DOSEN PEMBIMBING :
Dwi Retnowati, S.Kep., Ners., M.Kep
MAHASISWA :
Pungky Eka Septyani
NIM. A3R20139
A. Definisi
Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA)
merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru dari bronkhiolus terminalis
yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit, dimana pulmonary alveolus
(alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer,
mengalami peradangan dan terisi oleh cairan (shaleh, 2013).
B. Etiologi
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah
bakteri. Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat yaitu bakteri
Streptococcus pneumonia, atau Pneumococcus. Sedangkan pneumonia yang
disebabkan karena virus umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus,
Herpes Simplex Virus, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Nursalam,
2016).
a. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
1. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
a) Streptococcus pneumonia
merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bakteri patogen ini di
temukan pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-
60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU
sebanyak 33%.
2. Atipikal organisme
Mengganggu
kerja makrofag
PNEUMONIA
Peradangan/inflamasi
MK :
Konsolidasi
cairan sputum di Pola napas tidak
jalan nafas efektif
Sputum
tertelan ke
MK : lambung
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Konsolidasi
cairan sputum di
lambung
Asam lambung
meningkat
MK :
Deficit Nutrisi
D. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak
anatomi
(Nursalam, 2016) sebagai berikut:
a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi
1) Pneumonia lobaris
Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.
3) Pneumonia interstisial
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk
(baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir,
purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala
umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan
lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau
penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau
penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki(Nursalam, 2016).
F. Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis
pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi
dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta
gambaran kavitas.
b) Laboratorium
G. Penatalaksanaan
Karena penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun
akan disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, penanganan dan
pengobatan pada penderita pneumonia tergantung dari tinggkat keparahan
gejala yang timbul dari infeksi pneumonia itu sendiri (shaleh, 2013).
a. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
Maka pemberian antibiotik adalah yang paling tepat. Pengobatan
haruslah benar-benar komplit sampai benar-benar tidak lagi adanya
gejala pada penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum
harus tidak lagi menampakkan adanya bakteri pneumonia. Jika
pengobatan ini tidak dilakukan secara komplit maka suatu saat
pneumonia akan kembali mendera si penderita (shaleh, 2013).
1. Untuk bakteri Streptococus Pneumoniae
Bisa diatasi dengan pemberian vaksin dan antibiotik. Ada dua
vaksin tersedia, yaitu pneumococcal conjugate vaccine dan
pneumococcal polysacharide vaccine. Pneumococcal conjugate
vaccine adalah vaksin yang menjadi bagian dari imunisasi bayi dan
direkomendasikan untuk semua anak dibawah usia 2 tahun dan
anak-anak yang berumur 2-4 tahun. Sementara itu pneumococcal
polysacharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa.
H. Komplikasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi d.d px tidak mampu
batuk , sputum berlebih, ada suara tambahan wheezing, dispnea, gelisah, pola
nafas berubah.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d px mengeluh sesak,
dyspnea, penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola
nafas abnormal, pernafasan cuping hidung, tekanan ekspirasi menurun,
tekanan inspirasi menurun.
3. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi) d.d suhu tubuh diatas nilai normal,
kulit merah, takikardia, kulit terasa hangat.
4. Resiko hypovolemia d.d kehilangan cairan aktif
5. Resiko deficit nutrisi d.d ketidakmampuan mencerna makanan
J. Intervensi Keperawatan
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi refisi jilid 1 2015.
Jakarta: Media Action Publishing.
SDKI DPP PPNI PPNI, Tim Pokja (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi
1 Cetakan II . Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
SLKI DPP PPNI PPNI, Tim Pokja (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia edisi I
Cetakan II. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
SIKI DPP PPNI PPNI, Tim Pokja (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.