OLEH:
Maulana Mukmin Ismulyanto
202110461011113
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN DASAR
KELOMPOK 21
NIM : 202110461011113
Mahasiswa
Menyetujui,
1.1 Definisi
BPPV merupakan suatu kondisi terjadinya gangguan dari sistem perifer vestibular,ketika
pasien merasakan sensasi pusing berputar dan berpindah yang berhubungan dengan
nistagmus ketika posisi kepala berubah terhadap gaya gravitasi dan disertai gejala
mual,muntah dan keringat dingin (Fujita et al., 2016)
1.2 Klasifikasi
a. Diagnosis BPPV Tipe Kanal Posterior
Dokter dapat mendiagnosis BPPV tipe kanal posterior ketika nistagmus posisional
paroksismal dapat diprovokasi dengan manuver Dix-Hallpike. Manuver ini dilakukan
dengan memeriksa pasien dari posisi berdiri ke posisi berbaring (hanging position)
dengan kepala di posisikan 45 derajat terhadap satu sisi dan leher diekstensikan 20
derajat. Manuver Dix-Hallpike menghasilkan torsional upbeating nystagmus yang terkait
dalam durasi dengan vertigo subjektif yang dialami pasien, dan hanya terjadi setelah
memposisikan Dix-Hallpike pada sisi yang terkena. Diagnosis presumtif dapat dibuat
dengan riwayat saja, tapi nistagmus posisional paroksismal menegaskan diagnosisnya..
b. BPPV tipe kanal lateral (horisontal) terkadang dapat ditimbulkan oleh Dix-Hallpike
manuver.2 Namun cara yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosis BPPV
horisontal adalah dengan supine roll test atau supine head turn maneuver (Pagnini-
McClure maneuver).2,3 Dua temuan nistagmus yang potensial dapat terjadi pada manuver
ini, menunjukkan dua tipe dari BPPV kanal lateral
c. Benign Paroxysmal Positional Vertigo tipe kanal anterior berkaitan dengan paroxysmal
downbeating nystagmus, kadang-kadang dengan komponen torsi minor mengikuti posisi
Dix-Hallpike. Bentuk ini mungkin ditemui saat mengobati bentuk lain dari BPPV.
Benign Paroxysmal Positional Vertigo kanal anterior kronis atau persisten jarang. Dari
semua tipe BPPV, BPPV kanal anterior tampaknya tipe yang paling sering sembuh secara
spontan. Diagnosisnya harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena downbeating
positional nystagmus yang berhubungan dengan lesi batang otak atau cerebellar dapat
menghasilkan pola yang sama (Purnamasari, 2015)
1.3 Etiologi
Beberapa kasus BPPV dijumpai setelah mengalami jejas atau adanya trauma pada kepala atau
leher, adanya pada infeksi telinga tengah atau pernah melakukan operasi stapedektomi dan
adanya proses degenerasi pada telinga dalam juga merupakan penyebab BPPV sehingga insiden
BPPV meningkat dengan bertambahnya usia. BPPV terjadi lebih umum pada usia lanjut dan pada
orang yang lebih tua akibat dari degenerasi sistem vestibular telinga bagian 12 dalam, hal ini
terjadi akibat dari infeksi virus yang mempengaruhi telinga seperti yang menyebabkan vestibular
neurtitis dan penyakit Meniere adalah penyebab signifikan.
1.4 Tanda dan Gejala
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) termasuk ke dalam gangguan keseimbangan
dengan gejala pusing, rasa seperti melayang, dunia seperti berjungkir balik , pening,
sempoyongan. Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20
detik akibat perubahan posisi kepala. Kebanyakan pasien menyadari saat bangun tidur,
ketika berubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Pasien merasakan pusing berputar
yang lama kelamaan berkurang dan hilang. Terdapat jeda waktu antara perubahan posisi
kepala dengan timbulnya perasaan pusing berputar. Pada umumnya perasaan pusing
berputar timbul sangat kuat pada awalnya dan menghilang setelah 30 detik sedangkan
serangan berulang sifatnya menjadi lebih ringan. Gejala ini dirasakan berhari-hari hingga
berbulan-bulan (Purnamasari, 2015).
a. Manuver Epley
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal vertikal. Pasien diminta
untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 45 0, lalu pasien berbaring dengan
kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan 90 0 ke sisi
sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-60
detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi
duduk secara perlahan.
b. Manuver Semont
Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanan posterior. Jika kanal
posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 45 0 ke sisi yang
sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan selama 1-3 menit.
Ada nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi
berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk lagi.
c. Manuver Lempert
Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral. Pasien berguling
3600, yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan kepala 90 0 ke sisi yang
sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala
menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian
menoleh lagi 900 dan tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus lalu kembali ke posisi
supinasi. Masing-masing gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi lambat
dari partikel-partikel sebagai respon terhadap gravitasi.
d. Brandt-Daroff exercise
Manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di rumah dan dapat dilakukan sendiri
oleh pasien sebagai terapi tambahan pada pasien yang tetap simptomatik setelah manuver
Epley atau Semont. Latihan ini juga dapat membantu pasien menerapkan beberapa posisi
sehingga dapat menjadi kebiasaan.
4. Farmakologis
Penatalaksanaan dengan farmakologi untuk BPPV tidak secara rutin dilakukan.
Beberapa pengobatan hanya diberikan untuk jangka pendek untuk gejala-gejala
vertigo, mual dan muntah yang berat yang dapat terjadi pada pasien BPPV, seperti
setelah melakukan terapi PRM. Pengobatan untuk vertigo yang disebut juga
pengobatan suppresant vestibular yang digunakan adalah golongan benzodiazepine
(diazepam, clonazepam) dan antihistamine (meclizine, dipenhidramin).
Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi berputar namun dapat mengganggu
kompensasi sentral pada kondisi vestibular perifer. Antihistamine mempunyai efek
supresif pada pusat muntah sehingga dapat mengurangi mual dan muntah karena
motion sickness. Harus diperhatikan bahwa benzodiazepine dan antihistamine dapat
mengganggu kompensasi sentral pada kerusakan vestibular sehingga penggunaannya
diminimalkan (Purnamasari, 2015).
5. Operasi
Operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV yang telah menjadi kronik dan sangat
sering mendapat serangan BPPV yang hebat, bahkan setelah melakukan manuver-
manuver yang telah disebutkan di atas. Dari literatur dikatakan indikasi untuk
melakukan operasi adalah pada intractable BPPV, yang biasanya mempunyai klinis
penyakit neurologi vestibular, tidak seperti BPPV biasa.
Terdapat dua pilihan intervensi dengan teknik operasi yang dapat dipilih, yaitu
singular neurectomy (transeksi saraf ampula posterior) dan oklusi kanal posterior
semisirkular. Namun lebih dipilih teknik dengan oklusi karena teknik neurectomi
mempunyai risiko kehilangan pendengaran yang tinggi (Purnamasari, 2015).
1.8 Komplikasi
Hasil pengkajian vertigo dengan komplikasi yaitu cidera fisik ditandai dengan kehilangan
keseimbangan, berisiko jatuh dan terjadi cidera fisik. komplikasi muncul pada penderita
vertigo yaitu cidera fisik akibat kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII
(vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan
berjalan sehingga berisiko jatuh dan terjadi cidera fisik (Prameswari, 2020).
LEMBAR PENGKAJIAN
Oleh:
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. M Nama : Andri Ubaid
Umur : 36 Tahun Umur : 37
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Laki Laki
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pekerjaan : PNS
Pekerjaan : IRT Alamat : Kepanjen
Gol. Darah :A Hubungan dengan Klien : Suami
Alamat : Kepanjen
2. Riwayat Psikologi
3. Riwayat Sosial
4. Riwayat Spiritual
B. Identitas diri :
C. Peran :
D. Ideal diri :
E. Harga diri :
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + / - ), Kelopak mata/palpebra oedem ( + / - ),
ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( + / - ), peradangan ( + / - ), luka( +
/ - ), benjolan ( + / - ), Bulu mata rontok atau tidak, Konjunctiva dan sclera perubahan
warna (anemis / an anemis), Warna iris (hitam, hijau, biru), Reaksi pupil terhadap cahaya
(miosis/midriasis), Pupil (isokor / an isokor), Warna Kornea
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (adakah pembengkokan
atau tidak). Amati meatus : perdarahan ( + / - ), Kotoran ( + / - ),
Pembengkakan ( + / - ), pembesaran / polip ( + / - ), menggunakan Oksigen………
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau labiopalatoscisis), warna bibir, lesi ( +
/ - ), Bibir pecah (+ / - ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( + / - ), Kotoran (+/- ), Gigi palsu (+ /
- ), Gingivitis ( + / - ), Warna lidah, Perdarahan (+ / - ) dan abses (+ / - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( ada / tidak )
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk …Ukuran … Warna …, lesi ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ),
peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + / - ). Dengan otoskop periksa membran
tympany amati, warna ....., transparansi , perdarahan ( + / - ), perforasi ( + / - ).
e. Keluhan lain:
5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel chest),
- Susunan ruas tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis),
- Bentuk dada (simetris / asimetris),
- keadaan kulit ?
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + / - ), retraksi suprasternal ( + / -
), Sternomastoid ( + / - ), pernafasan cuping hidung ( + / - ).
- Pola nafas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes / Biot’s
/ Kusmaul)
- Amati : cianosis ( + / - ), batuk (produktif / kering / darah ).
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama / tidak sama). Lebih
bergetar sisi ............................
PERKUSI
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes ) AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ) , Area Bronchial : ( bersih / halus
/ kasar ) Area Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni ( + / - ), Egophoni ( + / - ), Pectoriloqui ( + / -
)
- Suara tambahan Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ), Wheezing ( + / - ), Pleural
fricion rub ( + / - ), bunyi tambahan lain …………………….
- Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : ................
Keluhan lain terkait dengan paru: ……………….
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis ( + / - ), pelebaran............cm
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas.......................................( N = ICS II )
Batas bawah : …....................... ( N = ICS V)
Batas Kiri........................................( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan :................................( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler / irreguler ) BJ II
terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), ( reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / - ) Keluhan lain
terkait dengan jantung : ............................................................
6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar ), Massa/Benjolan (+/- ), Kesimetrisan ( + / - ),
Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus................x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( + / - )
PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan (keras / lunak),
permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul / tajam) . ( N = hepar tidak teraba).
Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya.........................Dengan
Bimanual lakukan palpasi dan diskrpisikan nyeri tekan terletak pada garis Scuffner ke
berapa ?.............( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney. nyeri tekan (
+ / - ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ). (N = ginjal tidak
teraba).
PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani. Keluhan lain
yang dirasakan terkait dengan Abdomen : ..............
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a.Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -), fraktur (+ /-) lokasi
fraktur …, jenis fraktur…… kebersihan luka……, terpasang Gib ( + / - ), Traksi ( + / - )
b.Palpasi
Oedem : Lingkar lengan :.....................Lakukan uji kekuatan otot : 3/4
c.Keluhan lain:
TTD PERAWAT
DATA
MASALAH DIAGNOSA
(Tanda mayor & PENYEBAB
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
minor)
Nyeri Akut b.d Agen AgeN Pencedera Nyeri Akut Nyeri Akut b/d Agen
Pencedera Fisiologis d.d Fisiologis Pencedera
Fiisiologis d/d
(DS)
meringis, gelisah,
a. Klien mengatakan nyeri nafsu makan berubah
pada bagian kepala (D. 0077).
b .Klien mengatakan nyeri
seperti tertusuk tusuk
(DO)
DO :
a. Perubahan Fungsi
Kognitif
b. pasien lemas
gangguan pendengaran
Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Kontrol Gangguan Pola Gangguan Pola
Kurang Kontrol Tidur Tidur Tidur Tidur b/d Kurang
Kontrol Tidur d/d
(DS)
Klien sulit tidur,
a. Klien mengatakan kelelahan, tidak puas
sangat lemas tidur, istirahat tidak
b. Klien mengatakan sulit
cukup (D.0055)
tidur
d. Klien mengatakan
istirahat tidak cukup
(DO)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh (I.14540) Pencegahan Jatuh (I.14540) S : Keluarga Mengatakan
Jatuh d/d 16/8 16/8 keseimbangan tubuh asien
tindakan Observasi Observasi
2021 2021 resiko jatuh meningkat
Ganggua keperawatan selama - Identifikasi faktor resiko - Mengidentifikasi
1x4 jam Tingkat jatuh faktor resiko jatuh dan O:
n
Jatuh (L.14138) - Identifikasi resiko lingkungan
Keseimb menurun dengan lingkungan - Memonitor
- Paasien dapat
angan memiliki
Kriteria Hasil : - Monitor kemampuan kemampuan pasien
(D.041) keseimbangan tubuh
1. Jatuh saat berdiri berpindah dari sauu berpindah
yang baik
(5) tempat ke tempat lain
2. Jatuh saat duduk Terapeutik - Pasien tidak jatuh saat
(5) Terapeutik - Memasang handrail berjalan, duduk , atau
3. Jatuh saat - Pasang handrail tempat bed pasien berdiri
berjalan (5) tidur - Menempatkan pasien
4. Jatuh saat - Tempatkan pasien resiko dekat dengan nurse A : masalah teratasi
dikamar mandi (5) jatauh dekat dengan station
5. Jatuh saat perawat atau ners station - Memfasilitasi alat P : lanjutkan intervensi
membungkuk (5) - Gunakan alat bantu jalan bantu jalan selanjutnya
Edukasi
- Anjurkan memanggil Edukasi
perawat jika - Menganjurkan
membutuhkan bantuan memanggil perawat
- Anjurkan menggunakan jika butuh bantuan
alas kaki yang tidak - Menjelaskan untuk
licin tidak menggunakan
- Anjurkan berkonsentrasi alas kaki yang licin
untuk menjaga - Menganjurkan
keseimbangan tubuh konsentrasi untuk
menjaga
keseimbangan tubuh
-
Ganggua Setelah dilakukan Dukungan Tidur (I. 05173) Dukungan Tidur (I. 05173) S : keluarga px mengatakan
n Pola 16/8 16/8 px sudah membaik tidur nya
tindakan Observasi Observasi
2021 2021 tapi masih jam tidur ssiangnya
Tidur b/d keperawatan selama - Identifikasi Pola - Mengidentifikasi Pola
1x4 jam, Pola Tidur aktivitas dan tidur aktivitas dan tidur tidak terkontrol.
Kurang
(L.05045) pasien
Kontrol meningkat dengan - Identifikasi faktor Terapeutik
Tidur Kriteria Hasil : pengganggu tidur - Memodifikasi O:
(D.0055) 1. Kemampuan - Identifikasi obat tidur lingkungan - Kemampuan
beraktifitas (5) yang dikonsumsi - Membatasi waktu tidur beraktifitas (3)
2. Keluhan sulit siang - Keluhan sulit tidur
tidur (menurun=5) Terapeutik (3)
- Modifiasi lingkungan - Mnfasilitasi
3. Keluhan tidak - Keluhan tidak puas
- Battasi waktu tidur siang menghilangkan stress
puuas tidur tidur (2)
- Fasilitasi menghilangkan sebelum ttidur
(menurun)
4. Keluhan istirahat stress sebelum ttidur A : masalah teratasi sebagian
Edukasi
tidak cukup
Edukasi - Menjelaskan
(Menurun=5)
- Jelaskan pentingnya pentingnya tidur yang P : lanjutkan intervensi
tidur yang cukup selama cukup selama sakit Dukungan Tidur
sakit - Membuat jadwal tidur
- Anjurkan menepati - Mengajarkan relaksasi
kebiasaan tidur tepat otot tatu Teknik
waktu nonfarmakologi
- Ajarkan relaksasi otot lainnya
tatu Teknik
nonfarmakologi lainnya
Edukasi Edukasi
- Ajarkan pengaturan diet - Mengajarkan
yang tepat pengaturan diet yang
- Ajarkan keterampilan tepat
koping penyelesaian
masalah terkait makan
Kolaborasi
Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli giizi
tentang target berat badan
- Kolaborasi dengan ahli
giizi tentang target berat
badan