Disusun oleh:
Prodi D3 Keperawatan
2021
Laporan Pendahuluan dengan anak pneumonia
( ) (
)
Mahasiswa
( )
1. Pengertian
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi
karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus. Pneumonia adalah
keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi
bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan. Pneumonia
adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015).
2. Etiologi
Penyabab pneumonia adalah bakteri (Streptococcus pneumoniae,
Staphylococcus aureus, dan streptokokus beta hemolitikus grup A ), virus
(virus sinsitial pernafasan (respiratory syncitial virus RSV ), parainfluenzae,
influenzae, dan adenovirus ), mikoplasma pneumonia, Haemophilus
influenzae type B. Mikoplasma pneumonia menjadi penyebab dominan pada
anak usia sekolah dan anak yang lebih tua, sedangkan virus sinsitial
pernafasan merupakan penyebab tersering dalam usia beberapa tahun
pertama.
Menurut WHO diberbagai negara berkembang Streptococcus
pneumonia dan Hemophylus influenzaemerupakan bakteri yang selalu
ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi, yaitu 73,9% aspirat paru dan
69,1% hasil isolasi dari spesimen darah.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya
tahan tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein
(MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan
pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2015)
3. Manisfestasi Klinik
Pathways
5. Pemeriksaan Diagnostik
1) Darah Perifer Lengkap
Pada pneumonia yang disebabkan oleh virus dan mikoplasma,
jumlah leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat,
sedangkan pneumonia karena bakteri, terjadi leukositosis ( 15.000 –
40.000/mm3 ) dengan predominan leukosit PMN. Pada infeksi
Chlamydia pneumoniae kadang – kadang ditemukan adanya
eosinofilia
2) C-Reactive Protein (CRP)
CRP adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh
hepatosit, secara klinis CRP digunakan sebagai alat dignostik untuk
membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan
bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda. Kadar CRP
biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan infeksi bakteri
superfisialis daripada infeksi bakteri profunda.
3) Uji Serologis
Uji serologis bertujuan untuk mendeteksi antigen dan antibodi
pada infeksi bakteri tipik yang mempunyai sensitifitas dan spesifitas
rendah. Diagnosis infeksi Streptokokus grup A dapat diketahui
dengan titer antibodi yang meningkat seperti antistreptolisin O,
streptozim, atau antiDnase B. Peningkatan titer juga bisa menunjukan
adanya infeksi yang pernah terjadi. Untuk membedakannya
diperlukan serum fase akut dan serum fase konvalesen, namun secara
umum uji serologis tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis
infeksi bakteri tipik, tetapi bermanfaat untuk mendiagnosis bakteri
atipik seperti mikoplasmadan klamidia, serta beberapa virus ( RSV,
sitomegalo virus, campak, influenza A dan B, adenovirus ),
peningkatan antibodi IgM dan IgG dapat membantu diagnosis.
4) Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologis pada pneumonia anak tidak perlu
dilakukan, kecuali pada pneumonia yang berat dan memerlukan rawat
inap di rumah sakit. Spesimen pemeriksaan ini bisa diambil dari usap
tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, aspirasi paru, darah,
dan pungsi paru. Diagnosis definitif bila kuman ditemukan dari
aspirasi paru, cairan pleura, dan darah.
5) Rontgen Thorax
Gambaran foto thorax pneumonia pada anak adalah infiltrat
ringan pada satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada
suatu penelitian ditemukan bahwa lesi pneumonia pada anak sering
ditemukan pada paru kanan, terutama di lobus atas. Bila ditemukan di
paru kiri, dan terbanyak di lobus bawah, maka menunjukan penyakit
yang lebih berat dengan resiko terjadinya pleuritis lebih besar.
6. Penatalaksanaan Medik
a) Manajemen Umum
1) Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental
dan berlebihan.
2) Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
3) Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia
pasti; pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan
bernafas dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
4) Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan
untuk mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
b) Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin
diperlukan jika masalah sekunder seperti empiema terjadi.
c) Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi
secepatnya: Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus,
amantadine, rimantadine untuk infeksi pneumonia virus.
Eritromisin,tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.
7. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data
secara subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui
metode anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi).
Menurut Nurarif (2015), pengkajian yang harus dilakukan adalah :
1) Identitas
Nama, usia, jenis kelamin. Tanggal lahir. Pendidikan, identitas orang
tua, dll
2) Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan
pada tenaga profesional
3) Keluhan saat pengkajian
Keluhan yang disampaikan oleh pasien/keluarga saat dikaji
4) Riwayat penyakit
Untuk mengetahui lebih detail hal yang berhubungan dengan keluhan
utama
5) Riwayat keluarga
Penyakit yang pernah/sedang dialami keluarga klien
6) Tumbuh Kembang
Pertumbuhan fisik dan perkembangan
7) Pola Fungsi Gordon
Manajemen kessehatan, nutrisi metabolik, eliminasi, aktifitas, istirahat
tidur, kognitif, persepsi diri, pola hubungan, reproduksi,koping, pola
keyakinan
8) Pemeriksaan Fisik
KU, kesadaran, ttv, antropometri, kepala, mata, hidung, mulut,
telinga, leher, thoraks, jantung, abdomen, punggung, genetalia dan
anus, estremitas, kulit
9) Pemeriksaan Penunjang
8. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada anak dengan masalah pneumonia:
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus
berlebihan yang ditandai dengan jumlah sputum dalam jumlah yang
berlebihan, dispnea,sianosis, suara nafas tambahan (ronchi).
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan yang ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot
bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar-kalpier yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu
saat aktifitas ringan, sianosis
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Asupan diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan
menelan makanan,membran mukosa pucat, penurunan berat badan
selama dalam perawatan.
5) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah
beraktifitas,keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktifitas
6) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan yang ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak
mengetahui penyakit yang diderita pasien, cara penularan, factor
resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara pencegahannya
9. Perencanaan
10.Evaluasi
11.Daftar Pustaka