Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA NY. K


DI RUANG LAVENDER RSUD dr. R. GOETHENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA

DISUSUN OLEH:

NAMA : KETUT AYULITA MEILANI


NIM : P1337420219052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN KEMIH

A. DEFINISI
(ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal
sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Soegijanto, 2005).
(ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam
saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri,
virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadibaik di pria
maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih
sering menderita daripada pria (Sudoyo Aru,dkk 2009).
(ISK) merupakan faktor resiko yang penting pada terjadinya insufisiensi ginjal
atau stadium terminal sakit ginjal. Infeksi saluran kemih terjadi secara asending oleh
sistitis karena kuan berasal dari flora fekal yang menimbulkan koloni perineum
lalu kuman masuk melalui uretra (Widagdo, 2012).
(ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan bakteri di
dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung
kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar
pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa ISK
(IDI, 2011).
Kesimpulan dari pengertian tentang penyakit infeksi saluran kemih di atas yaitu
dapat disimpulkan infeksi saluran kemih adalah penyakit yang bertumbuhnya kuman
di saluran kemih yang dapat menyerang lebih banyak pada anak perempuan
dibandingkan laki-laki dan juga tidak memandang umur karena bisa menyerang
semua umur baik anak-anak, usia remaja, dewasa dan lansia. Kebiasaan menahan
buang air kecil, kurang minum air putih dan (air kencing susah keluar dan sedikit).
(Wulan, 2014)

B. PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh
mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai
kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri
gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut
terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi pada saluran intestinal maka
terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul demam, anoreksia, mual,
muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang
dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara asenden.
Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara
vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria
melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak
dapat membunuh kuman yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu
tidak mengosongkan kandung kemih maka mikroorganisme akan berkolonisasi di
dalam vesika urinaria. Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan
kateter dan sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih
karena saat membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk
bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat
menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria
dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan
urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa
metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang
ada pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar. Pada penyakit DM kelebihan
insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung glukosa dan adanya gangguan
aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal
sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman
menjadi lebih mudah berkembang. Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan
penyebaran mikroorganisme ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis
urine yang menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih,
ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini
memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke
pelvis ginjal. Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh
kandung kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus
dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari
pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat
selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses fagositosis
pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal mekanisme
pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra).Bila sudah terjadi
obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya kuman menjadi
media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi kerusakan.
Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung
kemih yang tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low back
pain dan dapat terjadi hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. (Wulan, 2014)
PATHWAY (Wulan, 2014) Resiko injury
Uretra pendek, kebersihan
Refluk vesike buruk, pemasangan
ureter kateter, phymosis Infeksi berulang / Komplikasi
penanganan kurang kerusakan
tepat ginjal
Statis urine
Kolonisasi bakteri di
dikandung
perineum/periputeum (E.coli,
staphylacocus, klebsiella)
bakteriuria Masuk ke Bakteri sampai ke ginjal
sal.kemih (ISK bawah /
pyelonephritis)
Melekat & multiplikasi Reseptor histamine &
divesika urinaria kolinergik muskarinik
meningkat
Pengeluaran
pyrogen endogen Infeksi saluran kemih Merangsang pusat
(ISK atas) cystitis / muntah (medulla
oblongata)
Merangsang Bakteri
endothel Proses fagosit mengeluarkan
hypotalamus Mual, muntah
endotoksin

Pembentukan prostaglandin
Reaksi Resiko / defisit
volume cairan
Set point thermostat Pengeluaran mediator kimia
meningkat
Edema / spasme
mukosavesika urinaria / Hesitansi
Peningkatan suhu
tubuh
Nyeri berkemih / Hambatan eliminasi urine
Hyperthermi dysuria
a
Nyeri Akut Gangguan pola tidur
C. ETIOLOGI
E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri,
pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk 2009).
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple )
b. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran darah
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK.
Escherichia coli (80% kasus) dan organism enterik garam-negatif lainny merupakan
organisme yang paling sering menyebabkan ISK : kuman-kuman ini biasanya
ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK antara
lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan
Staphylococcus koagulse- negatif. (Cempaka, 2018)

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Wong (2014), jenis-jenis pemeriksaan diagnostic pada infeksi saluran
kemih (ISK) yaitu :
1. Biopsi gijal : Pengambilan jaringan ginjal dengan teknik terbuka atau perkutan
untuk pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan mikroskop cahaya, electron,
atau imunofluresen.
2. Pemeriksaan USG ginjal atau kandung kemih : Transmisi gelombang ultrasonic
melalui parenkim ginjal, di sepanjang saluran ureter dan di daerah kandung kemih.
3. Pemeriksaan USG (skrotum) : Transmisi gelombang ultrasonic melewati isi
skrotum dan testis.
4. Computed tomography (CT) : Pemeriksaan dengan sinar-X pancaran sempit dan
analisis computer akan menghasilkan rekonstruksi area yang tepat.
5. Pemerikaan kultur dan sensitivitas urine : Pengumpulan specimen steril
6. Pemeriksaan urinalisasi dapat di temukan protenuria, leukosituria, (Leukosit
>5/LPB), Hematuria (eritrosit >5/LPB). (Cempaka, 2018)

E. PENATALAKSANAAN
Menurut ikatan dokter Indonesia IDI (2011), beberapa penatalaksaan medis
mengenai infeksi saluran kemih (ISK) antara lain :
1. Medikamentosa
Penyebab tersering ISK ialah Escherichia coli. Sebelum ada hasil biakan urin dan
uji kepekaan, antibiotik diberikan secara empiric selama 7-10 hari untuk eradikasi
infeksi akut. Jenis antibiotik dan dosis dapat dilihat pada lampiran. Anak yang
mengalami dehidrasi, muntah, atau tidak dapat minum oral, berusia satu bulan atau
kurang, atau dicurigai mengalami urosepsis sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk
rehidrasi dan terapi antibiotik intravena.
2. Bedah
Koreksi bedah sesuai dengan kelainan saluran kemih yang ditemukan.
3. Suportif
Selain pemberian antibiotik, penderita ISK perlu mendapat asupan cairan yang cukup,
perawatan hygiene daerah perineum dan periuretra, serta pencegahan konstipasi.
4. Pemantauan Terapi
Pengobatan fase akut di mulai, gejala ISK umumnya menghilang. Bila belum
menghilang, dipikirkan untuk mengganti antibiotik yang lain. Pemeriksaan kultur dan
uji resistensi urin ulang dilakukan 3 hari setelah pengobatan fase akut dihentikan, dan
bila memungkinkan setelah 1 bulan dan setiap 3 bulan. Jika ada ISK berikan antibiotic
sesuai hasil uji kepekaan.
5. Tumbuh kembang
ISK simpleks umumnya tidak mengganggu proses tumbuh kembang, sedangkan
ISK kompleks bila disertai dengan gagal ginjal kronik akan mempengaruhi proses
tumbuh kembang. (Wulan, 2014)
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya
proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan:
1. Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal
dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut
dan kronik.
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Retensi urine atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah di coba untuk
berkemih namun tidak air yang keluar.
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa bewarna
putih,coklat, atau kemerahan dan baunya sagat menyengat.
3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah.
4. nyeri pada pinggang.
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal(diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual muntah)
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-sembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
H. ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan pengumpulan data, pengaturan, validasi, dan


dokumentasi yang sistematis dan berkesinambungan. Pengakajian asma bronkhial
pada klien (Cempaka, 2018)

Pengumpulan data yang akurat akan membantu dalam menentukan status


kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi, kekuatan dan kebutuhan
klien yang dapat diperoleh melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang.
1) Anamnesa
a) Identitas klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk RS dan diagnosa medis.
b) Keluhan utama : Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi
saluran kemih ,nyeri saat berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi
kemih yang di keluarkan hanya sedikit.
c) Riwayat kesehatan sekarang :
Kaji tentang nyeri saat berkemih, sering sering bolak balik kamar mandi
tetapi kemih yang di keluarkan hanya sedikit.
d) Riwayat kesehatan dahulu : pasien belum pernah mengalami penyakit serius
sebelumnya.
e) Riwayat kesehatan keluarga : tidak terdapat anggota keluarga yang
mengalami penyakit serupa
f) Riwayat psikososial : meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit klien.
2) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum : meliputi keadaan klien, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
b) Kepala dan leher : kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran
, lidah terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, penglihatan kabur, lensa mata keruh.
c) Sistem integument : turgor kulit normal, tidak ada luka atau warna kehitaman
bekas luka, kelembaban dan suhu kulit normal.
d) Sistem pernapasan : ada sesak, batuk, sputum, nyeri dada.
e) Sistem kardiovaskuler : perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f) Sistem gastroinsitenal : Pengkajian abdomen, kesimetrisan, karakteristik
umbilikus, auskultasi bising usus pada empat kuadran, ada/tidaknya distensi,
tenderness, hepatomegaly/splenomegaly. Kaji turgor kulit, dan mual muntah.
Kebiasaan buang air besar, konsistensi tinja, frekuensi, warna dan bau.
Pemeriksaan rektal.
g) Sistem urinaria : Fungsi perkemihan dan ginjal lakukan pemeriksaan nyeri
daerah pinggang atau suprapubis, dysuria, edema, scrotal, periorbital, perifer.
Frekuensi perkemihan, menangis saat berkemih, inkontinensia, karakteristik
urin, bau, warna, status hidrasi, turgor kulit, dan berat jenis urin.
h) Genetelia lihat edema perhatikan iritasi, lesi, kesimetrisan skrotum dan testis,
meatus uretra (kemerahan).
i) Sistem muskuloskeletal : penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstremitas.
j) Sistem neurologis : tidak terjadi penurunan sensoris, parasthesia, letargi,
mengantuk, reflex lambat, kacau mental. (Cempaka, 2018)

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan agens cedera fisik

b. Hambatan eliminasi urine (00016) berhubungan dengan infeksi saluran kemih

c. Gangguan pola tidur (00198) berhubung dengan kesulitan memulai tidur


(Nanda, 2018)
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen nyeri
I. 2x24 jam, diharapkan skala nyeri pasien dapat berkurang
dengan kriteria hasil : 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Agar mendapat informasi serta
mengecek keadaan pasien sesuai
secara komprehensif(lokasi,
Indikator Awal Tujuan skala nyerinya
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Nyeri yang
5 dan faktor presipitasi)
dilaporkan
2. Gunakan strategi komunikasi 2. Agar pasien mampu memahami apa
Panjangnya yang disampaikan perawat
terapeutik untuk mengetahui
episode 5
pengalaman nyeri dan sampaikan
nyeri
penerimaan pasien terhadap nyeri
Ekspresi 3. Gali bersama pasien faktor- 3. Agar pasien mengetahui apa saja
5 penyebab nyerinya
nyeri wajah faktor yang dapat menurunkan atau
Tidak bisa memperberat nyeri
4. Pilih dan implementasikan 4. Agar skala nyeri pada pasien dapat
beristirahat
berkurang dengan melakukan
tindakan yang beragam (misalnya latihan napas dalam
Skala : farmakologi, nonfarmakologi,
1. Berat
interpersonal) untuk memfasilitasi
2. Cukup Berat
penurunan nyeri, sesuai dengan
3. Sedang
kebutuhan
4. Ringan 5. Berikan individu penurunan 5. Agar pasien tidak mengeluh sakit
lagi
5. Tidak ada nyeri yang optimal dengan peresepan
analgesik 6. Agar pasien merasa nyaman
6. Dukung istirahat atau tidur
yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri

II. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam, diharapkan Bantuan berkemih
gangguan saat berkemih dapat berkurang dengan kriteria
hasil : 1. Pertimbangkan kemampuan dalam 1. Agar mengetahui kemampuan pasien
rangka mengenalkeinginan untuk saat ingin BAK
Indikator Awal Tujuan BAK
2. Tetapkan interval untuk jadwal 2. Agar bantuan kepada pasien dapat
Partikel-
membantu berkemih, berdasarkan teratur sesuai kondisi pasien
partikel pada pola pengeluaran (urin)
5 3. Tetapkan waktu untuk memulai dan 3. Agar mengetahui kapan saja pasien
urine
mengakhiri (berkemih) dalam jadwal ingin BAK
terlihat bantuan berkemih jika tidak
Nyeri saat berkemih dalam 24 jam
5 4. Berikan pendekatan dalam 15 menit 4. Agar pasien memahami dan mengerti
kencing
interval yang disarankan untuk apa yang disampaikan perawat
Rasa bantuan berkemih
terbakar 5. Berikan privasi untuk (adanya) 5. Agar pasien merasa nyaman dan tidak
5 aktivitas eliminasi malu dengan orang lain
saat
berkemih
Retensi 5
urine

Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

III. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,


diharapkan pola tidur pasien dapat diatasi dengan kriteria Peningkatan Tidur
hasil :
1. Tentukan pola tidur /aktivitas 1. Agar mengetahui respon pasien
pasien sehingga pasien mendapat kenyamanan
Indikator Awal Tujuan 2. Monitor / catat pola tidur pasien 2. Agar dapat memnatau status
dan jumlah jam tidur perkembangan tidur pasien
Kesulitan 3. Sesuaikan lingkungan (misalnya, 3. Agar tidur pasien dapat nyenyak dan
memulai 5 cahaya, kebisingan, suhu, kasur, pulas
dan tempat tidur) untuk
tidur meningkatkan tidur
4. Bantu untuk menghilangkan 4. Agar pasien menjadi lebih rileks dan
Tidur yang
5 situasi stres sebelum tidur tenang
terputus 5. Sesuaikan jadwal pemberian obat 5. Agar istirahat pasien tidak terganggu
untuk mendukung tidur / siklus
Nyeri 5 bangun pasien

Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
IV. IMPLEMENTASI

Penatalaksanaan keperawatan/ implementasi merupakan tahap proses


keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi tindakan keperawatan
yg telah direncanakan dan mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik,
perlindungan pasien, teknik komunikasi, dan prosedur tindakan. (Nurarif,
2016)

V. EVALUASI

Catat hasil perkembangan selama pasien menjalani perawatan 2 x 24 jam


(Nurarif, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Cempaka. 2018. Asuhan Kperawatan pada Paien An. S dengan Infeksi Saluran
Kemih di Ruang Anak RSUD dr. R. Achmad Mochtar bukuttinggi Tahun
2018. KTI. Fakultas Keperawatan, STIKES Perintis Padang, Padang.

Nanda Internasional, 2018. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2018-


2020 Edisi 11. Jakarta : EGC

Nurarif, A & Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus Jilid I, Jogjakarta :
Mediaction

Wulandari, M. 2014. “Asuhan Keperawatan ISK“. KTI. Fakultas Ilmu Kesehatan,


Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai