Dosen Fasilitator:
Amita Audilla, S.Kep., Ners., M.Kep
Disusun Oleh:
Wakhidatun Nur Riani
NIM : A3R21055
A. DEFINISI
Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris
Lumbricoides atau cacing gelang. Infeksi pada manusia oleh cacing gelang ascaris
lumbricoides, yang di temukan dalam usus halus, menyebabkan nyeri kolik dan diare,
khususnya pada anak-anak. Setelah di telan, larva bermigrasi dari usus ke paru yang
menyebabkan pneumonitis, dan kemudian ke trakea, esofagus, dan usus, untuk tumbuh
menjadi dewasa. Bila cacing-cacing dewasa berjumlah cukup banyak, cacing ini dapat
menyebabkan obstruksi usus. (Ramali, 2011).
infeksi paling sering terjadi pada anak pra sekolah atau anak umur sekolah awal,
dan jumlah kasus terbesar pada negara-negara yang memiliki iklim yang lebih panas.
Meskipun demikian, ada sekitar 4 juta individu yang terinfeksi terutama anak,
(Soegijanto, 2015).
B. ETIOLOGI
Askariasis disebabkan oleh Ascariasis lumbricoides. Cacing Ascariasis lumbricoides
dewasa tinggal di dalam lumen usus kecil dan memiliki umur 10-2 bulan. Cacing betina
dapat menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Telur fertil berbentuk oval dengan panjang
45-70 µm. Setelah keluar bersama tinja, embrio dalam telur akan berkembang menjadi
infektif dalam 5-10 hari pada kondisi lingkungan yang mendukung. Penyebab dari
Ascariasis adalah Ascaris Lumbricoides. Ascaris termasuk Genus Parasit usus dari kelas
Nematoda: Ascaris Lumbricoides: cacing gelang (Garcia, 1996: 138). Menurut Reisberrg
(1994: 339) ascaris adalah cacing gilig usus terbesar dengan cacing betina dengan ukuran
panjang 20-35 cm dan jantan dewasa 15-35 cm. Rata-rata jangka hidup cacing dewasa
sekitar 6 bulan.
Ascaris lumbricoides
STADIUM
1. DEWASA
Di lumen usus halus –> migrasi ke lambung, saluran empedu, appendiks –>
keluar bersama tinja Bolus –> menyumbat usus –> menembus dinding usus –>
PERITONITIS
2. TELUR
Di luar tubuh resisten terhadap kebanyakan zat kimia (mati) –> sinar matahari
langsung, panas > 80 C –> makanan / minuman –> lambung –> Duodenum,
jejunum bagian atas
3. LARVA
Dinding usus –> sistim porta/limfe –> paru –> alveoli –> trachea –> epiglottis –>
esophagus –>lambung –>usus halus –> duodenum (2-3 bulan)
Telur cacing gelang bisa ditemukan di tanah yang terkontaminasi oleh tinja
manusia. Oleh sebab itu, seseorang dapat terserang ascariasis akibat kontak dengan
tanah yang terkontaminasi tersebut, misalnya karena (Kesehatan Anak, 2018):
Manifestasi klinis tergantung pada intensitas infeksi dan organ yang terlibat.Pada
sebagian besar penderita dengan infeksi rendah sampai sedang gejalanya asimtomatis
atau simtomatis.Gejala klinis paling sering ditemui berkaitan dengan penyakit paru atau
sumbatan pada usus atau saluran empedu. Gejala klinis yang nyata biasanya berupa nyeri
perut, berupa kolik di daerah pusat atau epigastrum, perut buncit (pot belly), rasa mual
dan kadang-kadang muntah, cengeng, anoreksia, susah tidur dan diare(Guyton, 2018)..
Telur cacing askariasis akan menetas didalam usus. Larva kemudian menembus
dinding usus dan bermigrasi ke paru melalui sirkulasi dalam vena.Parasit dapat
menyebabkan Pulmonari ascariasis ketika memasuki alveoli dan bermigrasi melalui
bronki dan trakea.Manifestasi infeksi pada paru mirip dengan sindrom Loffler dengan
gejala seperti batuk, sesak, adanya infiltrat pada paru dan eosinofilia. Cacing dewasa akan
memakan sari makanan hasil pencernaan host. Anak-anak yang terinfeksi dan memiliki
pola makanan yang tidak baik dapat mengalami kekurangan protein, kalori, atau vitamin
A, yang akhirnya dapat mengalami pertumbuhan terlambat.Obstruksi usus, saluran
empedu dan pankreas dapat terjadi akibat sumbatan oleh cacing yang besar. Cacing ini
tidak berkembang biak pada host. Infeksi dapat bertahan selama umur cacing maksimal
(2 tahun), serta mudah terjadi infeksi berulang . Nurarif (2015).
