Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri
di daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai
penjalaran ketungkai sampai kaki. Nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual
maupun potensial. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah
bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh
karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan
medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik
pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi. Low Back Pain
adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para
vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari
lumbal sacral pada tulang belakang. Low back pain dapat terjadi pada siapasaja
yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral
akut,ketidakmampuan ligamen lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal
stenosis serta masalh pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain
adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma
atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari
nuleus pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang
belakang.

B. Etiologi
1. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
 Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
 Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis,
stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.
2. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
3. Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
4. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
5. Kegemukan.
6. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
7. Keseleo.
8. Terlalu lama pada getaran.
9. Gaya berjalan.
10. Duduk terlalu lama.
11. Kurang latihan (oleh raga).

C. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif
dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak
semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas
nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa
bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana
stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan
jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan
asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel
mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan
pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi.
Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh
dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan
organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan
transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan
substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang
menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi
sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang
ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusa).
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses
sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system
assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri
yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya
interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri. Patofisiologi Pada sensasi nyeri
punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah
batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus
intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen dan otot paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal
terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap
goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu
menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada
aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur
pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan
berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung
biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

D. Manifestasi Klinis
1. Perubahan dalam gaya berjalan
a. Berjalan terasa kaku.
b. Tidak bias memutar punggung.
c. Pincang.
2. Persyarapan
a. Ketika di tes dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan
sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih
kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
b. Tidak terkontrol Bab dan Bak.
3. Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya
fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau scoliosis.
2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar
kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis.
4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan
lokasi patologi tulang belakang.
5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis
dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut
syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).

F. Penatalksanaan
1. Penata Laksanaan Keperawatan.
 Informasi dan edukasi.
 Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat
badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan
dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik
sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain korset,
tongkat)
 NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat
badan posisi tubuh dan aktivitas.
2. Medis
a. Formakoterapi.
 NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
 NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker
(klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
 Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
 neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung
bawah yang intractable)
c. Bedah
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
 Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu:
nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
 Defisit neurologik memburuk.
 Sindroma kauda.
Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
 Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Keperawatan
Data fokus yang perlu dikaji:
a. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Penyakit
2) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
3) Riwayat penyakit sekarang
 Diskripsi gejala dan lamanya
 Dampak gejala terhadap aktifitas harian
 Respon terhadap pengobatan sebelumnya
 Riwayat trauma
4) Riwayat Penyakit Sebelumnya
 Immunosupression (supresis imun)
 Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
 Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker atau
infeksi.
 Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau
infeksi) atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
 Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati seronegatif:
ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic, spondiloartropati reaktif,
sindroma fibromialgia)
 Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal,
kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal, spondilosis /
spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
 Adanya demam (infeksi)
 Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
 Keluhan visceral (referred pain)
 Gangguan miksi
 Saddle anesthesia
 Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda
ekwina)
 Lokasi dan penjalaran nyeri.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
2) Pemeriksaan persistem / head to toe
3) Sistem persepsi dan sensori
(pemeriksaan panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecap, perasa)
4) Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
 Pemeriksaan motorik
 Pemeriksaan sens sensorik.
 Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1)
cross laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal
atas)
 Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
 Pemeriksaan system otonom
 Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
 Tes Naffziger
 Tes valsava.
5) Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
6) Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
7) Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan
eliminasi)
8) Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
9) Sistem Reproduksi
( Untuk pasien wanita )
10) Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan : pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis))
3) Pola nutrisi dan metabolisme
4) Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan
menahan nyeri yang hebat)
5) Pola kognitif dan perceptual
(Prilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik))
6) Persepsi diri/konsep diri
7) Pola toleransi dan koping stress
(Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa
sakit tersebut (kemungkinan infeksi. Inflamasi, tumor atau fraktur)
8) Pola seksual reproduksi
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola nilai dan keyakinan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan system
syaraf vascular)
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskula skeletal, kekakuan
sendi, kontraktur)
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
4. Defisit perawatan diri b.d nyeri

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1400)
injuri (fisik, kelainan tindakan keperawatan
1. Lakukan pengkajian nyeri secara kom-
muskulo skeletal dan selama … x 24 jam nyeri prehensif (lokasi, karateristik, durasi,
system syaraf berkurang / hilang frekuensi, kualitas, dan faktor
vaskuler dengan kriteria : presipitasi).
2. Observasi reaksi non verbal dari
Batasan Tingkat nyeri (2102) ketidaknyamanan.
karakteristik : - Melaporkan nyeri
3. Gunakan teknik komunikasi terapetik
· Verbal ber-kurang / hilang untuk mengetahui pengalaman nyeri
Menarik nafas pan-
- Frekuensi nyeri klien.
jang, merintih berku-rang / hilang 4. Kaji kultur / budaya
Mengeluh nyeri - Lama nyeri yang mempengaruhi respon nyeri.
· Motorik berkurang 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
- Menyeringaikan
- Ekspresi oral lampau.
wajah. berkurang / hilang 6. Evaluasi bersama klien dan tim
- Langkah yang ter-
- Ketegangan otot kesehatan lain tentang ketidak efektifan
seok-seok berku-rang / hilang kontrol nyeri masa lampau.
- Postur yang kaku
- Dapat istirahat 7. Bantu klien dan keluarga untuk mencari
/ tidak stabil - Skala nyeri berkurang dan menemukan dukungan.
- Gerakan yang / menurun 8. Kontrol lingkungan yang dapat mempe-
amat lambat atau ngaruhi nyeri (suhu ruangan,
terpaksa Kontrol Nyeri (1605) pencahayaan, dan kebisingan)
· Respon autonom - Mengenal faktor-
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
- Perubahan vital faktor penyebab 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
sign - Mengenal onset nyeri (farmokologi, non farmakologi dan inter-
- Jarang / tidak pernah personal)
melakukan tindakan
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk me-
pertolongan dengan nentukan intervensi.
non analgetik 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
- Jarang / tidak pernah
13. Berikan analgetik untuk mengurangi
menggunakan analgetik nyeri.
- Jarang / tidak pernah
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
melaporkan nyeri kepa-
15. Tingkatkan istirahat
da tim kesehatan. 16. Kolaborasi dengan dokter jika ada
- Nyeri terkontrol keluhan dan tindakan nyeri tidak
- berhasil.
Tingkat 17. Monitor penerimaan klien tentang mana-
kenyamanan
(2100) jemen nyeri.
- Klien melaporkan
kebu-tuhan istirahat tidur Andministrasi Analgetik (2210)
tercukupi 1. Tentukan lokasi, karateristik kualitas,
- Melaporkan kondisi dan derajat nyeri sebagai pemberian
fisik baik obat.
- Melaporkan kondisi
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
psikis baik dosis dan fekkuensi.
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgenik yang diperlukan atau
Ø kombinasi dari analgetik ketika
- pemberian lebih dari satu.
- 5. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri.
6. Tentukan analgetik pilihan rute
pemberian dan dosis optimal.
7. Pilih rute pemberian secara iv-im untuk
pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat.
10. Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan
gejala (efek sampingan)
2 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan
1. Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi
fi-sik b.d nyeri, tindakan keperawatan de-ngan sekala 0-4 :
kerusakan selama … X 24 jam klien
Ø 0 : Klien tidak tergantung pada orang lain
muskuloskeletal, mampu mencapai
Ø 1 : Klien butuh sedikit bantuan
keka-kuan sendi atau mobilitas fisik dengan
Ø 2 : Klien butuh bantuan sederhana
kon-traktur kri-teria : Ø 3 : Klien butuh bantuan banyak
Ø 4 : Klien sangat tergantung pada
Batasan Mobility Level (0208) : pemberian pelayanan
karakteristik : - Klien dapat melakukan
2. Atur posisi klien
- Postur tubuh kaku mobilitas secara
3. Bantu klien melakukan perubahan
tidak stabil. bertahap dengan tanpa gerak.
merasakan nyeri.
- Jalan terseok-- Penampilan seimbang4. Observasi / kaji terus kemampuan gerak
seok - Menggerakkan otot motorik, keseimbangan
- Gerak lambat dan sendi 5. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan
- Membatasi- Mampu pindah tempat sesudah melakukan latihan.
perubahan ge-rak tanpa bantuan 6. Anjurkan keluarga klien untuk melatih
yang mendadak atau- Berjalan tanpa bantuan dan memberi motivasi.
cepat 7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Sakit berbalik (fisioterapi untuk pemasangan korset)
8. Buat posisi seluruh persendian dalam
letak anatomis dan nyaman dengan
memberikan penyangga pada lekukan
lekukan sendi serta pastikan posisi
punggung lurus.
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Peningkatan Tidur / Sleep
b.d nyeri, tidak tindakan keperawatan Enhancement (1850)
nyaman selama … X 24 jam klien
1. Kaji pola tidur / pola aktivitas
dapat terpenuhi
2. Anjurkan klien tidur secara teratur
Batasan kebutuhan tidurnya
3. Jelaskan tentang pentingnya tidur yang
karakteristik : dengan criteria : cukup selama sakit dan terapi.
- Pasien menahan 4. Monitor pola tidur dan catat keadaan
sa-kit (merintih, me- Tidur (0004) fisik, psykososial yang mengganggu
nyeringai) - Jumlah jam tidur cukup tidur
- Pasien
- Pola tidur normal 5. Diskusikan pada klien dan keluarga
mengungkapkan - Kualitas tidur cukup tentang tehnik peningkatan pola tidur
tidak bisa tidur
- Tidur secara teratur
karena nyeri - Tidak sering terbangun Manajemen lingkungan (6480)
- Tanda vital dalam
1 Batasi pengunjung
batas normal 2 Jaga lingkungan dari bising
3 Tidak melakukan tindakan keperawatan
Rest (0003) pada saat klien tidur
- Istirahat Cukup
- Kualitas istirahat baik Anxiety Reduction (5820)
- Istirahat fisik cukup 1 Jelaskan semua prosedur termasuk pera-
- Istirahat psikis cukup saan yang mungkin dialami selama men-
jalani prosedur
Anxiety control (1402)2 Berikan objek yang dapat memberikan
- Tidur adekuat rasa aman
- Tidak ada manifestasi
3 Berbicara dengan pelan dan tenang
fisik 4 Membina hubungan saling percaya
- Tidak ada manifestasi
5 Dengarkan klien dengan penuh
perilaku perhatian
- Mencari informasi
6 Ciptakan suasana saling percaya
untuk mengurangi cemas
7 Dorong orang tua mengungkapkan pera-
- Menggunakan teknik saan, persepsi dan cemas secara verbal
re-laksasi untuk mengu-
8 Berikan peralatan / aktivitas
rangi cemas yang meng-hibur untuk mengurangi
- Berinteraksi sosial ketegangan
9 Anjurkan untuk menggunakan teknik re-
laksasi
10 Berikan lingkungan yang tenang
11 Batasi pengunjung
4. Defisit perawatan Seteleh dilakukan Self care assistance ;
diri b.d nyeri tindakan keperawatan
1. Monitor kemampuan klien untuk
pada pasien selama 3 x
perawatan diri yang mandiri
24 jam diharapkan
kebutuhan perawatan
diri pasien dapat 2. Monitor kebutuhan klien untuk
terpenuhi, dengan alat-alat bantu
kriteria hasil : 3. Sediakan bantuan sampai klien
1. klien terbebas dari bau mampu secara utuh untuk
badan memenuhi perawatan dirinya
2. Menyatakan 4. Dorong klien untuk melakukan
kenyamanan terhadap aktivitas yang mandiri sesuai
pemenuhan kebutuhan kemampuan
perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA

Judith M Wikilson, Alih bahasa Ns, Esty Wahyuningsih, SKP Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Nic-Noc Edisi 9. EGC, Jakarta, 2012
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2009
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2009
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia,
2000

Anda mungkin juga menyukai

  • 6 TBC Penyimpangan KDM
    6 TBC Penyimpangan KDM
    Dokumen1 halaman
    6 TBC Penyimpangan KDM
    santa_pangaribuan_1
    Belum ada peringkat
  • Askep Hernia
    Askep Hernia
    Dokumen14 halaman
    Askep Hernia
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri
    Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri
    Dokumen14 halaman
    Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LIMFADENITIS
    LIMFADENITIS
    Dokumen17 halaman
    LIMFADENITIS
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • DHF Presentasi
    DHF Presentasi
    Dokumen14 halaman
    DHF Presentasi
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • VARICELLA
    VARICELLA
    Dokumen9 halaman
    VARICELLA
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Kad Ku
    LP Kad Ku
    Dokumen23 halaman
    LP Kad Ku
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan Bersama 1
    Surat Pernyataan Bersama 1
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan Bersama 1
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan DHF Caca
    Penyuluhan DHF Caca
    Dokumen2 halaman
    Penyuluhan DHF Caca
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Seminar Hipertensi-1
    LP Seminar Hipertensi-1
    Dokumen20 halaman
    LP Seminar Hipertensi-1
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • PKDM Kasus TB
    PKDM Kasus TB
    Dokumen18 halaman
    PKDM Kasus TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP TB
    LP TB
    Dokumen17 halaman
    LP TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DHF
    Leaflet DHF
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DHF
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Kad Ku
    LP Kad Ku
    Dokumen23 halaman
    LP Kad Ku
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • PRE PLANING Pembuatan Obat Tradisional
    PRE PLANING Pembuatan Obat Tradisional
    Dokumen3 halaman
    PRE PLANING Pembuatan Obat Tradisional
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DHF
    Leaflet DHF
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DHF
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • PKDM Kasus TB
    PKDM Kasus TB
    Dokumen18 halaman
    PKDM Kasus TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Dokumen2 halaman
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Hasan Al Bashri
    Belum ada peringkat
  • Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Dokumen2 halaman
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Hasan Al Bashri
    Belum ada peringkat
  • LP TB
    LP TB
    Dokumen17 halaman
    LP TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Moderator
    Moderator
    Dokumen2 halaman
    Moderator
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Dokumen2 halaman
    Penyimpangan KDM Tuberkulosis
    Hasan Al Bashri
    Belum ada peringkat
  • Askep TB
    Askep TB
    Dokumen10 halaman
    Askep TB
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan DHF
    Penyuluhan DHF
    Dokumen4 halaman
    Penyuluhan DHF
    Hardy Satri Anto
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur Clavicula
    LP Fraktur Clavicula
    Dokumen14 halaman
    LP Fraktur Clavicula
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen16 halaman
    LP Anc
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen16 halaman
    LP Anc
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Hernia Konsep Dasar
    Laporan Pendahuluan Hernia Konsep Dasar
    Dokumen18 halaman
    Laporan Pendahuluan Hernia Konsep Dasar
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat
  • LIMFADENITIS
    LIMFADENITIS
    Dokumen17 halaman
    LIMFADENITIS
    Nurul Azisyah Wahid
    Belum ada peringkat