Disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang dibimbing oleh :
Disusunoleh kelompok 1 :
2018/2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang.........................................................................................3
1.2 Tujuan.....................................................................................................3
1.3 Manfaat...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi.....................................................................................................4
2.2 Etiologi.....................................................................................................4
2.3 Patofisiologi.............................................................................................5
2.4 Manifestasi...............................................................................................6
2.6 Penatalaksanaan.......................................................................................8
2.7 Komplikasi...............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kelenjar adrenal terdiri dari medula dan korteks. Korteks terdiri atas zona glomerulosa,
fasikulata, dan retikularis. Zona glomerulosa mensekresikan aldosteron dan dikendalikan oleh
mekanisme renin-angiotensin dan tidak bergantung pada hipofisis. Zona fasikulata dan
retikularis mensekresikan kortisol dan hormon androgenik dan dikendalikan oleh hipofisis
melalui ACTH. Sekresi ACTH oleh hipofisis dikendalikan oleh (1) faktor pelepas kortikotropin
hipotalamus, dan (2) efek umpan balik kortisol. Ketika terjadi suatu gangguan pada pembentukan
hormon-hormon tersebut baik berlebih maupun kekurangan, akan mempengaruhi tubuh dan
menimbulkan keabnormalan. Sindrom cushing adalah terjadi akibat kortisol berlebih.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum : Membuat asuhan keperawatan adrenal hipofungsi
Tujuan Khusus
Mengetahui Pengertian Penyakit Adrenal Hipofungsi.
Mengetahui gejala - gejala yang muncul pada adrenal hipofungsi
Mengetahui penanganan adrenal hipofungsi.
1.3 Manfaat
Mengetahui pengertian Adrenal Hipofungsi.
Mengetahui gejala- gejala yang muncul pada adrenal hipofungsi
Mengetahui penanganan adrenal hipofungsi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Hipofungsi adrenal adalah Hipofunggsi kelenjar korteks adrenal dapat terjadi karena
kelainan atau kerusakan pada kelenjar adrenal itu sendiri atau dapat berasal dari hipofungsi
kelenjar pituitari hipotalamik (sekonder adrenal insufisiensi).
Penyakit addison merupakan kelainan insufisensi primer klenjar adrenal yang disebabkan
idiopatik atau kerusakakn kelenjar adrenal karena proses autoimun atau penyakit lain.
2.2 ETIOLOGI
Hipofungsi korteks adrenal primer dapat disebabkan oleh beberapa sebab:
1. Proses autoimun
Penyakit Addison karena proses autoimun didapatkan pada 75% dari penderita.
Secara histologik tidak didapatkan 3 lapis-an korteks adrenal, tampak bercak-bercak
fibrosis dan infiltrasi limfosit korteks adrena 1, 9. Pada serum penderita didapatkan
antibodi adrenal yang dapat diperiksa dengan cara Coons test, ANA test, serta terdapat
peningkatan imunoglobulin G 10,11.
2. Tuberkulosis
Kerusakan kelenjar adrenal akibat tuberkulosis didapatkan pada 21% dari
penderita 9. Tampak daerah nekrosis yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan
serbukan sel-sel limfosit, kadang-kadang dapat dijumpai tuberkel serta kalsifikasi l,3,7
Seringkali didapatkan proses tuberkulosis yang aktif pada organ-organ lain, misalnya
tuberkulosis paru, tuberkulosis genito-urinari, tuberkulosis vertebrata (Pott s disease),
hati, limpa serta kelenjar limpa 3.
3. Infeksi lain
Penyebab kerusakan kelenjar adrenal karena infeksi yang lebih jarang ialah karena :
histoplasmosis, koksidioidomikosis, serta septikemi karena kuman stafilokok atau
meningokok yang sering menyebabkan perdarahan dan nekrosis 1 ,2 ,9.
6. Perdarahan
Perdarahan korteks adrenal dapat terjadi pada penderita yang mendapat pengobatan
dengan antikoagulan, pasca operasi tumor adrenal 9, 12.
7. Lain-lain
Akibat pengobatan radiasi, adrenalektomi bilateral dan kelainan kongenital.
5
2.3 . PATOFIOLOGI
Primer Sekunder
Autoimun, infeksi Tumor/infeksi di area,
kronis, sel kanker yang Radiasi/perawatan tumor,
menyebar ke kelenjar operasi bagian
adrena, pengangkatan pengangkatan hipotalamus,
Penyakit addison
Hipofungsi adrenokortikal
Glukokortikoid
Mineralkortikoid (aldosteron)
(kortisol)
Gangguan metabolik
Cairan dan elektrolit
(penyerapan Na &
pengeluaran K) Sekresi glukoneogenesis
Ekskresi sodium
Hipoglikemia Kelemahan
6
2.4 MANIFESTASI KLINIK
Menifestasi klinis yang dapat terjadi diantaranya penurunan berat badan, meningkatnya
kelemahan, muntah,diare, anoreksia,nyeri sendi, postural hipotensi atau pusing postural
mungkin dapat terjadi. Adanya peningkatan fikmentasi dapat terjadi sebagai akibat
meningkatnya hormon ACTH.
1. Sistim Kardiovaskuler
a. Hipotensi
Hipotensi merupakan gejala dini dari penyakit Addison, dimana tekanan darah
sistolik biasanya antara 80—100 mmHg, sedang tekanan diastolik 50—60 mmHg.
Mekanisme penyebab terjadinya hipotensi ini diduga karena menurunnya salt
hormon yang mempunyai efek langsung pada tonus arteriol serta akibat gangguan
elektrolit. Reaksi tekanan darah terhadap perubahan sikap adalah abnormal, pada
perubahan posisi dari berbaring menjadi posisi tegak maka tekanan darah akan
menurun (postural hipotensi) yang menimbulkan keluhan pusing, lemah,
penglihatan kabur, berdebar-debar. Hipotensi ini juga terdapat pada penderita
dengan atrofi korteks adrenal dengan medula yang intak, sehingga diduga bahwa
epinefrin bukan penyebab dari hipotensi ini. Tekanan darah akan kembali normal
setelah pemberian garam dan desoksikortikosteron yang meningkatkan tonus
vasomotor.
b. Jantung
Ukuran jantung penderita Addison biasanya mengecil pada pemeriksaan
radiologi, hal ini mungkin karena penurunan volume darah sekunder akibat
kehilangan air. Bertambah besarnya ukuran jantung merupakan petunjuk
berhasilnya pengobatan. Perubahan elektrokardiografi biasanya tampak tapi tak
mempunyai nilai diagnostik, seringkali didapatkan voltase yang rendah, PR dan QT
interval memanjang, oleh karena kelainan degeneratif organik pada otot jantung
serta akibat gangguan elektrolit.
2. Gejala lain adalah kelemahan kontraksi otot jantung, nadi kecil dan sinkop.Akibat
hiperkalemia dapat terjadi aritmia yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
3. Kelemahan Badan
Kelemahan badan ini disebabkan karena gangguan keseimbangan air dan
elektrolit serta gangguan metabolisme karbohidrat dan protein sehingga didapat
kelemahan sampai paralisis otot bergaris. Di samping itu, akibat metabolisme protein,
terutama pada sel-sel otot menyebabkan otot-otot bergaris atropi, bicaranya lemah.
Gejala kelemahan otot ini berkurang setelah pemberian cairan, garam serta
kortikosteroid.
7
4. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan biasanya berkisar antara 10—15 kg dalam waktu 6—12
bulan 3 . Penurunan berat badan ini karena adanya anoreksia, gangguan gastrointestinal
lain, dehidrasi, serta katabolisme protein yang meningkat pada jaringan ekstrahepatik,
terutama jaringan otot. Dengan pengobatan yang adekuat akan didapatkan kenaikan
berat badan.
5. Kelainan gastrointestinal
Kelainan gastrointestinal didapatkan pada 80% dari kasus Addison. Anoreksia
biasanya merupakan gejala yang mula – mula tampak, disertai perasaan mual dan
muntah, nyeri epigastrium, disfagia, konstipasi, kadang-kadang dapat timbul diare.
Cairan lambung biasanya menunjukkan hipoklorhidria sampai aklorhidria. Ini karena
rendahnya konsentrasi klorida dan natrium dalam darah dan jaringan, sehingga
produksi asam klorida lambung menurun. Hipoklorhidria biasanya kernbali normal bila
keseirnbangan elektrolit sudah diperbaiki.
8. Darah Tepi
Sel-sel darah merah dan hemoglobin sedikit menurun dengan hemokonsentrasi.
Jumlah sel darah putih sedikit menurun dengan relatif limfositosis, eosinofil sedikit
meningkat Perubahan gambaran darah tepi di atas karena menurunnya hidrokortison.
Gambaran hematologi ini tak mempunyai arti yang khas untuk diagnostik.
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Medik
Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis
12,5 sampai 50 mg/hari : pengganti hormon glukokortikoid & mineralokortikoid
Hidrokortison (solu- cortef) disuntikan secara IV : golongan kortikosteroid
Prednison (7.5 mg/hari)dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
Pemberian infuse dekstrosa 5%dalam larutan saline : meningkatkan kadar glukosa
darah
Fludrokortison: 0,05-0,1 mgper oral dipagi hari : pengganti mineralokortikoid untuk
ekskresi hormon
2. Keperawatan
9
Pengukuran TTV
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 85 x/menit
RR: 20 x/menit
Suhu: 36,5-37.0c
Memberikan rasa nyaman dengan mengatur atau menyediakan waktu istirahat pasien
Menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai
ditinggikan.
Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam
Follow up: mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang normal
disertai regresi gambaran klinis.
Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan
adanya krisis Addison.
10
Demam
Pusing dan postural drainase
Penurunan berat badan
3. Pemeriksaan fisik
Peningkatan pigmentasi pada kulit
Pengecilan ukurann jantung, nadi lemah
Penurunan berat badan
Pertumbuhan rambut ketiak jarang
Berat badan menurun
Dehidrasi
Sianosis dapat terjadi pada krisis adrenal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder diuresis.
2. Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya enzim
gastrointestinal,menurunnya selera makan,mual,muntah.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan sekunder penurunan
kardiak output.
C. INTERVENSI
Krietria hasil:
11
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit baik,tidak ada rasa haus
Intake dan output cairan seimbang
Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi keperawatan
12
Rasional : kompleks QRS melebar ,peningkatan PR interval
7. Monitor dan catat intake dan output cairan
Rasional : mengetahui keseimbangan cairan pasien
8. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : kehilagan cairan menimbulkan penurunan berat badan yang cepat
9. Berikan pasien minum dalam batas toleransi
Rasional : mengganti cairan yang hilang
10. Laksanakan program pengobatan : mineralokortikoid seperti flurocortison astat
Rasional : meningkatkan kadar aldosteron
13
Intervensi keperawatan
Kriteria hasil:
Intervensi keperawatan
14
Rasional : aktivitas membutuhkan energi dan oksigen,sehingga kerja jantung dan paru
meningkat
3. Lakukan aktivitas secara bertahap
Rasional: meningkatkan kemampuan aktivitas pasien
4. Anjurkan kepada pasien untuk istirahat yang cukup
Rasional: memulihkan kondisi pasien
5. Bantu pasien dalam melakukan ROM aktif atau pasif
Rasional: meningkatkan kemampuan aktivitas pasien
6. Laksanakan program pengobatan : pemberian kortokosteroid
Rasional : penuunan aktivitas disebabkan penurunan kadar kortisol
15
DAFTAR PUSTAKA
Seprianti, S. M. (2011, 07 Rabu). Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Adrenal. Dipetik 03 07, 2019, dari arsip blog:
http://sosyamonaseprianti.blogspot.com/2011/06/laporan-pendahuluan-dan-
asuhan_9837.html
Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Cv Trans
Info Media.
16