Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “I”

DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH


DI RUANG BOUGENVIL
RUMAH SAKIT KRISTEN NGESTI WALUYO PARAKAN

Oleh:

MAEY YAP VIANINGRUM

YAYASAN KRISTEN UNTUK KESEHATAN UMUM (YAKKUM)

TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN KEMIH

A.Definisi

Infeksi saluran kemih (ISK) atau urinary tract infection adalah infeksi dan inflamasi yang
terjadi baik pada saluran kemih bagian atas yaitu ginjal hingga ureter, maupun bagian bawah
yaitu kandung kemih hingga uretra pria ( Bono MJ, 2022).

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri pada kandung kemih dan struktur terkait,
bisa terjadi pada pasien tanpa kelainan struktural dan tidak ada komorbiditas, seperti diabetes
melitus, keadaan immunocompromised, atau kehamilan (John L Brusch, 2020).

Infeksi saluran kemih terjadi karena beberapa faktor seperti umur, jeniskelamin,
berbaring lama, penggunaan obat immunosupresan dan steroid,pemasangan kateter,
kebiasaan menahan kemih, kebersihan genetalia maupunfaktor predisposisi yang
lainnya (Irawan, 2018).
Kesimpulannya infeksi saluran kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di
kandung kemih, yang umumnya steril.

B. Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria dalam tubuh bekerja sebagai filter dengan membuang
racun dan zat sisa metabolisme melalui proses urine (Cleveland Clinic, 2023
o Ginjal

Ginjal adalah organ yang bekerja secara


terus menerus. Fungsi ginjal dalam sistem
perkemihan adalah untuk menyaring
darah serta membuat urine yang akan
dikeluarkan tubuh. Sebagian besar orang
mempunyai dua pasang ginjal, yang
letaknya masing-masing berada di sisi
belakang perut. Yaitu, tepat di bawah
tulang rusuk.
o Ureter

Pada anatomi sistem perkemihan pun


terdapat ureter, yaitu dua tabung tipis yang berada di dalam panggul. Fungsinya adalah
untuk membawa urine dari ginjal ke kandung kemih. Ini karena setiap ginjal memiliki
organ ureter. Kemungkinan, hampir setiap 10 – 15 detik ureter mengosongkan urine dari
area kandung kemih.
o Kandung kemih

Kandung kemih yang berfungsi untuk menahan urine sampai Anda siap untuk
mengeluarkannya. Kandung kemih adalah organ berbentuk segitiga yang terbuat dari otot,
mempunyai rongga, dan bentuknya seperti balon. Kandung kemih ini akan mengembang
saat sudah terisi.
o Uretra

Uretra adalah tabung yang membawa urine dari kandung kemih keluar dari tubuh.

C. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih menurut Pardede (2018) adalah :

o ISK berdasarkan gejalanya


 ISK asimtomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala.
 ISK simtomatik yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan tanda klinik.
Sekitar 10-20% ISK yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis baik
berdasarkan gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non
spesifik

o ISK berdasarkan lokasi infeksi


 Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis)
Sistitis adalah keadaan inflamasi pada mukosa buli-buli yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih bawah (sistitis) terutama bakteri
Escherichia coli, Enterococcus, Proteus, dan Staphylococcus aureus yang masuk ke buli-
buli melalui uretra. Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK bawah, antara lain
nyeri di daerah suprapubis bersifat sering berkemih, disuria, kadang terjadi hematuria
Infeksi
 Saluran Kemih Atas (Pielonefritis)
Pielonefritis adalah keadaan inflamasi yang terjadi akibat infeksi pada pielum dan
parenkim ginjal. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih atas (pielonefritis) adalah
Escherichia coli, Klebsiella sp, Proteus, dan Enterococcus fecalis. Gambaran klinis yang
terjadi pada pasien ISK atas, antara lain demam tinggi, nyeri di daerah pinggang dan
perut, mual serta muntah, sakit kepala, disuria, sering berkemih.

o ISK berdasarkan kelainan saluran kemih


 ISK uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai
kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
 ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang
menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik,
kelainan saluran kemih dapat berupa refluks vesiko ureter, batu saluran kemih, obstruksi,
anomali saluran kemih, buli-buli neurogenik, benda asing, dan sebagainya kelainan ini
akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika .

D. Etiologi
Penyebab ISK menurut Paramita (2019) biasanya bakteri enteric, terutama Escherichia coli
pada wanita. Gejala bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan
pasien di rumah sakit, 30–40% disebabkan proteus,stapilokok, dan bahkan pseudomonas.
Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainansalauran kemih. Namun harus
diperhitungkan kemungkinan kontaminasi jika ditemukan lebih darisatu organisme. Selain itu
terdapat factor-faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya ISK yaitu :
o Bendungan aliran urin : anomaly congenital, batu saluran kemih, oklusi ureter (sebagian atau
total).
o Refluks Vesikoureter
o Urin sisa dalam buli-buli karena hipertropi prostate
o Penyakit metabolic (diabetes, gout, batu)
o Peralatan kedokteran (terutama kateter tinggal)
o Kehamilan
o Jenis kelamin
o Penyalahgunaan analgesic secara kronik
o Penyakit ginjal
o Personal Hygiene

E. Manifestasi Klinis

o Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :


 Mukosa memerah dan edema.
 Terdapat cairan eksudat yang purulent.
 Ada ulserasi pada urethra.
 Adanya rasa gatal yang menggelitik.
 Adanya nanah awal miksi
 Nyeri pada saat miksi
 Kesulitan untuk memulai miksi
 Nyeri pada abdomen bagian bawah

o Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :


 Disuria (nyeri waktu berkemih)
 Peningkatan frekuensi berkemih
 Perasaan ingin berkemih
 Adanya sel-sel darah putih dalam urin
 Nyeri punggung bawah atau suprapubik
 Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah

o Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :


 Demam
 Menggigil
 Nyeri pinggang
 Disuria
 Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut,
tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.

F. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemihatau urin bebas dari
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi padasaat mikroorganisme ke
dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urin. Mikroorganisme
penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus
vagina, preposium, penis, kulit perinium,dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses
atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke
kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Mochtar, 2018).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
o Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora
normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium penis, kulit perineum,
dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu:
a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
b. Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c. Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih. Naiknya
mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
o Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksipada ginjal
yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melaluiperedaran darah.
o Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistemlimfatik
yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yangterakhir ini jarang
terjadi.
o Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat
dari pemakaian kateter
Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan melakukan respon
pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk menstimulus sistem pertahanan
tubuh untuk memfagosit antigen tersebut sehingga akan menyebabkan peningkatan
metabolisme dan muncul gejala demam,ketika antigen tidak mampu di fagosit oleh sistem imun
kita maka akan menyebabkan munculnya bakteremia sekunder yang menjalar ke ureter
sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan pada ureter, umumnya ketika hal ini
terjadi maka akan menyebabkan pasien mengalami oliguria. Kemudian ketika proses
peradangan terjadi akan meningkatkan frekuensi dorongan kontraksi uretra dan
memunculkan persepsi nyeri akibat proses depresi syaraf perifer. Selain itu, respon pertahanan
tubuh kitajuga akan merangsang hipotalamus sehingga muncul gejala seperti demam sertanyeri
di bagian yang terinfeksi.
G. Komplikasi

ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis. Komplikasi
ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal, komplikasi pada masa
kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah mengalami
episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya parut ginjal antara lain umur muda,
keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan
obstruksi saluran kemih (Pardede et al, 2018).
Sedangkan menurut Purnomo (2019), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
o Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal
yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
o Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan
tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
H. Pathway

Sumber: (Amin Hardi, 2018)


I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pardede (2018), pemeriksaan penunjang infeksi saluran kemih dapat dilakukan
dengan :
o Laboratorium
 Urinalisa untuk melihat adanya infeksi hematuria
 Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat fungsi ginjal .
o Pengukuran berat derajat obstruksi
 Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan (normal,sisa urin kosong
dan batas intervensi sisa urin lebih dari 100 cc)
 Pancaran urin (oroflowmetri)
syarat : jumlah urin dalam vesika 125 sampai dengan 150 ml. Angka normal rata-rata 10-
12 ml/ detik, obstruksi ringan
o Pemeriksaan lain
 BNO ( Blass Nier Overzicht) /IVP (Intravenous Pyleogram)
adalah studi sinar x terhadap ginjal, rahim dan saluran kemih, dilakukan untuk
menentukan adanya divertikel, penebalan bladder.
 Trans abdominal USG
Dilakukan untuk mendeteksi bagian prostat yang meonjol ke buli-buli, yang dipakai
untuk meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada batu di dalam vesika.
 Sitoscopy , yaitu untuk melihat apakan ada penebalan pada bladder

J. Penatalaksanaan

Variasi program pengobatan menurut American Urological Association (2019) pasien


yang mendapat pengobatan infeksi saluran kemih ini,misalnya dosis tunggal program
medikasi short cause (3-4 hari) atau longcourse (7-10 hari). Penggunaan medikasi
mencakup sulfisoxasol, sulfamethoxazole. Pemakaian antimikrobial jangka panjang
menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan terjadi setelah agens
mikrobial selesai diberikan, maka program short medikasi (3-4 hari) dari terapi
antimikrobial dosis penuh diberikanJika kekambuhan tidak terjadi, maka medikasi
diberikan setiap malam berikutnya selama 6-7 bulan.

1. Variasi program
pengobatan telah mengobat
infeksi saluran kemih ini,
misalnya dosis tunggal
program medikasi short cause
(3-4 hari) atau long
course (7-10 hari).
2. Penggunaan medikasi
mencakup sulfisoxasol,
sulfamethoxazole.
3. Pemakaian antimikrobial
jangka panjang menurunkan
resiko kekambuhan
infeksi
4. Jika kekambuhan terjadi
setelah agens mikrobial
selesai diberikan, maka
program short medikasi (3-4
hari) dari terapi
antimikrobial dosis penuh
diberikan
Jika kekambuhan tidak
terjadi, maka medikasi
diberikan setiap malam
berikutnya selama 6-7 bula
K. Konsep asuhan keperawatan infeksi saluran kemih

1. Pengkajian

Pengkajian menurut Purnomo (2019) merupakan tahap yang sistematis dalam


pengumpulan data tentang individu, keluarga maupun kelompok. Proses pengkajian anak
dengan infeksi saluran kemih sebagai berikut:

a. Identitas pasien
Identitas pasien berisikan nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosamedis dan
tanggal masuk serta tangga pengkajian dan identitas penanggung jawab
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien, biasanya jika pasien mengalami ISK bagian bawah akan mengeluhkan sakit
atau merasa panas di uretra sewaktu kencing denganair kemih sedikit-sedikit serta
rasa sakit tidak enak di suprapubik. Pasien ISK bagian atas keluhan klien
biasanya sakit kepala, malaise, mual,muntal, demam, menggigil, rasa tidak
nyaman atau nyeri di pinggang.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan pasien, biasanya jika klien


mengalami ISK bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakitatau rasa panas di
uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa sakit tidak enak
di suprabupik dan pasien dengan ISK atas mengeluhkan sakit kepala, malaise,
mual, muntah, demam,menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Saat pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi saluran


kemih

3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga merupakan riwayat yang biasanya dapat memperburuk


keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti
diabetes mellitus dan hipertensi. ISK bukan penyakit turunan namun jika ada
riwayat penyakit turunan patut dicurigai

4) Riwayat psikososial

Terdapat kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurang berinteraksi


dengan lingkungannya sehubung dengan proses penyakit

5) Riwayat kesehatan lingkungan

Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya banyak penyakit


seperti stafilokok atau kuman lain yang menyebabkan ISK

6) Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi yang telah dilakukan dari sejak bayi hingga saat ini

7) Asesmen nyeri

Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan PQRST yaitu P sebagai


faktor pemicu yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri, Q sebagai kualitas
nyeri seperti rasa tajam, tumpul atau tersayat,R sebagai daerah perjalanan nyeri, S
sebagai keparahan nyeri yang dirasa, T sebagai waktu atau lamanya rasa nyeri
yang dirasa

8) Asesmen resiko jatuh

Perlu pengkajian terkait dengan usia pasien, kondisi kesehatan dan tempat tidur
yang digunakan

9) Pola kebiasaan

a) Nutrisi, frekuensi makan dan minum berkurang atau tidak karena adanya
mual dan muntah, keadaan nafsu makan sebelum dan setelah sakit

b) Cairan, kebutuhan cairan selama 24 jam, apa saja yang dikonsumsi dan
frekuensinya

c) Eliminasi, pengkajian BAB perlu dikaji adanya keluhan atau tidak,ada


dysuria saat BAK, frekuensi miksi bertambah atau berkurang adanya nyeri
pada bagian suprapubik, bau urin, warna,karakteristik, dan volume urin
sesudah maupun sebelum sakit

d) Istirahat dan tidur, pengkajian gangguan tidur karena perubahan pola BAK
atau rasa nyeri dan mual yang dirasa

e) Personal hygine, pasien ditinjau dari pola mandi, gosok gigi, cucirambut
dan kuku

f) Aktivitas atau mobilitas fisik, pergerakan terbatas atau tidak dalam


melaksanakan aktivitasnya, apakah perlu bantuan atau tidak

g) Olahraga, kegiatan fisik keseharian dan olahraganya

h) Rekreasi, bentuk kegiatan untuk melepas penat yang dilakukan.


2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu head to toe yaitu jenis pemeriksaan yang
dilakukan dari ujung kepala hingga kaki, meliputi:

1) Kepala, untuk mengetahui turgot dan tekstur kulit terdapat lesi ataubekas
luka

a) Inspeksi dengan melihat adanya lesi atau tidak, warna


kehitamanatau coklat, edema, dan distribusi rambut

b) Palpasi dengan meraba dan tentukan turgor kulit elastis atau


tidak,tekstur kepala kasar atau halus, akral dingin atau hangat

2) Rambut, dengan melihat warna, tekstur, percabangan juga melihat


kekuatan rambut rontok dan kotor

a) Inspeksi, melihat distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau


tidak, bercabang atau tidak

b) Palpasi, meraba rambut apakah mudah rontok atau tidak, tekstur


kasar atau halus.

3) Wajah, mengetahui bentuk bentuk dan fungsi kepala dan untuk


mengetahui luka dan kelainan pada kepala

a) Inspeksi dengan melihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan


kiri berbeda atau menunjukkan adanya parase

b) Palpasi dengan menyentuh dan meraba adanya luka,


tonjolan

patologi dan respon nyeri dengan menekan kepaka sesuai dengan


kebutuhan.

4) Mata, mengetahui bentuk dan fungsi mata dan juga mengetahui

adanya kelainan atau pandangan pada mata, bila terjadi hematuria

kemungkinan konjungtiva anemis


a) Inspeksi dilakukan dengan mengamati kelopak mata terdapat

lubang atau tidak, refleks kedip baik atau tidak, konjungtiva dan

sklera merah, ikterik/indikasi hiperbilirubin atau gangguan pada

hepar, pupil terlihat isokor, miosis atau medriasis

b) Palpasi dengan menekan secara ringan untuk mengetahui adanya

tekanan intra okluler jika ada peningkatan akan teraba keras, kaji
adanya nyeri tekan

5) Telinga, mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang

telinga

a) Inspeksi dengan melihat daun telinga simetris atau tidak, warna,

ukuran, bentuk, kebersihan dan lesi

b) Palpasi dengan menekan daun telinga apakah ada nyeri,

merasakan kelenturan kartilago

6) Hidung, mengontrok untuk mengtahui bentuk dan fungsi hidung dan

melihat adanya inflamasi atau sinusitis

a) Inspeksi dengan melihat kesimetrisan, inflamasi, sekret

b) Palpasi dengan meraba adanya nyeri tekan massa

7) Mulut dan gigi, mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut dan

untuk mengetahui kebersihan mulut dan gigi

a) Inspeksi dengan mengamati bibir terdapat kelainan kongenital atau

tidak, warna, kesimetrisan, kelembaban, lesi, dan amati jumlah

serta bentuk gigi, berlubang, warna plak dan kebersihannya


b) Palpasi dengan memegang dan tekan darah pipi kemudian rasakan
adanya massa atau umor, pembengkakan dan nyeri

8) Leher, menentukan struktur integritas leher untuk mengetahui bentukdan organ


yang berkaitan dan untuk memeriksa sistem limfatik

a) Inspeksi dengan mengamati bentuk, warna kulit, jaringan


parut,pembengkakan kelenjar tiroid, kesimetrisan leher
b) Palpasi dengan meraba leher, minta pasien menelan
kemudianrasakan adanya kelenjar tiroid

9) Abdomen, mengetahui bentuk dan gerakan perut, mendengarkanbunyi


peristaltik usus, respon nyeri tekan pada organ abdomen

a) Inspeksi dengan mengamati bentuk perut secara umum, warna


kulit, retraksi, penonjolan, ketidaksimetrisan, dan asites

b) Auskultasi dengan mendengar bising usus normal 10-12 x/menit

c) Palpasi dengan meraba adanya massa dan respon nyeri tekan

d) Perkusi dengan menekan dan mengetuk perut terdapat


kembung/meteorismus

10) Dada, mengetahui bentuk simetris, frekuensi, irama pernafasan,adanya


nyeri tekan, dan mendengarkan bunyi paru

a) Inspeksi dengan mengamati kesimetrisan dada kanan dan


kiri,mengamati retraksi interkosta

b) Palpasi dengan meraba adanya nyeri tekan, benjolan

c) Perkusi untuk menentukan batas normal paru

d) Auskultasi untuk mengetahui bunyi nafas, vesikuler,


wheezingatau creckless

11) Ekstermitas atas dan bawah, mengetahui mobilitas kekuatan otot dangangguan
pada ekstermitas. Inspeksi identifikasi ukuran dan adanyaatrofi serta hipertrofil, lihat
kekuatan otot dengan memberi penahananpada anggota gerak atas dan bawah
12) Kulit, pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui lesi atau gangguankulit.
Dilakukan inspeksi dan palpasi untuk mengkaji kelembaban dan oedem.
3. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

No Diagnose Kriteria hasil Intervensi Paraf

1 Nyeri Akut berhubungan setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:


agen pencedera fisiologis selama ... diharapkan tingkat nyeri a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(inflamasi), dan agen menurun dengan kriteria hasil : kualitas, dan intensitas nyeri (kaji PQRST).
pencedera fisik b) Identifikasi respon nyeri non verbal
a) Keluhan nyeri menurun
c) Identifikasi skala nyeri
b) Meringis menurun Terapeutik:
a) Kontrol lingkungan dan posisi yang aman dan nyaman
c) Gelisah menurun
(batasi
e) Frekuensi nadi membaik pengunjung, kontrol suhu ruangan, dan ciptakan suasana
(60-100x/menit) yang tidak berisik)
b) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam penentuan
f) Pola napas membaik (12-20x/menit)
intervensi
Edukasi: Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
denga dehidrasi, terpapar selama ... diharapkan termoregulasi a) Identifikasi penyebab hipertermi
lingkungan panas, proses membaik dengan kriteria hasil: b) Monitor suhu tubuh
penyakit (infeksi), c) Monitor haluaran urine
ketidaksesuaian pakaian a) Suhu tubuh membaik (36º– 37,5 º C) Terapeutik:
dengan suhu lingkungan a) Berikan cairan oral (minum yang cukup yaitu 1,5 -1,7
b) Suhu kulit membaik
liter per
c) Menggigil menurun hari.
b) Berikan kompres hangat
c) Berikan selimut tipis bila mengigil
Edukasi :
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan untuk melonggarkan pakaian atau
menghindari
pakaian yang tebal
Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian antipiretik
b) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
3 Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan Observasi:
berhubungan dengan a) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia
keperawatan selama … gangguan
penurunan kapasitas urine
eliminasi urin dapat membaik,
kandung kemih, iritasi b) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
kandung kemih, penurunan dengan kriteria hasil : inkontinensa
kemampuan menyadari urine
a) Mengompol menurun
tanda-tanda gangguan c) Monitor eliminasi urine (frekuensi, konsistensi, aroma,
kandung kemih, efek b) Karakteristik urin membaik (warna
tindakan medis dan kuniing jernih, bau tidak volume,
diagnostik (misal operasi dan warna)
menyengat, jumlah urin output 400-
ginjal, operasi saluran Terapeutik:
800cc/hari)
kemih, anestesi, dan obat- a) Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
obatan), kelemahan otot c) Frekuensi buang air kecil membaik (5- b) Catat waktu-waktu dan haluran berkemih
pelvis, ketidakmampuan 7x/24 jam) Edukasi:
mengakses toilet (misalnya a) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
d) Desakan berkemih (urgensi) menurun
imobilisasi), hambatan b) Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
lingkungan e) Disuria menurun c) Anjurkan minum yang cukup (1,5-2 liter), jika tidak ada
kontraindikasi
d) Ajarkan mengambil sample urine midstream
Hipovolemi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
dengan kehilangan cairan selama … a) Periksa tanda dan gejala hipovolemi
aktif dan kekurangan b) Monitor intake dan output cairan
status cairan membaik, dengan kriteria
intake cairan Terapeutik: Berikan asupan caira oral, minum 1,5 liter – 2
hasil :
liter
a) Intake cairan membaik Edukasi: Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian caian IV isotonis atau
b) Turgor kulit meningkat
hipotonis
c) Perasaan lemah menurun
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
berhubungan dengan a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
selama … jam diharapkan tingkat
kekeliruan mengikuti informasi
pengetahuan membaik dengan
anjuran, kurang terpapar b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
informasi, kurang minat kriteria hasil : menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
dalam belajar, kurang Terapeutik:
a) Perilaku sesuai anjuran meningkat
mampu mengingat, dan a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
ketidaktahuan menentukan b) Verbalisasi minat dalam belajar b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
sumber informasi meningkat c) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
c) Perilaku sesuai dengan pengetahuan
a) Edukasi faktor risiko yang dapat mempengaruhi
meningkat
kesehatan
d) Kemampuan menjelaskan pengetahuan terkait infeksi saluran kemih. Edukasi cara cebok yang
tentang ISK meningkat benar,
edukasi kebiasaan menahan buang air kecil, edukasi
e) Pertanyaan tentang masalah yang
minum air
dihadapi menurun
putih perhari min. 2 liter/hari.
f) Persepsi yang keliru terhadap masalah b) Ajarkan PHBS
menurun 4. Implementasi Keperawa
DAFTAR PUSTAKA

American Urological
Association. 2019. Medical
Student Curriculum: Adult
UTI(Case Study: Urinary
Tract Infection).
https://www.auanet.org/
education/auauniversity/for-
medical-
students/medical-students-
curriculum/medical-student-
curriculum/adult-
uti. [Diakses pada 30
September 2019].
American Urological
Association. 2019. Medical
Student Curriculum: Adult
UTI(Case Study: Urinary
Tract Infection).
https://www.auanet.org/
education/auauniversity/for-
medical-
students/medical-students-
curriculum/medical-student-
curriculum/adult-
uti. [Diakses pada 30
September 2019].
American Urological Association. 2019. Medical Student Curriculum: AdultUTI(Case
Study: Urinary Tract
Infection).https://www.auanet.org/education/auauniversity/for-medical-students/
medical-students-curriculum/medical-student-curriculum/adult-uti
Amin, Hardi. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan
SDKI. Edisi revisi jilid 2. MediAction: Jogjakarta
Bono MJ, Reygaert WC. Urinary Tract Infection. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470195/
Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/21197-urinary-system.
Diakses pada 16 Februari 2023
Irawan E dan Hilman M. 2018. Faktor–Faktor Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK).
Prosiding Seminar
Mochtar, C.A, SpU, PhD., dan Noegroho, B.S, SpB, SpU. 2018. Infeksi Saluran Kemih (Isk)
Non Komplikata Pada Dewasa. Edisi ke-2, Penerbit Ikatan Ahli Urologi Indonesia,
Jakarta Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan. STIKES Bakti Tunas Husada,
Tasikmalaya
John L Brusch MD. 2020. Urinary Tract Infection In Females. Medscape. Emedicine
Paramita, N., dan Rasyid, S.A. 2019. Perbandingan Deteksi Escherichia Coli Dengan Metode
Kultur Dan Pcr Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih (Isk) Di Rumah Sakit
Bhayangkara Kota Kendari. Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.3 No.1 : 36
– 43
Pardede, S.O. 2018. Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih: Manifestasi Klinis dan Tata
Laksana, Vol. 19, No. 6 : 364 – 374
Purnomo B. 2019. Dasar-dasar Urologi Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto

PPNI, 2018.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta

PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta

PPNI, 2019.  Standart  Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai