Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Konsep Dasar Medis


a. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberkulosis, kuman tersebut biasanya
masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru.
Kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui
sistem peredaran darah. Sistem saluran limfe, melalui saluran nafas (bronchi) atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
b. Etiologi/penyebab
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 /um dan tebal 0,3 – 0,6
/um. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak lipid. Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant (tidur).
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam
sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan
bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.
Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada
bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberculosis.
c. Patofisiologi
Daya penularan dari seorang penderita tuberculosis ditentukan oleh
banyaknya kuman yang terdapat dalam penderita, persebaran dari kuman-kuman
tersebut dalam udara serta dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada
di udara di sekitar penderita tuberculosis. Dan kuman dapat terlihat langsung
dengan mikroskop pada sediaan dahaknya penderita BTA positif adalah sangat
menular.
Penderita tuberculosis eksterna paru tidak menular, kecuali penderita itu
menderita tuberculosis paru. Penderita tuberculosis BTA positif mengeluarkan
kuman-kuman ke udara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu batuk
atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan menjadi
droplet yang mengandung kuman tuberculosis dan dapat tetap bertahan di udara
selama beberapa jam.
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap oleh orang lain jika kuman
tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, mereka mulai
membelah diri (berkembang biak) dan terjadi infeksi, ini adalah cara bagaimana
infeksi tersebut menyebar dari satu orang ke orang lain. Orang yang serumah
dengan penderita Tuberculosis Paru BTA positif adalah orang yang besar
kemungkinan terpapar dengan kuman tuberculosis.
d. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala paling umum pada penderita Tuberculosis Paru adalah :
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza dan kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40 – 41 0C serangan demam dapat sembuh kembali
begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga klien
merasa tidak terbebas dari serangan demam influenza. Dan keadaan ini sangat
dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman
tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus, batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar
karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja
bentuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat
batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) keadaan berlanjut
adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh daran yang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitasi, tapi juga
terjadi pada ulkus dinding bronkus.
Pada penyakit yang ringan (baru timbul) belum dirasakan sesak nafas, sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah setengah bagian paru-paru.
3. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
4. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan). Badan semakin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-
lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul
secara tidak teratur.
e. Pemeriksaan Penunjang
1.) Pemeriksaan bakteriologis
Sputum
Tanda pasti penderita tuberculosis ditetapkan dengan pemeriksaan kultur,
namun biaya mahal dan membutuhkan waktu 6 – 8 minggu. Pemeriksaan
dahak ini lebih cepat dan lebih murah. Pemeriksaan tersebut berupa
pemeriksaan mikroskopis dari dahak yang telah dibuat sediaan apus dan
diwarnai secara Ziehl Nelson bila kuman basil tahan asam dijumpai dua
kali dari tiga kali pemeriksaan penderita disebut penderita BTA positif.
Pemeriksaan sputum secara mikroskopis ini merupakan satu-satunya cara
dimana diagnosis dapat dipastikan ini sangat penting untuk dilaksanakan
mengingat ketepatan dan efesiensinya dalam menentukan penderita
tuberculosis.
2.) Pemeriksaan radiologi (foto rontgen).
Diagnosis yang didasarkan pada pemeriksaan radiologi (foto
rontgen) belum merupakan diagnosis pasti. Kelainan-kelainan yang
dijumpai pada foto rontgen thorax mungkin dapat disebabkan oleh
tuberculosis atau keadaan lain. Dimana gambaran pada foto rontgen
tersebut tidak selalu spesifik untuk tuberculosis. Pada beberapa orang yang
sebelumnya menderita tuberculosis dan sekarang sudah sembuh (sebab itu
tidak perlu pengobatan) dapat mempunyai gambaran foto rontgen thorax
seperti tuberculosis yang memerlukan pengobatan. Pemeriksaan foto
rontgen thorax mungkin berguna pada penderita-penderita suspek yang
belum pernah diobati sebelumnya dengan hasil pemeriksaan sputum
negatif.
3.) Tes tuberkulin
Tes tuberkulin hanya mempunyai nilai yang terbatas dalam
pekerjaan klinis. Terutama bila penyakit tuberculosis banyak dijumpai
suatu hasil tes yang positif tidak selalu diikuti dengan penyakit. Demikian
juga hasil tes negatif tidak selalu menyingkirkan tuberculosis. Tes
tuberkulin ini mungkin hanya berguna dalam menentukan diagnosis dari
penderita-penderita yang sputum negatif (terutama pada anak-anak yang
mempunyai kontak dengan seorang penderita tuberkulosis yang menular).
Namun penderita-penderita tersebut harus diperiksa oleh dokter yang
berpengalaman.
f. Penatalaksanaan
 Pengobatan untuk individu dengan tuberculosis aktif memerlukan waktu
lama karena basil resisten terhadap sebagian besar antibiotic dan cepat
bermutasi apabila terpajan antibiotic yang semula masih efektif. Saat ini
terapi untuk pasien dengan infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan
berlangsung paling kurang 9 bulan dan biasanya lebih lama. Apabila
pasien tidak berespon terhadap obat-obat tersebut, maka obat dan protocol
pengobatan lain akan dicoba.
 Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberculin positif setelah
sebelumnya negative biasanya mendapat antibiotic selama 6 – 9 bulan
untuk membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan
eradikasi basil total.
g. Komplikasi
 Perdarahan saluran nafas bawah
 Paru-paru akan tertimbun oleh cairan
 Adanya udara dalam rongga pleura
 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti ginjal, otak, tulang dan
persendian.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
o Identitas klien
o Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan.
Nafas pendek karena kerja.
Kesulitan tidur, pada malam hari atau demam malam hari.
Mimpi buruk.
Tanda : Tatikardi, takipnea/dispnea pada kerja.
Kelelahan otot.
o Integritas ego
Gejala : Adanya faktor/stress lama.
Masalah keuangan, rumah.
Perasaan tidak berdaya/tak ada harapan.
Populasi budaya/etnik. Amerika asli atau imigran dari
Amerika Tengah, Asia Tenggara, Indian, Anak Benna
Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini).
Ansietas, ketakutan, meudah terangsang.
o Makanan/cair
Gejala : Kehilangan nafsu makan.
Tak dapat mencerna.
Penurunan berat badan.
Tanda : Turgor kulit buruk kering/kulit bersisik.
Kehilangan otot/lubang lemak subkutan.
o Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit.
Perilaku distraksi, gelisah.
o Pernafasan
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif.
Nafas pendek.
Riwayat tuberculosis/terpajang pada individu terinfeksi.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luar atau
fibrosis parenkim paru dan pleura).
Pengembangan pernafasan tidak simetris (efusi pleura atau
penebalan pleura), bunyi nafas menurun (tidak ada secara
bilateral) atau limilateral (effusi pleura/pneumotorak).
Bunyi nafas tubuler dan/atau bisikan feletoral di ataas lesi
luas. Krekels tercatat atas aspek paru selama inspirasi cepat
setelah batuk pendek.
Karakteristik sputum : mukoid kuning atau bercak darah.
Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata perubahan
mental (tahap lanjut).
o Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan immun, contoh AIDS, kanker.
Tes HIV positif.
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
o Interaksi social
Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular.
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab (perubahan
kapasitas) fisik untuk melaksanakan peran.
o Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB.
Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk.
Gagal untuk membaik/kambuhnya TB.
Tidak berpartisipasi dalam terapi.
Pertimbangan
DRG menunjukkan berapa lama dirawat 66 hari.
Rencana pemulangan
Memerlukan bantuan dengan gangguan dalam terapi obat
dan bantuan perawatan diri dan pemeliharaan/perawatan
rumah.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
dijalan nafas
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Gangguan pola tidur berhubungan sesak nafas, batuk dan berkeringat
malam.
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Resiko pertukaran gas berhubungan penurunan permukaan efektif paru,
atelektasis
6. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
c. Intervensi/Rencana Tindakan Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
dijalan nafas
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria Hasil :
- Klien tidak sesak lagi
- Mengeluarkan secret tanpa bantuan
- Pernafasan 16-24x/menit
Tindakan/intervensi
Mandiri
1.) Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan
penggunaan otot aksesori.
Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasi,
ronchi mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan nafas dan peningkatan kerja pernafasan.
2.) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukus batuk efektif. Catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal misalnya : efek,
infeksi, dan/atau tidak adekuat hefrasi). Sputum berdarah kental atau
darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kapitas) paru atau luka
bronchial dan dapat memerlukan evaluasi intervensi selanjutnya.
3.) Berikan pasien posisi semi fowler tinggi, bantu pasien untuk batuk dan
latihan nafas dalam.
Rasional : Posisi semi fowler membantu memaksimalkan ekspansi
paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal membuka
area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas
besar untuk dikeluarkan.
4.) Bersihkan sekret dari mulut dan trachea, penghisapan sesuai keperluan.
Rasional : Mencegah obstruksi/aspirasi, penghisapan dapat diperlukan
bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
5.) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra
indikasi.
Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan
sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.
Kolaborasi
1.) Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
Rasional : Mencegah pengeringan membran mukosa, membantu
pengenceran sekret.
2.) Beri obat-obatan sesuai indikasi.
Agen mukolitik, contoh : asetil sistem (mucomys).
Rasional : Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengkapan
sekret paru untuk memudahkan pembersihan.
3.) Kortikosteroid (prednison).
Rasional : Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia
dan bila respons inflamasi mengancam hidup.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
- Tidak ada mual
- Nafsu makan baik
- Porsi yang disajikan dihabiskan
Tindakan/Intervensi
Mandiri
1.) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat
badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral,
kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus otot, riwayat
mual/muntah atau diare.
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan
pilihan intervensi yang tepat.
2.) Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/tidak disukai.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan
khusus, pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan
diet.
3.) Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik.
Rasional : Berguna dalam mengukur keefektivan nutrisi dan dukungan
cairan.
4.) Selidiki anoreksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan hubungan
dengan obat, awasi frekuensi, volume, konsistensi faeces.
Rasional : Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area
pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/penggunaan
nutrien.
5.) Dorong dan berikan periode istirahat sering.
Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan
metabolik meningkat saat demam.
6.) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
Rasional : Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat
untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
7.) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat.
Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak
perlu/kebutuhan energi dari makan. Makanan banyak dan menurunkan
iritasi gaster.
8.) Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk
membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi.
Rasional : Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan
membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural.
Kolaborasi
1.) Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
Rasional : Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi
adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet..
2.) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : BUN, protein, serum, dan
albumin.
Rasional : Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan
kebutuhan intervensi/perubahan program terapi.
3.) Berikan antipiretik tepat.
Rasional : Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga
konsumsi kalori.
3. Gangguan pola tidur berhubungan sesak nafas, batuk dan berkeringat
malam.
Tujuan : Gangguan pola tidur tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Dapat tidur dengan nyenyak
- Tidak mudah terbangun
Intervensi/Tindakan :
1) Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa miliki pribadi, mis bantal,
guling
Rasional :Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan
fisiologis/psikologis
2) Hindari tindakan saat klien tidur
Rasional : tidur tanpa ganggaun lebih menimbulkan rasa segar, dan pasien
mungkin tidak mampu tidur kembali bila terbangun.
3) Ciptakan lingkungan yang tenang, dengan mengurangi jumlah pengunjung
dalam ruangan.
Rasional : Meningkatkan efek relaksasi
4) Awasi dan mendiskusikan kemungkinan penyebab gangguan tidur
Rasional : Dapat menimbulkan rasa tidak segar saat bangun
5) Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi
Rasional : dapat merasa takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi
tempat tidur. Pagar tempat tidur memberi keamanan dan dapat digunakan
untuk membantu mengubah posisi.
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Tujuan : Klien dapat beraktivitas secara optimal sesuai keadaan
Kriteria Hasil :
- Klien terlihat segar.
- Klien mampu memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kemampuannya.
Intervensi :
1) Kaji kemampuan secara fungsional
R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan
informasi mengenai pemulihan.
2) Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala
ketergantungan.
R/ Pasien mampu/mandiri (nilai 0) atau memerlukan bantuan/peralatan
yang minimal (nilai 1); memerlukan bantuan pengawasan/diajarkan
(nilai 2); memerlukan bantuan/peralatan terus menerus dan alat khusus
(nilai 3); atau tergantung secara total pada pemberian asuhan (nilai 4).
3) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan.
R/ Mengurangi beban klien sehingga mempercepat kesembuhan
4) Beri/bantuan mengubah posisi.
R/ Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.
Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal
ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis.
5) Motivasi keluarga untuk membantu dalam pemenuhan ADL
R/ Diharapkan keluarga terdorong dan mau berpartisipasi dalam
membantu memenuhi kebutuhan ADL klien.
6) Libatkan keluarga dalam perawatan klien.
R/ Agar keluarga kooperatif dalam pengobatan dan perawatan.
5. Resiko pertukaran gas berhubungan penurunan permukaan efektif paru,
atelektasis
Tujuan : Resiko pertukaran gas tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Melaporkan tak adanya/penurunan dispnea.
- Menujukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal.
- Bebas dari gejala distress pernafasan.
Tindakan mandiri
1) Kaji dispnea, tahipnea, tak normal/menurunnya bunyi nafas,
peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan
kelemahan.
Rasional : Tuberkulosis paru menyebabkan efek luas pada paru dari
bagian kecil bronkopnemonia sampai imflamasi difus luas, nekrosis,
efusi pleura, dan fibrosis luas, efek pernafasan dapat dari ringan
sampai dispnea berat sampai distres pernafasan.
2) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan/atau
perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
Rasional :Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu
oksigenasi organ vital dan jaringan.
3) Tunjukkan/dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Rasional : Membuat tahanan melawan udara luas, untuk mencegah
kolaps/penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan
udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan nafas pendek.
4) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan
diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode
penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
Kolaborasi
1.) Awasi seri GDA/nadi oksimetri.
Rasional : Penurunan kandungan oksigen (PaB2) dan/atau saturasi atau
peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi/perubahan program terapi.
2.) Berikan oksigen tambahan yang sesuai.
Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi
sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan
alveolar paru.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Mengidentifikasi intervensi mencegah/menurunkan resiko penyebaran
infeksi.
- Menunjukkan tehnik/melakukan perubahan pola hidup untuk
lingkungan yang aman.
Tindakan/intervensi
Mandiri :
1) Kaji patologi penyakit (aktif/fase tak aktif : diseminasi infeksi melalui
bronchus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah/sistem
limpatik) dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara
selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa, menyanyi.
Rasional : Membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi
program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi
pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran
kemungkinan trankusi membantu pasien/orang terdekat untuk
mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.
2) Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh :
Anggota rumah, sahabat karib/teman.
Rasional : Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat
untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.
3) Anjuran pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan
menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan tehnik
mencuci tangan yang tepat dorong untuk mengulangi demonstrasi.
Rasional : Prilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran
infeksi.
4) Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi
pernafasan.
Rasional : Dapat membantu melakukan rasa terisolasi pasien dan
membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.
5) Awasi suhu sesuai indikasi.
Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.
6) Identifikasi faktor resiko terhadap pengaktifan berulang tuberkulosis
contoh : tahanan bawah (alkoholisme, malnutrisi/bedah by pass
intestinal) gunakan obat penekanan immun/kortikostiroid : adanya
diabetes melitus, kanker, kalium.
Rasional : Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk
mengubah pola hidup dan menghindari/melakukan insiden eksaserbasi.
7) Tekankan pentingnya tidak menghentikan obat.
Rasional : Periode singkat berakhir 2 – 3 hari setelah kemoterapi awal.
tetapi pada adanya atau penyakit luas. Sedang resiko penyebaran
infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
8) Dorong memilih/mencerna makanan yang seimbang. Berikan makan
sering kecil, makanan kecil pada jumlah makanan besar yang tepat.
Rasional : Adanya anoreksia dan/atau malnutrisi sebelumnya
merendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu
penyembuhan. Makan kecil dapat melakukan pemasukan semua.
Kolaborasi
1.) Pirazinamida (P2A/Aldinamide) para aminosalisih (PAS) sikloserin
(seromycin), streptomycin (strysin) :
Rasional : Ini obat sekunder diperlukan bila infeksi resistensi terhadap
atau tidak toleran obat primer.
2.) Awasi pemeriksaan laboratorium : contoh hasil usap sputum.
Rasional : Pasien yang mengalami 3 usapan negatif (memerlukan 3
bulan) perlu menaati program obat dan asimtomatik akan
diklasifikasikan tak menyebar.
3.) Laporkan ke departemen kesehatan lokal.
Rasional : Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat
dihubungkan untuk menurunkan penyebaran infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, Penerbit


Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Doenges E. Marilynn et al, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Guyton, Hall, (2000), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Penerbit Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran ; Bandung.
Mansjoer A, dkk (2002), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi ketiga, Penerbit
Media Aeusculapius ; Jakarta.
Price, Sylvia A, (2002), Patofisiologi, Buku II, Edisi IV Cetakan I, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • 6 TBC Penyimpangan KDM
    6 TBC Penyimpangan KDM
    Dokumen1 halaman
    6 TBC Penyimpangan KDM
    santa_pangaribuan_1
    Belum ada peringkat
  • Askep Hernia
    Askep Hernia
    Dokumen14 halaman
    Askep Hernia
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri
    Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri
    Dokumen14 halaman
    Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LIMFADENITIS
    LIMFADENITIS
    Dokumen17 halaman
    LIMFADENITIS
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • DHF Presentasi
    DHF Presentasi
    Dokumen14 halaman
    DHF Presentasi
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • VARICELLA
    VARICELLA
    Dokumen9 halaman
    VARICELLA
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Kad Ku
    LP Kad Ku
    Dokumen23 halaman
    LP Kad Ku
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan Bersama 1
    Surat Pernyataan Bersama 1
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan Bersama 1
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan DHF Caca
    Penyuluhan DHF Caca
    Dokumen2 halaman
    Penyuluhan DHF Caca
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Seminar Hipertensi-1
    LP Seminar Hipertensi-1
    Dokumen20 halaman
    LP Seminar Hipertensi-1
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • PKDM Kasus TB
    PKDM Kasus TB
    Dokumen18 halaman
    PKDM Kasus TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur Clavicula
    LP Fraktur Clavicula
    Dokumen14 halaman
    LP Fraktur Clavicula
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DHF
    Leaflet DHF
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DHF
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Kad Ku
    LP Kad Ku
    Dokumen23 halaman
    LP Kad Ku
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • PRE PLANING Pembuatan Obat Tradisional
    PRE PLANING Pembuatan Obat Tradisional
    Dokumen3 halaman
    PRE PLANING Pembuatan Obat Tradisional
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DHF
    Leaflet DHF
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DHF
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • PKDM Kasus TB
    PKDM Kasus TB
    Dokumen18 halaman
    PKDM Kasus TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Dokumen2 halaman
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Hasan Al Bashri
    Belum ada peringkat
  • Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Dokumen2 halaman
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Hasan Al Bashri
    Belum ada peringkat
  • LP TB
    LP TB
    Dokumen17 halaman
    LP TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Moderator
    Moderator
    Dokumen2 halaman
    Moderator
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Dokumen2 halaman
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Hasan Al Bashri
    Belum ada peringkat
  • Askep TB
    Askep TB
    Dokumen10 halaman
    Askep TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan DHF
    Penyuluhan DHF
    Dokumen4 halaman
    Penyuluhan DHF
    Hardy Satri Anto
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen16 halaman
    LP Anc
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen16 halaman
    LP Anc
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen16 halaman
    LP Anc
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Hernia Konsep Dasar
    Laporan Pendahuluan Hernia Konsep Dasar
    Dokumen18 halaman
    Laporan Pendahuluan Hernia Konsep Dasar
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LIMFADENITIS
    LIMFADENITIS
    Dokumen17 halaman
    LIMFADENITIS
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat