Y
DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )
DI BANGSAL CENDANA
RSUD SLEMAN
Disusun Oleh :
Nissa Kurniasih
P07120214023
HALAMAN PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan pada An. Y dengan diagnosa medis ISK ( Infeksi Saluran Kemih ) di
bangsal Cendana RSUD Sleman, telah disahkan pada:
Hari
:
Tanggal
:
Mahasiswa,
Nissa Kurniasih
P07120214023
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan
Pembimbing Pendidikan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Asuhan
Keperawatan terhadap pasien An. Y dengan diagnosa medis ISK( Infeksi Saluran Kemih )
di bangsal Cendana RSUD Slemanini dengan lancar. Penulisan asuhan keperawatan ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan yaitu Keperawatan Anak.
Asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu atas bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih kepada
yang terhormat :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Yogyakarta yang telah menyetujui adanya praktik lab
klinik ini.
2. Ketua Jurusan yang telah mengadakan Praktik Lab Klinik Keperawatan Medikal
Bedah sehingga kami dapat berlatih dan mendapatkan keterampilan yang cukup
banyak.
3. Direktur RSUD Sleman yang telah menerima kami untuk praktik sehingga kami
mendapatkan pengalaman menangani pasien secara langsung.
4. Para perawat bangsal Cendana yang telah menerima, membimbing, mengajari serta
mendampingi kami dalam melaksanakan praktik lab klinik ini.
5. Eko Suryani, S.Pd, S.Kep, MA sebagai pembimbing akademik yang telah
mendampingi dan membimbing kami selama kami menjalani praktik lab klinik.
6. Isnaini Romdhiah, S.ST sebagai pembimbing lapangan yang telah mendampingi
dan membimbing kami selama praktik maupun dalam penyusunan laporan harian
dan asuhan keperawatan ini.
7. Rekan-rekan kelas D-4 Keperawatan yang telah memberi beberapa masukan.Secara
khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik
selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap, Asuhan Keperawatan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Sleman, 3 Oktober 2016
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih atau sering di singkat ISK, akhir-akhir ini menjadi topic
yang ramai dibicarakan di kalangan masyarakat terutama orang tua yang mempunyai
anak remaja perempuan. Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan masalah kesehatan
yang cukup serius di bagi jutaan orang tiap tahun. ISK merupakan penyakit infeksi
nomor 2 paling banyak menyerang manusia.
Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin
tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan
berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum adalah
infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis.
Bakteri atau kuman yang paling sering mengakibatkan ISK antara lain Escherichia
coli, Klebsiella dan Pseudomonas. Dari penderita, menurut penelitian, kira-kira ada
sekitar 10% yang tidak bergejala.
Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut
sebagai ISK asimtomatis. Dalam hal ini penderita tidak merasakan apa-apa. Mungkin
gejalanya ada tetapi orang tersebut menganggapnya sebagai gejala biasa. Untuk yang
tidak bergejala baru diketahui setelah diperiksa melalui tes urine dimana dalam
urinenya terdapat banyak bakteri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui penerapan asuhan keperawatan pasien dengan Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi ISK
b. Mengetahui fisologi ISK
c. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi ISK
d. Mengetahui etiologi ISK
e. Mengetahui manifestasi klinis ISK
f. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada ISK
g. Menggambarkan asuhan keperawatan pasien tentang pengkajian, analisa data,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses/ hasil pada pasien
dengan ISK.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa
kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran infeksi
dari bakteri (M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal. 217).
Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel sel urotelium melapisi
saluran kemih (Sibuea, W. Heidin, 2005 hal. 16).
Infeksi saluran kencing (ISK) sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada
mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari bakteri (Nursalam,2006)
Infeksi saluran kemih adalah keadaan bertumbuh dan berkembangnya kuman di
dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna. (Kapita selekta Kedokteran Jilid
II Edisi III.2008)
B. Epidemiologi
Infeksi saluran kemih pada anak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Angka
rasio kejadian infeksi saluran kemih pada anak dilaporkan untuk rasio bayi laki laki
dan perempuan pada awal kehidupan bayi adalah antara 3:1 dan 5:1. setelah masa bayi,
anak perempuan lebih sering mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan laki laki
yaitu dengan rasio L/P 1:4 untuk infeksi yang simtomatis dan 1:25 untuk infeksi yang
asimtomatis. Prevalensi pada anak perempuan berkisar 3 5% sedangkan anak laki-laki
1%.
Angka kekambuhan cukup tinggi yaitu pada anak perempuan 30% pada tahun
pertama dan 50% dalam 5 tahun kedepan. Sedangkan pada anak laki-laki angka
kekambuhan sekitar 15-20% pada tahun pertama dan setelah umur 1 tahun jarang
ditemukan kekambuhan. ISK yang terjadi nosokomial di rumah sakit pernah dilaporkan
sebanyak 14,2% per 1000 penderita anak, hal ini terjadi biasanya karena pemakaian
kateter urin jangka panjang.
Dewasa wanita rentan terhadapa ISK Karena, penyebabnya adalah saluran uretra
(saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan
lebih pendek (sekitar 3-5 cm). Berbeda dengan uretra laki-laki yang panjang, sepanjang
penisnya, sehingga kuman sulit masuk.
C. Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi kandung
kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :
1.
2.
3.
4.
karena Musculus Detrusor mengembang mengikuti jumlah air kemih lewat 400
cc ke atas tekanan meningkat dan meregangkan Musculus Detrusor.
Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral
dengan susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke
Musculus Detrusor (mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra
internal untuk membuka sehingga timbul keinginan untuk BAK, dengan
mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.
Komposisi Urine
Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda,
tidak terdapat glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit
pesing, berat jenis 1010 1030.
Urine terdiri dari :
1. Air
2. Elektrolit
3. Zat asam sisa metabolisme
2. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh
mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang
mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,
enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal
mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi
pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal
dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk
melalui urethra secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan
karena hubungan sex yang terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada
wanita muda, dimana jarak antara vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat
membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH
vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada
vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka
mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan
sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat
membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan
alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan
mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria dan menyebar
ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan urine sedikit
keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa metabolisme
adalah 1400 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada
vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine
mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan
Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung
glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme
ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan
infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan
suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini memungkinkan terjadinya
Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung
kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana
dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada
urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat
selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses
fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra)
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila
saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri terutama
pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218).
F. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi
saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan
saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat
menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
a. Meningkatkan intake cairan 2 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
b. Perubahan pola hidup diantaranya :
1) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
2) Pakaian dalam dari bahan katun
3) Menghindari kopi, alkohol
2. Obat-obatan
a. Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
1) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 2 minggu
2) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti )
dalam jangka waktu 3 4 minggu
3) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur
dalam waktu 3 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila
ada komplikasi lebih lanjut.
b. Analgetik dan Anti spasmodik
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
c. Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.
urine?
7) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
8) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas
9) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
e. Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah
dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap
penyakitnya.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa Keperawatan NANDA
a. Nyeri Akut yang berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung
kemih
c. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit yang diderita dan pengobatannya
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi NIC NOC
a. Nyeri Akut yang berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra
Kriteria Hasil :
1)
2)
3)
4)
Intervensi :
1) Kaji intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat
ditoleran.
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otototot
3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih
4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
Kriteria hasil :
1) Kandung kemih kosong secara penuh
2) Tidak ada infeksi saluran kemih
3) Tidak ada spasme bladder
Intervensi :
1) Kaji TTV
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum klien.
2) Observasi karakteristik urin
Rasional : mengetahui tanda ketidaknormalan urin
3) Anjurkan minum 2 liter per hari
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan menjaga hidrasi
4) Bantu klien posisi nyaman BAK
Rasional: memudahkan proses bak
5) Ajarkan perawatan perianal
Rasional : menjaga kebersihan dan mengurangi infeksi
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Kriteria Hasil :
a. suhu tubuh dalam rentang normal
Suhu ; 36-37C
b. nadi dan RR dalam rentang normal
N : 60-80 x/menit
RR : 16-20 X/menit
Intervensi :
a. Observasi TTV
Rasional: mengetahui kaedaan umum klien
b. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38 C.
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
c. Kaji keadekuatan hidrasi
Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
d. Kompres air hangat.
Rasional : Untuk menurunkan suhu tubuh
e. Kolaborasi pemberian antipiretik.
Rasional : Antipireti menurunkan suhu tubuh
Daftar Pustaka
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : AGC.
Manjoer,
arief
dkk.2008.Kapita
Selekta
Kedokteran
Jilid
pertama
edisi
ketiga.Jakarta.Media Aesculapius
M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Nuha Medika