Di Susun Oleh :
WAKHIDATUN NUR RIANI
NIM. A2R17076
Uraian Kasus :
Seorang perempuan 52 tahun Ny Adirawat di ruang bedah hari ke7dengan Diagnosa
medis DM Ulkus gangren. Klien mengatakan badannya lemas. Terdapat ulkus pada
telapak kaki kanan bawah. terdapat jaringan nekrotik dan pus. Luka berwarna kemerahan
dan terkadang terasa nyeri Rawat luka dilakukan setiap hari.
TTV : TD 130/90 mmHg, HR 100x/mnt, RR 22x/mnt, suhu 40,0 C. GDA 280 mg/dl.
Terdapat anoreksia. Perawat melakukan pemeriksaan lab untuk melihat kemungkinan
sepsis. Kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6. Klien mengeluh lelah, klien merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas, Hasil lab menunjukkan Trombosit 200.000 Leukosit 12.000,
Hemoglobin 13.0 gr/dl, Eritrosit 4,5 Ul, Hematokrit 45%, SGPT 30 iu/L, SGOT 29 iu/L,
Ureum 27 mg/dL, Creatinin 1,3 mg/dL, nilai HbA1c 6.5%, C-Peptide 0,2 mg/dL.
A. Data Fokus
Subjektif (S) :
-Klien mengatakan badannya lemas dan terasa lelah
-Klien mengatakan kadang luka terasa nyeri
-Klien mengatakan tidak nafsu makan (anoreksia)
-Klien mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
Objektif (O) :
-Klien terdapat ulkus pada telapak kaki kanan bawah
-terdapat jaringan nekrotik dan pus pada luka
-Luka tampak kemerahan
-kesadaran pasien compos metis 4-5-6
-Hasil TTV : TD 130/90 mmHg, HR 100x/mnt, RR 22x/mnt, suhu 40,0 C. GDA 280
mg/dL.
- Hasil lab Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Laboratorium didapatkan Hasil:
- Trombosit 200.000 (normal 150.000-400.000)
- Leukosit 12.000 (normal 5.000-10.000 mcL)
- Hemoglobin 13.0 gr/dl (norrmal 11.0-16.5 gr/dL)
- Eritrosit 4,5 Ul (normal 4.20-5.40 UI)
- Hematokrit 45% (normal 37.0-47.0%)
- SGPT 30 iu/L (normal <35 iu/L) dan SGOT 29 iu/L (normal < 35 iu/L)
- Ureum 22 mg/dL (normal 8-24 mg/dL)
- Creatinin 1,3 mg/dL (normal 0.67-1.5 mg/dL)
- nilai HbA1c 6.5% (normal dibawah 5.7%)
- C-Peptide 0,2 mg/dL (normal 0.5-2.0 mg/mL)
B. Hasil Pemeriksaan Penunjang Medis :
1. Laboratorium : Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Laboratorium didapatkan Hasil:
Trombosit 200.000 (normal 150.000-400.000)
Leukosit 12.000 (normal 5.000-10.000 mcL)
Hemoglobin 13.0 gr/dl (norrmal 11.0-16.5 gr/dL)Eritrosit 4,5 Ul (normal 4.20-5.40 UI)
Hematokrit 45% (normal 37.0-47.0%
SGPT 30 iu/L (normal <35 iu/L) dan SGOT 29 iu/L (normal < 35 iu/L)
Ureum 22 mg/dL (normal 8-24 mg/dL)
Creatinin 1,3 mg/dL (normal 0.67-1.5 mg/dL)
nilai HbA1c 6.5% (normal dibawah 5.7%)
C-Peptide 0,2 mg/dL (normal 0.5-2.0 mg/mL)
2. Rontgen : Tidak ada
3. ECG : Tidak ada
4. USG : Tidak ada
Di Susun Oleh :
WAKHIDATUN NUR RIANI
NIM. A2R17076
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut PERKENI (2015), penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkali
tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat diketahui
bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari
efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah
mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dikerubuti semut.
Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2
yaitu:
1). Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak menunjukan
gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang ditunjukan meliputi:
a). Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemasukan gula kedalam sel-sel tubuh
kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itu sebabnya orang menjadi lemas.
Oleh karena itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan
menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan.
b). Sering merasa haus (polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau dehidrasi. Untuk
mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum dan
ingin minum manis, minuman manis akan sangat merugikan karena membuat
kadar gula semakin tinggi.
c) Jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal, maka gula darah akan keluar bersama urin,
untuk menjaga agar urin yang keluar yang mengandung gula tak terlalu pekat, tubuh
akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin yang keluar
banyak dan kencing pun sering. Jika tidak diobati maka akan timbul gejala banyak
minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun
dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak
lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI,2015) .
2) Gejala kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015) adalah:
a) Kesemutan
b) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c) Rasa tebal dikulit
d) Kram
e) Mudah mengantuk
f) Mata kabur
g) Biasanya sering ganti kaca mata
h) Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i) Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j) Kemampuan seksual menurun
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Smeltzer, Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan
untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa erjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dihati
meskipun tetap berada dalam darah menimbulkan hiperglikemia prospandial. Jika
kosentrasi glukosa daram darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali
glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urine(glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan kedalam urine,ekresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan
diuresis ostomik,sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dal berkemih(poliurea),dan rasa haus (polidipsi).
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik
neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya
ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi yang luas. Infeksi
dimulai dari kulit celah jari kaki dan dengan cepat menyebar melalui jalur
muskulofasial. Selanjutnya infeksi menyerang kapsul/sarung tendon dan otot, baik pada
kaki maupun pada tungkai hingga terjadi selulitis. Kaki diabetik klasik biasanya timbul
di atas kaput metatarsal pada sisi plantar pedis. Sebelumnya, di atas lokasi tersebut
terdapat kalus yang tebal dan kemudian menyebar lebih dalam dan dapat mengenai
tulang. Akibatnya terjadi osteomielitis sekunder. Sedangkan kuman penyebab infeksi
pada penderita diabetes biasanya multibakterial yaitu gram negatif, gram positif, dan
anaerob yang bekerja secara sinergi.
E. PATHWAY
-Reaksi
Autoimun Obesitas,
Usia, Genetik
DM Tipe II
DM tipe 1
Penurunan
Pemakaian
Liposis Meningkat
Anabolisme Proses Glukosa
MK:
MK : Nyeri Akut
Ketidakefekti
fan perfusi
jaringan
perifer
Nekrosis Luka
Aktivitas
terganggu
MK :Intileransi MK:Keruskan
Aktivitas Integritas Kulit
F . PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
1.Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl
2. Glukosa darah puasa >140 mg/dl
3. Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl
(Menurut WHO (World Health Organization) ,2015)
2. Pemeriksaan fungsi tiroid
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
3. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman
5. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka atau ulkus pada kulit atau jaringan tubuh
pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau hilang, palpasi denyut nadi
arteri dorsalis pedis menurun atau hilang. Pemeriksaan Doppler ultrasound adalah
penggunaan alat untuk memeriksa aliran darah arteri maupun vena. Pemeriksaan ini
ntuk mengidentifikasi tingkat gangguan pada pembuluh darah arteri maupun vena.
Dengan pemeriksaan yang akurat dapat membantu proses perawatan yang tepat.
Pemeriksaan ini sering disebut dengan Ankle Brachial Pressure Index. Pada kondisi
normal, tekanan sistolik pada kaki sama dengan di tangan atau lebih tinggi sedikit.
Pada kondisi terjadi gangguan di area kaki, vena ataupun arteri, akan menghasilkan
tekanan sistolik yang berbeda. hasil pemeriksaan yang akurat dapat membantu
diagnostic ke arah gangguan vena atau arteri sehingga manajemen perawatan juga
berbeda.
b. Pemeriksaan X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium
F. PENATALAKSANAAN
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu :
1. Diet
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti pedoman 3 J yaitu:
Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau ditambah Jadwal diet harus
sesuai dengan intervalnya Jenis makanan yang manis harus dihindari
2. Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:
Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah makan, berarti
pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah
reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornyaMencegah kegemukan
bila ditambah olahraga pagi dan sore Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai
oksigen Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan dirangsang
pembentukan glikogen baru Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
3. Edukasi/penyuluhan
4. Pemberian obat-obatan
5. Pemantauan gula darah
6. Melakukan perawatan luka
7. Pencucian Luka
8. Debridement
9. Dressing
10. Edukasi pasien dan keluarga
2. Penatalaksanaan Medis
Terapi dengan Insulin
Obat Antidiabetik Oral
G. KOMPLIKASI
-Komplikasi Akut
-Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Hipoglikemi Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)
Komplikasi Kronis (Menahun)
Menurut Smeltzer 2015, kategori umum komplikasi jangka panjang
terdiri dari:
1.Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,
pembuluh darah otak
2. Dry gangrene: Dry gangren terjadi ketika ada memperlambat atau hambatan
dalam aliran darah ke bagian tubuh seperti jari-jari kaki dan jari-jari.1 Dan tipe 2
diabetes mellitus tipe mengarah pada kering gangren karena gula darah tinggi
dan kerusakan diabetes menyebabkan pembuluh darah yang membawa darah ke
jari tangan dan kaki.
Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati diabetik) dan
Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
3. Basah gangrene
Basah gangren terlihat setelah cedera serius atau gigitan embun beku atau bahkan
daerah yang dibakar menjadi terinfeksi dan infeksi mengambil akar ke dalam
jaringan.
Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di mana serat-serat
saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit
4.Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi,
contohnya tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan infeksi
kaki, dan disfungsi ereksi.
5. Ulkus
M. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
L. INTERVENSI
N DIAGNOSA
LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
O KEPERAWATAN
1. Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Perawatan luka (1.14564)
Observasi
Kulit b.d luka gangren jaringan ( L.14125 ) -Monitor Karakteristik Luka (Drainase
Setelah dilakukan tindakan
(D.0129) warna dan ukuran bau)
keperawatan selama 1x24 -Monitor tanda-tanda infeksi
jam, diharapkan integritas
kuliat dan jaringan Terapeutik
menungkat, dengan Kriteria -Lepaskan balutan dan plaster secara
hasil : perlahan
1. Perfusi jaringan -Bersihkan dengan cairan Nacl atau
pembersih non toksik
meningkat
-Bersihkan jaringan nekrotik
2. Kerusakan jaringan -Berikan salep yang sesuai, kulit atau lesi
menurun -Pasang balutan sesuai jenis luka
3. Kerusakan lapisan kulit -Pertahankan teknik steril saat melakukan
menurun perawatan luka
4. Nyeri menurun -Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
5. Kemerahan menurun drainase
6. Nekrosis menurun
Edukasi
7. Suhu kulit membaik -Jelaskan tanda dan gejala infeksi
8. Sensasi membaik - Anjurkan mengkonsumsi makanan
9. Tekstur membaik tinggi kalori dan protein
-Ajarkan prosedur perawatan secara
mandiri
Kolaborasi
-Kolaborasi pemeberian antibiotik
2 Intoleransi Aktivitas Intoleransi Aktivitas Manajemen Energi (1.05178)
b.d Kelemahan (L.05047)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
( D.0056) -Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
keperawatan selama 1x24
mengakibatkan kelelahan
jam, diharapkan toleransi -monitor lokasi dan ketidak nyamanan
aktivitas meningkat, dengan selama melakukan aktivitas
kriteria hasil:
1. Frekuensi nadi meningkat Terapeutik
2. Kemudahan dalam -Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
melakukan aktivitas sehari- stimulus (cahaya, suara, kunjungan)
-Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
hari meningkat
aktif
3. Kecepatan berjalan -Berikan aktivitas distraksi yang
meningkat menenangkan
4. Jarak berjalan meningkat -Fasilitasi duduk disisi tempat tidur
5.Kekuatan tubuh bagian Jika tidak dapat berpindah atau berjalan
bawah meningkat
6. Keluhan lelah menurun Edukasi:
7. Perasaan lemah menurun -Anjurkan tirah baring
-Anjurkan aktivitas secara bertahap
8. Warna kulit membaik
Kolaborasi:
-Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3 Risiko Infeksi b.d luka Tingkat infeksi (L.14137) 1. Pencegahan Infeksi (I.14540)
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
gangren (D.0142)
keperawatan selama 1x24 -Monitor tanda dan grejala infeksi lokal
dan sistemik
jam, diharapkan tingkat
infeksi menurun, dengan Terapeutik
kriteria hasil : - Batasi jumlah pengunjung
1. Demam menurun -Berikan perawatan kulit pada area Luka
2. Kemerahan menurun -Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
3. Nyeri menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Bengkak menurun -Pertahankan teknik aseptik pada pasien
yang beresiko tinggi
5. Cairan berbau busuk
menurun Edukasi
6. Kadar sel darah putih -Jelaskan tanda dan gejala infeksi
membaik -Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
7. Kultur area luka membaik -Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
-Anjurkan meningkatkan asupan cairan
DAFTAR PUSTAKA