LAPORAN PENDAHULUAN
disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)
Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
oleh
Devintania Kurniasti N.H., S.Kep.
NIM 112311101017
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,
trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni
saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui
paru-paru atau pernafasan external, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut.
Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli
dan dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris.
Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan
darah oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian
tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm hg dan
tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu
hasil buangan. Metabolisme menembus membran alveoli, kapiler dari kapiler
darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial, trakea, dinafaskan keluar
melalui hidung dan mulut.
2. Fisiologi Paru
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang
telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi,
volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat
kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas
dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga (Price,
2004)
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus
relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam
rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume
toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.
Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara
mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama
kembali pada akhir ekspirasi (Price, 2004)
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m). Kekuatan
pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan
fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya
sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka
tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg.
Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi
tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan
uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh
lebih
rendah
menyebabkan
karbondioksida
berdifusi
kedalam
alveolus.
berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak
diakui sebagai faktor utama (Pearce, 2013).
3. Sistem Pertahanan Paru
Gerakan mukosiliar.
Faktor humoral lokal.
Reaksi sel.
Virulensi dari kuman yang masuk.
B. PNEUMONIA
1. Definisi
Pneumonia adalah proses inflamasi dari parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh preparat infeksius (Baughman, 2000).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat sehingga pertukaran gas tidak
dapat berlangsung pada daerah ygang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan
ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi (Soemantri, 2007).
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang, kantungkantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia is a form of acute respiratory infection that affects the lungs. The
lungs are made up of small sacs called alveoli, which fill with air when a healthy
person breathes. When an individual has pneumonia, the alveoli are filled with
pus and fluid, which makes breathing painful and limits oxygen intake (WHO,
2014).
Beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pneumonia adalah
proses peradangan dari parenkim paru dimana terdapat konsolidasi berupa
terdapatnya pus dan cairan pada rongga alveoli sehingga pertukaran oksigen di
paru mengalami gangguan.
Gram
positif:
Streptococcus
Pneumoniae
(Pneumococcal
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak
disertai sianosis sentral dan dapat minum.
3) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan
dinding dada.
4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan
dinding dada.
5) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati
selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang
sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan
yang tinggi, dan demam ringan (WHO, 2003).
2) Berdasarkan Etiologi
Tabel 2.1. Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Etiologinya
Grup
Bakteri
Aktinomisetes
Fungi
Riketsia
Klamidia
Mikoplasma
Virus
Penyebab
Streptokokus pneumonia
Streptokokus piogenesis
Stafilokokus aureus
Klebsiela pneumonia
Eserikia koli
Yersinia pestis
Legionnaires bacillus
Aktinomisetes Israeli
Nokardia asteroides
Kokidioides imitis
Histoplasma kapsulatum
Blastomises dermatitidis
Aspergilus
Fikomisetes
Koksiela burneti
Chlamydia trachomatis
Mikoplasma pneumonia
Influenza virus, adeno
Virus respiratory
Syncytial
4. Manifestasi Klinik
Tipe Pneumonia
Pneumoni bakterial
Legionnaires disease
Aktinomisetes pulmonal
Nokardia pulmonal
Kokidioidomikosis
Histoplasmosis
Blastomikosis
Aspergilosis
Mukormikosis
Q fever
Chlamydial Pneumonia
Pneumonia mikoplasmal
Pneumonia virus
a. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas
atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk
dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada
sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu
makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
b. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita
antara lain :
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah
5. Cara Penularan
Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang
ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet.
Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia
kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu
terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang
dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di
sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan
menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita
(WHO, 2014).
6. Faktor Resiko
Menurut Misnadiarly (2008) orang yang rentan terkena pneumonia antara
lain:
a. Peminum alkohol
b. Perokok
c. Riwayat Diabetes Melitus
d. Riwayat Gagal Jantung
e. Riwayat Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
f. Gangguan sistem kekebalan karena obat dan penyakit tertentu (penderita
kanker menerima organ cangkokan)
g. Gangguan sistem kekebalan tubuh karena penyakitnya (penderita AIDS)
7. Patofisiologi
Di
antara
semua
pneumonia
bakteri,
patogenesis
dari
pneumonia
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang
alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah
merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi
diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat
tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan
bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari): Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah
merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
d. Resolusi (8-11 hari): Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000).
8. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
a. Chest X-ray
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat
juga menunjukkan multiple abses/infiltat, empiema (Staphylococcus);
penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakterial); atau penyebaran/extensive
nodul infiltrat (sering kali viral), pada pneumonia mycoplasma chest xray mungkin bersih.
c. Empiema
d. Gagal nafas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
3. Clinical Pathway
Bakteri
Parasit
Virus
Antigen
Cedera Jaringan
Respon Humoral
Pelepasan
mediator nyei
Kerusakan Sel
Merangsang
Nosiseptor
Antigen-Antibodi Berikatan
dengan Molekul Komplemen
Medulla
Spinalis
Nyei Akut
Mengubah Permukaan
Organisme Patogen
Menghasilkan Produk
Protein C5b6789
Kemotaksis Netrofil
dan Makrofag
Merobek Membran
Sel Bakteri atau
Organisme
Penginfeksi Lainnya
Aglutinasi
Aktifasi Proses
Fagositosis oleh
Netrogil dan
Makrofag
Pelepasan Histamin
Aktivasi Bradikinin
Vasodilatasi Kapiler
Permeabilitas
Kapiler Meningkat
Pelepasan pirogen
endogen (Sitokin)
Penampakan Fibrin,
Eksudat, Eritrosit,
Leukosit
Perpindahan Eksudat
Plasma ke Interstisiel
Interleukin-1
Interleukin-6
Fagositosis Sel
Debris
Sekret
Menumpuk
Pada Bronkus
Merangsang
saraf vagus
Sinyal mencapai
Sistem Saraf Pusat
Pembentukan
Prostaglandin Otak
Metabolisme
meningkat
Peningkatan
Penggunaan
Energi
Intoleransi
Aktivitas
Merangsang
hipotalamus
meningkatkan titik
patokan suhu (set point)
Oedem Ruang
Kapiler Alveoli
Sekret
Menumpuk
Pada Bronkus
Batuk, Sesak
Napas, Dipsnea
Penurunan
Difusi O2
Gangguan
Pertukaran Gas
Penurunan
Saturasi O2
Hipoksia
Jaringan
Ketidakefektifa
n Bersihan Jalan
Nafas
Menggigil,
meningkatkan suhu
basal
Peningkatan
Produksi
Eritropoeisis
Ginjal
Hipertermia
Stimulasi Produksi
Sel Darah Merah
Polisitemia
Ketidakefektifa
n Perfusi
Jaringan Perifer
4. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Umum
a. Identitas klien
Nama: mengetahui identitas klien
Umur dan tanggal lahir: dapat terjadi pada semua usia meningkat pada usia
rentan yaitu bayi dan lansia.
Jenis kelamin: bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan
Suku bangsa: dapat terjadi pada semua suku bangsa
Pekerjaan: pekerjaan yang meningkatkan pneumonia dapat memicu lebih
banyak terjadinya misalnya pekerjaan yang setiap hari terpapar dengan
AC, lingkungan udara yang kurang sehat.
Pendidikan: pendidikan menentukan pengetahuan dalam memahami proses
penyakit
Status menikah: dukungan dari istri/suami dapat mempercepat proses
penyembuhan dari pada klien yang hidup sendiri
Alamat: mengetahui identitas klien
Tanggal MRS: mengetahui identitas klien
Diagnosa medis: Pneumonia
b. Identitas penaggung jawab meliputi nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat.
c. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Tanyakan kepada pasien adanya keluhan
seperti sesak napas, demam tinggi, menggigil dan batuk. Adanya keluhan
mellitus,
imunosupresi
(misalnya
obat-obatan,
HIV),
terjadi
(misalnya
influenza),
malnutrisi,
ventilasi
mekanik,
O 2 ke jaringan juga
menurun mengakibatkan penurunan tonus otot dan nyeri otot. Kulit nampak
pucat, sianosis, banyak keingat, suhu kulit meningkat serta kemerahan.
Diagnosis Keperawatan
Diagnosa
Gangguan Pertukaran Gas
berhubungan
dengan
penurunan difusi O2
(NANDA: 204)
1. DS:
a. sakit kepala ketika
bangun
b. Dyspnoe
c. Gangguan
penglihatan
2. DO:
a. Penurunan CO2
b. Takikardi
c. Hiperkapnia
d. Keletihan
e. Iritabilitas
f. Hypoxia
g. kebingungan
h. sianosis
i. warna kulit abnormal
j.
k.
l.
m.
(pucat, kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
AGD abnormal
pH arteri abnormal
Intervensi
NIC :
1. Posisikan
433b)
b.
Electrolyte
&
pasien
Rasional
untuk 1.
memaksimalkan ventilasi
ventilasi
2. Pasang mayo bila perlu
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
2.
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau 3.
suara tambahan
(NOC: 6. Berikan bronkodilator ;
7. Barikan pelembab udara
434b)
8. Atur
intake
untuk
cairan
d.
Vital Sign Status
mengoptimalkan keseimbangan.
(NOC: 550b)
9. Monitor respirasi dan status O2
Setelah
dilakukan
tindakan
10. Catat
pergerakan
dada,
amati
keperawatan selama 1 x 24 jam
kesimetrisan,
penggunaan
otot
Gangguan
pertukaran
pasien
tambahan,
retraksi
otot
teratasi dengan kriteria hasi:
supraclavicular dan intercostal
- Mendemonstrasikan
11. Monitor suara nafas, seperti dengkur
peningkatan
ventilasi
dan 12. Monitor pola nafas : bradipena,
-
suction
mengeluarkan sekret
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya 4.
Membantu
Respiratory
Status
Memaksimalkan
mengeluarkan sekret
ventilation
5.
keadaan paru-paru
6.
7.
melebarkan bronkus
Melembapkan
8.
saluran napas
mengoptimalkan
9.
keseimbangan
memantau respirasi
10.
dan status O2
melihat respon non
Mnengetahui
verbal
3. frekuensi dan
kedalaman nafas
abnormal
distress pernafasan
Mendemonstrasikan
suara tambahan
efektif dan suara nafas yang 14. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan 11.
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan
ststus mental
15. Observasi
sianosis
memantau adanya
obstruksi jalan nafas jatuhnya
khususnya
napas
membran mukosa
12.
sputum,
mampu
bernafas
16. Jelaskan pada pasien dan keluarga
nafas
dengan mudah, tidak ada
tentang persiapan tindakan dan tujuan
pursed lips)
penggunaan alat tambahan (O2,
Tanda tanda vital dalam rentang
Suction, Inhalasi)
13.
normal
17. Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
AGD dalam batas normal
nafas
Status neurologis dalam batas
irama dan denyut jantung
mengetahui frekuensi
mengetahui suara
normal
14.
mengetahui keadaan
fisiologis paru-paru tanda-tanda
15.
adanya perubahan
tanda-tanda
16.
kekurangan O2 jaringan
mengurangi
kecemasan pada keluarga
17.
mengetahui keadaan
jantung
2.
Ketidakefektifan Bersihan
NOC:
NIC:
380)
DS:
Dispneu
DO:
Penurunan suara nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales,
wheezing)
- Kesulitan berbicara
- Batuk, tidak efekotif atau
tidak ada
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan
irama nafas
Respiratory
434b)
Respiratory
status : Airway patency (NOC:
432-433b)
Aspiration
napas
metode
3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam
4. Posisikan
pasien
Membebaskan jalan
untuk
2.
Memperkuat
3.
keadekuatan pernapasan
Mengurangi
kebutuhan energi dan penggunaan
memaksimalkan ventilasi
O2
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4.
Mempertahankan
tindakan
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
keadekuatan pernapasan
keperawatan selama 1 x24 jam
suction
5.
Membantu
pasien menunjukkan keefektifan 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
mengeluarkan sekret yang
jalan nafas dibuktikan dengan
suara tambahan
menumpuk
8. Berikan bronkodilator :
kriteria hasil :
6.
Membantu
9. Monitor status hemodinamik
a. Mendemonstrasikan
batuk
mengeluarkan sekret yang
10. Berikan pelembab udara Kassa basah
efektif dan suara nafas yang
NaCl Lembab
menumpuk
bersih, tidak ada sianosis dan 11. Berikan antibiotik :
7.
Mengetahui apakah
12. Atur
intake
untuk
cairan
dyspneu
(mampu
sekret sudah keluar
8.
Melebarkan bronkus
mengoptimalkan keseimbangan.
mengeluarkan sputum, bernafas
13. Monitor respirasi dan status O2
9.
Mengontrol keadaan
dengan mudah, tidak ada 14. Pertahankan hidrasi yang adekuat
kardiopulmonal
pursed lips)
untuk mengencerkan sekret
10.
Melembabkan udara
b. Menunjukkan jalan nafas yang 15. Jelaskan pada pasien dan keluarga
yang baik bagi penapasan
paten (klien tidak merasa
tentang penggunaan peralatan : O2, 11.
Membantu
Control
Setelah
dilakukan
dalam
Suction, Inhalasi.
rentang
eksternal
12.
13.
14.
15.
3.
Ketidakefektifan
Jaringan
Perfusi
penyebab.
d. Saturasi O2 dalam batas normal
e. Foto thorak dalam batas normal
NOC:
mengoptimalkan
keseimbangan
mengetahui status O2
mengencerkan sekret
mengurangi
kecemasan keluaga
NIC:
Circulation Status
Mengetahui tanda-tanda
gangguan perifer
Mengetahui tanda-tanda
warna
dan
temperatur
ekstremitas)
4
5
4. Kaji tingkat nyeri
6
5. Elevasi anggota badan 20 derajat atau 7
lebih tinggi dari jantung untuk
meningkatkan venous return
6. Ubah posisi klien minimal setiap 2
gangguan perifer
Agar luka ditangani darin infeksi
healing
Mengetahui tingkat nyeri klien
Meningkatkan venous return
Meminimalkan dekubitus
Mengontrol volume yang masuk
ke dalam jantung dan paru
Memudahkan mengatur posisi
klien
temperatur)
f. Tekanan vena sentral dbn
CRT > 3 detik
g. Tidak ada bunyi hipo jantung
Penurunan
tekanan
abnormal
darah pada ekstremitas
Edema
h. Tidak ada angina
Nyeri ekstremitas
i. AGD dbn
Parastesia
j. Kesimbangan intake dan output
Keterlambatan
24 jam
penyembuhan luka
ada
distensi
10. Dorong
pasien
darah
sesuai 12 mencegah koagulasi darah
13 memantau keadaan darah
latihan
keadekuatan
hidrasi
peningkatan
viskositas
pemberian
antiplatelet
atau antikoagulan
Kekuatan kulit
untuk
darah
jugularis
r.
mencegah
Meminimalkan kelemahan
11. Jaga
n. Tidak
kemampuan
jam sekali
Fluid Management
1
2
3
4
Pain Level,
Pain Management
pain control,
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui gambaran klinis
alveoli
comfort level
komprehensif
termasuk
lokasi,
nyeri yang dirasakan
DS:
Setelah
dilakukan
tinfakan
Laporan secara verbal
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
keperawatan selama 2 x 24 jam
DO:
kualitas dan faktor presipitasi
2. Memvalidasi ketidaknyamanan
Posisi untuk menahan
Pasien tidak mengalami nyeri,
2. Observasi reaksi nonverbal dari
klien melalui subjektif dan
nyeri
dengan kriteria hasil:
ketidaknyamanan
Tingkah laku berhati-hati a.
Mampu
objektif
Gangguan tidur (mata
3. Dukungan untuk kesembuhan
mengontrol
nyeri
(tahu 3. Bantu pasien dan keluarga untuk
sayu, tampak capek, sulit
klien
penyebab
nyeri,
mampu
mencari dan menemukan dukungan
4.
Memberikan kenyamanan klien
atau gerakan kacau,
4. Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan
tehnik
agar tidak fokus pada nyeri
menyeringai)
mempengaruhi nyeri seperti suhu
nonfarmakologi
untuk
Terfokus pada diri
ruangan, pencahayaan dan kebisingan 5. Menghindari timbulnya nyeri
mengurangi nyeri, mencari
sendiri
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
6. Untuk menentukan intervensi
Fokus menyempit
bantuan)
6. Kaji tipe dan sumber nyeri
7. Memberikan kenyamanan klien
b.
Melaporkan
7.
Ajarkan
tentang
teknik
non
(penurunan persepsi
agar tidak fokus pada nyeri
bahwa nyeri berkurang dengan
farmakologi: napas dada, relaksasi,
waktu, kerusakan proses
8. Bantuan farmakologis dasar
menggunakan manajemen nyeri
distraksi, kompres hangat/ dingin
berpikir, penurunan
c.
Mampu
8. Berikan analgetik untuk mengurangi
9. Mengurangi timbulnya nyeri
interaksi dengan orang
mengenali
nyeri
(skala,
nyeri: ...
10. Meningkatkan koping diri klien
dan lingkungan)
9. Tingkatkan istirahat
intensitas, frekuensi dan tanda
Tingkah laku distraksi,
10. Berikan informasi tentang nyeri
nyeri)
contoh : jalan-jalan,
seperti penyebab nyeri, berapa lama
d.
Menyatakan rasa
menemui orang lain
nyeri akan berkurang dan antisipasi
nyaman setelah nyeri berkurang
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti
e.
diaphoresis, perubahan
f.
tekanan darah,
Tanda
vital
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
5.
Hipertermia
berhubungan
invasi
penginfeksi
dengan
NOC :
Thermoregulation
Setelah dilakukan tinfakan
NIC:
Temperature Regulation (Pengaturan
Suhu)
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
1.
Mengontrol status
suhu
2.
Mengontrol status
suhu
3.
infeksi
4.
hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi
6.
Intoleransi
berhubungan
peningkatan
aktivitas NOC :
dengan
Menngetahui
peningkatan suhu melalui warna
kulit
5.
Mengontrol
perubahan suhu tubuh yang
ekstrim
6.
Membantu
Mengetahui tanda
8.
Mencegah
berkurangnya energi
9.
Fever Treatment
Temperature Regulation
Vital Signs Monitoring
NIC :
Self Care : ADLs
Konservasi
eneergi
Setelah dilakukan tindakan
1.
Mengurangi
pengeluaran energi yang tidak
perlu
metabolisme
DS:
-
Melaporkan
secara verbal adanya
kelelahan atau
kelemahan.
Adanya dyspneu
atau ketidaknyamanan
saat beraktivitas.
DO :
Respon abnormal
dari tekanan darah
atau nadi terhadap
-
dengan
Kriteria Hasil :
a.
Berpartisipasi
aktifitas
Perubahan ECG :
aritmia, iskemia
menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energi
2.
yang adekuat
4. Monitor pasien akan adanya
3.
penyebab kelelahan
Meningkatkan energi
4.
Mengurangi
5.
hemodinamik)
Monitor pola tidur
6.
mampu dilakukan
Bantu untuk memilih
sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan
9.
mengidentifikasi dan
diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk
disukai
12.
13.
Bantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
Bantu untuk
14.
dalam beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
15.
16.
meninggalkan RS
b.
Kolaborasikan
dengan
terapis, dokter, ahli gizi, atau petugas kesehatan lain tentang kebelanjutan
perawatan klien di rumah
c.
d.
Identifikasi
pendidikan
f.
Dokumentasikan
perencanaan pulang
g.
Anjurkan
klien
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Bulecked, G.M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United
Sates of America: Elsevier.
NANDA. 2014. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluan Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa,
Usia
Lanjut,
Penumonia
Atipik
&
Pneumonia
Atypik