“KONJUNGTIVITIS”
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH II
Resume, Laporan Pendahuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Minggu Kedua
Departemen Keperawatan Medikal Bedah II Profesi Ners
Di Susun Oleh :
Uraian Kasus : seorang An.A seorang laki-laki, umur 10 tahun, pasien datang ke klinik mata
pasien dengan mengeluh nyeri pada ke dua matanya, terasa panas seperti terbakar. Rasa
tersebut muncul sewaktu-waktu ± 10 menit. Klien mengatakan khawatir dan takut akan
penyakitnya menularkan kepada teman-temannya. Klien mengatakan sulit tidur akibat nyeri
pada mata. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak lemah,
kesadaran pasien compos mentis, GCS 4-5-6, klien tampak gelisah, tampak meringis tegang
dan bingung, Skala nyeri 6, Klien tidak nafsu makan dan merasakan berkeringat dingin,
sekitar mata tampak kemerahan, Keluar secret pada mata klien, teraba nyeri tekan pada bola
mata, konjungtiva tampak pucat, terdapat penurunan ketajaman pada penglihatan, dengan
keluhan mata merah (keduanya), tidak berkurang dengan pemberian tetes mata dan istirahat,
pasien merasa tidak nyaman dan terganggu dengan sakit matanya. Pasien mengeluhkan pada
mata terasa ngeres dan keluar kotoran dari mata. dengan hasil TTV: Tekanan Darah: 110/80
mmHg, Suhu = 36,60C, Pernafasan: 18 x/ menit, Nadi: 78x/ menit. Berdasarkan Hasil
Laboratorium Leukosit: 15.000 /uL, Hb: 11,9 g/dL, Hematokrit: 37 %,
A. Data Fokus
S : (Data Subjektif Pasien) :
- Klien mengeluh nyeri pada ke dua matanya
- Klien mengatakan khawatir dan takut akan penyakitnya menularkan kepada teman-
temannya.
- Klien mengeluhkan pada mata terasa ngeres dan keluar kotoran dari mata
- Klien mengatakan sulit tidur akibat nyeri pada mata klien
O : (Data Objektif Pasien):
- Klien keluar sekret pada mata klien
- pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak lemah
- kesadaran pasien compos mentis, GCS 4-5-6
- klien tampak gelisah, tampak meringis
- Klien tegang dan bingung
P : Nyeri pada ke dua matanya
S: Skala 6
T : ± 10 menit
- Teraba nyeri tekan pada bola mata klien
- Konjungtiva tampak pucat
-Terdapat penurunan ketajaman pada penglihatan
-Tampak merah pada kedua mata klien
dengan hasil TTV: Tekanan Darah: 110/80 mmHg, Suhu = 36,60C, Pernafasan: 18 x/ menit,
Nadi: 78x/ menit. Berdasarkan Hasil Laboratorium Leukosit: 15.000 /uL, Hb: 11,9 g/dL,
Hematokrit: 37 %.
A. DEFINISI KONJUNGTIVITIS
3. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik
seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular
dalam 24-48 jam.
4. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas, dan disebabkan
oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk sari). Pasien akan mengeluh
rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan. Terbentuk papilla yang dapat
dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat. Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama
dengan reaksi alergi yang lain. Misalnya astma dan “hay fever”.
5. Konjungtivitis Gonore
Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata pada neonatus (bayi baru lahir)
disebabkan oleh infeksi tidak langsung selama keluar melewati jalan lahir pada ibu
yang menderita gonore, konjungtivitis yang berat disebut oftalmia neonatorum.
