Laporan Pendahuluan Keperawatan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik
Minggu Ke-Satu Dengan Departemen Keperawatan Gawat Darurat/Kritis
Profesi Ners 2021
Dosen Fasilitator:
Purnomo, S.Kep., Ners., M.Kep
Disusun Oleh:
Wakhidatun Nur Riani
NIM : A3R21055
Telah melakukan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan tugas Profesi Ners STIKES Hutama Abdi Husada Tulungagung
A. DEFINISI
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor paru)
maupun yang berasal dari paru-paru sendiri, dimanakelainan dapatdisebabkan oleh
kumpulan perubahan genetikapadaselepitelsalurannafas,yangdapat mengakibatkan
proliferasi sel yang tidakdapatdikendalikan. Kanker paru primer yaitu tumor ganas
yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (Purba,2015).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel abnormal yang tumbuh tidak terkendali di
paru-paru. Gejala klinis kanker diantaranya batuk kronis, dada sesak, dispnea, demam,
anoreksia, penurunan BB dan kakesia pada stadium lanjut (Desen W, 2011).
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru itu sendiri (primer) maupun keganasan dari luar paru
(metastatis) (Zulkifli, 2014).
B. ETIOLOGI
Seperti umumnya kanker yang lain,penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko penyebab
terjadinya kanker paru adalah (American Cancer Society, 2013) :
a. Merokok
Rokok merupakan factor yang berperan paling penting yaitu85% dari seluruh kasus.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah
batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya
berhenti merokok.
b. Perokok pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi menghisap asap rokok dari orang lain,risiko menderita kanker paru
meningkat dua kali
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker
paru jumlahnya dua kali lebih banyak didaerah perkotaan dibandingkan dengan
daerah pedesaan.
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko
kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih
besar dari pada masyarakat umum.
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin,
2006).
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekul mermemperlihatkan
bahwamutasi pada protoonkogen dangen-gen penekan tumor memilikiarti penting
dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
g. Penyakit paru
seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko
kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat
sampai enam kali lebih besar terkenakan keparu
h. Metastase dari organ lain
Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas. Meskipun
stadium penyakitnya masih awal seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru
stadium akhir. Dibagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan bias
mematikan selimunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bias
menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah end
organ bagisel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yangsebelumnya dapat
menyebar diarea payudara, ovarium, usus, dan lain-lain.
C. KLASIFIKASI
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan
kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan
untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah
epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.
a. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari
permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat
merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel
skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar.
Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini
lebih sering pada laki-laki dari pada perempuan (Wilson, 2015).
b. Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus.
Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang
dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi
sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering
bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.
c. Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari
WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung
timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke
tempat-tempat yang jauh.
d. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan
ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan
mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit
sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan.. Gambaran lain
pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya
nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar,
2017).
e. Karsinoma sel besar
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang
besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru
perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh
(Wilson, 2015).
Tahapan Klasifikasi Stadium Kanker Paru :
Menurut Global Bioscience (2013) tahapan kanker paru adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perkembangan SCLC
1. Tahap terbatas merupakan tahapan kanker yang hanya ditemukan pada satu
bagian paru-paru saja dan pada jaringan disekitarnya.
2. Tahap ekstensif merupakan tahapan kanker yang ditemukan pada jaringan
dada diluar paru-paru ataupun ditemukan pada organ-organ tubuh yang jauh.
b. Tahap Perkembangan NSCLC
1. Tahap tersembunyi merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak
(sputum) pasien didalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat
adanya tumor di paru-paru.
2. Stadium 0 merupakan tahap ditemukan nyasel-sel kanker hanya pada
lapisan terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif
3. Stadium I merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru- paru
dan belum menyebar kekelenjar getah bening sekitarnya.
4. Stadium II merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan
kelenjar getah bening di dekatnya.
5. Stadium III merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah
disekitarnya, seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar
getah bening disisi yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
6. Stadium IV merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus
paru. Sel-sel kanker telah menyebar juga keorgan tubuh lainnya, misalnya
ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala-gejala kanker paru yaitu:
Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi pada bronkus.
2. Gejala umum.
Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
-
E. PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan
adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan
displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari
salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan
ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala
yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar
limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.(Soetedjar.2012)
F. PATHWAY
NYERI
DEFISIT NUTRISI AKUT
(D.0019) (D.0077) INTOLERANSI
AKTIFITAS (D.0056)
Karsinoma sel bronchial
alveolus
RESIKO SYOK
Membesar/metastase (D.0039)
Obstruksi bronkus
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
b. Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
c. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
d. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
e. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
f. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2
cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit
Dalam, 2013 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2012)
e. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
f. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
g. Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
h. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
i. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
j. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk
baji (potongan es).
k. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
l. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa
juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
m. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Syarat untuk pelaksanaan radio terapi dan kemoterapi:
1. Hb >10gr%
2. Leukosit > 4000/dl,
3. Trombosit>100.000/dl
I. KOMPLIKASI
1. Efusi pleura
Hal inidapat menyebabkan cairan menumpuk di ruangan yang mengelilinggi paru-
parudi rongga dada ruangan pleura.
2. Metastase pada tulang pinggang/tulang punggung
Inisering menyebar (bermetasis) kearea lain tubuh, biasanya berlawanan dengan paru-
paru, seperti tulamg otak, hati dan kelenjer adrenal. Kanker yang meluas dapat
menyebabkan rasa sakit, sakit kepala, mual atau tanda-tanda dan gejala lain
bergantungan padaorgan yang terkena.
3. Sesak nafas
Orang dengan kanker paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang
untuk menutup saluran udara yang utama.
4. Batuk darah
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahandi saluran napas,yangdapat membuat
andabatuk (Hemnoptisis).
1. PENGKAJIAN.
a. Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,2011).
1. Aktivitas/ istirahat.
a. Gejala : Kelemahan, ketidak mampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea karena aktivitas.
b. Tanda : Kelesuan ( biasanya tahap lanjut).
2. Sirkulasi.
a. Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
3. Integritas ego.
a. Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
b. Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4. Eliminasi.
a. Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
5. Makanan/ cairan.
a. Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan.
Kesulitan menelan
Haus/ peningkatan masukan cairan.
b. Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/
periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
6. Nyeri/ kenyamanan.
a. Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7. Pernafasan.
a. Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum.
Nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
b. Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/
mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
8. Keamanan.
a. Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9. Seksualitas.
a. Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar) Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
10. Penyuluhan.
a. Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2011).
Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit pasien.
Frekuensi dan irama jantung.
Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit serum, Hb dan Ht).
Pemantauan tekanan vena sentral.
Status nutrisi.
Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas di sisi yang di
operasi.
Kondisi dan karakteristik water seal drainase.
1. Aktivitas atau istirahat.
a. Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang.
2. Sirkulasi.
a. Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi.
3. Eliminasi.
a. Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB
b. Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine
Bisng usus, samara atau jelas.
4. Makanan dan cairan.
a. Gejala : Mual atau muntah
5. Neurosensori.
a. Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.
6. Nyeri dan ketidaknyamanan.
a. Gejala : Keluhan nyeri, karakteristik nyeri
Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya insisi
Atau efek – efek anastesi.
K. MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma) d.d
mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, TD
meningkat, nafsu makan berubah. (D.0077)
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hiperplasia dinding jalan nafas d.d batuk tidak
efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing, ronkhi kering, mekonium
dijalan nafas, dispnea, sulit bicara, ortopnea, gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun,
frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah. (D.0001)
3. Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan d.d BB menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, nafsu makan menurun, nyeri
abdomen, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, diare. (D.0019)
4. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (mis, nyeri saat bernafas, kelemahan
otot pernafasan) d.d mengatakan sesak nafas, penggunaan otot bantu pernafasan, fase
ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal,ortopnea, pernafasan cuping hidung, ekskursi
dada berubah. (D.0005)
5. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler d.d dispnea, PCO2
meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri menurun/ meningkat, bunyi nafas
tambahan, pusing, penglihatan kabur, sianosis, gelisah, nafas cuping hidung, pola nafas
abnormal (cepat/lambat, reguler/irreguler, dalam/dangkal), warna kulit abnormal (pucat,
kebiruan), kesadaran menurun. (D.0003)
6. Resiko syok ditandai dengan faktor resiko kekurangan volume cairan. (D.0039)
7. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, frekuensi jantung
meningkat>20%dari kondisi istirahat, dipsneasaat/setelah aktivitas, merasalemah,EKG
menunjukkan aritmia,sianosis. (D.0056)
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis (mis, (L.08066)
Observasi
inflamasi, iskemia, Setelah dilakukan
1.lokasi, karakteristik, durasi,
neoplasma) (D.0077) tindakan keperawatan
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1x24 jam diharapkan
2.Identifikasi skala nyeri
tingkat nyeri menurun
3.Identifikasi respon nyerinon verbal
Kriteria hasil sbb :
1. Keluhan nyeri
Terapeutik
menurun
4.Berikan teknik nonfarmakologis
2. Meringis menurun
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
3. Sikap protektif
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
menurun
musik, biofeedback, terapi pijat,
4. Gelisah menurun aroma terapi, teknik imajinasi
5. Kesulitan tidur terbimbing,kompres hangat/dingin,
menurun terapi bermain)
6. Frekuensi nadi 5.Control lingkungan yang
membaik memperberat rasa nyeri (mis.Suhu
7. Pola nafas membaik ruangan, pencahayaan, kebisingan)
8. Tekanan darah
membaik Edukasi
9. Nafsu makan membaik
10. Pola tidur membaik 6.Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
7.Anjurkan menggunakananalgetik
secaratepat
8.Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasanyeri
Kolaborasi
9.Kolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu
2. Bersihan jalan nafas tidak Bersihan Jalan nafas Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
efektif b.d hiperplasia (L.01001) Observasi
dinding jalan nafas (D.0001) setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas (frekuensi,
keperawatan 1x24 jam kedalaman, usaha napas)
diharapkan bersihan jalan 2. Monitor bunyi napas tambahan
nafas meningkat dengan (mis. Gurgling, mengi,
kriteria hasil sbb : weezing, ronkhi kering)
1. Batuk efektif 3. Monitor sputum (jumlah,
meningkat warna, aroma)
2. Produksi sputum Terapeutik
menurun 4. Pertahankan kepatenan jalan
3. Mengi menurun napas dengan head-tilt dan
4. Wheezing menurun chin-lift (jaw-thrust jika curiga
5. Dispnea membaik trauma cervical)
6. Ortopnea membaik 5. Posisikan semi-Fowler atau
7. Sulit bicara membaik Fowler
8. Sianosis membaik 6. Berikan minum hangat
9. Gelisah membaik 7. Lakukan fisioterapi dada, jika
10. rekuensi nafas perlu
membaik 8. Lakukan penghisapan lendir
11. Pola nafas membaik kurang dari 15 detik
9. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
3. Defisit nutrisi b.d ketidak Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutisi (I.03119)
mampuan mencerna setelah dilakukan tindakan Observasi
makanan (D.0019) keperawatan 1x 24 jam 1. Monitor asupan makanan
diharapkan status nutrisi
2. Monitor berat badan
membaik dengan kriteria
hasil sbb : Terapeutik
1. porsi makanan yang 3. Lakukan oral hygien esebelum
dihabiskan makan, jikaperlu
2. nyeri abdomen
4. Sajikan makanan secaramenarik dan
menurun
suhu yang sesuai
3. sariawan menurun
4. berat badan membaik 5. Berikan makan tinggi serat untuk
Edukasi
8. Anjurkan posisi duduk,
jikamampu
9. Ajarkan dietyangdiprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelummakan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
11. Kolaborasi dengan ahligizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrientyangdibutuhkan, jika
perlu
4. Pola nafas tidak efektif b.d Pola Nafas (L.01004) Pemantauan Respirasi (I.01014)
hambatan upaya nafas (mis, setelah dilakukan tindakan Observasi
nyeri saat bernafas, keperawatan 1x24 jam 1. Monitor frekuensi, irama,
kelemahan otot pernafasan) diharapkan pola nafas kedalaman, dan upaya napas
(D.0005) membaik dengan kriteria 2. Monitor pola napas (seperti
hasil sbb : bradipnea, takipnea,
1. Dispnea menurun hiperventilasi, Kussmaul,
2. Penggunaan otot Cheyne-Stokes, Biot, ataksik 0
bantu napas menurun 3. Monitor adanya sumbatan jalan
3. Pemanjangan fase napas
ekspirasi menurun 4. Palpasi kesimetrisan ekspansi
4. Frekuensi napas paru
membaik 5. Auskultasi bunyi napas
5. Kedalaman napas 6. Monitor saturasi oksigen
membaik Pernapasan 7. Monitor nilai AGD
cuping hidung
menurun Terapeutik
8. Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
9. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
10. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
11. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
6. Resiko syok ditandai dengan Tingkat Syok (L.03032) Pencegahan Syok (I.02068)
faktor resiko kekurangan setelah dilakukan tindakan Observasi
volume cairan. (D.0039) keperawatan 1x24 jam 1. Monitor status kardiopulmonal
diharapkan tingkat syok (frekuensi dan kekuatan nadi,
menurun dengan kriteria hasil frekuensi nafas, TD, MAP)
sbb :
2. Monitor status oksigenasi (oksimetri
1. Kekuatan nadi nadi, AGD)
meningkat
3. Monitor status cairan (masukan dan
2. Output urine
haluaran, turgor kulit, CRT)
meningkat
3. Tingkat kesadaran
meningkat Terapeutik
4. Saturasi oksigen 4. Berikan oksigen untuk
meningkat mempertahankan saturasi oksigen >
5. Akral dingin menurun 94%
6. Pucat menurun 5. Persiapkan intubasi mekanis jika
7. Tekanan darah sistolik perlu
dan diastolik 6. Pasang jalur IV jika perlu
membaik
7. Pasang kateter urine untuk menilai
8. Tekanan nadi
produksi urine jika perlu
membaik
9. Frekuensi nadi dan 8. Lakukan skin tes untuk mencegah
nafas membaik reaksi alergi
10. Pengisian kapiler Edukasi
membaik 10. Jelaskan tanda/gejala awal syok
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian tranfusi
darah jika perlu
14. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi jika perlu
DAFTAR PUSTAKA