Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN KASUS ANAK ASCARIASIS PADA An. A

Laporan Pendahuluan Keperawatan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Metode


Daring Minggu Ke Delepan Departemen Keperawatan Anak Daring Profesi Ners

Dosen Fasilitator:
Amita Audilla, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh:
Wakhidatun Nur Riani
NIM : A3R21055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASCARIASIS

A. DEFINISI
Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris
Lumbricoides atau cacing gelang. Infeksi pada manusia oleh cacing gelang ascaris
lumbricoides, yang di temukan dalam usus halus, menyebabkan nyeri kolik dan diare,
khususnya pada anak-anak. Setelah di telan, larva bermigrasi dari usus ke paru yang
menyebabkan pneumonitis, dan kemudian ke trakea, esofagus, dan usus, untuk tumbuh
menjadi dewasa. Bila cacing-cacing dewasa berjumlah cukup banyak, cacing ini dapat
menyebabkan obstruksi usus. (Ramali, 2011).
infeksi paling sering terjadi pada anak pra sekolah atau anak umur sekolah awal,
dan jumlah kasus terbesar pada negara-negara yang memiliki iklim yang lebih panas.
Meskipun demikian, ada sekitar 4 juta individu yang terinfeksi terutama anak,
(Soegijanto, 2015).

B. ETIOLOGI
Askariasis disebabkan oleh Ascariasis lumbricoides. Cacing Ascariasis lumbricoides
dewasa tinggal di dalam lumen usus kecil dan memiliki umur 10-2 bulan. Cacing betina
dapat menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Telur fertil berbentuk oval dengan panjang
45-70 µm. Setelah keluar bersama tinja, embrio dalam telur akan berkembang menjadi
infektif dalam 5-10 hari pada kondisi lingkungan yang mendukung. Penyebab dari
Ascariasis adalah Ascaris Lumbricoides. Ascaris termasuk Genus Parasit usus dari kelas
Nematoda: Ascaris Lumbricoides: cacing gelang (Garcia, 1996: 138). Menurut Reisberrg
(1994: 339) ascaris adalah cacing gilig usus terbesar dengan cacing betina dengan ukuran
panjang 20-35 cm dan jantan dewasa 15-35 cm. Rata-rata jangka hidup cacing dewasa
sekitar 6 bulan.
Ascaris lumbricoides
STADIUM

1. DEWASA
Di lumen usus halus –> migrasi ke lambung, saluran empedu, appendiks –>
keluar bersama tinja Bolus –> menyumbat usus –> menembus dinding usus –>
PERITONITIS
2. TELUR
Di luar tubuh resisten terhadap kebanyakan zat kimia (mati) –> sinar matahari
langsung, panas > 80 C –> makanan / minuman –> lambung –> Duodenum,
jejunum bagian atas
3. LARVA
Dinding usus –> sistim porta/limfe –> paru –> alveoli –> trachea –> epiglottis –>
esophagus –>lambung –>usus halus –> duodenum (2-3 bulan)

Gambar 1. Cacing Askariasis lumbricides


1. Penyebab Ascariasis

Telur cacing gelang bisa ditemukan di tanah yang terkontaminasi oleh tinja
manusia. Oleh sebab itu, seseorang dapat terserang ascariasis akibat kontak dengan
tanah yang terkontaminasi tersebut, misalnya karena (Kesehatan Anak, 2018):

a. Mengonsumsi bahan makanan yang tumbuh di tanah yang terkontaminasi


b. Menyentuh mulut dengan tangan yang tidak dicuci terlebih dahulu setelah
menyentuh tanah
c. Telur yang masuk ke dalam tubuh akan menetas di usus dan menjadi larva.
Selanjutnya, larva akan masuk ke paru-paru melalui aliran darah atau aliran
getah bening.
d. Setelah berada di paru-paru selama 10–14 hari, larva akan menuju ke
tenggorokan. Pada tahap ini, penderita akan batuk sehingga larva tersebut
keluar atau bisa juga tertelan lagi dan kembali ke usus.
e. Larva yang kembali ke usus akan tumbuh menjadi cacing jantan atau
betina, kemudian berkembang biak. Cacing betina dapat tumbuh sepanjang
40 cm dengan diameter 6 mm dan bisa menghasilkan 200.000 telur cacing
per hari.
f. Sebagian telur cacing akan keluar melalui feses dan mengontaminasi tanah
Sedangkan, sebagian lagi akan menetas kemudian pindah ke paru-paru dan
menjadi cacing dewasa di usus. Seluruh siklus tersebut bisa memakan
waktu sekitar 2–3 bulan. Jika tidak ditangani, cacing dewasa dapat bertahan
hidup dan berkembang biak di dalam tubuh manusia selama 1–2 tahun.
Artinya, selama itu akan ada telur baru dan cacing dewasa yang baru pula
sehingga ascariasis bisa berlangsung dalam waktu yang sangat lama
C. TANDA DAN GEJALA
1. Gejala Ascariasis
Pada sebagian besar kasus, ascariasis tidak menimbulkan keluhan apa pun.
Biasanya, gejala akan muncul jika cacing di dalam tubuh semakin bertambah. Gejala
yang muncul akibat ascariasis tergantung pada organ tubuh yang sedang terinfeksi.
Ketika larva cacing gelang sedang menginfeksi paru-paru, gejala yang dialami
penderita mirip dengan gejala asma atau pneumonia, antara lain: . (Guyton, 2018)
-Demam
-Batuk terus-menerus
-Mengi
-Sesak napas
-Sementara itu, ketika larva cacing menginfeksi usus, gejala yang dapat timbul
adalah:
-Lemas
-Sakit perut hebat
-Diare
-Mual dan muntah
-Buang air besar berdarah
-Hilang nafsu makan
-Berat badan turun
-Terdapat cacing pada muntahan atau feses
D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis tergantung pada intensitas infeksi dan organ yang terlibat.Pada
sebagian besar penderita dengan infeksi rendah sampai sedang gejalanya asimtomatis
atau simtomatis.Gejala klinis paling sering ditemui berkaitan dengan penyakit paru atau
sumbatan pada usus atau saluran empedu. Gejala klinis yang nyata biasanya berupa nyeri
perut, berupa kolik di daerah pusat atau epigastrum, perut buncit (pot belly), rasa mual
dan kadang-kadang muntah, cengeng, anoreksia, susah tidur dan diare(Guyton, 2018)..

  Telur cacing askariasis akan menetas didalam usus. Larva kemudian menembus
dinding usus dan bermigrasi ke paru melalui sirkulasi dalam vena.Parasit dapat
menyebabkan Pulmonari ascariasis ketika memasuki alveoli dan bermigrasi melalui
bronki dan trakea.Manifestasi infeksi pada paru mirip dengan sindrom Loffler dengan
gejala seperti batuk, sesak, adanya infiltrat pada paru dan eosinofilia. Cacing dewasa akan
memakan sari makanan hasil pencernaan host. Anak-anak yang terinfeksi dan memiliki
pola makanan yang tidak baik dapat mengalami kekurangan protein, kalori, atau vitamin
A, yang akhirnya dapat mengalami pertumbuhan terlambat.Obstruksi usus, saluran
empedu dan pankreas dapat terjadi akibat sumbatan oleh cacing yang besar. Cacing ini
tidak berkembang biak pada host. Infeksi dapat bertahan selama umur cacing maksimal
(2 tahun), serta mudah terjadi infeksi berulang . Nurarif (2015).

 
E. PATOFISIOLOGI

            Ascariasis lumbricoides adalah nematoda terbesar yang umumnya menginfeksi


manusia.Cacing dewasa berwarna putih atau kuning sepanjang 15-35 cm dan hidup
selama 10-24 bulan di jejunum dan bagian tengah ileum(Julia, 2010) .

Gambar 2. Daur kehidupan Cacing Ascaris lumbricoides

1. Cacing betina menghasilkan 240.000 telur setiap hari yang akan terbawa bersama
tinja.
2. Telur fertil jika jatuh pada kondisi tanah yang sesuai, dalam waktu 5-10 hari telur
tersebut dapat menginfeksi manusia.
3. Telur dapat bertahan hidup di dalam tanah selama 17 bulan. Infeksi umumnya
terjadi melalui kontaminasi tanah pada tangan atau makanan.
4. Kemudian masuk pada usus dan akan menetas pada usus kecil (deudenum).
5. Pada tahap kedua larva akan melewati dinding usus dan akan berpindah melalui
sistem portal menuju hepar (4d) dan kemudian paru.
6. Infeksi yang berat dapat di ikuti pneumonia dan eosinifilia. Larva kemudian
dibatukkan dan tertelan kembali menuju jejunum.
7. Diperlukan waktu 65 hari untuk menjadi cacing dewasa.
F. PATHWAY
Telur ascariasis yang infektif di dalam
tanah

Tertelan lewat makanan


yang sudah terkontaminasi

Masuk ke lambung dan


duodenum kemudian
menetas

Larva menembus
dinding usus

Via sirkulasi
portal ke jantung
kanan

Sirkulasi pulomnal ke Melepas antigen


paru-paru melepas ascariasis
antigen ascariasis
Reaksi Alergi

Tembus kapiler Pelepasan


masuk ke alveoli histamin

Brnkho Pneumoni Peningkatan


permeabilitas
Secara ascenden ke MK: Gangguan
trachea, faring, epiglotis, Integritas kulit
esofagus, peningkatan (D.0129)
kapiler dan sensasi gatal

Mual, muntah,
Migrasi ke lambung
nyeri,epigastrik,
kolik

Dalam usus cacing


matur menjadi dewasa Anoreksia
Hipoglikemi

Mengeluarkan anti enzimm MK: Nyeri Akut


sebagai proteksi dan (D.0077) Defisit Nutrisi
mengambil nutrisi (D.0019)

Absorbsi nutrisi
terganggu

Hipoglikemia

Migrasi ke colon
menimbulkan iritatif

Diare

Kehilangan cairan
dan elektrolit Dehidrasi

MK: Risiko Peningkatan Hipertermia


ketidakseimbangan suhu tubuh (D.0130)
cairan (D.0036)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium merupakan diagnosa pasti dari ascariasis. Diagnosa


ascariasis ditegakkan dengan pemeriksaan feses pasien dimana dijumpai telur cacing
askaris. Setiap satu ekor cacing askaris mampu memproduksi jumlah telur yang
banyak, sehingga biasanya pada pemeriksaan pertama bisa langsung ditemui.

Saat cacing bermigrasi masuk ke paru biasanya berhubungan dengan eosinophilia


dan ditemui gambaran infitrat pada foto dada. Bahkan pada kasus obstruksi tidak
jarang diperlukan foto polos abdomen, USG atau pemeriksaan lainnya.
Diagnosis askariasis ditegakkan dengan menemukan Ascaris dewasa atau telur Ascaris
pada pemeriksaan tinja.(Bagian ilmu kesehatan anak 2012)

H. PENETALAKSANAAN
1. Obat pilihan: piperazin sitrat (antepar) 150 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dengan
dosis maksimum 3 g/hari
2. Heksil resorsinol dengan dosis100 mg/tahun (umur)
3. Oleum kenopodii dengan dosis 1 tetes/tahun (umur)
4. Santonin : tidak membinasakan askaris tetapi hanya melemahkan. Biasanya
dicampur dengan kalomel (HgCl= laksans ringan) dalam jumlah yang sama
diberikan selama 3 hari berturut-turut.
Dosis : 0-1tahun = 3 x 5 mg
1-3 tahun = 3 x 10 mg
3-5 tahun = 3 x 15 mg
Lebih dari 5 tahun =3 x 20 mg
Dewasa = 3 x 25 mg
5. Pirantel pamoat (combantrin) dengan dosis 10 mg/ kg BB/hari dosis tunggal.
6. Papain yaitu fermen dari batang pepaya yang kerjanya menghancurkan cacing.
Preparatnya Fellar don.
7. Pengobatan gastrointestinal ascariasis menggunakan albendazole (400 mg P.O.
sekali untuk semua usia), mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari atau 500 mg P.O.
sekali untuk segala usia) atau yrantel pamoate (11 mg/kg P.O. sakali, dosis
maksimum 1 g). Piperazinum citrate (pertama : 150 mg/kg P.O. diikuti 6 kali dosis
6 mg/kg pada interval 12 hari) Prognosis : baik, terutama jika tidak terdapat
komplikasi dan cepat diberikan pengobatan.

