat dengan cepat
5. Berikan cairan/elektrolit menyebabkan krisis dan
melalui selang pemberi mengancam hidup.
makanan/IV
4. Mempertahankan keseimbangan
6. Pantau hasil pemeriksaan cairan, mengurangi rasa haus dan
laboratorium sesuai indikasi, melembabkan membrane mukosa
misal: HB/Ht
5. Mungkin diperlukan untuk
7. Berikan obat-obatan sesuai mendukung/memperbesar volume
indikasi sirkulasi, terutama jika
pemasukan oral tak adekuat,
mual/muntah terus menerus
19
6. Mewaspadakan kemungkinan
adanya gangguan elektrolit dan
menentukan kebutuhan elektrolit
tersebut
3 Perubahan nutrisi kurang Tujuan : Kebutuhan 1. Kaji kemampuan untuk 1. Lesi mulut, tenggorokan dan
dari kebutuhan tubuh nutrisi dapat terpenuhi mengunyah, merasakan implamasi pada tonsil dapat
berhubungan dengan dan menelan menyebabkan disfagia,
Kriteria hasil :
anoreksia, mual, muntah penurunan kemampuan
2. Timbang berat badan
1. Adanya peningkatan pasien untuk mengolah
sesuai kebutuhan. Evaluasi
berat badan sesuai makanan dan mengurangi
berat badan dalam hal
tujuan keinginan untuk makan
adanya berat badan yang
2. Berat badan sesuai tidak sesuai. Gunakan 2. Indikator kebutuhan
tinggi badan serangkaian pengukuran nutrisi/pema-sukan yang
berat badan dan adekuat
3. Mampu
antropometri
mengidentifikasi 3. Mengurangi stimulus pusat
kebutuhan nutrisi 3. Hilangkan rangsangan muntah di medulla
lingku-ngan yang
4. Tidak ada tanda- 4. Mengurangi
berbahaya atau kondisi
tanda malnutrisi ketidaknyamanan yang
yang membentuk reflek
20
gagal berhubungan dengan
mual/muntah, lesi, oral,
4. Berikan perawatan mulut
pengeringan mukosa
terus menerus, awasi
tindakan pencegahan 5. Mengurangi insiden muntah,
sekresi. Hindari obat meningkatkan fungsi gaster
kumur yang mengandung
6. Kekurangan vitamin terjadi
alkohol
akibat penurunan pemasukan
5. Berikan obat yang makanan dan ataun kegagalan
antiemetik misal: menguyah dan absorpsi
Ranitidin dalam sistem gastrointestinal
21
4. Implementasi
5. Evaluasi
22
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Kasus
23
Klien mengatakan nyeri saat menelan. Skala nyeri 5 ( rentang 1-
10). Saat menelan klien terlihat meringis menahan nyeri . Klien
mengatakan takut menjalani operasi. Klien mengatakan baru pertama
kali menjalani operasi. Klien terlihat tegang dan gelisah. Kontak mata
klien dengan perawat kurang. Akral teraba dingin. Klien akan
dilakukan tonsilektomi.
3. Pola kebiasaan
a. Nutrisi
pasien dipuasakan sejak jam 24.00 WIB
b. Pola eliminasi
BAK sudah 3 kali, warna kuning jernih bau khas urin (amoniak)
c. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi ROM √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
d. Pola tidur dan istirahat
Klien mengatakan bahwa tadi malam tidak bias tidur karena akan
menjalani operasi.
e. Pola persepsi diri
24
Klien mengatakan, setahunya kalau dioperasi itu akan dibius dan
amandelnya akan diambil.
f. Pola peran dan hubungan
Klien sangat dekat dengan keluarga dapat dibuktikan saat klien akan
menjalani operasi, klien diantar oleh keluarga ke ruang operasi.
Keluarga klien juga senantiasa menunggu klien di luar ruang operasi
hingga operasi selesai.
g. Pola manajemen koping stress
Klien mengatakan menyetujui tindakan operasi tanpa paksaan dari
siapapun asalkan sakit yang dirasakan klien bisa sembuh.
h. System nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam dan memasrahkan semuanya pada Allah SWT.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum:
GCS= 4-5-6 (Composmentis)
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 100/60 mmHg
- Nadi : 84 × / menit
- RR : 22 × / menit
- Suhu : 36,4 ᵒC
25
4. Telinga
Pendengaran normal, bersih, tidak ada cairan yang keluar, telinga kanan
dan kiri simetris
5. Hidung
Bersih, tidak terdapat secret
6. Mulut
Bersih, tidak ada caries
7. Leher
JVP tidak meningkat, gerakan leher tidak ada gangguan
8. Dada
Ekspansi dada simetris, tidak ada nyeri tekan
9. Paru-paru
Ekspansi paru terlihat jelas
10. Abdomen
Datar, simetris, tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri saat dipalpasi,
tidak terdapat rasa mual maupun muntah
11. Genetalia
Tidak terpasang kateter
12. Anus dan rectum
Tidak terdapat hemoroid
13. Ektrimitas
a. Atas
Anggota ekstremitas atas lengkap, tidak terdapat oedema, terpasang
infuse RL 20 tpm di tangan kiri.
b. Bawah
Anggota ekstremitas bawah lengkap, tidak terdapat oedema, akral
teraba dingin, tidak terdapat penurunan fungsi pergerakan
14. Persiapan operasi
a. Pasien diterima di ruang penerimaan pasien
b. Memastikan bahwa pasien tidak memakai kaca mata, perhiasan,
atau alat-alat yang lain
c. Pasien ditempatkan di atas brankart
26
d. Rambut pasien ditutup dengan nurse cap
e. Dipasang infuse RL 20 tpm di tangan kiri
f. Membawa pasien ke dalam ruang persiapan operasi
g. Di ruang operasi, pasien diterima oleh dokter dan perawat anestesi
untuk persiapan prosedur anestesi.
DO :
1. Klien terlihat tegang
dan gelisah.
2. Kontak mata klien
dengan perawat
kurang
3. Akral teraba dingin.
27
4. Tekanan Darah :
100/60 mmHg
5. Nadi : 84 x/menit
6. Pernapasan :
22 x/menit
7. Suhu : 36,4°C.
8. Klien akan dilakukan
tonsilektomi.
28
c. Klien mengatakan tidak bisa tidur semalam
DO :
a. Klien terlihat tegang dan gelisah.
b. Kontak mata klien dengan perawat kurang
c. Akral teraba dingin.
d. Tekanan Darah : 100/60 mmHg
e. Nadi : 84 x/menit
f. Pernapasan : 22 x/menit
g. Suhu : 36,4°C.
h. Klien akan dilakukan tonsilektomi.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan :
DS:
a. Klien mengatakan nyeri saat menelan.
b. Klien mengatakan nyerinya hilang timbul.
c. Nyeri yang dirasakan klien hanya di daerah tenggorokan
DO:
a. Saat menelan klien terlihat meringis menahan nyeri .
b. Skala nyeri 5 (rentang 1-10).
29
3.5 Intervensi
No. Tanggal Dianosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Sabtu, Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Memberikan dukungan oleh 1. Menghilangkan atau
28 berhubungan dengan keperawatan rasa tegang keluarga terhadap pasien mengurangi rasa tegang
Desemb krisis situsional : dan gelisah dapat berkurang 2. Ajarkan klien teknik dan gelisah yang
er 2019 tindakan operasi atau hilang. Dengan kriteria menenangkan untuk dirasakan klien
ditandai dengan rasa hasil : mengontrol dan
tegang dan gelisah 1) Klien dapat menyesuaikan dengan rasa
memberitahukan tegang dan cemas.
kekurangan atau
hilangnya rasa tegang
dan gelisah
2) Klien dapat terlihat
tenang saat akan
dioperasi
2. Sabtu, Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Memeriksa keluhan nyeri, 1. Intervensi dini untuk
28 berhubungan dengan perawatan rasa nyeri dapat mendeteksi lokasi nyeri, mengurangi rasa nyeri
Desemb agen cidera biologi berkurang atau hilang. intesitas dan skala nyeri yang diakibatkan oleh
er 2019 ditandai dengan rasa Dengan kriteria hasil : yang dirasakan. cidera agen biologi
30
nyeri dengan skala 5 1) Klien dapat 2. Memonitoring tanda-tanda 2. Menghilangkan atau
saat menelan. memberitahukan vital mengurangi rasa nyeri
kurang atau hilangnya 3. Memberikan pengetahuan yang dirasakan klien
rasa nyeri. tentang sebab dan akibat 3. Pengetahuan tentang
2) Skala nyeri berkurang dari nyeri yang dirasakan sebab dan akibat
dari 5 menjadi 2 4. Ajarkan klien teknik diharapkan klien dapat
relaksasi untuk mengontrol membantu perawatan
dan menyesuaikan nyeri terkait relaksasi nyeri
3.6 Implementasi
No. Hari, No. Pukul Tindakan Respon Nama dan
Tanggal, Dx Paraf
Jam
1. Sabtu, 28 2 07.00 Memonitoring tanda-tanda vital Pasien kooperatif namun terlihat √
Desember menyeringai Ns. S
2019
2 Sabtu, 28 1 07.05 Memeriksa keluhan nyeri, Klien mengeluhkan nyeri pada saat √
Desember mendeteksi lokasi nyeri, intesitas dan menelan dan menyebutkan skala Ns. S
2019 skala nyeri yang dirasakan nyeri 5
31
3 Sabtu, 28 2 07.15 Memberikan pengetahuan tentang Klien mampu memahami konsep √
Desember sebab dan akibat dari nyeri yang nyeri Ns. S
2019 dirasakan
4 Sabtu, 28 2 07.30 Ajarkan klien teknik relaksasi untuk Klien mampu memahami teknik √
Desember mengontrol dan menyesuaikan nyeri yang dianjurkan dengan baik Ns. S
2019
5 Sabtu, 28 1 07.45 Ajarkan klien teknik menenangkan Klien mampu memhami teknik yang √
Desember untuk mengontrol dan menyesuaikan dianjurkan dengan baik Ns. S
2019 dengan rasa tegang dan cemas.
6 Sabtu, 28 1 08.00 Memberikan dukungan oleh keluarga Klien tampak lebih tenang saat diberi √
Desember terhadap pasien dukungan Ns. S
2019
32
3.7 Evalusi
Hari, Diagnosa Evaluasi Paraf
Tanggal,
Jam
Sabtu, 28 Ansietas S: Klien mengatakan rasa tagang dan √
Desember berhubungan gelisah sudah berkurang atau hilang. Ns. S
2019 dengan krisis O: TTV normal, klien terlihat lebih
situsional : tenang serta ada kontak mata langsung.
tindakan A: Masalah teratasi
operasi ditandai P: Hentikan intervensi
dengan rasa
tegang dan
gelisah
Sabtu, 28 Nyeri akut S: Klien mengatakan nyeri sudah √
Desember berhubungan berkurang atau hilang Ns. S
2019 dengan agen O: intensitas nyeri berkurang dari skala
cidera biologi 1-10
ditandai dengan A: Masalah teratasi
rasa nyeri P: Hentikan intervensi
dengan skala 5
saat menelan.
33
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tonsil atau lebih sering disebut dengan amandel ialah massa yang
terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang dengan jaringan ikat dengan kriptus
didalamnya. Pada umumnya , penderita tonsillitis akut serta demam
sebaiknya tirah baring,pemberian cairan adekuat , dan diet ringan. Aplikasi
local seperti obat tenggorokan , dianggap mempunyai arti yang relative kecil.
Analgesic oral efektif dalam mengendalikan rasa tidak enak. Terapi tonsillitis
tergantung pada penyebab dan keparahan kondisinya. Petugas kesehatan akan
menyeka tenggorokan dengan swab untuk memeriksa bakteri streptococcal ,
atau memeriksa jumlah sel darah untuk menentukan penyebab infeksi.
4.2 Saran
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada makalah
ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik membangun bagi
makalah ini agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi dikemudian hari
semoga makalah ini dapat bermanfaat pagi penulis dan khususnya para
pembaca pada umumnya.
34
DAFTAR PUSTAKA
Adams, George L. 1997. Boies : Buku Ajar Penyakit THT (Boies Fundamentals of
otoloryngology). Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Jhonson, M,. Maas, M., & Swanson, L. 2008. Nursing Outcome
Classification (NOC) (5th ed). United states of Amerika: Mosby Elsevier
R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 1985. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Reeves, Charlene J., Roux, Gayle, Lockhart, Robin. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 1. Penerjemah: dr. Joko Setyono, Jakarta: Salemba Medika
35
36
37