6. Trachoma
E. KOMPLIKASI KONJUNGTIVITIS
a. Komplikasi akibat konjungtivitis dapat terjadi pada anak-anak maupun orang
dewasa. Berikut ini adalah komplikasi konjungtivitis yang dapat terjadi
berdasarkan tipe konjungtivitis yang diderita.
b. Konjungtivitis Infektif
c. Lapisan pelindung saraf tulang belakang dan otak, atau meninges, bisa
mengalami infeksi (meningitis).Infeksi telinga bagian tengah. Kondisi ini
dialami oleh 25 persen anak-anak yang menderita konjungtivitis akibat bakteri
haemophilus influenzae.
d. Permukaan kulit menjadi bengkak atau meradang dan terasa sakit akibat
infeksi yang terjadi pada jaringan dan lapisan dalam kulit (selulitis).
e. Konjungtivitis Neonatal
Konjungtivitis infektif yang terjadi pada bayi yang baru lahir hingga usia 28
hari harus segera ditangani karena bisa menyebabkan kerusakan penglihatan
permanen. Kebanyakan bayi yang terkena konjungtivitis infektif bisa sembuh
total dan hanya sedikit yang mengalami komplikasi.
Mikroorganisme
(bakteri, virus,jamur)
Masuk kedalam
mata
MK: Gangguan
rasa nyaman
Iskemia syaraf Optik Hipersekresi
MK:Gangguan
Presepsi Sensori
Kurangnya Informasi
MK: Ansietas
H. PENATALAKSANAAN KONJUNGTIVITIS
1. Konjungtivitis Bakteri
a. Konjungtivitis Viral
a. Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan
setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat
tanda-tanda perbaikan.
b. Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak
maka pemberian obat tidak akan efektif.
c. Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi chlamdya
yang banyak terjadi.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar. Pada
anak-anak, tanda dan gejala sistemik bisa meliputi sakit tenggorokan dan
demam.
b. Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada kerikan
konjungtival jika konjungtivitis disebabkan virus.
c. Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis
disebabkan bakteri.
d. Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme bacterial yang
menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotic yang tepat.
1. Prioritas 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d tampak meringis, tampak
gelisah, sulit tidur, proses berfikir terganggu dan menarik diri (D.0077)
2. Prioritas 2 : Ansietas b.d kurang terpaparnya informasi d.d tampak gelisah, tampak
tegang, sulit tidur, merasa bingung dan merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi
(D.0080)
3. Prioritas 3 : Resiko Infeksi d.d ketidak adekuatan ketahanan tubuh sekunder,
penurunan hemoglobin (0142)
4. Prioritas 4: Gangguan Rasa Nyaman b.d Granula disertai sensasi benda asing d.d
mengeluh tidak nyaman, gelisah, mengeluh sulit tidur, tidak rileks, mengeluh
kepanasan, mengeluh lelah.(D.0074)
5. Prioritas 5: Gangguan Prespsi sensori b.d ulkus kornea d.d terdapat penurunan
ketajaman pada penglihatan, dengan keluhan mata merah (keduanya), tidak berkurang
dengan pemberian tetes mata dan istirahat, pasien merasa tidak nyaman dan terganggu
dengan sakit matanya. Pasien mengeluhkan pada mata terasa ngeres dan keluar kotoran
dari mata (D.0085)
K. INTERVENSI KONJUNGTIVITIS
Edukasi:
-Ajarkan cara meminimalisasi stimulus
(mengatur pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan, membatasi
kunjungan)
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus
(pendengaran)
DAFTAR PUSTAKA
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
S: Skala 6
T : ± 10 menit
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu : Klien tidak mempunyai riwayat kesehatan yang
lalu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga klien tidak mempunyai riwayat penyakit
keturunan
III. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI
SEBELUM MASUK RS DI RUMAH SAKIT
A. Pola Tidur / Istirahat
Klien mengatakan tidur siang hari Klien mengatakan tidur
1 jam, malam hari 3 jam siang hari 1 jam dan malam
hari 4 jam
B. Pola Eliminasi
- Warna : cokelat - Warna : cokelat
C. Rekreasi
Hobby : Klien mengatakan hobby bermain bersama teman-teman sebayanya
Penggunaan, Waktu Senggang : Klien mengatakan kalau ada waktu senggang
rekreasi bersama ayah dan ibu.
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit : Klien mengatakan merasa jenuh di rumah sakit
karena kurang hiburan
E. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial : Baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan: Ayah dan ibu
V. KONSEP DIRI
A. Gambaran Diri : Klien merasa kalau dirinya sedang sakit dan ingin sembuh
B. Harga Diri : Klien mengatakan khawatir dan takut akan penyakitnya
C. Ideal Diri : Klien ingin segera sembuh dan pulang ke rumah
D. Identitas Diri : Klien mampu mengenali dirinya bahwa ia adalah seorang anak laki-
laki yang tinggal sama ayah dan ibu
E. Peran : Selama ini klien berperan sebagai anak laki-laki yang tinggal sama ayah dan
ibu
g. Tekanan bola mata : Teraba nyeri tekan bola mata, Nampak kemerahan di
sekitar mata
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal pada tempatnya
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Normal dan simetris, tidak ada benjolan pada telinga
d. Turgor : Normal
e. Tekstur : Halus
f. Kelembaban : Lembab
2. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : Tidak ada pulsasi
- Ictus cordis : Teraba = ICS 5 Linea midclav Sinistra
b. Perkusi
Batas-batas jantung :
Kanan atas = ICS 2 Linea sternalis dextra.
Kiri atas = ICS 2 Linea sternalis sinistra.
Kanan bawah = ICS 4 Linea sternalis sinistra.
Kiri bawah = ICS 5 Linea midclavikula sinistra
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : Lup = ics 4 linea sternalis sinistra, ics 5 midclav
dextra
- Bunyi jantung II : Dup = ics 2 linea sternalis sinistra, ics 2 linea st
sinistra
- Bunyi jantung Tambahan : Tidak ada
- Bising / Murmur : Tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 80x/menit
14 Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal, Simetris
- Benjolan / Massa: Tidak terdapat edema
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : Tidak ada
b. Auskultasi
Peristaltik Usus : 12x/menit
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak teraba nyeri tekan
- Benjolan / massa : tidak teraba edema
- Tanda-tanda ascites : Tidak ada
- Hepar : Normal, tidak ada pembesaran
- Lien : Tidak ada nyeri tekan
- Titik Mc. Burne : Tidak terdapat nyeri tekan
d. Perkusi
16 Pemeriksaan Neurologi
17 Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS : Kesadaran Composmentis,
GCS = 4-5-6
18 Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) : Tidak ada kaku kuduk dan masalah
lain
19 Syaraf otak ( Nervus cranialis ) : Tidak ada kelainan syaraf
20 Fungsi Motorik : Klien dapat bergerak bebas
21 Fungsi Sensorik : Klien bisa merasakan sensasi panas, dingin, nyeri
22 Refleks :
Refleks Fisiologis : Bisep normal, Trisep normal, Patela normal
Refleks Patologis : Babinski normal, patologis lainnya juga normal
1. Laboratorium
3. E C G :Tidak Ada
4. U S G :Tidak Ada
- Ketorolax 3x1 amp/8 jam/ IV : Ketorolac adalah obat untuk meredakan nyeri dan
peradangan. Obat ini sering digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa
menyebabkan nyeri. Ketorolac merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) yang memiliki bentuk sediaan tablet dan suntik.
- Atropine 1% 3x1/8 jam/1-2 tetes : Atropin tersedia dalam bentuk tablet, suntik, dan
tetes mata. Atropin tetes mata biasanya digunakan untuk meredakan nyeri akibat radang
bagian tengah mata dan untuk melemaskan otot mata sebelum pemeriksaan mata.
- Infuse NaCl 0,9 % : 20 tpm (8 jam) : Cairan saline NaCL 0.9 % merupakan cairan
kristaloid yang sering ditemui. Cairan ini mengandung natrium dan clorida.
Cairan infus ini digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang, mengoreksi
ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.
- Antibiotika Gentamycine 0,3 % 1-2 tetes, maksimal 6x sehari. : Gentamicin adalah
obat untuk mengatasi infeksi akibat bakteri. Obat ini tersedia dalam bentuk injeksi, infus,
tetes (tincture), krim, dan salep. Obat ini hanya boleh digunakan dengan resep dokter.
Mahasiswa,
Kamis, 16 September 2021
ANALISA DATA
Nama pasien : An. A
Umur : 8 tahun
No. Register : 18845678
MASALAH
NO KELOMPOK DATA PENYEBAB
KEPERAWATAN
1. Mayor: Mikroorganisme Nyeri akut b.d agen
Ds: (Bakteri, Virus dan Jamur)
pencedera fisiologis
-Klien mengatakan mengeluh nyeri
pada ke dua matanya (D.0077)
Masuk kedalam
DO:
-Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah Kelopak mata terinfeksi
-Klien sulit tidur
Do:
-Klien tidak nafsu makan Mata kering (iritasi)
-Klien berkeringat dingin
-Konjungtiva tampak pucat
-Klien tegang dan bingung Konjungtivitis
-Teraba nyeri pada bola mata
Peradangan
P: Nyeri pada ke dua matanya
Q: Terasa panas seperti terbakar
R: Rasa nyeri muncul sewaktuwaktu Dislatasi pembuluh darah
S: Skala 6
T: ±10 menit
Hasil Tekanan Darah: MK: Nyeri Akut
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Suhu = 36,60C
Pernafasan: 18 x/ menit
Nadi: 78x/ menit.
2. Mayor Konjungtivitis Ansietas b.d kurang
Ds: terpaparnya informasi
- Klien mengatakan merasa khwatir
Peradangan (D.0080)
Dan takut akan penyakitnya menular
kepada teman-temanya
-Klien merasa bingung Nyeri Akut
DO
-Klien tampak gelisah Kurangnya informasi
- Klien sulit tidur
MK: Ansietas
Minor
Ds:
-Klien mengatakan tidak nafsu
makan
Do:
-Klien berkeringat dingin
-Tampak pucat
-Penglihatan pasien menurun
Hiperekresi
Mahasiswa,
Kamis, 22 September 2021
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan selama 1x24 jam, -Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(D.0077) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
diharapkan Tingkat nyeri
- Identifikasi skala nyeri
menurun dengan Kriteria hasil :
-Identifikasi respon nyeri
1. Keluhan nyeri menurun -Monitor keberhasilan terapi
2. Meringis menurun komplementer yang sudah diberikan
3. Sikap protektif menurun -Monitor efek samping penggunaan
4. Gelisah menurun algesik
5. Kesulitan tidur menurun Terapeutik:
-Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
-Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
-Jelaskan strategi meredakan nyeri
-Anjurkan menggunakan analgesik
secara tepat
2. Ansietas b.d kurang Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (I.09314)
terpaparnya informasi Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 1x24 jam maka
(D.0080) -Identifikasi saat tingkat ansietas
tingkat ansietas menurun dengan
kriteria : berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor).
1.Verbalisasi kebingungan -Monitor tanda-tanda ansietas.
menurun.
2.Verbalisasi khawatir akibat Terapeutik:
kondisi yang dihadapi. -Ciptakan susana terapeutik untuk
3. Perilaku gelisah menurun.
menumbuhkan kepercyaan.
4. Perilaku tegang menurun
palpitasi menurun. -Temani pasien untuk mengurangi
5. Frekuensi nadi menurun. kecemasan, jika memungkinkan.
6. Tekanan darah menurun.
-Pahami situasi yang membuat ansietas.
7. Pola tidur membaik. -Motivasi mengidentivikasi situasi yang
memicu kecemasan.
Edukasi:
-Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami.
-Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis..
-Latih kegiatan pengalihan perhatian
untuk mengurangi ketegangan.
-Latih teknik relaksasi.
.