I. PENECEGAHAN
Menurut Soegijanto (2015), program pemberian antihelmitik yang dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
1. Memberikan pengobatan ada semua individu pada daerah endemis.
2. Memberikan pengobatan pada kelompok tertentu dengan frekuensi infeksi tinggi
seperti anak-anak sekolah dasar.
3. Memberikan pengobatan pada individu berdasarkan intensitas penyakit atau infeksi
tinggi seperti yang telah lalu.
4. Peningkatan kondisi sanitasi.
5. Menghentikan penggunaan tinja sebagai pupuk.
6. Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara-cara pencegahan ascariasis.
Menurut Berhman (2009), praktek-praktek pencegahan seperti menghindari
pengunaan tinja sebagai pupuk dan menjaga kondisi sanitasi lingkungan yang baik
serta upaya penyediaan fasilitas pembuangan sampah yang baik adalah cara-cara
pencegahan ascariasis yang paling efektif.
1. Berdasarkan kepada siklus hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya
pencegahannya dapat dilakukan dengan sanitasi yang baik dan tepat guna,
hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti :
2. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
3. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci
terlebih dahulu dengan menggunkan sabun dan air mengalir.
4. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah
dicuci bersih dengan air mengalir.
5. Mengadakan terapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun
daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis.
6. Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.
7. Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup
cacing misalnya memakai jamban/WC.

J. KOMPLIKASI

Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi yang berat
dan pneumonitis, dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.

1. Spoilative action. Anak yang menderita askariasis umumnya dalam keadaan


distrofi. Pada penyelidikan ternyata askariasis hanya mengambil sedikit
karbohidrat ”hospes”, sedangkan protein dan lemak tidak diambilnya. Juga
askariasis tidak mengambil darah hospes. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
distrofi pada penderita askariasis disebabkan oleh diare dan anoreksia.
2. Toksin. Chimura dan Fuji berhasil menbuat ekstrak askaris yang disebut askaron
yang kemudian ketika disuntikkan pada binatang percobaan (kuda) menyebabkan
renjatan dan kematian, tetapi kemudian pada penyelidikan berikutnya tidak
ditemukan toksin yang spesifik dari askaris. Mungkin renjatan yang terjadi
tersebut disebabkan oleh protein asing.
3. Alergi. Terutama disebabkan larva yang dalam siklusnya masuk kedalam darah,
sehingga sesudah siklus pertama timbul alergi terhadap protein askaris.
Karenanya pada siklus berikut dapat timbul manifestasi alergi berupa asma
bronkiale, ultikaria, hipereosinofilia, dan sindrom Loffler. Simdrom Loffler
merupakan kelainan dimana terdapat infiltrat (eosinofil) dalam paru yang
menyerupai bronkopneumonia atipik. Infiltrat cepat menghilang sendiri dan cepat
timbul lagi dibagian paru lain. Gambaran radiologisnya menyerupai tuberkulosis
miliaris.Disamping itu terdapat hiperesinofilia (40-70%). Sindrom ini diduga
disebabkan oleh larva yang masuk ke dalam lumen alveolus, diikuti oleh sel
eosinofil. Tetapi masih diragukan, karena misalnya di indonesia dengan infeksi
askaris yang sangat banyak, sindrom ini sangat jarang terdapat, sedangkan di
daerah denagn jumlah penderita askariasis yang rendah, kadang-kadang juga
ditemukan sindrom ini.
4. Traumatik action. Askaris dapat menyebabkan abses di dinding usus, perforasi
dan kemudian peritonitis. Yang lebih sering terjadi cacing-cacing askaris ini
berkumpul dalam usus, menyebabkan obstuksi usus dengan segala akibatnya.
Anak dengan gejala demikian segera dikirim ke bagian radiologi untuk dilakukan
pemeriksaan dengan barium enema guna mengetahui letak obstruksi. Biasanya
dengan tindakan ini cacing-cacing juga dapat terlepas dari gumpalannya sehingga
obstruksi dapat dihilangkan. Jika cara ini tidak menolong, maka dilakukan
tindakan operatif. Pada foto rontgen akan tampak gambaran garis-garis panjang
dan gelap (filling defect).
5. Errantic action. Askaris dapat berada dalam lambung sehingga menimbulkan
gejala mual, muntah, nyeri perut terutama di daerah epigastrium, kolik. Gejala
hilang bila cacing dapat keluar bersama muntah. Dari nasofaring cacing dapat ke
tuba Eustachii sehingga dapat timbul otitis media akut (OMA) kemudian bila
terjadi perforasi, cacing akan keluar. Selain melalui jalan tersebut cacing dari
nasofaring dapat menuju laring, kemudian trakea dan bronkus sehingga terjadi
afiksia. Askaris dapat menetap di dalam duktus koledopus dan bila menyumbat
saluran tersebut, dapat terjadi ikterus obstruktif. Cacing dapat juga menyebabkan
iritasi dan infeksi sekunder hati jika terdapat dalam jumlah banyak dalam kolon
maka dapat merangsang dan menyebabkan diare yang berat sehingga dapat
timbul apendisitis akut.
6. Irritative Action. Terutama terjadi jika terdapat banyak cacing dalam usus halus
maupun kolon. Akibat hal ini dapat terjadi diare dan muntah sehingga dapat
terjadi dehidrasi dan asidosis dan bila berlangsung menahun dapat terjadi
malnutrisi.
7. Komplikasi lain. Dalam siklusnya larva dapat masuk ke otak sehingga timbul
abses-abses kecil; ke ginjal menyebabkan nefritis; ke hati menyebabkan abses-
abses kecil dan hepatitis. Di indonesia komplikasi ini jarang terjadi tetapi di
srilangka dan Filipina banyak menyebabkan kematian.  
 

K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Dasar data pengkajian menurut Doenges (2009) adalah :
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian
yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan
evaluasi, dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis,
berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari
wawancara dan pemeriksaan fisik.
1. Keluhan Utama
Alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga
professional.
2. Riwayat Keluhan Utama
Hal yang berhubungan dengan keluhan utama:
a. Munculnya keluhan
Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba),
presipitasi/predisposisi (perubahan emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan,
toksin/allergen, infeksi).
b. Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi, timing (terus
menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-hal yang
meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala- gejala lain yang
berhubungan.
c. Masalah sejak muncul keluhan
Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.
d. Keluhan pada saat pengkajian
3. Riwayat Masa Lampau (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
a. Prenatal Care
Tempat pemeriksaan kehamilan tiap minggu, keluhan saat hamil, riwayat terkena
radiasi, riwayat berat badan selama hamil, riwayat imunisasi TT, golongan darah
ayah dan ibu.

b. Natal
Tempat melahirkan, jenis persalinan, penolong persalinan, komplikasi yang
dialami saat melahirkan dan setelah melahirkan.
c. Post Natal
Kondisi bayi, APGAR, Berat badan lahir, Panjang badan lahir, anomaly
kongenital, penyakit yang pernah dialami, riwayat kecelakaan, riwayat konsumsi
obat dan menggunakan zat kimia yang berbahaya, perkembangan anak dibanding
saudara-saudaranya.
4. Riwayat Keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik berhubungan/tidak
berhubungan dengan penyakit yang diderita klien), gambar genogram dengan
ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi).
5. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi (imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu
imunisasi).

6. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Pertumbuhan Fisik : Berat badan, tinggi badan, waktu tumbuh gigi, jumlah
gigi, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran lingkar kepala.
2. Perkembangan Tiap Tahap : Usia anak saat berguling, duduk, merangkak,
berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain pertama kali, bicara pertama kali,
kalimat pertama yang disebutkan dan umur mulai berpakaian tanpa bantuan.
7. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
2. Pemberian Susu Formula : Alasan pemberian, jumlah pemberian dan cara
pemberian.
3. Pola Perubahan Nutrisi
8. Riwayat Psikososial
1. Yang mengasuh anak dan alasannya
2. Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan kebiasaan
menghisap jari, membawa gombal, ngompol)
3. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman, keselamatan anak,
ventilasi, letak barang-barang)
9. Riwayat Spiritual
1. Support sistem dalam keluarga
2. Kegiatan keagamaan
10. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap : Alasan ibu membawa klien
ke RS, apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak, perasaan orang tua
saat ini, orang tua selalu berkunjung ke RS, yang akan tinggal di RS dengan
anak.
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
11. Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi : Selera makan anak sebelum sakit dan saat sakit.
2. Cairan : Jenis minuman sebelum sakit dan saat sakit, frekuensi minum,
kebutuhan cairan dan cara pemenuhan sebelum sakit serta saat sakit.
3. Pola eliminasi : Tempat pembuangan sebelum sakit dan saat sakit, frekuensi,
konsistensi, kesulitan dan obat pencahar yang diberikan sebelum sakit serta
saat sakit.
4. Pola istirahat tidur : Jam tidur anak saat siang dan malam, pola tidur, kebiasaan
sebelum tidur, kesulitan tidur sebelum sakit dan saat sakit.
5. Olahraga : Program olahraga, jenis dan frekuensi, kondisi setelah keluarga
sebelum sakit dan saat sakit.
6. Personal hygiene : Mandi (meliputi cara, frekuensi, dan alat mandi), cuci
rambut (Frekuensi dan cara), gunting kuku (Frekuensi dan cara), gosok gigi
(frekuensi dan cara).
7. Aktifitas mobilitas fisik : Kegiatan sehari-hari, pengaturan jadwal harian,
penggunaan alat bantu aktivitas, serta kesulitan pergerakan tubuh ssebelum
sakit dan saat sakit.
8. Rekreasi : Perasaan saat sekolah, waktu luang, perasaan setelah rekreasi, waktu
senggang keluarga dan kegiatan hari libur sebelum sakit dan saat sakit.
12. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Kesadaran, postur tubuh
2. Tanda – tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
3. Ukuran anthropometric : Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala
4. Kepala : Kebersihan, warna rambut, benjolan dan tekstur rambut
5. Muka : Bentuk muka, ekspresi wajah dan kelainan
6. Mata : Penglihatan, konjungtiva, sclera, kelainan mata
7. Hidung : Kebersihan, kelainan
8. Telinga : Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
9. Mulut : Gigi, gusi, lidah dan bibir
10. Tenggorokan : Warna mukosa, nyeri tekan dan nyeri menelan
11. Leher : Inspeksi dan palpasi kelenjar thyroid
12. Thorax dan pernapasan : Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
(dada)
13. Jantung : Palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung)
14. Abdomen : Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
15. Punggung : Ada/tidak kelainan
16. Genetalia dan anus : Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan
17. Ekstremitas : Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
18. Kulit : Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan
19. Status neurologi : Saraf-saraf kranial dan tanda perangsangan selaput
otak
13. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 tahun)
Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST (Denver Development Screening
Test) untuk umur 0 – 6 tahun perkembangan anak diatur dalam 4 kelompok besar
yang disebut sektor perkembangan yang meliputi:
a. Motorik kasar : Kemampuan anak untuk menggunakan dan melibatkan
sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.
b. Motorik halus : Kemampuan anak untuk menggunakan bagian tubuh tertentu
dan dilakukan oleh otot halus sehingga tidak perlu tenaga, namun perlu
koordinasi yang lebih kompleks.
c. Kognitif dan bahasa : Kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan, dan
pendapat melalui pengucapan kata-kata, kemampuan mengerti dan memahami
perkataan orang lain serta berfikir.
d. Kemandirian dan bergaul : Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan
orang lain.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (proses penyakit ascariasis) d.d tampak
meringis,gelisah,frekuensi nadi meningkat,sulit tidur kesakitan, pasien tampak gelisah,
frekuensi nadi meningkat, nafsu makan berubah ( D.0077)
2. Defisit nutrisi b/d anoreksia ,mual, muntah d/d Berat badan menurun minimal 10 % dibawah
rentang ideal, Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun,
Bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat,
sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare.
3. Risiko ketidakseimbangan cairan b/d dehidrasi d/d sering haus, turgor kulit > 2 detik
(D.0037)
4. Hipertermi b.d infeksi meningkat d.d suhu tubuh diatas normal, takikardi, dan kulit terasa
hangat (D.0130)
B. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis setelah dilakukan tindakan Observasi
(proses penyakit ascariasis) keperawatan 3x24 jam 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

d.d tampak diharapkan tingkat nyeri kualitas, intensitas nyeri

meringis,gelisah,frekuensi menurun dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri

nadi meningkat,sulit tidur hasil : 3. Identifikasi respon nyerinon verbal

kesakitan, pasien tampak 1. Keluhan nyeri menurun Terapeutik

gelisah, frekuensi nadi 2. Meringis menurun 4. Berikan teknik nonfarmakologis

meningkat, nafsu makan 3. Sikap protektif menurun untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

berubah ( D.0077) 4. Gelisah menurun TENS, hypnosis, akupresur, terapi


5. Kesulitan tidur menurun musik, biofeedback, terapipijat,aroma
6. Frekuensi nadi membaik terapi,teknik imajinasi terbimbing,
7 .Pola nafas membaik kompres hangat/dingin, terapi
8. Tekanan darah membaik bermain)
9. Nafsu makan membaik 5. Control lingkungan yang
10. Pola tidur membaik memperberat rasa nyeri
(mis.Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
6. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
7. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasanyeri
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Defisit nutrisi b/d anoreksia Status nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I. 03119)
2. ,mual, muntah d/d Berat
Setelah dilakukan Observasi
badan menurun minimal 10
% dibawah rentang ideal, intervensi keperawatan 1. Identifikais status nutrisi
Cepat kenyang setelah
selama 3x24 jam 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
makan, kram/nyeri
abdomen, nafsu makan berdasarkan luaran makanan
menurun, Bising usus
didapatkan, status nutrisi 3. Identifikasi makanan yang disukai
hiperaktif, otot pengunyah
lemah, otot menelan lemah, membaik: 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
membran mukosa pucat
1.Porsi makan yang nutrisi
serum albumin turun,
rambut rontok berlebihan, dihabiskan meningkat 5. Monitor asupan makanan
diare.
Terapeutik
(D.0019) 2.Kekuatan otot
6. Lakukan oral hygiene sebelum makan
mengunyah meningkat
7. Sajikan makanan secara menarik dan
3. Perasaan cepat kenyang suhu yang sesuai
menurun 8. Berikan makanan tinggi serat untuk

4. Nyeri abdomen menurun mencegah konstipasi


9. Berikan makanan tinggi kalori dan
5. Diare menurun
tinggi protein
6. Frekuensi makan Edukasi
membaik 10.ajurkan posisi duduk
Kolaborasi
7. Nafsu makan membaik
11.kolaborasi dengan ahli gizi untuk
8. Bising usus membaik
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan

3. Risiko ketidakseimbangan Keseimbangan cairan Manajemen cairan


cairan berkaitan (L.05020) Observasi
dengandehidrasi di tandai Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor status hidrasi
dengan merasa haus. keperawatan 3x24 jam (mis : frekuensi nadi, kekuatan nadi,
(D.0036) maka Keseimbangan cairan akral)
meningkat. 2.Monitor hasil pemeriksaan
Dengan kriteria hasil : laboratorium
1. Asupan cairan (mis : hematocrit, Na, K, Cl dll)
meningkat Terapeutik
2. Keluaran urine 3. Catat intake – output
meningkat 4.Berikan asupan cairan sesuai
3. Kelembaban Membrane kebutuhan.
mukosa meningkat 5 Berikan cairan intravena.
4. Tekanan darah membaik
5. Membrane mukosa
membaik

4. Hipertermi b.d infeksi Manajemen hipertermia


meningkat d.d suhu tubuh Observasi
Termoregulasi (L.14134)
diatas normal, takikardi, 1. Identifikasi penyebab hipertemia
Setelah dilakukan tindakan
dan kulit terasa hangat 2. Monitor suhu tubuh
keperawatan 3x24 jam
(D.0130) Terapeutik
maka
3. Sediakan lingkungan yang dingin
Termoregulasi membaik.
4. Longgarkan pakaian
Dengan kriteria hasil :
5. Berikan cairan oral
1. Menggigil menurun
6. Lakukan pendinginan eksternal
2. Kejang menurun
(kompres dingin pada lipatan, dan dahi)
3. Pucat menurun
Edukasi
4. Takipnea menurun
7.Anjurkan tirah baring
5. Suhu tubuh membaik
Kolaborasi
6. Tekanan darah membaik
8.Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena.

b. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi yang telah ditentukan,pada tahap ini
perawat siap untuk melakukan intervensi yang telah dicatat dalam rencana keperawatan
klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi priorotas perawatan klien, kemudian bila perawatan
telah dilaksanakan,memantau dan mencatat respon klien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini pada penyedia perawatan kesehatan lainya. Kemudian,
dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam
tahap proses keperawatan berikutnya.

b. EVALUASI

Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan
danrespon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan, kemudian mengganti
rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien kearah pencapaian.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J., 2018, Diagnosa Keperawatan, (terjemahan) Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., Parasitologi Kedokteran (terjemahan),
EGC, Jakarta.
Garcia, L.S., Bruchner, D.A., 2006, Diagnostik Parasitologi Kedokteran (terjemahan),
EGC, Jakarta
Jawetz, E., Melnick, J., Adelberg, E., 2006, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC,
Jakarta
Ngastiyah, 2017, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Noer, S., 2016, buku ajar ilmu penyakit dalam, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Price, S.A., Wilson, L.M., 2015, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
(terjemahan), Edisi 4, EGC, Jakarta.
Soetjiningsih, 2009, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 2005, Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta.
Wong, D.L., Eaton, M.H., 2011, Pediatric Nursing, Edisi 6, Mosby, USA
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor :
113/D/O/2009
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-
322738 Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yaoo.co.id

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN ASCARIASIS

Ruangan : Durian 1
No. Reg : 0214862

Pengkajian diambil tanggal : 14 Desember 2021 Jam : 10.00 WIB

I.Identitas Klien
Nama / Jenis kelamin : An. A
Alamat : Trenggalek, Karangan
Umur anak : 3 tahun
Nama ayah : Tn. L
Pendidikan ayah : SLTA
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Diagnosa medis : Ascariasis
Tanggal masuk RS : 14-12-2021
II. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat penyakit
1.1. Keluhan utama : ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh nyeri
perut bagian kanan bawah

1.2. Lama keluhan : 1 minggu


1.3. Akibat timbulnya keluhan : susah makan, lemes, rewel, anak murung
1.4. Faktor yang memperberat : ketika nyeri abdomen kambuh dan muntah
2. Riwayat penyakit sekarang :
Alasan masuk rumah sakit karena ibu px mengatakan px mengeluh nyeri pada perut
kanan bawah sejak seminggu yang lalu, disertai demam, saat malam hari sering susah
tidur, nyeri sering muncul saat aktifitas dan bermain sama teman-temanya hingga
nyeri berlebihan dan hilang saat istirahat. BAB 2x/hari warna kuning kehijauan
bercampur lendir, dan disertai dengan muntah 2x/hari, Px tampak lemas, dan lemah,
px tampak memegangi perut dan meringis, kulit memerah dan hangat. Hasil
pemeriksaan didapatkan S: 38,80C, N : 126x/mnt, RR : 38x/mnt, skala nyeri diperoleh
nilai 6, nyeri seperti tertusuk jarum, durasi kurang lebih 5 menit.
3. Riwayat keperawatan dahulu : tidak mempunyai penyakit keturunan
3.1. Pre natal : selama kehamilan sudah periksa 4 kali, tidak ada masalah kandungan
3.2. Natal : pasien lahir secara SC di rumah sakit dan tidak ada kelainan
3.3. Post natal : ibu memberikan inisiasi menyusui dini (IMD)
3.4. Luka / operasi : tidak ada
3.5. Allergi : tidak ada
3.6. Pola kebiasaan : bermain dengan teman sebaya
3.7. Tumbuh kembang :
- Tengkurap usia : 7 bulan
- Duduk usia : 12 bulan
- Berdiri usia : 15 bulan
- Mengoceh usia : 13 bulan
- Bicara usia : 26 bulan
3.8. Riwayat Imunisasi :
BCG : usia 2 bulan HB : usia 0 bulan
DPT : usai 3 bulan Meningitis : belum pernah
Polio : usia 3 bulan Lain – lain : tidak ada
Campak : usia 9 bulan
4. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada penyakit keturunan
5. Riwayat Psikososial : tidak ada kelainan psikososial
6. Riwayat seksual : tidak pernah mengalami kekerasan seksual
7. Riwayat keluarga :
7.1. Komposisi keluarga terhadap :
Keluarga Inti : Lengkap, yang terdiri dari ayah ibu dan adik
7.2. Lingkungan rumah dan Komunitas : terdapat toleransi diantara sesama keluarga
8. Kultur dan kepercayaan : penganut agama islam
9. Fungsi dan hubungan keluarga : terjalin baik dan sesuai peran ayah kepala keluarga dan
pencari nafkah, ibu dirumah merawat anak
10. Pola perilaku yang mempengaruhi kesehatan: tidak membedakan antara makanan orang
dewasa dengan anak-anak
11. Persepsi keluarga terhadap anak : anak adalah titipan yang harus di jaga dan dibesarkan
dengan baik

3. Pemeriksaan fisik
Anak dan neonatus
1. Keadaan umum : K/U lemah, lemas pucat GCS 4-5-4
Kesadaran : Compos mentis
BB : 30 Kg
TB : 125 cm
LL : 16,0 cm
2. Tanda – tanda vital :
- Tensi :- Nadi : 126x/mnt Suhu : 38,30C
- Pernafasan: 38 x/mnt
3. Kepala dan wajah
- Rambut kepala : berwarna hitam penyebaran rata
- Bentuk kepala : simetris
- Ukuran – ukuran kepala
- UUB : menutup
- UUK : menutup
4. Mata :
Sklera : putih, tidak ikterik
Konjungtiva : anemis
5. Telinga : normoltia, bersih
6. Hidung : tidak ada kelainan, bersih
7. Mulut : mukosa bibir lembab, lidah pucat, tdk ada stomatitis,
8. Tenggorokan : tidak ada kelainan
9. Leher : tidak ada bendungan vena jugularis
10. Dada : normal chest
11. Paru – paru : tidak terdapat suara nafas tambahan
12. Jantung : BJ1 : LUP BJ2: DUP tidak ada mur mur
13. Abdoment : ada nyeri tekan di bagian kanan bawah
14. Ginjal : tidak ada nyeri tekan
15. Genetalia : tidak ada kelainan
16. Axstremits : tidak ada kelainan, kekuatan otot 4 4 4
17. Rektum : terdapat lubang anus
18. Neurologi : tidak ada permasalahan pada saraf
19. Endokrin : tidak mengalami hipoglikemia maupun hiperglikemia

4. Pola Kesehatan Fungsional


1. Nutrisi / Makan / Minum : tidak nafsu makan, makan minum melalui oral, namun
porsi sedikit
2. Eliminasi : BAK sering BAB 4 hari sekali
3. Istirahat dan tidur : saat dirumah tidur jam 8 malam
4. Aktivitas dan latihan : bermain dengan teman sebaya
V. Pemeriksaan Penunjang :
( Hasil Laboratorium dan Hasil Pemeriksaan Lain )
Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan
pemeriksaan
Pemeriksaan darah lengkap
Hemoglobin 11.2 11.0-16.5 gr/dl
Eritrosit 5.8 4,2 – 11,0 106 /ul
Trombosit 160.000 150.000-400.000 mcL
Leukosit 10.9 5.0-10.0 103 /ul
Eosinofil 5 0-4 %

VI. Persepsi Keluarga Terhadap Penyakit Anaknya :


Keluarga percaya penyakit anaknya bisa disembuhkan, dan anaknya dapat segera pulih dan
dapat beraktifitas secara normal seperti sedia kala.

VII. Penatalaksanaan Dan Terapi :


- Inf RL 1500ml/24 jam = Membantu memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh
- Inf NaCl 1500ml/24 jam = Membantu memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh
- Inj Ciprofloxacin 20 mg 2x1 = obat antibiotic untuk mengatasi infeksi bakteri
- Inf sanmol 15mg/6 jam 2x1 = membantu menurunkan demam
- Inj Dexametason 0.2 mg 3x1 = untuk mengobati inflamasi
- Inj Ranitidin 20 mg 3x1 sehari = untuk mengurangi rasa mual muntah
- Inj santagesik 0.2 mg 3x1 = membantu mengurangi rasa nyeri
- PO Paracetamol 30 mg ¼ tablet 2x1 sehari = untuk menurunkan suhu tubuh
- Vermox mebendazole 500 mg

VIII. Pengkajian Tumbuh Kembang :


* Sebelum sakit : anak ceria,aktif,bermain dilingkungan rumah dengan teman sebaya,
mampu bercerita dengan baik dan tidak rewel asupan makan dan
minum baik, slalu mencari tahu tentang hal baru.
* Selama sakit : anak menjadi sosok pemurung , sering diam, rewel, sering meringis jika
dilakukan pemeriksaan, aktiftas hanya sebatas bermain gadget.

