A. Definisi
B. Klasifikasi
1. Limfadenitis Nonspesifik Akut
Limfadenitis ini bentuknya terbatas pada sekelompok kelenjar getah bening
yang mendrainase suatu fokus infeksi, atau mungkin generalisata apabila
terrjadi infeksi bakteri atau virus sistemik. Secara histologis, tampak pusat
germinativum besar yang memperlihatkan banyak gambaran mitotik. Apabila
keadaan ini disebabkan oleh organisme piogenik, disekitar folikel dan di dalam
sinus limfoid ditemukan infiltrat neutrofilik. Pada infeksi yang parah, pusat
germinativum mengalami nekrosis sehingga terbentuk abses. Apabila infeksi
terkendali, kelenjar getah bening akan kembali tampak normal atau terjadi
pembentukan jaringan parut apabila dekstruktif.
2. Limfadenitis Nonspesifik Kronik
Menimbulkan tiga pola, bergantung pada agen penyebabnya: hiperplasia
folikel, hiperplasia limfoid parakorteks, atau histiositosis sinus. Hiperplasia
folikel berkaitan dengan infeksi atau proses proses peradangan yang
mengaktifkan sel B. Sel B dalam berbagai tahap diferensiasi berkumpul di
dalam pusat germinativum besar yang bulat atau oblong (folikel sekunder).
Hiperplasia limfoid parakorteks ditandai dengan perubahan reaktif di dalam
regio sel T kelenjar getah bening. Sel T parafolikel mengalami proliferasi dan
transformasi menjadi imunoblas yang mungkin menyebabkan lenyapnya
folikel germinativum.
C. Etiologi
E. Manifestasi Klinis
Gejala untuk menganalisa apakah terkena penyakit ini adalah kelenjar getah
bening yang terserang biasanya akan membesar dan jika diraba terasa lunak dan
nyeri, selain itu gejala klinis yang timbul adalah:
1. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38C
2. Nyeri tekan,
3. Terjadi radang
4. Cepat lemah dan cepat terasa lemah
5. Nafsu makan berkurang
6. Kulit di atasnya terlihat merah dan terasa hangat, pembengkakan ini akan
menyerupai daging tumbuh atau biasa disebut dengan tumor. Dan untuk
memastikan apakah gejala-gejala tersebut merujuk pada penyakit limfadenitis
maka perlu adanya pengangkatan jaringan untuk pemeriksaan di bawah
mikroskop.
F. Komplikasi
1. Pembentukan abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang
mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi ronggatersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong.
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding
pembatas abses; hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah
penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi
bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung
kepada lokasi abses.
2. Selulitis (infeksi kulit)
Selulitis adalah suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di
bawah kulit. Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam
pembuluh getah bening dan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa
menyebar ke seluruh tubuh.
3. Sepsis (septikemia atau keracunan darah)
Sepsis adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya atau mengancam
nyawa, yang ditemukan dalam hubungan dengan infeksi yang diketahui atau
dicurigai (biasanya namun tidak terbatas pada bakteri-bakteri).
4. Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang disebabkan oleh TBC)
Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening,
padat / keras, multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula
sudah terjadi perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak seperti
abses tetapi tidak nyeri. Apabila abses ini pecah ke kulit, lukanya sulit sembuh
oleh karena keluar secara terus menerus sehingga seperti fistula. Fistula
merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system / daya
tahan tubuh setiap individual.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan
Pengobatan tergantung dari organisme penyebabnya. Untuk infeksi bakteri,
biasanya diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut) atau intravena (melalui
pembuluh darah). Untuk membantu mengurangi rasa sakit, kelenjar getah
bening yang terkena bisa dikompres hangat. Biasanya jika infeksi telah diobati,
kelenjar akan mengecil secara perlahan dan rasa sakit akan hilang. Kadang-
kadang kelenjar yang membesar tetap keras dan tidak lagi terasa lunak pada
perabaan.
Pengobatan pada infeksi kelenjar getah bening oleh bakteri (limfadenitis)
adalah anti-biotic oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama
flucloxacillin 25 mg/kgBB empat kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap
antibiotic golongan penicillin dapat diberikan cephalexin 25 mg/kg (sampai
dengan 500 mg) tiga kali sehari atau erythromycin 15 mg/kg (sampai 500 mg)
tiga kali sehari.
2. Pencegahan
Menjaga kesehatan dan kebersihan badan bisa membantu mencegah terjadinya
berbagai infeksi.
H. Pemerikasaan Penunjang
1. Hasil Laboratorium pada limfadenitis
dan sensitivitas pada eksudat luka atau pus dapat membantu pengobatan infeksi.
2. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang meliputi pemeriksaan mikroskopis dan kultur.
Spesimen untuk mikrobiologi dapat diperoleh dari sinus atau biopsi aspirasi.
Dengan pemeriksaan ini kita dapat memastikan adanya mikroorganisme pada
spesimen.
Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium
yang membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan
diperlukan untuk memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan
organisme penyebab infeksi.
3. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui
ukuran, bentuk, dan gambaran mikronodular. USG juga dapat dilakukan untuk
membedakan penyebab pembesaran kelenjar (infeksi, metastatik, lymphoma,
atau reaktif hiperplasia).
4. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine
Needle Aspiration Biopsy/ FNAB), adalah prosedur biopsi yang
menggunakan jarum sangat tipis yang melekat pada jarum suntik
untuk menarik (aspirasi) sejumlah kecil jaringan dari lesi abnormal. Sampel
jaringan ini kemudian dilihat di bawah mikroskop.
Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Bagian
apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat
diperiksa.
Indikasi Fine Needle Aspiration Biopsy:
Pasien yang menjalani FNAB umumnya dideteksi memiliki massa jaringan
lunak di bawah permukaan kulit atau mukosa selama pemeriksaan klinis.
Massa leher dapat dideteksi dengan teknik ini. Karena massa yang dalam
sulit dibiopsi, FNAB dapat sangat membantu.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB.
Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan.
KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang
adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
5. CT Scan
CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk mengambil
gambar tubuh untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan limfadenitis.
CT scan dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan biopsi aspirasi kelenjar
limfe intratoraks dan intraabdominal. CT Scan dapat mendeteksi pembesaran
KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.
Sistem limfatik dapat diperiksa dengan sinar-X setelah penyuntikan media
kontras langsung ke pembuluh limfa ditangan dan kaki. Teknik ini,
limfangiografi merupakan cara mendeteksi keterlibatan nodus akibat metastase
karsinoma, limfoma atau infeksi di tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh
petugas kesehatan, kecuali dengan pembedahan terbuka.
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum.
Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak
Tanda :
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang
menunjukkan kelelahan
b. Sirkulasi
Gejala :
Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda :
Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran
nodus limfa adalah kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan
obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda
lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
c. Integritas ego
Gejala :
Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut
mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan
(kemoterapi dan terapi radiasi)
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut
kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang
tergantung pada keluarga.
Tanda :
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
d. Eliminasi
Gejala :
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi
(infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda :
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi
(hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
(splenomegali)
Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/
gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi
lebih lanjut)
e. Makanan/cairan
Gejala :
Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan
10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan
tanpa upaya diet.
Tanda :
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder
terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi
vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-
Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran
nodus limfa intraabdominal)
f. Neurosensori
Gejala :
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh
pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda :
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap
sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan
diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap
batang spinal.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri
tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala :
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.Tanda :
Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan
dan kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf
laringeal).
i. Keamanan
Gejala :
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus
untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi
bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang
titer tinggi virus Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai
beberapa minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam,
keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda :
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa
gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal
paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian
nodus aksila dan mediastinal)
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tonsil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan, dan
tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer.
2. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas
otot
3. Resiko tinggi gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
factor internal: perubahan sirkulasi dan deficit imunologis
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyak
C. Intervensi Keperawatan
Dx II : Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas
otot
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x24 jam,diharapakan
nyeri yang dirasakan pasien berkurang
Kriteria hasil: klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, klen tampak rileks dan
mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, Membantu mengevaluasi derajat
intensitas (skala 0-10) ketidaknyamanan dan keefektifan
analgesic atau dapat menyatakan
terjadinya komplikasi
Dorong pasien untuk menyatakan Menurunkan assietas atau takut dapat
masalah meningkatkan relaksasi atau kenyamanan
Dorong penggunaan teknik relaksasi, Membantu pasien untuk istirahat lebih
misalnya bimbingan imajinasi, efektif dan memfokuskan kembali
visualisasi, berikan aktivitas senggang perhatian, sehingga menurunkan nyeri
dan ketidaknyamanan.
Kolaborasi : berikan obat sesuai Menurunkan nyeri, meningkatkan
indikasi, misalnya narkotik, analgesic. kenyamanan
Dx III : Resiko tinggi gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
factor internal: perubahan sirkulasi dan deficit imunologis
Tujuan: tidak terjadi gangguan integritas kulit
Criteria hasil: mencapai pemuluhan luka tepat waktu tanpa komplikasi
Intervensi Rasional
Pantau tanda vital dengan sering, Mungkin indikatif dari pembentukan
periksa luka dengan sering terhdap hematoma atau terjadinya infeksi, yang
bengkak insisi berlebihan, inflamasi, menunjang perlambatan pemulihan luka
drainase. dan meningkatkan resiko pemisahan luka
atau dehisens
Tingkatkan nutrisi dan masukan cairan Membantu untuk mempertahankan
adekuat volume sirkulasi yang baik untuk perfusi
jaringan dan memenuhi kebutuhan energy
seluler untuk memudahkan proses
regenerasi atau penyembuhan jaringan.
Inspeksi seluruh area kulit, adanya Kulit biasanya cendrung rusak karena
kemerahan, pembengkakan. perubahan sirkulasi perifer
ketidakmampuan meraasakan
tekanan,gangguan pengaturan suhu
Lakukan masasse dan lubrikasi pada Meningkatkan sirkulasi dan melindungi
kulit dengan lotion atau minyak. permukaan kulit, mengurangi terjadinya
ulserasi.
Dx IV : Hipertermi b.d proses penyakit
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam suhu tubuh pasien
menjadi stabil, nyeri otot hilang.
Intervensi Rasional
Kaji suhu tubuh pasien, bila diperlukan R/ mengetahui peningkatan suhu tubuh,
lakukan observasi ketat untuk
mengetahui perubahan suhu klien
Beri kompres hangat R/ mengurangi panas dengan pemindahan
panas secara konduksi. Air hangat
mengontrol pemindahan panas secara
perlahan tanpa menyebabkan hipotermi
atau menggigil
Anjurkan pasien untuk menggunakan R/ Memberikan rasa nyaman dan pakaian
pakaian yang tipis dan mudah menyerap yang tipis mudah menyerap keringat dan
keringat tidak merangsang peningkatan suhu
. tubuh
Observasi intake dan output, tanda vital R/ Mendeteksi dini kekurangan cairan
(suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam serta mengetahui keseimbangan cairan
sekali atau sesuai indikasi dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
Kolaborasi : pemberian cairan intravena R/ Pemberian cairan sangat penting bagi
dan pemberian obat antiperetik sesuai pasien dengan suhu tubuh yang tinggi.
program. Obat khususnya untuk menurunkan panas
tubuh pasien.