Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

DISUSUN OLEH

ULLIA MAGHFIRAH

RUANG: IGD

KEPANITRAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR


(K3S)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKes MEDIKA NURUL ISLAM
SIGLI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

A. Definisi
Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika terjadi disfungsi yang
cukup cepat dan asimetris system vestibuler perifer (telinga dalam) (Smeltzer
& Bare, 2017). Vertigo adalah sensasi berputar atau berpusing yang merupakan
suatu gejala, penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak
memutar atau bergerak naik-turun karena gangguan pada sistem keseimbangan
(Sherwood, 2017).
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan
sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah
istilah nonspesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung
gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo,
presinkop (perasaan lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral),
light-headness, disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika
berdiri) (Newell, 2020).

B. Klasifikasi vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua :
1. Vertigo ringan :
a. Vertigo posisional, yakni vertigo akan muncul hanya pada sikap
atau posisi kepala tertentu, misalnya miring ke kanan atau kiri dan
telinga yang terganggu ditempatkan di sebelah bawah. Sindrom ini
pada umumnya hanya berlangsung beberapa detik atau menit saja,
namun disertai rasa mual.
b. Vertigo situasional yakni vertigo muncul setiap kita berhadapan
dengan keramaian, atau sebaliknya, saat kita berada di tengah
lapangan luas yang kurang penerangan.
c. Vertigo stress, yakni Penderita bisa saja mengalami gejala kepala
berputar tujuh keliling sampai muntah-muntah karena stress.
Namun begitu stress dapat dihilangkan, gejala akan sirna.
(Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. 2018)

2. Vertigo berat :
a. Vertigo yang disebabkan karena adanya tumor di otak kecil
(cerebellum) sehingga harus dilakukan tindakan operasi untuk
mengatasinya.
b. Vertigo karena trauma diarea cerebellum dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan karena cerebellum merupakan pusat
keseimbangan sentral pada tubuh manusia.
c. Vertigo yang disebabkan karena infeksi pada area keseimbangan
dalam telinga (vestibular) yang sifatnya sangat sensitif terhadap
perubahan atau kelainan apa pun pada organ tersebut. Misalnya
akibat salesma berat, masuk angin, atau kurang tidur terjadi infeksi
pada telinga, sehingga aliran darah kurang sempurna. Semuanya ini
bisa menyebabkan vertigo.
C. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
sediki tatau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi
dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat
di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan
area tertentu diotak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di
dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya
sendiri (Mardjono, 2018).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Penyebab umum dari vertigo (Marril KA, 2018):
1. Keadaan lingkungan: mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan: alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga: endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis
didalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
positional.
4. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit
maniere.
5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis: Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
alirandarah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada arteri
vertebraldan arteri basiler. (Mardjono M, S. 2018)

D. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem
optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis
dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan
vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan
ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor
vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari50 % disusul
kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik (Kovar,2016).
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi
alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam
keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul
berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan
bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral
dalam kondisi tidak normal atau tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan
yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu,
akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons
penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri atau berjalan
dan gejala lainnya (Swartz, 2015).

E. Pathways

Trauma Ukuran lensa mata Aliran darah Infeksi pada


cerebellum tidak sama ke otak
telinga dalam (vestibuler)

Vertigo

Penurunan Tekanan intra Tekanan pada


Stress meningkat
fungsi kognitif kranial otot leher

Cemas Nyeri Koping individu tidak Gangguan pola


efektif tidur
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reaksi mual, muntah, rasa
kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur,
tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah
dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya
berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya,
bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika
kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.
Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya
dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo
tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa
ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan
akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan,
tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.(Jones, S. 2016)

G. Komplikasi
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang
terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
(Longwell, P. 2015)

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata
kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap
yang romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih

b. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)


Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak
lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat

c. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi
(sampai fertikal) kemudian kembali kesemula

d. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike


Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300  kepala ditoleh
kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada
keadaan abnormal akan terjadi nistagmus

e. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga


penderita
f. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul

g. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular
dan somatosensorik. (Moorhead, S. dkk. 2018)

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan
seperti:
a. Anti kolinergik
1) Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
2) Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b. Simpatomimetika:
1) Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
1) Golongan antihistamin
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular
perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa
dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat,
misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata
lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
c. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan
relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.
e. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular
perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari
pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut
mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini
adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis
vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah
jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan
otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah
beberapa hari.
f. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut
mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem
(Bulechek, M. G. Dkk. 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, L. 2017. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem, Ed: 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah.
Vol:3. Jakarta: EGC.
Mardjono M, S. 2018. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Sura, DJ, Newell, S. 2020. Vertigo- Diagnosis And Management In Primary Care.
BJMP2010;3(4):a351 2.
Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2016. Diagnosing and Treating: Benign
ParoxysmalPositional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing.
December:20068.
Swartz, R, Longwell, P. 2015. Treatment of Vertigo in Journal of American
FamilyPhysician March 15,2005:71:6.
Moorhead, S. dkk. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran
Outcomes Kesehatan. Terjemahan oleh Intisari Nurjannah dan Roxsana
Devi Tumanggor. 2013. Elsevier Global Rights.
Bulechek, M. G. Dkk. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC).
Terjemahan oleh Intisari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor. 2013.
Elsevier Global Rights.

Anda mungkin juga menyukai