Mahasiswa

(Wakhidatun Nur Riani)


NIM: A3R2105
ANALISA DATA

Nama pasien : An. A


Umur : 3 thn
No. Register : 0214862

NO KELOMPOK DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN


1 Tanda mayor : Infeksi kuman dari
HIPERTERMIA
DS: bakteri
(D. 0130)
- Ibu pasien mengatakan ↓
anaknya demam sejak Secara ascenden ke
seminggu lalu trachea, faring, epiglotis,
DO : k/u tampak lemas, esofagus, peningkatan
lemah kapiler dan sensasi gatal
- S : 38,80C ↓
Tanda Minor : Dalam usus cacing
DS : - ascaris menjadi dewasa
DO : ↓
- Kulit tampak merah Mengeluarkan anti enzim
- Kulit terasa hangat sebagai proteksi dan
- TTV : mengamnil nutrisi
S: 38,30C ↓
N: 126 x/mnt Peradangan pada jaringan
RR: 38x/mnt ↓
Migrasi ke colon
menimbulkan iriatif

Diare

Dehidrasi

Peningkatan suhu tubuh

HIPERTERMIA
(D.0130)
2 Tanda Mayor : Infeksi kuman dari NYERI AKUT
(D.0077)
DS : bakteri
- Ibu pasien mengatakan ↓
anaknya sering mengeluh Secara ascenden ke
nyeri pada perut bagian trachea, faring, epiglotis,
kanan bawah esofagus, peningkatan
DO : kapiler dan sensasi gatal
- K/u nampak lemas, ↓
lemah Migrasi ke lambung
- Nampak memegangi ↓
perut dan meringis Mual, muntah, nyeri
- Saat malam hari sering epigastrik, kolik
susah tidur ↓
- N : 126x/mnt NYERI AKUT
(D.0077)
- P : aktifitas yang
berlebihan
- Q : tertusuk oleh jarum
- R : perut kanan bawah
- S:6
- T : kurang lebih 5 mnt,
hilang saat istirahat
Tanda Minor :
DS : -
DO :
- N: 126 x/mnt
- RR: 38x/mnt
3 Mayor Migrasi ke lambung
DS: -

DO: DEFISIT NUTISI
-BB sebelum sakit 30 kg Mual, muntah dan nyeri (D.0019)
-BB sesudah sakit 20 kg
epigastrik, kolik
Minor ↓
DS:
Anoreksia
-Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak mau makan, ↓
mual dan muntah 4x sehari
Hipoglikemia
DO:
- K/u lemah, kesadaran ↓
pasien composmetis, GCS 4-
Anoreksia
5-6
- Bising usus 26x/menit ↓
- Mukosa tampak pucat Defisit Nutrisi
– BAB 4x sehari (D.0019)
Hemoglobin 12,0 g/dL
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : An. A


Umur : 3 thn
No. Register : 0214862

TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL
Hipertermi b.d infeksi bakteri meningkat d.d suhu tubuh diatas
1 14 Desember 2021
normal, takikardi, dan kulit terasa hangat (D. 0130)
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (proses penyakit ascariasis)
d.d tampak meringis,gelisah,frekuensi nadi meningkat,sulit tidur
2 14 Desember 2012 (D.0077)

Defisit nutrisi b.d anoreksia ,mual, muntah d.d Berat badan menurun
minimal 10 % dibawah rentang ideal, Cepat kenyang setelah makan,
3 14 Desember 2012 kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, Bising usus hiperaktif,
otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat
serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare. (D.0019)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : An. A
Umur : 3 thn
No. Register : 0214862
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1 Hipertermi b.d infeksi Termoregulasi Manajemen Hipertermi
meningkat d.d suhu tubuh (L.14134) (I.15506)
Setelah dilakukan Observasi
diatas normal, takikardi,
tindakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda vital
dan kulit terasa hangat selama 3x24 jam 2. Monitor komplikasi akibat
(D. 0130) diharapkan termoregulasi demam
pasien membaik dengan Terapeutik
kriteria hasil : 3. Menutupi badan dengan
- Suhu tubuh membaik selimut (saat dingin/memakai
- Suhu kulit membaik pakaian tipis saat panas)
- Kulit memerah 4. Lakukan pengompresan
menurun 5. Berikan oksigen, jika perlu
- Takikardi menurun Edukasi
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan perbanyak asupan
oral
Kolaborasi
8. Kolaborasi dalam pemberian
antipiretik
9. Kolaborasi cairan dan
elektrolit intavena, jika perlu
2 Nyeri Akut b.d agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis (L.08066) Observasi
(proses penyakit setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
ascariasis) d.d tampak tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
meringis, gelisah, 3x24 jam diharapkan frekuensi, kualitas, intensitas
frekuensi nadi meningkat, tingkat nyeri menurun nyeri
sulit tidur (D.0077) dengan kriteria hasil sbb : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon
2. Meringismenurun nyerinon verbal
3.Frekuensi nadi membaik Terapeutik
4. Pola tidur membaik 4.Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasanyeri (mis.
Teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin)
5. Control lingkungan
yang memperberatrasa nyeri
(mis.Suhu ruangan)
Edukasi
6. Anjurkan menggunakanan
algetik secara tepat
7. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasanyeri
Kolaborasi
8. kolaborasi dalam
pemberian analgesik
3 Defisit nutrisi b/d anoreksia Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
,mual, muntah d/d BB Tujuan : Observasi
sebelum sakit 30 kg, BB 1. Identifikasikan status nutrisi
Setelah dilakukan
sesudah sakit 20 kg, tidak 2. Identifikasi makanan yang
intervensi keperawatan
nafsu makan, Bising usus disukai
selama 3x 24 jam maka
26x/menit, Mukosa tampak 3. Identifikasi kebutuhan kalori
status nutrisi membaik
pucat, BAB 5x sehari dan jenis nutrien
1. Porsi makanan yang
(D.0019) 4. Monitor asupan makanan
dihabiskan meningkat
5. Monitor berat badan
2. Kekuatan otot
pengunyah meningkat
Terapeutik
3. Kekuatan otot menelan
6. Lakukan oral hygiene sebelum
meningkat
makan
4. Perasaan cepat
7. Berikan makanan tinggi serat
kenyang menurun
untuk mencegah konstipasi
5. Berat badan membaik
8. Berikan makanan tinggikalori
6. Frekuensi makan
dan tinggi protein
membaik
9. Berikan suplemen makanan
7. Nafsu makan membaik
8. Membran mukosa
Edukasi
membaik
10. Anjurkan posisi duduk
11. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An.A Umur : 3 tahun No.Register : 0214862 Kasus : ASCARIASIS


TANGGAL/ TANDA TANGGAL/ TANDA
NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN JAM TANGAN
1 (D.0130) 14-12-2021 1. memonitor tanda-tanda vital 14-12-2021 S:
07.00 07.00
H: - Ibu pasien mengatakan anaknya demam
S: 38,80C sejak seminggu lalu
N: 126 x/mnt O : k/u tampak lemas, lemah
RR : 38x/mnt - S : 38,80C
2. Memonitor komplikasi akibat demam - Kulit tampak merah
08.30 08.30
H: Pasien lemah, lemas - Kulit terasa hangat
3. Menututupi badan dengan selimut - TTV :
(saat dingin/memakai pakaian tipis saat N: 126 x/mnt
panas). RR: 38x/mnt
09.45 09.45
4. Melakukan pengompresan A : Masalah keperawatan hipertermi belum
H : ibu pasien mengompres dengan teratasi
kompres dingin di bagian ketiak, leher dan P : Intervensi dilanjutkan pada nomor
dahi 1,3,4,6,7,8,9
12.00
5. memberikan oksigen
H : pasien mampu bernafas tanpa bantuan
10.50
oksigen
6. Menganjurkan tirah baring
16.00
H :Pasien bedrest
7. Menganjurkan memperbanyak minum
8. Berkolaborasi pemberian antipiretik
H: PO paracetamol 30 Mg ¼ tablet
9. Berkolaboraasi pemberian antibiotic
H : inj Ciprofloxacin 20 Mg
2 (D.0077) 14-12-2021 1.Mengidentifikasilokasi, karakteristik, 14-12-2021 S :
15.00 durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 20.00 - Ibu pasien mengatakan anaknya sering
H : lokasi diperut sebelah kanan bawah mengeluh nyeri pada perut bagian kanan
Karakteristik seperti tertusuk jarum bawah
O:
TANGGAL/ TANDA TANGGAL/ TANDA
NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN JAM TANGAN
4 (D.0130) 15-12-2021 1. memonitor tanda-tanda vital 15-12-2021 S:
15.00 20.00
H: - Ibu pasien mengatakan demam pada anak
S: 37,60C berkurang
N: 120 x/mnt O : k/u nampak mulai membaik
RR : 30x/mnt 21.00 - S : 37,6 0C
2. Menututupi badan dengan selimut (saat - Kulit nampak merah berkurang
15.30
dingin/memakai pakaian tipis saat panas). - Kulit terasa hangat berkurang
3. Melakukan pengompresan - TTV :
22.00
H : ibu pasien mengompres dengan N: 120 x/mnt
kompres dingin di bagian ketiak, leher RR: 30x/mnt
15.45
dan dahi 22.30 A : Masalah keperawatan hipertermi teratasai
4. Menganjurkan tirah baring P : Intervensi dihentikan, pasien pulang
H :Pasien bedrest
5. Menganjurkan memperbanyak minum
15.50
6. Berkolaborasi pemberian antipiretik
H: PO paracetamol 30 Mg ¼ tablet
16.00
7. Berkolaboraasi pemberian antibiotic
H : inj Ciprofloxacin 20 Mg
H: Vermox mebendazole 500 mg
5 (D.0077) 15-12-2021 1.Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, 15-12-2021 S :
15.00 durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 20.00 - Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
H : lokasi diperut sebelah kanan bawah jarang mengeluh nyeri pada perut bagian
Karakteristik seperti kram kanan bawah
O:
Durasi kurang lebih 2 menit, hilang
- K/u nampak mulai membaik
saat istirahat
21.00 - Nampak memegangi perut dan meringis
2. Mengidentifikasi skala nyeri
15.30 berkurang
H:3
- Saat malam hari mudah tidur
3. Mengidentifikasi respon nyeri non
- N : 120x/mnt
verbal
- P : aktifitas yang berlebihan
H : nampak meringis dan - Q : seperti kram
22.00
memegangi perut berkurang - R : perut kanan bawah
15.45
4. memberikan teknik nonfarmakologis - S:3
untuk mengurangi rasanyeri - T : kurang lebih 2 mnt, hilang saat
H : kompres hangat istirahat
5. mengontrol lingkungan yang - RR: 30x/mnt
22.30
memperberat rasa nyeri A : masalah keperawatan nyeri akut teratasi
H : Suhu ruangan lebih hangat P : intervensi dihentikan, pasien pulang
6. Menganjurkan menggunakan analgetik
15.50 secara tepat
7. Mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasanyeri
16.00 H : teknik imajinasi terbimbing
8. berkolaborasi dalam pemberian
analgesik
H : Inj santagesik 0.2 mg
6. D.0019 15/12/2021 1. Mengidentifikasikan status nutrisi 15/12/2021 S:
2. Memonitor asupan makanan - Ibu pasien mengatakan anaknya mau
14.30 H/ Susu formula 14.30 makan, tidak mual dan muntah, minum
15.00 3. Memberikan makanan tinggi kalori dan 15.00 susu 5 botol sehari
tinggi protein O:
H/bubur tim dan ayam - K/u cukup, kesadaran pasien
15.30 4. Memberikan suplemen makanan 15.30 composmetis, GCS 4-5-6
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk - Bising usus 14x/menit
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien - Mukosa pucat menurun
yang dibutuhkan - Bercak-bercak putih pada mulut menurun
16.00 16.00 - BAB 1x sehari
- Hemoglobin 14,5 g/dL

A : Masalah keperawatan defisit nutrisi teratasi

P: Intervensi ddihentikan, pasien pulang

Anda mungkin juga menyukai