E. PATOFISIOLOGI
1. Cacing betina menghasilkan 240.000 telur setiap hari yang akan terbawa bersama
tinja.
2. Telur fertil jika jatuh pada kondisi tanah yang sesuai, dalam waktu 5-10 hari telur
tersebut dapat menginfeksi manusia.
3. Telur dapat bertahan hidup di dalam tanah selama 17 bulan. Infeksi umumnya
terjadi melalui kontaminasi tanah pada tangan atau makanan.
4. Kemudian masuk pada usus dan akan menetas pada usus kecil (deudenum).
5. Pada tahap kedua larva akan melewati dinding usus dan akan berpindah melalui
sistem portal menuju hepar (4d) dan kemudian paru.
6. Infeksi yang berat dapat di ikuti pneumonia dan eosinifilia. Larva kemudian
dibatukkan dan tertelan kembali menuju jejunum.
7. Diperlukan waktu 65 hari untuk menjadi cacing dewasa.
F. PATHWAY
Telur ascariasis yang infektif di dalam
tanah
Larva menembus
dinding usus
Via sirkulasi
portal ke jantung
kanan
Mual, muntah,
Migrasi ke lambung
nyeri,epigastrik,
kolik
Absorbsi nutrisi
terganggu
Hipoglikemia
Migrasi ke colon
menimbulkan iritatif
Diare
Kehilangan cairan
dan elektrolit Dehidrasi
H. PENETALAKSANAAN
1. Obat pilihan: piperazin sitrat (antepar) 150 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dengan
dosis maksimum 3 g/hari
2. Heksil resorsinol dengan dosis100 mg/tahun (umur)
3. Oleum kenopodii dengan dosis 1 tetes/tahun (umur)
4. Santonin : tidak membinasakan askaris tetapi hanya melemahkan. Biasanya
dicampur dengan kalomel (HgCl= laksans ringan) dalam jumlah yang sama
diberikan selama 3 hari berturut-turut.
Dosis : 0-1tahun = 3 x 5 mg
1-3 tahun = 3 x 10 mg
3-5 tahun = 3 x 15 mg
Lebih dari 5 tahun =3 x 20 mg
Dewasa = 3 x 25 mg
5. Pirantel pamoat (combantrin) dengan dosis 10 mg/ kg BB/hari dosis tunggal.
6. Papain yaitu fermen dari batang pepaya yang kerjanya menghancurkan cacing.
Preparatnya Fellar don.
7. Pengobatan gastrointestinal ascariasis menggunakan albendazole (400 mg P.O.
sekali untuk semua usia), mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari atau 500 mg P.O.
sekali untuk segala usia) atau yrantel pamoate (11 mg/kg P.O. sakali, dosis
maksimum 1 g). Piperazinum citrate (pertama : 150 mg/kg P.O. diikuti 6 kali dosis
6 mg/kg pada interval 12 hari) Prognosis : baik, terutama jika tidak terdapat
komplikasi dan cepat diberikan pengobatan.
I. PENECEGAHAN
Menurut Soegijanto (2015), program pemberian antihelmitik yang dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
1. Memberikan pengobatan ada semua individu pada daerah endemis.
2. Memberikan pengobatan pada kelompok tertentu dengan frekuensi infeksi tinggi
seperti anak-anak sekolah dasar.
3. Memberikan pengobatan pada individu berdasarkan intensitas penyakit atau infeksi
tinggi seperti yang telah lalu.
4. Peningkatan kondisi sanitasi.
5. Menghentikan penggunaan tinja sebagai pupuk.
6. Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara-cara pencegahan ascariasis.
Menurut Berhman (2009), praktek-praktek pencegahan seperti menghindari
pengunaan tinja sebagai pupuk dan menjaga kondisi sanitasi lingkungan yang baik
serta upaya penyediaan fasilitas pembuangan sampah yang baik adalah cara-cara
pencegahan ascariasis yang paling efektif.
1. Berdasarkan kepada siklus hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya
pencegahannya dapat dilakukan dengan sanitasi yang baik dan tepat guna,
hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti :
2. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
3. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci
terlebih dahulu dengan menggunkan sabun dan air mengalir.
4. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah
dicuci bersih dengan air mengalir.
5. Mengadakan terapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun
daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis.
6. Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.
7. Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup
cacing misalnya memakai jamban/WC.
J. KOMPLIKASI
Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi yang berat
dan pneumonitis, dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.
b. Natal
Tempat melahirkan, jenis persalinan, penolong persalinan, komplikasi yang
dialami saat melahirkan dan setelah melahirkan.
c. Post Natal
Kondisi bayi, APGAR, Berat badan lahir, Panjang badan lahir, anomaly
kongenital, penyakit yang pernah dialami, riwayat kecelakaan, riwayat konsumsi
obat dan menggunakan zat kimia yang berbahaya, perkembangan anak dibanding
saudara-saudaranya.
4. Riwayat Keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik berhubungan/tidak
berhubungan dengan penyakit yang diderita klien), gambar genogram dengan
ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi).
5. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi (imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu
imunisasi).
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (proses penyakit ascariasis) d.d tampak
meringis,gelisah,frekuensi nadi meningkat,sulit tidur kesakitan, pasien tampak gelisah,
frekuensi nadi meningkat, nafsu makan berubah ( D.0077)
2. Defisit nutrisi b/d anoreksia ,mual, muntah d/d Berat badan menurun minimal 10 % dibawah
rentang ideal, Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun,
Bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat,
sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare.
3. Risiko ketidakseimbangan cairan b/d dehidrasi d/d sering haus, turgor kulit > 2 detik
(D.0037)
4. Hipertermi b.d infeksi meningkat d.d suhu tubuh diatas normal, takikardi, dan kulit terasa
hangat (D.0130)
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
meningkat, nafsu makan 3. Sikap protektif menurun untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
b. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi yang telah ditentukan,pada tahap ini
perawat siap untuk melakukan intervensi yang telah dicatat dalam rencana keperawatan
klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi priorotas perawatan klien, kemudian bila perawatan
telah dilaksanakan,memantau dan mencatat respon klien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini pada penyedia perawatan kesehatan lainya. Kemudian,
dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam
tahap proses keperawatan berikutnya.
b. EVALUASI
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan
danrespon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan, kemudian mengganti
rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien kearah pencapaian.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J., 2018, Diagnosa Keperawatan, (terjemahan) Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., Parasitologi Kedokteran (terjemahan),
EGC, Jakarta.
Garcia, L.S., Bruchner, D.A., 2006, Diagnostik Parasitologi Kedokteran (terjemahan),
EGC, Jakarta
Jawetz, E., Melnick, J., Adelberg, E., 2006, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC,
Jakarta
Ngastiyah, 2017, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Noer, S., 2016, buku ajar ilmu penyakit dalam, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Price, S.A., Wilson, L.M., 2015, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
(terjemahan), Edisi 4, EGC, Jakarta.
Soetjiningsih, 2009, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 2005, Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta.
Wong, D.L., Eaton, M.H., 2011, Pediatric Nursing, Edisi 6, Mosby, USA
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor :
113/D/O/2009
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-
322738 Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yaoo.co.id
Ruangan : Durian 1
No. Reg : 0214862
I.Identitas Klien
Nama / Jenis kelamin : An. A
Alamat : Trenggalek, Karangan
Umur anak : 3 tahun
Nama ayah : Tn. L
Pendidikan ayah : SLTA
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Diagnosa medis : Ascariasis
Tanggal masuk RS : 14-12-2021
II. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat penyakit
1.1. Keluhan utama : ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh nyeri
perut bagian kanan bawah
3. Pemeriksaan fisik
Anak dan neonatus
1. Keadaan umum : K/U lemah, lemas pucat GCS 4-5-4
Kesadaran : Compos mentis
BB : 30 Kg
TB : 125 cm
LL : 16,0 cm
2. Tanda – tanda vital :
- Tensi :- Nadi : 126x/mnt Suhu : 38,30C
- Pernafasan: 38 x/mnt
3. Kepala dan wajah
- Rambut kepala : berwarna hitam penyebaran rata
- Bentuk kepala : simetris
- Ukuran – ukuran kepala
- UUB : menutup
- UUK : menutup
4. Mata :
Sklera : putih, tidak ikterik
Konjungtiva : anemis
5. Telinga : normoltia, bersih
6. Hidung : tidak ada kelainan, bersih
7. Mulut : mukosa bibir lembab, lidah pucat, tdk ada stomatitis,
8. Tenggorokan : tidak ada kelainan
9. Leher : tidak ada bendungan vena jugularis
10. Dada : normal chest
11. Paru – paru : tidak terdapat suara nafas tambahan
12. Jantung : BJ1 : LUP BJ2: DUP tidak ada mur mur
13. Abdoment : ada nyeri tekan di bagian kanan bawah
14. Ginjal : tidak ada nyeri tekan
15. Genetalia : tidak ada kelainan
16. Axstremits : tidak ada kelainan, kekuatan otot 4 4 4
17. Rektum : terdapat lubang anus
18. Neurologi : tidak ada permasalahan pada saraf
19. Endokrin : tidak mengalami hipoglikemia maupun hiperglikemia
Mahasiswa
TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL
Hipertermi b.d infeksi bakteri meningkat d.d suhu tubuh diatas
1 14 Desember 2021
normal, takikardi, dan kulit terasa hangat (D. 0130)
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (proses penyakit ascariasis)
d.d tampak meringis,gelisah,frekuensi nadi meningkat,sulit tidur
2 14 Desember 2012 (D.0077)
Defisit nutrisi b.d anoreksia ,mual, muntah d.d Berat badan menurun
minimal 10 % dibawah rentang ideal, Cepat kenyang setelah makan,
3 14 Desember 2012 kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, Bising usus hiperaktif,
otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat
serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare. (D.0019)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : An. A
Umur : 3 thn
No. Register : 0214862
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1 Hipertermi b.d infeksi Termoregulasi Manajemen Hipertermi
meningkat d.d suhu tubuh (L.14134) (I.15506)
Setelah dilakukan Observasi
diatas normal, takikardi,
tindakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda vital
dan kulit terasa hangat selama 3x24 jam 2. Monitor komplikasi akibat
(D. 0130) diharapkan termoregulasi demam
pasien membaik dengan Terapeutik
kriteria hasil : 3. Menutupi badan dengan
- Suhu tubuh membaik selimut (saat dingin/memakai
- Suhu kulit membaik pakaian tipis saat panas)
- Kulit memerah 4. Lakukan pengompresan
menurun 5. Berikan oksigen, jika perlu
- Takikardi menurun Edukasi
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan perbanyak asupan
oral
Kolaborasi
8. Kolaborasi dalam pemberian
antipiretik
9. Kolaborasi cairan dan
elektrolit intavena, jika perlu
2 Nyeri Akut b.d agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis (L.08066) Observasi
(proses penyakit setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
ascariasis) d.d tampak tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
meringis, gelisah, 3x24 jam diharapkan frekuensi, kualitas, intensitas
frekuensi nadi meningkat, tingkat nyeri menurun nyeri
sulit tidur (D.0077) dengan kriteria hasil sbb : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon
2. Meringismenurun nyerinon verbal
3.Frekuensi nadi membaik Terapeutik
4. Pola tidur membaik 4.Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasanyeri (mis.
Teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin)
5. Control lingkungan
yang memperberatrasa nyeri
(mis.Suhu ruangan)
Edukasi
6. Anjurkan menggunakanan
algetik secara tepat
7. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasanyeri
Kolaborasi
8. kolaborasi dalam
pemberian analgesik
3 Defisit nutrisi b/d anoreksia Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
,mual, muntah d/d BB Tujuan : Observasi
sebelum sakit 30 kg, BB 1. Identifikasikan status nutrisi
Setelah dilakukan
sesudah sakit 20 kg, tidak 2. Identifikasi makanan yang
intervensi keperawatan
nafsu makan, Bising usus disukai
selama 3x 24 jam maka
26x/menit, Mukosa tampak 3. Identifikasi kebutuhan kalori
status nutrisi membaik
pucat, BAB 5x sehari dan jenis nutrien
1. Porsi makanan yang
(D.0019) 4. Monitor asupan makanan
dihabiskan meningkat
5. Monitor berat badan
2. Kekuatan otot
pengunyah meningkat
Terapeutik
3. Kekuatan otot menelan
6. Lakukan oral hygiene sebelum
meningkat
makan
4. Perasaan cepat
7. Berikan makanan tinggi serat
kenyang menurun
untuk mencegah konstipasi
5. Berat badan membaik
8. Berikan makanan tinggikalori
6. Frekuensi makan
dan tinggi protein
membaik
9. Berikan suplemen makanan
7. Nafsu makan membaik
8. Membran mukosa
Edukasi
membaik
10. Anjurkan posisi duduk
11. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN