Disusun oleh :
IRMA ROHIMAH
NIM. 1611277011
Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha
Penyayang. Berkat limpahan karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan
Laporan Pendahuluan tentang “ Infeksi Saluran Kemih ” dengan lancar dan
tepat waktu. Penyusunan Laporan Pendahuluan ini dalam rangka memenuhi
salah satu tugas akhir semester Mata kuliah KMB.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan
masukan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih
atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan
dan kekeliruan di dalam penulisan laporan pendahuluan ini, baik dari segi
tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka
menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga laporan
pendahuluan ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk
saya sendiri khususnya.
Penulis
1. PENGERTIAN
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius adalah infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau
tanpa disertai dengan gejala, (Brunner and Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Vol. 2, halaman: 1428).
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius merupakan suatu keadaan
dimana terdapat bakteriuria yaitu mikroorganisme pathogen 105/ml pada urine
pancarann tengah yang dikumpulkan secara benar, (Price and Wilson, Patofisiologi
Edisi 6 Vol. 2, halaman: 918).
Jadi infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi pada saluran perkemihan
yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen yang ditandai terdapatnya 105/ml
bakteri pathogen dalam urine seseorang.
2. ETIOLOGI
a. Faktor Resiko
1) Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria.
2) Memiliki riwayat penyakit menular seksual
3) Kateterisasi
b. Faktor Predisposisi
1) Bakteri Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas,
dan Staphylococcus saprophyticus.
2) Terganggunya glikosaminoglikan
3) Refluks uretrovesikal
4) Refluks ureterovesikal
5) Obstruksi aliran urin
c. Faktor Presipitasi
1) Hygiene buruk.
2) Cara membasuh alat kelamin yang salah
3) Sering menahan kencing
4. PATOFISIOLOGI
Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria karena uretra pada wanita
lebih pendek dan memiliki jarak yang dekat dengan anus sehingga bakteri pathogen
mudah masuk ke uretra.
Infeksi menular seksual yang biasa menyebabkan ISK adalah infeksi herpes
virus genital ditularkan melalui hubungan seksual selama periode simptomatik
maupun asimptomatik saat virus dilepaskan oleh pasangannya.
Pecahnya lesi dapat menyebabkan peradangan meatus dan disuria. Vesikel
dapat muncul pada mukosa uretra. Beberapa genotip HVP telah diketahui dapat
meningkatkan resiko keganasan. Kutil intra uretra dapat menyebabkan sekret uretra,
disuria, sekret yang berdarah, atau hematuria. Kutil yang menyebar intrauretra dapat
melibatkan kandung kemih dan ureter.
Diketahui bahwa pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana
masuknya agent atau mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh, untuk itu perlu
dilakukan penggantian kateter dan perawatan kateter. Selang kateter bagian luar
(yang terhubung dengan kantong urin) dalam keadaan terbuka dan bersentuhan
dengan lingkungan luar. Bakteri pathogen menempel pada selang bagian luar
tersebut dan bakteri pathogen menjadikannya sebagai jembatan masuk ke saluran
perkemihan.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK,
asending dan hematogen.
a. Secara asending yaitu:
1) Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter).
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
b. Secara hematogen yaitu:
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi
kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Glikosaminoglikan merupakan anti-lekat bakteri, sehingga bakteri tidak
bisa melekat pada dinding-dinding saluran perkemihan dan kandung kemih.
Namun karena glikosaminoglikan terganggu fungsinya oleh agen tertentu seperti
siklamat, asparmat, sakarin, dan metabolit triptopan maka glikosaminoglikan
tidak menjadi anti-lekat yang sempurna.
Refluks uretrovesikal merupakan aliran balik urin dari uretra ke kandung
kemih. Ketika mengejan vesika urinaria akan berkontraksi sehingga mendorong
urin menuju uretra, namun ketika selesai mengejan urin balik dari uretra ke
vesika urinaria. Dengan baliknya urin ke vesika urinaria, bakteri yang terdapat
pada anterior uretra masuk ke dalam saluran kencing.
Refluks ureterovesikal merupakan aliran balik urin dari vesika urinaria
atau kandung kemih ke ureter. Hal ini biasanya terjadi akibat kelainan kongenital
atau abnormalitas ureteral yaitu rusaknya katup ureterovesikal, katup yang
membatasi ureter dengan vesika urinaria. Rusaknya katup tersebut
mengakibatkan aliran balik urin yang terkontaminasi bakteri pathogen ke ureter.
Obstruksi aliran urin yang terletak disebelah proksimal dari vesika urinaria
dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan pada pelvis ginjal dan
ureter. Hal ini mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal (hidronefrosis) yang
disebabkan oleh jaringan parut pada vesika urina ginjal dan uretra, batu ginjal,
neoplasma, hipertrofi prostat. Tersumbatnya aliran urin mengakibatkan bakteri
pathogen berkembang biak di dalam saluran kencing sehingga akan menginfeksi
seluran kencing tersebut.
Kebersihan alat kelamin yang buruk mengakibatkan area tersebut lembab
sehingga bakteri pathogen berkembang biak disana. Tidak tertutup kemungkinan
bakteri akan masuk melalui meatus uretra dan naik ke saluran kemih bagian
atas.
Cara membasuh alat kelamin dan anus yang salah pada saat buang air
besar dapat menyebabkan kontaminasi fekal pada traktus uretra.
Mikroorganisme dari anus akan naik ke uretra dan menginfeksi saluran-saluran
urinaria. Cara membasuh yang benar adalah satu arah dari atas ke bawah (dari
kelamin ke anus), bukan dari anus naik ke kelamin atau bukan dengan gerakan
naik turun.
Saat seseorang menahan buang air kecil, maka kandung kemih akan
melar atau meregang, hal ini akan membuat pompa di kandung kemih tidak bisa
berfungsi dengan baik saat buang air kecil. Sehingga tak jarang banyak orang
yang baru selesai buang air kecil, tak lama kemudian akan timbul kembali rasa
ingin pipis.
Urine yang tersisa banyak di kandung kemih membuat saluran tersebut
mudah terkena infeksi. Tapi jika akibat menahan tersebut membuat pompa
kandung kemih memberikan tekanan yang tinggi, maka bisa mengakibatkan
kerusakan ginjal.
5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain:
a. Batu saluran kemih
b. Obstruksi saluran kemih
c. Sepsis
d. Infeksi kuman yang multisystem
e. Gangguan fungsi ginjal
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka
panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya
hipertensi dan gagal ginjal kronik.
ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati
akan menyebabkan:
a. Pielonefritis
b. Bayi premature
c. Anemia
d. Pregnancy-induced hypertension
Selain itu ISK pada kehamilan juga menyebabkan :
a. Retardasi mental pada bayi,
b. Pertumbuhan bayi lambat
c. Cerebral palsy
d. Fetal death.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
1) Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui
urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk
anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara
pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi
tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk
bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada
genitalia eksterna.
Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara
pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara
yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan
adanya urine dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
a) Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda
bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu
saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
b) Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm,
bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak
disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar
pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila
terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml
urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
(1) Infeksi tuberkulosis
(2) Urin terkontaminasi dengan antiseptik
(3) Urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
(4) Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
(5) Nefrolitiasis
(6) tumor uroepitelial
c) Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal,
antara lain:
(1) Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau
vaskulitis ginjal.
(2) Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk
pielonefritis
(3) Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut
(4) Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila
ditemukan bersamaan dengan proteinuria nefrotik.
d) Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e) Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan
infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.
2) Bakteriologis
a) Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar
tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila
dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
b) Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk
memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah
bermakna, yaitu:
Tabel 3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik > 100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml
7. PENATALAKSANAAN
a. Keperawatan
1) Mengobservasi TTV pasien tiap 6 jam.
2) Menganjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra.
3) Mengkaji skala nyeri pasien dengan metode PQRST.
4) Mengajarkan teknik manajemen nyeri distraksi (menonton TV, mengobrol) dan
relaksasi (nafas dalam).
5) Memberikan HE.
6) Mengukur dan catat pengeluaran urine setiap kali berkemih.
b. Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Infeksi Saluran Kemih (
ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
1) Terapi antibodika dosis tunggal
2) Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
3) Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
4) Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole
(gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm,smz, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan,tetapi E.Coli telah resisten terhadap bakteri
ini. pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi
ketidak nyamanan akibat infeksi.
Dan dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra,untuk wanita harus
membilas dari depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi lubang uretra
oleh bakteri feces.
R:
S:
T:
· Pasien mengatakan
· Urin pasien berwarna Gangguan eliminasi urinarius
kencingnya tersendat-sendat keruh, terdapat darah,
· Pasien mengatakan sering purulent.
ingin buang air kecil, tapi
· Hasil pemeriksaan lab
urinnya tidak keluar adanya bakteri pathogen
· Pasien me
· Pasien mengatakan
· Suhu tubuh pasien Hipertermia
badannya panas meningkat 38-390C
· Pasien mengatakan
· Mata pasien terlihat lelah Insomnia
susuah tidur di malam hari dan merah
· Pasien mengatakan hanya
· Terdapat lingkar hitam
bisa tidur 2 sampai 3 jam / pada mata
hari
· Pasien mengatakan sering
terbangun di malam hari
· Pasien mengatakan tidak
bisa tidur siang
· Pasien mengatakan tidak
· Pasien terlihat bingung Defisiensi pengetahuan
paham tentang penyakitnya ketika ditanya tentang
· Pasien mengatakan tidak penyakitnya
tahu tentang pengobatan
penyakitnya
Diagnosa
Kemungkinan diagnosa yang muncul menurut NANDA 2009-2011.
1) Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, zat kimia, dan psikologis.
2) Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi anatomik, infeksi
saluran kemih, penyebab multiple, gangguan sensorik-motorik.
3) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
4) Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, nyeri.
5) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, salah
interpretasi informasi, tidak familier dengan sumber informasi.
Intervensi
Diagnosa Rencana Tujuan dan
No. Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri berhubungan Tujuan : Mandiri Mandiri
dengan agen cedera Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan tindakan nyaman, 1. meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot
biologis, fisik, zatkimia, keperawatan ...x 24 jam seperti pijatan punggung, 2. membantu mengarahkan kembali perhatian dan
dan psikologis. diharapkan masalah nyeri dapat lingkungan istirahat untuk relaksasi otot
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Bantu atau dorong 3. untuk mencegah kontaminasi uretra
ditandai dengan : 1. Tidak nyeri waktu berkemih . penggunaan nafas berfokus 4. Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki
DS: 2. Tidak nyeri pada perkusi 3. Berikan perawatan perineal kandung kemih dan naik kesaluran perkemihan.
· Pasein mengatakan panggul 4. Jika dipasang kateter 5. membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan
nyeri saat berkemih indwelling, berikan perawatan penyebab nyeri
· Pasien mengatakan kateter 2 kali per hari 6. untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
nyeri saat perkusi 5. Catat lokasi, lamanya penyimpangan dari hasil yang diharapkan
panggul intensitas skala (1-10) Kolaborasi
penyebaran nyeri. 1. Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda
6. Pantau haluaran urine kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas
DO: terhadap perubahan warna,
bau dan pola berkemih,
· Pasien terlihat masukan dan haluaran setiap
meringis saat buang air 8 jam dan pantau hasil
kecil urinalisis ulang
· Pemeriksaan
PQRST: Kolaborasi
P: 1. Konsul dokter bila:
Q: sebelumnya kuning gading-
R: urine kuning, jingga gelap, 2. analgesic memblok lintasan nyeri sehingga
S: berkabut atau keruh. Plak mengurangi nyeri
T: berkemih berubah, sering
berkemih dengan jumlah
sedikit, perasaan ingin
kencing, menetes setelah
berkemih. Nyeri menetap atau
bertambah sakit
2. Berikan analgesic sesuai
kebutuhan dan evaluasi
keberhasilannya
2. Gangguan eliminasi urinarius Tujuan : Mandiri Mandiri
berhubungan dengan obstruksi Setelah dilakukan asuhan 1. Dorong meningkatkan 1. peningkatan hidrasi membilas
anatomik, infeksi saluran kemih, keperawatan … x 24 jam pemasukan cairan bakteri.
penyebab multiple, gangguan sensorik- diharapkan masalah gangguan 2. Kaji keluhan kandung kemih 2. retensi urin dapat terjadi
motorik. eliminasi urinarius dapat teratasi penuh menyebabkan distensi jaringan
ditandai dengan : dengan kriteria hasil : (kandung kemih/ginjal)
DS : 1. Polaeliminasi membaik 3. akumulasi sisa uremik dan
· Pasien mengatakan kencingnya 2. tidak terjadi tanda-tanda 3. Observasi perubahan status ketidak seimbangan elektrolit dapat
tersendat-sendat gangguan berkemih (urgensi, mental, perilaku atau tingkat menjadi toksik pada susunan saraf
· Pasien mengatakan sering ingin oliguri, disuria) kesadaran pusat
buang air kecil, tapi urinnya tidak keluar 4. memberikan informasi tentang
4. Awasi pemasukan dan fungsi ginjal dan adanya komplikasi
pengeluaran karakteristik urin 5. untuk mencegah statis urin
DO :
· Mata pasien terlihat
lelah dan merah
· Terdapat lingkar hitam
pada mata
5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri
prognosis, dan kebutuhan pengobatan keperawatan ... x 24 jam 1. Kaji ulang proses penyakit 1. memberikan pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya sumber diharapkan masalahkurang dan harapan yang akan dasar dimana pasien dapat
informasi pengetahuan pasien dapat teratasi datanng membuat pilihan beradasarkan
ditandai dengan dengan kriteria hasil : informasi.
DS: 1. Menyatakan dan mengerti 2. Berikan informasi tentang: 2. pengetahuan apa yang
· Pasien mengatakan tidak paham tentang kondisi, pemeriksaan sumber infeksi, tindakan untuk diharapkan dapat mengurangi
tentang penyakitnya diagnostic, rencana pengobatan, mencegah penyebaran, ansietas dan, membantu
· Pasien mengatakan tidak tahu tentang dan tindakan perawatan diri jelaskan pemberian antibiotic, mengembankan kepatuhan klien
pengobatan penyakitnya preventif. pemeriksaan diagnostic: terhadap rencan terapetik.
tujuan, gambaran singkat,
DO : persiapan yang dibutuhkan
· Pasien terlihat bingung ketika ditanya sebelum pemeriksaan, 3. instruksi verbal dapat dengan
tentang penyakitnya perawatan sesudah mudah dilupakan
pemeriksaan
3. Pastikan pasien atau orang
terdekat telah menulis
perjanjian untuk perawatan 4. Pasien sering menghentikan
lanjut dan instruksi tertulis obat mereka, jika tanda-tanda
untuk perawatan sesudah penyakit mereda. Cairan
pemeriksaan menolong membilas ginjal.
4. Instruksikan pasien untuk Asam piruvat dari sari buah
menggunakan obat yang berry membantu
diberikan sebanyak kurang mempertahankan keadaan
lebih delapan gelas per hari asam urin dan mencegah
khususnya sari buah berry pertumbuhan bakteri
5. Untuk mendeteksi isyarat
indikatif kemungkinan ketidak
patuhan dan membantu
5. Berikan kesempatan mengembangkan penerimaan
kepada pasien untuk rencana terapeutik
mengekspresikan perasaan
dan masalah tentang rencana
pengobatan.
Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan. (Aziz, 2006).
Evaluasi
1) Nyeri teratasi
2) Tidak mengalami gangguan eliminsi urin, urin lancar tanpa tersendat
3) Suhu tubuh dalam rentang normal (360C – 370C)
4) Istirahat dan tidur adekuat
5) Klien mendapat pengetahuan baru dan mengerti tentang penyakit serta pengobatannya
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC