Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

PADA LANSIA

A. Konsep Medis
1. Defenisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat
abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang
berbeda. Secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi
apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg.
Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 80 mmHg (Ardiansyah, 2012)
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (mordibitas) dan
angka kematian (mortalitas) (Aspiani, 2015).
Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawah oleh
darah, terlambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus
bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut berlangsung lama dan
menetap, timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan
darah tinggi (Safitri, 2007).
Hipertensi menjadi silent killer karena pada sebagian besar
kasus tidak menunjukkan gejala apapun hingga pada suatu hari
hipertensi menjadi stroke di serangan jantung yang mengakibatkan
penderitanya meninggal. Bahkan sakit kepala yang sering menjadi
indicator hipertensi tidak terjadi pada beberapa orang atau
dianggap keluhan ringan yang akan sembuh dengan sendirinya
(Kurniadi & Nurrahmani, 2014)
Apabila seseorang memiliki tekanan darah mencapai 140
mmHg (sistolik) atau lebih yang diukur ketika ia sedang duduk dan
tekanan darah diastole 90 mmHg atau lebih, maka orang tersebut
dikategorikan memiliki tekanan darah tinggi atau diatas rata-rata.
Seseorang dapat juga dikategorikan hipertensi jika tekanan
darahnya sekitar 160/90 mmHg yang diukur sebanyak tiga kali
pengukuran dan tekanan darah tersebut bertahan selama dua
bulan (Ridwan M. , 2009)
2. Jenis Hipertensi
Hipertensi menurut penyebabnya dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
a. Hipertensi Esensial / Primer
Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang
penyebab pastinya belum dapat diketahui. Banyak orang yang
tidak menyadari dirinya menderita stroke atau serangan jantung,
itulah sebabnya hipertensi primer atau esensial sering disebut
sebagai the silent killer (pembunuh diam-diam tanpa diketahui)
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan
oleh gangguan kesehatan lain, diantaranya hipertensi yang
disebabkan oleh gangguan ginjal, gangguan pembuluh darah,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid). Kurang lebih 10%
penderita hipertensi tergolong hipertensi sekunder sedangkan
sebagian besar yaitu sekitar 90% tergolong hipertensi primer
(esensial) (Rahyani, 2011).
3. Klasifikasi
Join Nation Comitten on Detection Evolution and Treatment
of High Blood Pressure, badan penelitian hipertensi di Amerika
Serikat menentukan batasan tekanan darah yang berbeda.
Tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun
diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel Kriteria hipertensi pada orang dewasa
berusia 18 tahun atau lebih
Tekanan Darah
No Kriteria
Sistolik Diastolik
1. Normal < 130 < 85
2. Perbatasan (high normal) 130-139 85-89
3. Hipertensi
Derajat 1: ringan 140-159 90-99
Derajat 2: sedang 160-179 100-109
Derajat 3: berat 180-209 110-119
Derajat 4: sangat berat >210 >120
Sumber : (WHO, 2006)
Berdasarkan tinggi rendahnya diastolik maka terdapat
beberapa gradasi tekanan darah tinggi yaitu :
a. Hipertensi berat apabila diastole lebih besar dari 110-119
mmHg.
b. Hipertensi agak berat apabila tekanan diastole 120 mmHg atau
lebih.
c. Hipertensi sedang apabila tekanan diastole 100-109 mmHg.
d. Hipertensi ringan apabila tekanan diastole 90-99 mmHg.
e. Hipertensi borderline bila tekanan darah yang normal dan tak
terdapat kelainan organ-organ.
f. Hipertensi maligna adalah tekanan diastole lebih dari 120
mmHg disertai dengan kelainan organ-organ (popil eodema,
gagal ginjal, enchotalopasi).
g. Hipertensi sistolik adalah apabila tekanan darah sistole melebihi
150 mmHg.
h. Nilai normal tekanan darah (WHO) 120/80 – 140/90 mmHg
(Murwani, 2009)
4. Etiologi
a. Hipertensi Primer
Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi primer diantaranya :
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit
ini dari pada mereka yang tidak.
2) Jenis Kelamin dan Usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pascamenopause
berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara
langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit
hipertensi.
4) Berat Badan / Obesitas
Berat badan / obesitas (25% lebih berat diatas berat badan
ideal) juga sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi.
5) Gaya Hidup
Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol dapat
meningkatkan tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak
sehat tersebut tetap diterapkan) (Ardiansyah, 2012).
b. Hipertensi Sekunder
Jenis hipertensi yang penyebabnya diketahui. Beberapa
gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini
antara lain :
1) Coarctation aorta, yaitu penyempitan aortacongenital yang
(mungkin) terjadi pada beberapa tingkat aorta torasik atau
aorta abdominal. Penyempitan ini mengahmbat aliran darah
melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah diatas area konstriksi.
2) Penyakit parenkim dan vascular ginjal. Penyakit ini
merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau
lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke
ginjal.
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen). Oral
kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan
hipertensi melalui mekanisme rennin-aldosteron-mediate
volume expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi,
tekanan darah kembali normal setelah beberapa bulan.
4) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif
(malas berolahraga).
6) Stress, yang cenderung menyebabkan kenaikan tekanan
darah untuk sementara waktu. Jika stress berlalu, maka
tekanan darah kembali normal.
7) Kehamilan
8) Luka bakar
9) Peningkatan volume intravascular (Ardiansyah, 2012)
c. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik sama atau lebih besar
dari 90 mmHg
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih
besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari
90 mmHg (Nurarif & Kusuma, 2015)
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
mendula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstiktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut dapat terjadi (Aspiani, 2015).
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktifitas vasokontriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin (Aspiani,
2015).
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan hipertensi (Aspiani, 2015)
6. Manifestasi Klinik
Menurut (Resti, 2007) gejala penyakit hipertensi adalah
sebagai berikut :
a. Sakit kepala
b. Jantung berdebar-debar
c. Sulit bernapas setelah bekerja keras atau berat
d. Mudah lelah
e. Penglihatan kabur
f. Hidung berdarah
g. Sering buang air kecil terutama di malam hari
h. Telinga berdenging
i. Dunia terasa berputas (vertigo)
7. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya
penyakit jantung, gagal jantung kongestif, stroke, gangguan
penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi
umumnya meningkatkan risiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem
organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20
tahun.
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa
perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan
kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan
miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian.
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan
serangan iskemia otak sementara (Transientlschemic Attack/TIA).
Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang
lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna
(Anggraini,dkk, 2009)
8. Pencegahan Hipertensi
a. Pencegahan Primer
Ditujukan untuk pencegahan terjadinya hipertensi pada
individu yang mempunyai risiko yang besar untuk terjadinya
hipertensi di kemudian hari, maka sebagian usaha yang
dilakukan pada tingkat primer ini adalah menerapkan perilaku
hidup sehat.
b. Pencegahan Sekunder
Hal yang dilakukan oleh penderita hipertensi adalah :
1) Melakukan aktifitas fisik dan olahraga, dimana olahraga yang
dilakukan setiap hari selama 30 menit sehari bisa
menurunkan tekanan darah.
2) Kurangi asupan garam karena garam merupakan salah satu
penyebab tekanan darah tinggi.
3) Mengelola stress
4) Mengurangi konsumsi alcohol
5) Menurunkan berat badan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berada pada tahap rehabilitas yaitu:
usaha untuk mengembalikan fungsi organ yang rusak akibat
hipertensi. Dengan demikian diharapkan organ tubuh yang
terkena komplikasi tersebut di usahakan semaksimal mungkin
sehingga ketergantungan akibat hipertensi dapat di kurangi
(Nurfadhillah, 2008)
Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia
berkata bahwa Nabi bersabda,
ِ ‫َّاء بَ َرأ َ بِ ِإ ْذ ِن‬
‫للا‬ َ ‫ فَ ِإذَا أ ُ ِصي‬،‫ع ََّز َو َج َّل ِل ُك ِ ِّل دَاءٍ د ََوا ُء‬
ِ ‫ْب د ََوا ُء الد‬
Artinya:
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat
untuk suatu penyakit, penyakit itu akan sembuh dengan seizin
Allah ‘Azza wa Jalla.”
9. Penatalaksanaan Hipertensi
Hipertensi merupakan meningkatnya tekanan darah
seseorang yang diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu, misalnya
penggunaan obat-obatan dari golongan kortikosteroid (cortisone)
beberapa obat hormone, obat anti radang (anti-inflamasi) yang
dikonsumsi secara terus menerus (Ridwan, 2009)
Pengobatan hipertensi yang ideal diharapkan mempunyai
sifat-sifat seperti :
a. Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman.
b. Menurunkan darah secara multifaktoral.
c. Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.
d. Melindungi organ-organ vital.
e. Mendukung pengobatan penyakit seperti DM.
f. Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina.
g. Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginajl
lebih lanjut.
h. Melindungi jantung terhadap risiko infark (Nurfadhillah, 2008)
Jenis-jenis obat hipertensi yaitu :
a. Anti hipertensi non-farmakologik
1) Turunkan BB pada orang dewasa
2) Pembatasan konsumsi garam dapur
3) Olahraga teratur
4) Diet rendah lemak jenuh
5) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)
b. Obat anti hipertensi
a. Diuretika : pelancar kencing yang diahrapkan mengurangi
volume input
b. Penyakit beta
c. Antagonis kalsium
d. Inhibitor ACE misalnya inhibace.
10. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi:
(Edward, 2009).
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara keseluruhan.
b. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
c. Foto dada dan CT scan
B. Asuhan Keperawatan Hipertensi
1. Pengkajian
Pada pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, biasanya
didapat adanya riwayat peningkatan tekanan darah, adanya riwayat
keluarga dengan penyakit yang sama, dan riwayat meminum obat
antihipertensi.
a. Aktifitas/Istirahat
1) Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup
monoton.
2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, dan takipnea (Ardiansyah, 2012).
b. Sirkulasi
1) Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula
episode palpitasi serta perspirasi.
2) Tanda : kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari
kenaikan tekanan darah) diperlukan untuk menegakkan
diagnosis. Hipotensi postural mungkin berhubungan dengan
regimen obat.
3) Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai
kompensasi denyutan radialis/brakhialis; denyut (popliteal,
tibialis posterior, dan pedalis) tidak teraba atau lemah.
4) Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau
sangat kuat.
5) Frekuensi/irama : takikardia, berbagai disritmia.
6) Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar S3 (CHF
dini), dan S4 (pencegahan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel
kiri).
7) Murmur stenosis valvular.
8) Desiran vascular terdengar diatas karotis, vemorlis, atau
epigastrium (stenosis arteri).
9) DVJ (distensi vena jugularis dan kongesti vena).
10) Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokontriksi veriver), pengisian kapiler mungkin
lambat/tertunda (vasokontriksi).
11) Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia).
Bisa juga kulit berwarna kemerahan (feokromositoma).
(Ardiansyah, 2012).
c. Integritas Ego
1) Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau
marakronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Selain itu, juga ada faktor-faktor multipel, seperti hubungan,
keuangan, atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
2) Tanda : Letupan suasana hati, gelissah, penyempitan
kontinu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan
empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan
fisik cepat, pernapasan menghela, dan peningkatan pola
bicara (Ardiansyah, 2012).
d. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saa ini atau yang telah lalu,
seperti infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu
(Ardiansyah, 2012).
e. Makanan/Cairan
1) Gejala
a) Makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan
yang digoreng dan keju), gula-gula yang berwarna hitam,
dan kandungan tinggi kalori.
b) Mual dan muntah.
c) Perubahan berat badan (meningkat/turun).
d) Riwayat penggunaan obat diuretik.
2) Tanda
a) Berat badan normal, bisa juga mengalami obesitas.
b) Adanya edema (mungkin umum atau edema tertentu),
kongesti vena, DVJ, dan glikosuria (hamper 10% pasien
hipertensi adalah penderita diabetes) (Ardiansyah, 2012).
f. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam) (Ardiansyah, 2012).
g. Hipertensi
1) Gejala
a) Episode kebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
b) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur).
c) Episode epistaksis
2) Tanda
a) Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola
atau isi bicara, afek, proses piker, atau memori.
b) Respons motorik : penurunan kekuatan genggaman
tangan atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan
retinal optic (dari penyempitan arteri ringan sampai berat
dan perubahan sklerotik dengan edema atau papil
edema, eksudat, dan hemoragik- tergantung pada berat
atau lamanya hipertensi) (Ardiansyah, 2012).
h. Nyeri / Ketidaknyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah).
3) Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
4) Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).
(Ardiansyah, 2012)
i. Pernapasan
Secara umum, gangguan ini berhubungan dengan efek
kardiopulmonal, tahap lanjut dari hipertensi menetap/berat.
1) Gejala
a) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas atau kerja.
b) Takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksimal.
c) Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum.
d) Riwayat merokok.
2) Tanda
a) Distres respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan.
b) Bunyi napas tambahan (krakles/mengi).
c) Sianosis.
(Ardiansyah, 2012)
j. Keamaan
1) Gangguan koordinasi/cara berjalan.
2) Episode parestesia unilateral transient.
3) Hipotensi postural.
(Ardiansyah, 2012)
k. Pemeriksaan Diagnostik
1) EKG
2) Foto dada
3) Kreatinin
4) Glukosa
5) Kolesterol
6) Urine
7) Hemoglobin
8) Asam Urat
(Ardiansyah, 2012)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung yang
berhubungan dengan peningkatan beban kerja jantung (after
load), vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi (kekakuan)
ventrikuler.
b. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
3. Intervensi
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung yang
berhubungan dengan peningkatan beban kerja jantung (after
load), vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi (kekakuan)
ventrikuler.
Tujuan : beban kerja jantung (after load) tidak meningkat,
tidak terjadi vasokontriksi, tidak terjadi iskemia miokardia, dan
tidak terjadi hipertropi (kekakuan) ventrikuler.
Kriteria hasil :
1) Pasien berpasrtisipasi dalam aktifitas yang dapat
menurunkan tekanan darah.
2) Mempertahankan tekanan darah dalam rentan individu yang
dapat diterima.
3) Irama dan denyut jantung dalam batas normal.
Intervensi dan Rasional :
1) Pantau tekanan darah
Rasional: perbandingan tekanan memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah
vaskuler.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral, dan perifer.
Rasional : denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis
mungkin teramati. Denyut pada tungkai mungkin menurun,
yang mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti
vena.
3) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian
kapiler.
Rasional : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisian kapiler lambat, mungkin berkaitan dengan
vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi atau
penurunan curah jantung.
4) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, dan aktivitas
pengalihan.
Rasional : Dapat menurunkan rangsangan yang
menimbulkan stress dan membuat efek tenang, sehingga
akan menurunkan TD.
5) Berikan obat-obat sesuai indikasi
Rasional : Agar mempercepat penyembuhan/penurunan TD.
b. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : mampu beraktifitas tanpa keluhan yang berarti.
Kriteria Hasil :
1) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat
diukur.
2) Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
fisiologi.
Intervensi dan Rasional :
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional : Stabilitas fisiologi pada istirahat penting untuk
memajukan tingkat aktivitas individual.
2) Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa
gangguan.
Rasional : Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan,
dimana aktifitas tertumpu pada jantung, meningkatkan
proses penyembuhan dan kemampuan coping emosional.
3) Instruksikan pasien untuk mempraktikkan teknik
penghematan energi, misalnya menggunakan kursi saat
mandi.
Rasional : Teknik menghemat energi atau mengurangi
penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
4) Berikan dukungan kepada pasien untuk melakukan aktivitas
atau perawatan diri secara bertahap, jika dapat ditoleransi.
Rasional : Kemajuan aktivitas secara bertahap adalah untuk
mencegah peningkatan kerja jantung secara tiba-tiba.
c. Nyeri akut yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil :
1) Mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan pembuluh darah
otak.
2) Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
Intervensi dan Rasional :
1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan
relaksasi.
2) Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala.
Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala akibat adanya peningkatan
vaskuler serebral.
3) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan
dengan sakit kepala.
4) Kolaborasi diberikan obat sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan atau mengontrol nyeri dan dapat
mengurangi ketegangan yang diperberat oleh stres.
(Ardiansyah, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini,dkk. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa
Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008, Karya
Tulis Ilmiah. FK-Universitas Riau. Pekanbaru.

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Aspiani, R. Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Bennet. 2007. Transfer Factor Penemuan Baru Mempertingkatkan


Pengetahuan Kita Tentang Imunitas. Avalible from URL:
http//www.google.com/Imunity-Transfer Factor.html (diakses pada
tanggal 5 Desember 2015)

Elkin. 2006. Transfer Factor Pengukuh Imun Semula Jadi yang Terkini.
Utah : Fatimah E. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Kurniadi, H., & Nurrahmani, U. 2014. Stop! Diabetes, Hipertensi,


Kolesterol Tinggi, dan Jantung Koroner. Yogyakarta: Istana Media.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction.

Nurfadhillah. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Bau-Bau.
Skripsi. FKM UMI. Makassar .
Rahyani. 2011. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi pada
Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Bangking Periode
Januari-Juni 2011 .

Resti. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi


pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Kassi-Kassi Kota
Makassar. Skripsi FKM UMI. Makssar .

Ridwan, M. 2009. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer


Hipertensi. Bandung: Pustaka Widyamara.

Safitri. 2007. Karakteristik Dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi di


Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen,
Jawa Tengah, Vol.10. No. 2.

WHO. 2006. Review Research on The Literature of Hipertensi Disease. In


China.

Anda mungkin juga menyukai

  • VARICELLA
    VARICELLA
    Dokumen9 halaman
    VARICELLA
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri
    Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri
    Dokumen14 halaman
    Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan DHF Caca
    Penyuluhan DHF Caca
    Dokumen2 halaman
    Penyuluhan DHF Caca
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • DHF Presentasi
    DHF Presentasi
    Dokumen14 halaman
    DHF Presentasi
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LIMFADENITIS
    LIMFADENITIS
    Dokumen17 halaman
    LIMFADENITIS
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Askep Hernia
    Askep Hernia
    Dokumen14 halaman
    Askep Hernia
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • 6 TBC Penyimpangan KDM
    6 TBC Penyimpangan KDM
    Dokumen1 halaman
    6 TBC Penyimpangan KDM
    santa_pangaribuan_1
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DHF
    Leaflet DHF
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DHF
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Kad Ku
    LP Kad Ku
    Dokumen23 halaman
    LP Kad Ku
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • PKDM Kasus TB
    PKDM Kasus TB
    Dokumen18 halaman
    PKDM Kasus TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan Bersama 1
    Surat Pernyataan Bersama 1
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan Bersama 1
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Kad Ku
    LP Kad Ku
    Dokumen23 halaman
    LP Kad Ku
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • PKDM Kasus TB
    PKDM Kasus TB
    Dokumen18 halaman
    PKDM Kasus TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan DHF
    Penyuluhan DHF
    Dokumen4 halaman
    Penyuluhan DHF
    Hardy Satri Anto
    Belum ada peringkat
  • Moderator
    Moderator
    Dokumen2 halaman
    Moderator
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DHF
    Leaflet DHF
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DHF
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Dokumen2 halaman
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Hasan Al Bashri
    Belum ada peringkat
  • Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Dokumen2 halaman
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Hasan Al Bashri
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur Clavicula
    LP Fraktur Clavicula
    Dokumen14 halaman
    LP Fraktur Clavicula
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP TB
    LP TB
    Dokumen17 halaman
    LP TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Askep TB
    Askep TB
    Dokumen10 halaman
    Askep TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Dokumen2 halaman
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Hasan Al Bashri
    Belum ada peringkat
  • PRE PLANING Pembuatan Obat Tradisional
    PRE PLANING Pembuatan Obat Tradisional
    Dokumen3 halaman
    PRE PLANING Pembuatan Obat Tradisional
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP TB
    LP TB
    Dokumen17 halaman
    LP TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen16 halaman
    LP Anc
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LIMFADENITIS
    LIMFADENITIS
    Dokumen17 halaman
    LIMFADENITIS
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen16 halaman
    LP Anc
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen16 halaman
    LP Anc
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Hernia Konsep Dasar
    Laporan Pendahuluan Hernia Konsep Dasar
    Dokumen18 halaman
    Laporan Pendahuluan Hernia Konsep Dasar
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat