Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

Y
DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )
DI BANGSAL CENDANA
RSUD SLEMAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan


Keperawatan Anak

Dosen pembimbing : Eko Suryani, S.Pd, S.Kep, MA

Disusun Oleh :
Nissa Kurniasih
P07120214023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
D-IV KEPERAWATAN
2016

HALAMAN PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan pada An. Y dengan diagnosa medis ISK ( Infeksi Saluran Kemih ) di
bangsal Cendana RSUD Sleman, telah disahkan pada:
Hari
:
Tanggal
:

Mahasiswa,

Nissa Kurniasih
P07120214023
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan

Pembimbing Pendidikan

Isnaini Romdhiah, S.ST

Eko Suryani, S.Pd, S.Kep, MA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Asuhan
Keperawatan terhadap pasien An. Y dengan diagnosa medis ISK( Infeksi Saluran Kemih )
di bangsal Cendana RSUD Slemanini dengan lancar. Penulisan asuhan keperawatan ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan yaitu Keperawatan Anak.
Asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu atas bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih kepada
yang terhormat :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Yogyakarta yang telah menyetujui adanya praktik lab
klinik ini.
2. Ketua Jurusan yang telah mengadakan Praktik Lab Klinik Keperawatan Medikal
Bedah sehingga kami dapat berlatih dan mendapatkan keterampilan yang cukup
banyak.
3. Direktur RSUD Sleman yang telah menerima kami untuk praktik sehingga kami
mendapatkan pengalaman menangani pasien secara langsung.
4. Para perawat bangsal Cendana yang telah menerima, membimbing, mengajari serta
mendampingi kami dalam melaksanakan praktik lab klinik ini.
5. Eko Suryani, S.Pd, S.Kep, MA sebagai pembimbing akademik yang telah
mendampingi dan membimbing kami selama kami menjalani praktik lab klinik.
6. Isnaini Romdhiah, S.ST sebagai pembimbing lapangan yang telah mendampingi
dan membimbing kami selama praktik maupun dalam penyusunan laporan harian
dan asuhan keperawatan ini.
7. Rekan-rekan kelas D-4 Keperawatan yang telah memberi beberapa masukan.Secara
khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik
selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap, Asuhan Keperawatan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Sleman, 3 Oktober 2016

Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih atau sering di singkat ISK, akhir-akhir ini menjadi topic
yang ramai dibicarakan di kalangan masyarakat terutama orang tua yang mempunyai
anak remaja perempuan. Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan masalah kesehatan
yang cukup serius di bagi jutaan orang tiap tahun. ISK merupakan penyakit infeksi
nomor 2 paling banyak menyerang manusia.
Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin
tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan
berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum adalah
infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis.
Bakteri atau kuman yang paling sering mengakibatkan ISK antara lain Escherichia
coli, Klebsiella dan Pseudomonas. Dari penderita, menurut penelitian, kira-kira ada
sekitar 10% yang tidak bergejala.
Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut
sebagai ISK asimtomatis. Dalam hal ini penderita tidak merasakan apa-apa. Mungkin
gejalanya ada tetapi orang tersebut menganggapnya sebagai gejala biasa. Untuk yang
tidak bergejala baru diketahui setelah diperiksa melalui tes urine dimana dalam
urinenya terdapat banyak bakteri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui penerapan asuhan keperawatan pasien dengan Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi ISK
b. Mengetahui fisologi ISK
c. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi ISK
d. Mengetahui etiologi ISK
e. Mengetahui manifestasi klinis ISK
f. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada ISK
g. Menggambarkan asuhan keperawatan pasien tentang pengkajian, analisa data,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses/ hasil pada pasien
dengan ISK.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa
kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran infeksi
dari bakteri (M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal. 217).
Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel sel urotelium melapisi
saluran kemih (Sibuea, W. Heidin, 2005 hal. 16).
Infeksi saluran kencing (ISK) sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada
mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari bakteri (Nursalam,2006)
Infeksi saluran kemih adalah keadaan bertumbuh dan berkembangnya kuman di
dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna. (Kapita selekta Kedokteran Jilid
II Edisi III.2008)
B. Epidemiologi
Infeksi saluran kemih pada anak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Angka
rasio kejadian infeksi saluran kemih pada anak dilaporkan untuk rasio bayi laki laki
dan perempuan pada awal kehidupan bayi adalah antara 3:1 dan 5:1. setelah masa bayi,
anak perempuan lebih sering mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan laki laki
yaitu dengan rasio L/P 1:4 untuk infeksi yang simtomatis dan 1:25 untuk infeksi yang
asimtomatis. Prevalensi pada anak perempuan berkisar 3 5% sedangkan anak laki-laki
1%.
Angka kekambuhan cukup tinggi yaitu pada anak perempuan 30% pada tahun
pertama dan 50% dalam 5 tahun kedepan. Sedangkan pada anak laki-laki angka
kekambuhan sekitar 15-20% pada tahun pertama dan setelah umur 1 tahun jarang
ditemukan kekambuhan. ISK yang terjadi nosokomial di rumah sakit pernah dilaporkan
sebanyak 14,2% per 1000 penderita anak, hal ini terjadi biasanya karena pemakaian
kateter urin jangka panjang.
Dewasa wanita rentan terhadapa ISK Karena, penyebabnya adalah saluran uretra
(saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan
lebih pendek (sekitar 3-5 cm). Berbeda dengan uretra laki-laki yang panjang, sepanjang
penisnya, sehingga kuman sulit masuk.

C. Klasifikasi

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi kandung
kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :
1.
2.
3.
4.

Kandung kemih (sistitis)


Uretra (uretritis)
Prostat (prostatitis)
Ginjal (pielonefritis)

Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :


1. Infeksi saluran kemih Uncomplicated ( simple )
2. Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing
baik, anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih ini pada usia
lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.
3. Infeksi saluran kemih Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiot ika ,
sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih ini terjadi bila
terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan
prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
c. Gangguan daya tahan tubuh.
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang
memproduksi urease.
D. Etiologi
1. Bakteri (Eschericia Coli)
2. Jamur dan virus
3. Insfeksi ginjal
4. Prostat hipertropi (urine sisa)
( Susan Martin Tucker, dkk. 1998)
5. E Coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain adalah klebsiela, enterobakter,
pseudomonas, steptokok, dan stafilokok
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi III. 2008)
Faktor lain penyebab ISK :
1. Factor predisposisi
a. Infeksi saluran kemih bagian atas disebabkan oleh :
1) Obstruksi (hipertropi) prostat, katup (striktur uretra)
2) Gangguan pengosongan kandung kemih (neuropatik, divertikula)
3) Kateterisasai /instrumentasi
4) Infeksi ginjal
b. Infeksi saluran kemih bagian bawah disebabkan oleh :
1) Fistula Vesikoureter
2) Obstruksi (misalnya, batu, striktur)
2. Mikrobiologis

Mikroorganisme penyebab E.Coli,Enterocoli, Proteus spp, Stafilokokus aureus,


klebsiela spp, koliform lainnya, Enterococcus faecalis, S. Saprophyciccus, S.
Epidermidis, Pseudumonas Aeruginosa,Mycobaterium tuberculosis
(Nursalam,2006), (B.K., Mandal dkk,2011)
E. Anatomi, Fisiologi dan Patofisiologi
1. Anatomi dan Fisiologi
Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra.
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua sisi
kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri karena
tertekan ke bawah oleh hati katup terletak di kosta ke-12, sedangkan ginjal kiri
terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125 gram.
Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika
urinaria, panjang ureter 10 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika
urinaria. Kandung kemih adalah suatu organ yang berongga yang terletak di sebelah
anterior tepat di belakang os pubis, yang tersusun dari otot polos, yang berkontraksi
dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine sementara dan menyalurkan urine
ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat mengembang dan berjalan dari
kandung kemih keluar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada pria 8
inci.
Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah :
a. Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta
membuang cairan yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
b. Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan
mensekresi ion H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
d. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan
sekresi urine.
e. Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh
kalsium fosfat ginjal.
f. Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan
merangsang sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
g. Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang
terdapat pada filtrasi glomerulus.
Pembentukan Urine

Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal


pembentuk urine. Ginjal ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah
glomerulus dan sebuah tubulus. Dinding kapiler glomerulus tersusun oleh sel-sel
endotel dan membran basalis, Glomerulus membentang dan membentuk tubulus
yang terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Tubulus proximal :
Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring
ke dalam nefron dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu :
air, elektrolit dan molekul kecil lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di
proses hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap kembali ke dalam darah, kecuali
glukosa 100 % di serap yang disebut dengan Reabsorbsi Obligat (mutlak).
2. Ansa Henle
Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa
henle desenden, ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan
meningkat, ketika naik lewat ansa henle asenden ada transportasi aktif H 2O
(dikeluarkan)
3. Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :
a. Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon
Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic
hormon sehingga penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi
sedikit. Begitu sebaliknya bila air berlebih jumlah anti diuretik hormon
sedikit dan filtrat dapat lolos yang akhirnya jadi urine banyak.
b. Bekerjanya anti diuretik hormon
Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk
melakukan transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik
natrium.
c. Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.
4. Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi
proses reabsorbsi air oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati
ductus kolligentes maka disebut dengan urine yang dilanjutkan ke kalix
minor menuju kalix mayor dan melewati pelvis ginjal mengalirkan urine ke
ureter menuju ke vesika urinaria dengan gerakan peristaltik yang membuka
sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat
penampungan sementara.
5. Vesika Urinaria
Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi
sedikit urine, mulai dari volume 0 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit
bertambah. Dari volume 100 400 cc tekanan kandung kemih tidak berubah,

karena Musculus Detrusor mengembang mengikuti jumlah air kemih lewat 400
cc ke atas tekanan meningkat dan meregangkan Musculus Detrusor.
Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral
dengan susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke
Musculus Detrusor (mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra
internal untuk membuka sehingga timbul keinginan untuk BAK, dengan
mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.
Komposisi Urine
Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda,
tidak terdapat glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit
pesing, berat jenis 1010 1030.
Urine terdiri dari :
1. Air
2. Elektrolit
3. Zat asam sisa metabolisme
2. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh
mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang
mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,
enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal
mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi
pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal
dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk
melalui urethra secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan
karena hubungan sex yang terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada
wanita muda, dimana jarak antara vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat
membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH
vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada
vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka
mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan
sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat
membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan

alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan
mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria dan menyebar
ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan urine sedikit
keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa metabolisme
adalah 1400 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada
vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine
mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan
Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung
glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme
ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan
infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan
suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini memungkinkan terjadinya
Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung
kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana
dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada
urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat
selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses
fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra)
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila
saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri terutama
pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218).

F. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :

o Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih


o Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
o Hematuria
o Nyeri punggung dapat terjadi
o Disuria
o Polakisuria
o Kencing mengejan
o Tanpa demam
(Kapita Selekta Kedokteran Edisi II, Jilid III. 2008)
2. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
o Demam
o Menggigil
o Nyeri panggul dan pinggang
o Nyeri ketika berkemih
o Malaise
o Pusing
o Mual dan muntah
(Kapita Selekta Kedokteran Edisi II, Jilid III. 2008
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya
proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan
intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati
dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis

a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi
saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan
saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat
menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
a. Meningkatkan intake cairan 2 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
b. Perubahan pola hidup diantaranya :
1) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
2) Pakaian dalam dari bahan katun
3) Menghindari kopi, alkohol
2. Obat-obatan
a. Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
1) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 2 minggu
2) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti )
dalam jangka waktu 3 4 minggu
3) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur
dalam waktu 3 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila
ada komplikasi lebih lanjut.
b. Analgetik dan Anti spasmodik
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
c. Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.

Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih


J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
b. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
1) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
2) Adakah obstruksi pada saluran kemih?
c. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
1) Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
2) Imobilisasi dalam waktu yang lama.
3) Apakah terjadi inkontinensia urine?
d. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
1) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi
2)
3)
4)
5)
6)

terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)


Adakah disuria?
Adakah urgensi?
Adakah hesitancy?
Adakah bau urine yang menyengat?
Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi

urine?
7) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
8) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas
9) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
e. Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah
dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap
penyakitnya.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa Keperawatan NANDA
a. Nyeri Akut yang berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung
kemih
c. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit yang diderita dan pengobatannya
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi NIC NOC
a. Nyeri Akut yang berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra
Kriteria Hasil :
1)
2)
3)
4)

Mampu mengontrol nyeri


Melaporkan bahwa nyeri berkurang menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengnali nyeri (skala nyeri 1-10)
Menyatakan rasa nyama setelah nyeri berkurang

Intervensi :
1) Kaji intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat
ditoleran.
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otototot
3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih
4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri
3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi saluran kemih
Kriteria hasil :
1) Kandung kemih kosong secara penuh
2) Tidak ada infeksi saluran kemih
3) Tidak ada spasme bladder
Intervensi :
1) Kaji TTV
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum klien.
2) Observasi karakteristik urin
Rasional : mengetahui tanda ketidaknormalan urin
3) Anjurkan minum 2 liter per hari
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan menjaga hidrasi
4) Bantu klien posisi nyaman BAK
Rasional: memudahkan proses bak
5) Ajarkan perawatan perianal
Rasional : menjaga kebersihan dan mengurangi infeksi
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Kriteria Hasil :
a. suhu tubuh dalam rentang normal
Suhu ; 36-37C
b. nadi dan RR dalam rentang normal
N : 60-80 x/menit
RR : 16-20 X/menit
Intervensi :
a. Observasi TTV
Rasional: mengetahui kaedaan umum klien
b. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38 C.
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
c. Kaji keadekuatan hidrasi
Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
d. Kompres air hangat.
Rasional : Untuk menurunkan suhu tubuh
e. Kolaborasi pemberian antipiretik.
Rasional : Antipireti menurunkan suhu tubuh

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penyakit yang diderita dan pengobatannya
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan, jadwal, dan
kemungkinan efek samping.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan
membuat pilihan berdasarkan informasi.
b. Anjurkan melakukan aktifitas biasanya secara bertahap sesuai toleransi, dan
sediakan waktu untuk istrahat adekuat.
Rasional : menjaga kelemahan dan meningkatkan perasaan sehat.
4. Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a. Nyeri yang menetap atau bertambah
b. Perubahan warna urine
c. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin
kencing, menetes setelah berkemih.

Daftar Pustaka

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : AGC.
Manjoer,

arief

dkk.2008.Kapita

Selekta

Kedokteran

Jilid

pertama

edisi

ketiga.Jakarta.Media Aesculapius
M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai