Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TONSILITIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bedah

Oleh Kelompok 3 / Kelas D-2018

Shinta Nuriyah F. (182310101161)


Ulfia Choirun Nisa (182310101162)
Shinta Devi Putri H.P. (182310101165)
Cassia Daras F. (182310101166)
Ghosa Oktaviani P. (182310101167)

Dosen Pembimbing:
Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp.Kep.MB

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Keperawatan Bedah dengan judul Asuhan Keperawatan pada pasien
Tonsillitis.
Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis mengucapkan banyak
terima kasih atas bimbingannya kepada :

1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep.,Sp.Kep.MB. selaku dosen Penanggung Jawab


Mata Kuliah (PJMK) Keperawatan Bedah sekaligus
2. Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen pembimbing
penyususnan makalah.
3. Orang tua kami dan teman-teman kelas D

Kami menyadari bahwa tugas makalah ini banyak kekurangannya, baik


dalam penulisannya maupun dalam isinya, untuk itu kami menerima kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Semoga
dengan terselesaikan tugas ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
bermanfaat pula untuk Keperawatan Bedah kedepannya.

Jember, 09 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Epidemologi .......................................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Anatomi Dan Fisiologi .......................................................................3
2.2 Definisi ...............................................................................................5
2.3 Etiologi ...............................................................................................6
2.4 Klasifikasi ..........................................................................................6
2.5 Patofisiologi .......................................................................................7
2.6 Manifestasi Klinik ..............................................................................7
2.7 Pemeriksaan Diagnostik .....................................................................8
2.8 Penatalaksanaan Medis ......................................................................8
2.9 Rehabilisasi ......................................................................................10
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................10
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................23
3.1 Pengkajian ........................................................................................23
3.2 Analisis Data Pre Operasi ................................................................27
3.3 Diagnosa Keperawatan ....................................................................28
3.4 Tahap Intra Operasi ..........................................................................29
3.5 Intervensi ..........................................................................................30
3.6 Implementasi ....................................................................................31
3.7 Evalusi ..............................................................................................33
BAB IV. PENUTUP ..............................................................................................34
4.1 Kesimpulan ......................................................................................34

ii
4.2 Saran.................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................35

iii
BAB I. LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Tonsil atau lebih sering disebut dengan amandel ialah massa yang
terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang dengan jaringan ikat dengan kriptus
didalamnya. Bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada
kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu ada tonsil faringal
(adenoid) , tonsil palatina ,dan tonsil faringal yang berbentuk lingkaran yang
disebut cincin Waldayer. Tonsil ini terletak pada dalam sinus tonsilaris
diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat
ini.
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke
dalam tubuh melalui hidung atau mulut , tonsil berfungsi sebagai filter atau
penyaring menyelimut organisme yang berbahaya tersebut dengan sel darah
putih. Jaringan limfoid pada tonsil mengacu secara kolektif pada jaringan
yang menyimpan , menghasilkan , atau mengolah limfosit. Dalam beberapa
kaus ditemukan 3 macam tonsillitis , yaitu tonsillitis akut , tonsillitis
membranosa , dan tonsillitis kronis.

1.2 Epidemologi
Tonsillitis secara epidemiologi paling sering terjadi pada anak-anak.
Pada balita , tonsillitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus sedangkan
infeksi bacterial lebih sering terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun. Group A
beta-hemolytic streptococcus merupakan penyebab utama tonsillitis bacterial.

1
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah , mahasiswa
diharapkan dan mamu mengetahui tentang Penyakit Tonsilitis.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan Khusus dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar tonsillitis
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan penyakit
tonsillitis

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori.
Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di
faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil
lingual, dan tonsil tubal (Ruiz JW, 2009).

1. Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior
(otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil
berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai
10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu
mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi
oleh:
a) Lateral – muskulus konstriktor faring superior
b) Anterior – muskulus palatoglosus

3
c) Posterior – muskulus palatofaringeus
d) Superior – palatum mole
e) Inferior – tonsil lingual
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga
melapisi invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di
bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam
di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik difus.
Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang
tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering
saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal (Anggraini
D, 2001).
2. Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior
adalah otot palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan
batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior
(Shnayder, Y, 2008). Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada
bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus
glosofaringeal (Wiatrak BJ, 2005).
3. Tonsil Faringeal (Adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari
jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau
segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah
ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun
mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai
bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di
dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama
ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa
Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi
pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran
maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi
(Hermani B, 2004).
4. Tonsil Lingual

4
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini
terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh
papilla sirkumvalata (Kartosoediro S, 2007)

2.2 Definisi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatina atau lebih dikenal
dengan radang amandel. Tonsil palatine merupakan salah satu dari cincin
waldayer. Tonsil bertindak seperti garis pertama system kekebalan tubuh
yang berguna untuk menjaring bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh
melalui mulut dan sinus , organisme yang sering menyebabkan tonsillitis
adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A.(Palandeng dkk.,2014).
Tonsil juga menstimulasi system imun untuk memproduksi antibody.
Lokasi tonsil sangat memungkinkan terpapar benda asing dan pathogen,
selanjutnya membawanya ke sel limfoid. Jika tonsil tidak mampu melindungi
tubuh , maka akan timbul inflamasi dan akhirnya terjadi infeksi yaitu
tonsillitis , ada 3 macam tonsillitis yaitu tonsillitis akut , tonsillitis
membranosa , dan tonsillitis kronis. (Srikandi dkk , 2013).

5
2.3 Etiologi
Tonsilitis dapat disebabkan oleh bakteri , virus dan penyebab infeksi
maupun non infeksi lainnya. Menurut hascelik dan dkk seperti dikutip sheikh
dkk. Infeksi tonsillitis rekuren maupun tonsillitis kronis kebanyakan berasal
dari bakteri yang terdapat di parenkim tonsil disbanding dengan permukaan
tonsil , sehingga swab dari permukaan tonsil saja dapat menjadi keliru.
Bakteri pathogen dipermukaan tonsil dapat menyerang tonsil namun tidak
dapat memprediksi bakteri pathogen yang menginfeksi didalam inti tonsil.
Walaupun sulit di jelaskan peranan bakteri anaerob pada tonsillitis, namun
perlu dipertimbangkan dalam penatalaksanaan tonsillitis.

2.4 Klasifikasi
Pada dasarnya terjadi suatu reaksi peradangan pada tonsil palatine
bisa disebabkan melalui transmisi lewat udara ( air borne droplets), tangan
dan juga ciuman serta kondisi tersebut dapat terjadi pada semua umur ,
terutama pada anak-anak. Oleh sebab itu , peradangan pada tonsillitis dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis , yaitu sebagai berikut :
1. Tonsilitis Akut : suatu infeksi pada tonsil yang ditandai nyeri
tenggorokan , nyeri menelan , anas dan malaise. Tonsilitis akut
berdasarkan penyebab infeksi yaitu :
a. Tonsillitis viral : tonsillitis disebabkan oleh virus.
b. Tonsillitis baketrial : tonsillitis akut bacterial paling banyak
disebabkan oleh streptococcus β hemoliticus. Kurang lebih 30—
40% tonsillitis akut disebabkan oleh streptococcus β hemoliticus
grup A.
2. Tonsilitis Membranosa : tonsillitis difteri , tonsillitis septic dn angina
plaut Vincent ( stomatitis ulsero membranosa) , penyakit kelainan darah
, proses spesifik dan tuberculosis , infeksi jamur ( moniliasis ,
aktinimikosis , blastomikosis), infeksi virus morbili , pertussis dan
skarlatina.
3. Tonsilitis Kronis : peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat
infeksi akut atau subklinis yang berulang. Ukuran tonsil membesar

6
akibat hiperplasiaparenkin atau degenerasi fibrinoid dengan
obstruksikripta tonsil , namun dapat juga ditemukan tonsil yang relative
kecil akibat pembentukan sikatrik yang kronis. Durasi maupun beratnya
keluhan nyeri tenggorokan sulit dijelaskan. Biasanya nyeri tenggorokan
dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan kadang dapat
menetap. Tonsillitis kronis adalah suatu kondisi yang merujuk kepada
adanya pembesaran tonsil sebagai akibat infeksi tonsil yang berulang.

2.5 Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian
atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring. Kemudian menyebar
melalui system limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus pathogen pada tonsil
menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil
membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat
mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya
eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga memnyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan , nyeri tekan , demam tinggi , bau mulut serta
otalgia.

2.6 Manifestasi Klinik


Manifestasi Klinis : ( George et al., 1997)
1. Sakit tenggorokan.
2. Disfagia (kesulitan menelan).
3. Jika tonsiltis sudah akut , biasanya orang akan menolak untuk makan dan
minum melalui mulut.
4. Mengalami malaise.
5. Suhu badan tinggi sampai 40°C.
6. Nafas bau .
7. Nyeri tekan diabgian leher atas.

7
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat
diagnose tonsillitis ialah dengan pemeriksaan berikut :
1. Complete Blood Cell Count (CBC) atau hitung sel darah lengkap
Petugas kesehatan mengambil sel darah untuk dilakukan tes untuk
menghitung jumlah sel darah yang berbeda. Jika terdapat peningkatan
jumlah leukosit dan haemoglobin kemungkinan ada infeksi yang
disebabkan oleh agen bakteri atau virus. CBC tidak sering digunakan
untuk mendiagnosa radang tenggorokan. Namun , jika uji lab radang
tenggorokan negative , CBC mungkin diperlukan untuk membantu
menentukan penyebab tonsillitis.
2. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan uji sensitifitas kuman (
resistensi obat )
Tes ini dilakukan dengan cara mengusap bagian belakang
tenggorokan menggunakan sterile swab untuk mengambil sampel secret.
Sampel akan diuji di laboratorium klinik untuk mendeteksi adanya
bakteri Streptococcal beta hemolitikus grup A. hasil bisa didapat dalam
hitungan menit atau dalam satu sampai dua hari ( tergantung klinik ). Jika
hasil tes menunjukkan positif , maka terdiagnosa infeksi bakteri , dan jika
hasil tes negative , kemungkinan infeksi virus. Namun , untuk tes
laboratorium out of klinik lebih dapat diandalkan untuk menentukan
penyebab infeksi seperti tes Shick.

2.8 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pasien tonsillitis menurut ( Mansjoer , 2000) yaitu :
1. Penatalaksanaan tonsillitis akut
a. Antibiotik golongan penicillin atau sulfanamid selama 5hari dan obat
kumur atau obat isap dengan desinfektan , bila alergi dengan diberikan
eritromisin atau klindomisin.
b. Antibiotic yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder ,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik

8
c. Pasien diisiolasi karena menular , tirah baring , untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3x negative
d. Pemberian antipiretik
2. Penatalaksanaan tonsilitas kronik
a. Terapi local untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil

Penatalaksanaan Medis

Pada umumnya , penderita tonsillitis akut serta demam sebaiknya


tirah baring,pemberian cairan adekuat , dan diet ringan. Aplikasi local
seperti obat tenggorokan , dianggap mempunyai arti yang relative kecil.
Analgesic oral efektif dalam mengendalikan rasa tidak enak ( George
L.Adams , 1997).

Tonsillitis akut pada dasarnya tergolong penyakit yang dapat


sembuh sendiri ( self-limiting disease), terutama jika daya tahan tubuh baik .
Obat-obatan yang diberikan bersifat simtomatik analgetik,dan antipiretik.
Antibiotic hanya diberikan pada kasus tertentu yaitu pada bayi dan orang
tua.

Pada tonsillitis kronik ,pengobatannya simtomatis perlu diberikan


jika terdapat keluhan. Tetapi pada kasus dengan keluhan tertentu , misalkan
sering kali kambuh , pernapasan terganggu , atau sudah terjadi komplikasi ,
dipertimbangkan untuk dilakukan pengangkatan tonsil (tonsilektomi).

Penatalaksanaan Non-Medis

Penatalaksanaan menurut ( M.Hembing Wijayakusuma , 2008) :

1. Penderita tonsillitis akut dianjurkan untuk beristirahat dan makan


makanan lunak.
2. Banyak minum air putih dan sari buah , terutama selama demam.
3. Kompres hangat leher setiap hari.

9
2.9 Rehabilisasi
Terapi tonsillitis tergantung pada penyebab dan keparahan
kondisinya. Petugas kesehatan akan menyeka tenggorokan dengan swab
untuk memeriksa bakteri streptococcal , atau memeriksa jumlah sel darah
untuk menentukan penyebab infeksi. Petugas kesehatan akan
merekomendasikan terapi sesuai kondisi pasien , seperti berikut :

1. Jika tonsillitis disebabkan oleh virus , terapi dirumah sudah cukup


memadai.
2. Jika tonsillitis disebabkan oleh bakteri , maka penanganan dilakukan
dengan minum antibiotic. Dianjurkan penggunaan obat ini selama 10
hari.
3. Tonsilektomi atau operasi pengangkatan amandel , jika tonsillitis yang
diderita :
a) Tergolong kronis : gejala terus muncul selama lebih dari 2 minggu.
b) Antibiotic tidak efektif mengatasi tonsillitis akibat infeksi bakteri.
c) Secara terus menerus kambuh.

Tonsilektomi juga dilakukan jika tonsillitis menimbulkan komplikasi


yang sulit ditangani, seperti :
1. Sleep apnea
2. Kesulitan bernafas
3. Kesulitan menelan
Penanganan tonsillitis dengan tonsilektomi menggunakan obat bius
total , dan membutuhkan waktu setidaknya 7-14 hari untuk masa
pemuihannya.

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktek keperawatan, proses keperawatan terdiri dari lima tahun yang

10
sequensial dan berhubungan yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi (Nursalam, 2001).

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien


dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitas, dan preventif perawatan
kesehatan (Doenges, 2000).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan


merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2001).

Pengkajian dalam sistem imun meliputi riwayat kesehatan,


pemeriksaan fisik, dan prosedur diagnostik yang merupakan data yang
menunjang keadaan klinis dari pasien.

a. Identitas klien yang terdiri dari nama, umur, suku/bangsa, status


perkawinan, agama, pendidikan, alamat, nomor register, tanggal
datang ke rumah sakit.

b. Riwayat kesehatan yang terdiri dari :

1) Keluhan utama adalah keluhan atau gejala apa yang


menyebabkan pasien berobat atau keluhan atau gejala saat
awal dilakukan pengkajian pertama kali yang utama.
Keluhan utama klien tonsilitis biasanya nyeri pada
tenggorokan dan pada saat menelan disertai demam.

2) Riwayat kesehatan sekarang adalah faktor yang


melatarbelakangi atau mempengaruhi dan mendahuli
keluhan, bagaimana sifat terjadinya gejala (mendadak,
perlahan-lahan, terus menerus atau berupa serangan, hilang
dan timbul atau berhubungan dengan waktu), lokalisasi
gejalanya dimana dan sifatnya bagaimana (menjalar,

11
menyebar, berpindah-pindah atau menetap). Bagaimana
berat ringannya keluhan berkurang, lamanya keluhan
berlangsung atau mulai kapan serta upaya yang telah
dilakukan apa saja.

3) Riwayat kesehatan masa lalu dapat ditanyakan seperti


riwayat pemakaian jenis obat, jumlah dosis dan
pemakaiannya, riwayat atau pengalaman masa lalu tentang
kesehatan atau penyakit yang pernah dialami atau riwayat
masuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan.

4) Riwayat Kesehatan, Adakan keluarga yang menderita


penyakit tonsilitis, Penyakit kronik yang lain seperti
diabetes melitus, batu ginjal, kardiovaskuler, hipertensi,
kelainan bawaan.

5) Status Sosial, Status sosial ekonomi atau mempengaruhi


tingkat pendidikan, sedangkan tingkat pendidikan akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan klien dan hal ini akan
berpengaruh pada pola hidup dan kebiasaan sehari-hari
yang akan mencerminkan tingkat kesehatan klien.

6) Penampilan Umum

i. Kulit pucat kering.

ii. Lemah

iii. Tanda-tanda vital : pola pernafasan dan suhu tubuh


meningkat.

iv. Tingkat kesadaran : composmetis, somnolen, sofor,


koma, delirium

v. Konsentrasi : mampu berkonsentrasi atau tidak.

vi. Kemampuan bicara : mampu bicara atau tidak.

12
vii. Gaya jalan : seimbang atau tidak

viii. Koordinasi anggota gerak : mampu menggerakan


anggota tubuh atau tidak.

c. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan adanya tanda dan


gejala yang menyebabkan klien mencari pertolongan
kesehatan seperti : nyeri pada tenggorokan, susah untuk
menelan, peningkatan suhu tubuh, kelemahan hebat,
kehilangan perhatian pada lingkungan.

2) Riwayat penyakit tonsilitis akut atau kronik, menjalani


tonsilektomi.

3) Pola nutrisi dan metabolik. Anoreksia, mual, muntah, BB


menurun karena intake kurang, nyeri untuk menelan, nafas
berbau, membran mukosa kering.

4) Pola eliminasi, Warna urin kunin pekat, ureum meningkat.

5) Pola aktivitas dan latihan, Kelelahan (fatique), kelemahan.

6) Pola tidur dan istirahat, Gelisah tidur sering terganggu karena


nyeri pada tenggorokan.

7) Pola persepsi sensor dan kognitif, Kurangnya pendengaran


perhatian berkurang atau menyempit, kemampuan berfikir
abstrak menurun, kehilangan perhatian untuk lingkungan,
sakit kepala.

8) Pola persepsi diri dan konsep diri, Penurunan harga diri,


perubahan konsep diri dan body image, menurunnya harga
diri, menurunnya tingkat kemandirian dan perawatan diri.

9) Pola peran dan hubungan sesama, Tidak dapat menjalankan


sekolah, penurunan kontak sosial dan aktivitas.

13
10) Pola koping dan toleransi terhadap stress, Ketidak efektifan
koping individu dan keluarga, mekanisme pertahanan diri :
denial proyeksi, rasionalisasi, displasmen

11) Pola nilai dan kepercayaan. Kehilangan kepercayaan kepada


pemberi pelayanan kesehatan.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit


termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran (GCS /
Gaslow Coma Scale), yang dapat meliputi penilaian secara
kualitas seperti composmentis, apatis, somnolen, sofor, koma,
delirium, dan status gizinya.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi nadi, tekanan darah,


pola pernafasan dan suhu tubuh. Biasanya klien tonsilitis
mengalami kesulitan bernafas karena ada pembesaran pada
tonsil dan mengalami peningkatan suhu tubuh

3) Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening.

1. Kulit meliputi warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterik,


pucat, eritema), turgor, kelembaban kulit dan atau ada tidaknya
edema.

2. Rambut meliputi dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi


dan karakteristik.

3. Kelenjar getah bening meliputi dapat dinilai dari bentuknya serta


tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah servikal anterior,
inguinal oksiptil, dan retroavrikuler.

4) Pemeriksaan kepala dan leher

1. Kepala meliputi dapat dinilai bentuk dan ukuran kepala, ubun-


ubun, wajahnya asimetris atau ada tidaknya pembengkakan, mata

14
dilihat dari visus palpebra, mata merah, alis, bulu mata,
konjungtiva, anemis karena Hb nya menurun, skelera, kornea,
pupil, lensa. Pada bagian telinga dapat dinilai pada daun telinga,
lubang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman
pendengaran hidung dan mulut ada tidaknya stismus.

2. Leher meliputi kuku kuduk, ada tidaknya masa di leher, dengan


ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi, dan ada tidaknya
nyeri tekan.

5) Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara


umum bentuk dada, keadaan paru yang meliputi simetris atau
tidaknya, pergerakan nafas, ada tidaknya femitus suara,
krepitasi serta dapat dilihat batas ada saat perkuasi didapatkan
(bunyi perkusinya bagaimana apakah hipersenosor atau
timpani). Pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang
denyut apeks atau dikenal dengan siklus kordis dan aktivitas
artikel, getaran bsising, bunyi jantung.

6) Pemeriksaan abdomen meliputi bentuk perut, dinding perut,


bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri
tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limfa, ginjal,
kandung kemih, yang ditentukan ada tidaknya nyeri pada
pembesaran pada organ tersebut, kemudian pada daerah anus,
rectum, serta genitalia.

7) Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya


rentang gerak keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman
tangan, otot kaki dan lainnya.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan


respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

15
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2006).

Diagnosa keperawatan menurut (Doenges, 2000), pada pasien


tonsilitis adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan


pemasukan: mual, anoreksia, letargi.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia, mual, muntah.

4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme


penyakit.

5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai


penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi atau


imflamasi: rasa sakit pada jaringan tonsil

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah deskripsi untuk perilaku spesifik


yang diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Tindakan/perencanaan keperawatan dipilih untuk membantu
pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan dan tujuan pemulangan
(Doenges, 2000).

16
Perencanaan keperawatan menurut Doenges (2000) pasein tonsilitis adalah:

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akut berhubungan Tujuan : 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan 1. Mengindikasi kebutuhan untuk
dengan pembengkakan lokasi, intensitas (skala 1-10), intervensi dan juga tanda-tanda
Pasien diharapkan dalam
tonsil frekuensi dan waktu. perkembangan/resolusi
waktu ... X 24 jam nyeri
Menandai non verbal, misal: komplikasi
berkurang atau hilang
gelisah, takikardi, meringis
2. Dapat mengurangi ansietas dan
Kriteria hasil :
2. Dorong pengungkapan rasa takut, sehingga mengurangi
1. Mengenal faktor perasaan persepsi akan intensitas rasa takut
penyebab
3. Berikan aktivitas hiburan, 3. Meningkatkan kembali perhatian
2. Mengenali serangan misal: membaca, nonton TV, kemampuan untuk
nyeri bermain handphone menanggulangi nyeri

3. Tindakan 4. Lakukan tindakan paliatif, 4. Meningkatkan relaksasi/menurun


pertolongan non misal: pengubahan posisi, ketegangannya
analgetik masase
5. Meningkatkan relaksasi dan
4. Mengenali gejala 5. Instruksikan pasien untuk perasaan sehat. Dapat
nyeri menggunakan visualisasi/ menurunkan narkotik analgesic

17
5. Menunjukan bimbingan imajinasi, relaksasi (depresan SSN) dimana telah
posisi/ekspresi progresif, teknik nafas dalam terjadi proses degeneratif neuro
wajah rileks /motor. Mungkin tidak berhasil
6. Berikan analgesik/antipiretik.
jika muncul demensia, meskipun
Gunakan ADP (analgesik yang
minor
dikontrol pasien) untuk
memberikan analgesik 24 jam 6. Memberikan penutunan nyeri
dengan dosis prn atau tidak nyaman: mengurangi
demam. Obat yang dikontrol
pasien atau berdasarkan waktu 24
jam mempertahankan kadar
analgesia darah tetap stabil.
Mencegah kekurangan ataupun
kelebihan obat-obatan

2 Kekurangan Volume Tujuan : Tidak terjadinya 1. Catat peningkatan suhu dan 1. Meningkatkan kebutuhan metabo-
Cairan berhubungan dehidrasi durasi demam. Berikan lisme dan diaforesis yang
dengan pembatasan kompres hangat sesuai berlebihan yang dihubungkan
Kriteria hasil :
pemasukan: mual, indikasi. Pertahankan pakaian dengan demam dalam
anoreksia, letargi 1. Mempertahankan tetap kering. Pertahankan meningkatkan kehilangan cairan
dehidrasi kenyamanan suhu lingkungan tak kasat mata

18
2. Membran mukosa 2. Kaji turgor kulit, membrane 2. Indikator tidak langsung dan
lembab mukosa dan rasa haus status cairan

3. Turgor kulit baik, 3. Timbang berat badan sesuai 3. Meskipun kehilangan berat badan
tanda-tanda vital indikasi dapat menunjukkan penggunaan
stabil otot, fluktuasi tiba-tiba
4. Pantau pemasukan oral dan
menunjukkan status hidrasi.
memasukkan cairan sedikitnya
Kehilangan cairan berkenaan
2500 ml/hari
dengan diare dapat dengan cepat
5. Berikan cairan/elektrolit menyebabkan krisis dan
melalui selang pemberi mengancam hidup.
makanan/IV
4. Mempertahankan keseimbangan
6. Pantau hasil pemeriksaan cairan, mengurangi rasa haus dan
laboratorium sesuai indikasi, melembabkan membrane mukosa
misal: HB/Ht
5. Mungkin diperlukan untuk
7. Berikan obat-obatan sesuai mendukung/memperbesar volume
indikasi sirkulasi, terutama jika
pemasukan oral tak adekuat,
mual/muntah terus menerus

19
6. Mewaspadakan kemungkinan
adanya gangguan elektrolit dan
menentukan kebutuhan elektrolit
tersebut

3 Perubahan nutrisi kurang Tujuan : Kebutuhan 1. Kaji kemampuan untuk 1. Lesi mulut, tenggorokan dan
dari kebutuhan tubuh nutrisi dapat terpenuhi mengunyah, merasakan implamasi pada tonsil dapat
berhubungan dengan dan menelan menyebabkan disfagia,
Kriteria hasil :
anoreksia, mual, muntah penurunan kemampuan
2. Timbang berat badan
1. Adanya peningkatan pasien untuk mengolah
sesuai kebutuhan. Evaluasi
berat badan sesuai makanan dan mengurangi
berat badan dalam hal
tujuan keinginan untuk makan
adanya berat badan yang
2. Berat badan sesuai tidak sesuai. Gunakan 2. Indikator kebutuhan
tinggi badan serangkaian pengukuran nutrisi/pema-sukan yang
berat badan dan adekuat
3. Mampu
antropometri
mengidentifikasi 3. Mengurangi stimulus pusat
kebutuhan nutrisi 3. Hilangkan rangsangan muntah di medulla
lingku-ngan yang
4. Tidak ada tanda- 4. Mengurangi
berbahaya atau kondisi
tanda malnutrisi ketidaknyamanan yang
yang membentuk reflek

20
gagal berhubungan dengan
mual/muntah, lesi, oral,
4. Berikan perawatan mulut
pengeringan mukosa
terus menerus, awasi
tindakan pencegahan 5. Mengurangi insiden muntah,
sekresi. Hindari obat meningkatkan fungsi gaster
kumur yang mengandung
6. Kekurangan vitamin terjadi
alkohol
akibat penurunan pemasukan
5. Berikan obat yang makanan dan ataun kegagalan
antiemetik misal: menguyah dan absorpsi
Ranitidin dalam sistem gastrointestinal

6. Berikan suplemen vitamin

21
4. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai


tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping (Nursalam: 2001).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan


keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2001).

Adapun evaluasi dari tiap-tiap masalah di atas adalah :

1. Nyeri berkurang atau teratasi


Kriteria hasil :Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan,
tidak mengalami batuk saat menelan, menelan secara normal,
menelan dengan nyaman.
2. Keseimbangan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, Turgor kulit baik, tanda-tanda
vital stabil
3. Nutrisi tubuh terpenuhi
Kriteria hasil : Nafsu makan klien bertambah, mual dan
muntahberkurang, peningkatan berat badan.

22
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Kasus

An. R datang kerumah sakit dengan mengatakan nyeri saat menelan


didaerah tenggorokan dan nyeri tersebut hilang timbul. Klien terlihat
meringis saat menelan dan klien terlihat gelisah dan tegang. Skala nyeri
yang dirasakan oleh klien 5 dari rentang 1- 10. Pada pemeriksaan tanda-
tanda vital pasien diperoleh tekanan Darah:100/60 mmHg, Nadi 84 × /
menit, RR:22 × / menit, Suhu : 36,4 ᵒC.
1. Identitas Klien
Nama : An. “R”
Umur : 13 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Karang wuluh, Temon, Kulon Progo
Status perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa/ Indonesia
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Pelajar
Diagnose medis : Tonsillitis kronis
Tanggal ,masuk RS : 28 Desember 20019
Nomor RM : 4304111

2. Tahap Pre Operasi


a. Keluhan utama masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan nyeri saat menelan. Klien mengatakan nyerinya
hilang timbul. Nyeri yang dirasakan klien hanya di daerah
tenggorokan.
b. Riwayat penyakit sekarang

23
Klien mengatakan nyeri saat menelan. Skala nyeri 5 ( rentang 1-
10). Saat menelan klien terlihat meringis menahan nyeri . Klien
mengatakan takut menjalani operasi. Klien mengatakan baru pertama
kali menjalani operasi. Klien terlihat tegang dan gelisah. Kontak mata
klien dengan perawat kurang. Akral teraba dingin. Klien akan
dilakukan tonsilektomi.

3. Pola kebiasaan
a. Nutrisi
pasien dipuasakan sejak jam 24.00 WIB
b. Pola eliminasi
BAK sudah 3 kali, warna kuning jernih bau khas urin (amoniak)
c. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi ROM √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
d. Pola tidur dan istirahat
Klien mengatakan bahwa tadi malam tidak bias tidur karena akan
menjalani operasi.
e. Pola persepsi diri

24
Klien mengatakan, setahunya kalau dioperasi itu akan dibius dan
amandelnya akan diambil.
f. Pola peran dan hubungan
Klien sangat dekat dengan keluarga dapat dibuktikan saat klien akan
menjalani operasi, klien diantar oleh keluarga ke ruang operasi.
Keluarga klien juga senantiasa menunggu klien di luar ruang operasi
hingga operasi selesai.
g. Pola manajemen koping stress
Klien mengatakan menyetujui tindakan operasi tanpa paksaan dari
siapapun asalkan sakit yang dirasakan klien bisa sembuh.
h. System nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam dan memasrahkan semuanya pada Allah SWT.

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum:
GCS= 4-5-6 (Composmentis)
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 100/60 mmHg
- Nadi : 84 × / menit
- RR : 22 × / menit
- Suhu : 36,4 ᵒC

Pengkajian Fisik ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi )


1. Kulit
Kulit tubuhnya berwarna sawo matang
2. Kepala
Bentuk mesochepal, rambut hitam, lurus, tipis dan bersih. Rambut klien
tidak berminyak.
3. Mata
Tidak ada secret di sudut mata, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak
ikterik, penglihatan norma dibuktikan klien masih bisa membaca dan
membedakan warna.

25
4. Telinga
Pendengaran normal, bersih, tidak ada cairan yang keluar, telinga kanan
dan kiri simetris
5. Hidung
Bersih, tidak terdapat secret
6. Mulut
Bersih, tidak ada caries
7. Leher
JVP tidak meningkat, gerakan leher tidak ada gangguan
8. Dada
Ekspansi dada simetris, tidak ada nyeri tekan
9. Paru-paru
Ekspansi paru terlihat jelas
10. Abdomen
Datar, simetris, tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri saat dipalpasi,
tidak terdapat rasa mual maupun muntah
11. Genetalia
Tidak terpasang kateter
12. Anus dan rectum
Tidak terdapat hemoroid
13. Ektrimitas
a. Atas
Anggota ekstremitas atas lengkap, tidak terdapat oedema, terpasang
infuse RL 20 tpm di tangan kiri.
b. Bawah
Anggota ekstremitas bawah lengkap, tidak terdapat oedema, akral
teraba dingin, tidak terdapat penurunan fungsi pergerakan
14. Persiapan operasi
a. Pasien diterima di ruang penerimaan pasien
b. Memastikan bahwa pasien tidak memakai kaca mata, perhiasan,
atau alat-alat yang lain
c. Pasien ditempatkan di atas brankart

26
d. Rambut pasien ditutup dengan nurse cap
e. Dipasang infuse RL 20 tpm di tangan kiri
f. Membawa pasien ke dalam ruang persiapan operasi
g. Di ruang operasi, pasien diterima oleh dokter dan perawat anestesi
untuk persiapan prosedur anestesi.

Keluhan yang dirasakan klien selama periode pre operasi :

Klien mengatakan meskipun sudah mantap untuk menjalani operasi


namun klien masih merasa takut dan cemas akan dilakukannya
tindakan operasi.

3.2 Analisis Data Pre Operasi


DATA MASALAH PENYEBAB
DS : Ansietas Krisis situasional :
1. Klien mengatakan tindakan operasi
takut menjalani
operasi.
2. Klien mengatakan
baru pertama kali
menjalani operasi.
3. Klien mengatakan
tidak bisa tidur
semalam

DO :
1. Klien terlihat tegang
dan gelisah.
2. Kontak mata klien
dengan perawat
kurang
3. Akral teraba dingin.

27
4. Tekanan Darah :
100/60 mmHg
5. Nadi : 84 x/menit
6. Pernapasan :
22 x/menit
7. Suhu : 36,4°C.
8. Klien akan dilakukan
tonsilektomi.

DS: Nyeri (akut) Agen cidera biologi


1. Klien mengatakan
nyeri saat menelan.
2. Klien mengatakan
nyerinya hilang
timbul.
3. Nyeri yang dirasakan
klien hanya di daerah
tenggorokan
DO:
4. Saat menelan klien
terlihat meringis
menahan nyeri .
5. Skala nyeri 5
(rentang 1-10).

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional : tindakan operasi ditandai
dengan :
DS :
a. Klien mengatakan takut menjalani operasi.
b. Klien mengatakan baru pertama kali menjalani operasi.

28
c. Klien mengatakan tidak bisa tidur semalam
DO :
a. Klien terlihat tegang dan gelisah.
b. Kontak mata klien dengan perawat kurang
c. Akral teraba dingin.
d. Tekanan Darah : 100/60 mmHg
e. Nadi : 84 x/menit
f. Pernapasan : 22 x/menit
g. Suhu : 36,4°C.
h. Klien akan dilakukan tonsilektomi.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan :
DS:
a. Klien mengatakan nyeri saat menelan.
b. Klien mengatakan nyerinya hilang timbul.
c. Nyeri yang dirasakan klien hanya di daerah tenggorokan
DO:
a. Saat menelan klien terlihat meringis menahan nyeri .
b. Skala nyeri 5 (rentang 1-10).

3.4 Tahap Intra Operasi


Klien dibius dengan anestesi general. Terdapat luka insisi pada
kelenjar tonsil. Terdapat perdarahan sebanyak kurang lebih 30cc. Dilakukan
huting pada luka pembedahan dengan benang crom 1/0. Klien terpasang
infuse RL 20 tpm di tangan kiri. Wajah klien tampak pucat, ekstremitas
tampak pucat, dan teraba dingin mukosa mulut kering.

29
3.5 Intervensi
No. Tanggal Dianosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Sabtu, Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Memberikan dukungan oleh 1. Menghilangkan atau
28 berhubungan dengan keperawatan rasa tegang keluarga terhadap pasien mengurangi rasa tegang
Desemb krisis situsional : dan gelisah dapat berkurang 2. Ajarkan klien teknik dan gelisah yang
er 2019 tindakan operasi atau hilang. Dengan kriteria menenangkan untuk dirasakan klien
ditandai dengan rasa hasil : mengontrol dan
tegang dan gelisah 1) Klien dapat menyesuaikan dengan rasa
memberitahukan tegang dan cemas.
kekurangan atau
hilangnya rasa tegang
dan gelisah
2) Klien dapat terlihat
tenang saat akan
dioperasi
2. Sabtu, Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Memeriksa keluhan nyeri, 1. Intervensi dini untuk
28 berhubungan dengan perawatan rasa nyeri dapat mendeteksi lokasi nyeri, mengurangi rasa nyeri
Desemb agen cidera biologi berkurang atau hilang. intesitas dan skala nyeri yang diakibatkan oleh
er 2019 ditandai dengan rasa Dengan kriteria hasil : yang dirasakan. cidera agen biologi

30
nyeri dengan skala 5 1) Klien dapat 2. Memonitoring tanda-tanda 2. Menghilangkan atau
saat menelan. memberitahukan vital mengurangi rasa nyeri
kurang atau hilangnya 3. Memberikan pengetahuan yang dirasakan klien
rasa nyeri. tentang sebab dan akibat 3. Pengetahuan tentang
2) Skala nyeri berkurang dari nyeri yang dirasakan sebab dan akibat
dari 5 menjadi 2 4. Ajarkan klien teknik diharapkan klien dapat
relaksasi untuk mengontrol membantu perawatan
dan menyesuaikan nyeri terkait relaksasi nyeri

3.6 Implementasi
No. Hari, No. Pukul Tindakan Respon Nama dan
Tanggal, Dx Paraf
Jam
1. Sabtu, 28 2 07.00 Memonitoring tanda-tanda vital Pasien kooperatif namun terlihat √
Desember menyeringai Ns. S
2019
2 Sabtu, 28 1 07.05 Memeriksa keluhan nyeri, Klien mengeluhkan nyeri pada saat √
Desember mendeteksi lokasi nyeri, intesitas dan menelan dan menyebutkan skala Ns. S
2019 skala nyeri yang dirasakan nyeri 5

31
3 Sabtu, 28 2 07.15 Memberikan pengetahuan tentang Klien mampu memahami konsep √
Desember sebab dan akibat dari nyeri yang nyeri Ns. S
2019 dirasakan

4 Sabtu, 28 2 07.30 Ajarkan klien teknik relaksasi untuk Klien mampu memahami teknik √
Desember mengontrol dan menyesuaikan nyeri yang dianjurkan dengan baik Ns. S
2019
5 Sabtu, 28 1 07.45 Ajarkan klien teknik menenangkan Klien mampu memhami teknik yang √
Desember untuk mengontrol dan menyesuaikan dianjurkan dengan baik Ns. S
2019 dengan rasa tegang dan cemas.
6 Sabtu, 28 1 08.00 Memberikan dukungan oleh keluarga Klien tampak lebih tenang saat diberi √
Desember terhadap pasien dukungan Ns. S
2019

32
3.7 Evalusi
Hari, Diagnosa Evaluasi Paraf
Tanggal,
Jam
Sabtu, 28 Ansietas S: Klien mengatakan rasa tagang dan √
Desember berhubungan gelisah sudah berkurang atau hilang. Ns. S
2019 dengan krisis O: TTV normal, klien terlihat lebih
situsional : tenang serta ada kontak mata langsung.
tindakan A: Masalah teratasi
operasi ditandai P: Hentikan intervensi
dengan rasa
tegang dan
gelisah
Sabtu, 28 Nyeri akut S: Klien mengatakan nyeri sudah √
Desember berhubungan berkurang atau hilang Ns. S
2019 dengan agen O: intensitas nyeri berkurang dari skala
cidera biologi 1-10
ditandai dengan A: Masalah teratasi
rasa nyeri P: Hentikan intervensi
dengan skala 5
saat menelan.

33
BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tonsil atau lebih sering disebut dengan amandel ialah massa yang
terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang dengan jaringan ikat dengan kriptus
didalamnya. Pada umumnya , penderita tonsillitis akut serta demam
sebaiknya tirah baring,pemberian cairan adekuat , dan diet ringan. Aplikasi
local seperti obat tenggorokan , dianggap mempunyai arti yang relative kecil.
Analgesic oral efektif dalam mengendalikan rasa tidak enak. Terapi tonsillitis
tergantung pada penyebab dan keparahan kondisinya. Petugas kesehatan akan
menyeka tenggorokan dengan swab untuk memeriksa bakteri streptococcal ,
atau memeriksa jumlah sel darah untuk menentukan penyebab infeksi.

4.2 Saran
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada makalah
ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik membangun bagi
makalah ini agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi dikemudian hari
semoga makalah ini dapat bermanfaat pagi penulis dan khususnya para
pembaca pada umumnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. 1997. Boies : Buku Ajar Penyakit THT (Boies Fundamentals of
otoloryngology). Jakarta : EGC.

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku Untuk


Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.

Dochterma, J. M., & Bulechek, G. M. 2004. Nursing Interventions Classification


(NIC) (5th ed). Amerika: Mosby Elsever.

George et al. 1997. Buku Ajar Penyakit THT (Boies Fundaamentals of


Otolaryngology. Jakarta : EGC

Moorhead, S., Jhonson, M,. Maas, M., & Swanson, L. 2008. Nursing Outcome
Classification (NOC) (5th ed). United states of Amerika: Mosby Elsevier

Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius

Nanda Internasional. 2015. Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2015-


2017 (10th ed). Jakarta: EGC.

R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 1985. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Reeves, Charlene J., Roux, Gayle, Lockhart, Robin. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 1. Penerjemah: dr. Joko Setyono, Jakarta: Salemba Medika

35
36
37

Anda mungkin juga menyukai