LAPORAN PENDAHULUAN
disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)
Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
oleh
Devintania Kurniasti N.H., S.Kep.
NIM 112311101017
B. PNEUMONIA
1. Definisi
Pneumonia adalah proses inflamasi dari parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh preparat infeksius (Baughman, 2000).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat sehingga pertukaran gas tidak
dapat berlangsung pada daerah ygang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan
ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi (Soemantri, 2007).
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang, kantung-
kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia is a form of acute respiratory infection that affects the lungs. The
lungs are made up of small sacs called alveoli, which fill with air when a healthy
person breathes. When an individual has pneumonia, the alveoli are filled with pus
and fluid, which makes breathing painful and limits oxygen intake (WHO, 2014).
Beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pneumonia adalah
proses peradangan dari parenkim paru dimana terdapat konsolidasi berupa
terdapatnya pus dan cairan pada rongga alveoli sehingga pertukaran oksigen di paru
mengalami gangguan.
2. Etiologi
Menurut Baughman (2000) kategori utama pneumonia adalah bakterial dan
atipikal. Pneumonia bakteri ditandai oleh eksudat intraalveolar supuratif disertai
konsolidasi, kebanyakan disebabkan oleh bakteri Pneumonia pneumococcus
(Soemanti, 2007). Menurut WHO (2014) penyebab pneumonia kedua setelah
Pneumonia pneumococcus adalah haemophilus influenzae tibe b (HIB), kemudian
pada bayi yang terinfeksi HIV penyebabnya adalah Pneumocystis jiroveci.
Penyebab Pneumonia menurut Misnadiarly (2007):
a. Bakteri :
- Gram positif: Streptococcus Pneumoniae (Pneumococcal
Pneumonia), Staphylococcus Aureus.
- Gram negatif: Haemophilus Influenzae, Pseudomonas Aeruginosa,
Klebsiella Pneumoniae (Friedlender’s Bacillus).
- Anaerobik: Anaerobic Streptococcus, Fusobacteria, Bacteroides
Species.
- Atipikal: Legionella Pneumophila, Mycoplasma Pneumoniae
b. Virus : Influenza, Parainfluenza, Adenovirus.
c. Jamur : Candidiasis, Blastomycosis, Cryptococcosis, Histoplasmosis,
Coccidioidomycosis.
d. Aspirasi : Makanan, Cairan, Muntah.
e. Inhalasi : Racun atau bahan kimia (Polivinilpirolidin, Gumma Arabikum,
Berillium, Uap air raksa), rokok, debu dan gas.
3. Klasifikasi
1) Berdasarkan Umur
a. Kelompok umur < 2 bulan
1) Pneumonia berat
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika
sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar
atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC
atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 ºC), pernapasan
cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis
sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen
tegang.
2) Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan
tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun
1) Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral,
tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit
dibangunkan.
2) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak
disertai sianosis sentral dan dapat minum.
3) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan
dinding dada.
4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan
dinding dada.
5) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati
selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang
sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan
yang tinggi, dan demam ringan (WHO, 2003).
2) Berdasarkan Etiologi
5. Cara Penularan
Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang
ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet.
Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia
kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu
terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang
dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar
penderita, transmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan
menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita
(WHO, 2014).
6. Faktor Resiko
Menurut Misnadiarly (2008) orang yang rentan terkena pneumonia antara
lain:
a. Peminum alkohol
b. Perokok
c. Riwayat Diabetes Melitus
d. Riwayat Gagal Jantung
e. Riwayat Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
f. Gangguan sistem kekebalan karena obat dan penyakit tertentu (penderita
kanker menerima organ cangkokan)
g. Gangguan sistem kekebalan tubuh karena penyakitnya (penderita AIDS)
7. Patofisiologi
Di antara semua pneumonia bakteri, patogenesis dari pneumonia pneumokokus
merupakan yang paling banyak diselidiki. Pneumokokus umumnya mencapai
alveoli lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian bawah paru-paru paling
sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus
menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price,
2005) :
a. Kongesti (24 jam pertama): Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa
dan berwarna merah.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang
alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah
merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi
diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat
tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan
bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari): Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah.
Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
d. Resolusi (8-11 hari): Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000).
10. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi menyertai pneumonia menurut Soemantri
(2007) adalah:
a. Abses paru
b. Efusi pleural
c. Empiema
d. Gagal nafas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
3. Clinical Pathway
Parenkim Paru
Kerusakan Sel
Antigen Patogen Berikatan
Merangsang
dengan Antibodi
Nosiseptor
Mengubah Permukaan Menghasilkan Produk Kemotaksis Netrofil Aktifasi Sel Mast dan
Organisme Patogen Protein C5b6789 dan Makrofag Basofil
Permeabilitas
Kapiler Meningkat
Gangguan
Sinyal mencapai Sekret
Pertukaran Gas
Sistem Saraf Pusat Menumpuk
Pada Bronkus
Penurunan
Pembentukan
Saturasi O2
Prostaglandin Otak Batuk, Sesak
Napas, Dipsnea
Hipoksia
Metabolisme Merangsang
Jaringan
meningkat hipotalamus Ketidakefektifan
meningkatkan titik Bersihan Jalan
patokan suhu (set point) Nafas Ketidakefektifan
Peningkatan Perfusi Jaringan
Penggunaan Perifer
Peningkatan
Energi Menggigil, Produksi
meningkatkan suhu Eritropoeisis
basal Ginjal
Intoleransi
Aktivitas
Stimulasi Produksi
Hipertermia
Sel Darah Merah
Polisitemia
4. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Umum
a. Identitas klien
Nama: mengetahui identitas klien
Umur dan tanggal lahir: dapat terjadi pada semua usia meningkat pada usia
rentan yaitu bayi dan lansia.
Jenis kelamin: bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan
Suku bangsa: dapat terjadi pada semua suku bangsa
Pekerjaan: pekerjaan yang meningkatkan pneumonia dapat memicu lebih
banyak terjadinya misalnya pekerjaan yang setiap hari terpapar dengan AC,
lingkungan udara yang kurang sehat.
Pendidikan: pendidikan menentukan pengetahuan dalam memahami proses
penyakit
Status menikah: dukungan dari istri/suami dapat mempercepat proses
penyembuhan dari pada klien yang hidup sendiri
Alamat: mengetahui identitas klien
Tanggal MRS: mengetahui identitas klien
Diagnosa medis: Pneumonia
b. Identitas penaggung jawab meliputi nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat.
c. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Tanyakan kepada pasien adanya keluhan
seperti sesak napas, demam tinggi, menggigil dan batuk. Adanya keluhan
nyeri dada, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan
kepala nyeri (Supandi, 1992; Jeremy, 2007; Alberta Medical Assosiation,
2011).
d. Riwayat penyakit sekarang: Informasi yang dapat diperoleh meliputi
informasi mengenai keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak
berkurang setelah meminum obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran.
Pada awalnya keluhan batuk yang tidak produktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-
kuningan, kehijau-hijauan, dan seringkali berbau busuk.
e. Riwayat penyakit dahulu: penyakit kronik (misalnya ginjal, dan paru),
diabetes mellitus, imunosupresi (misalnya obat-obatan, HIV),
ketergantungan alkohol, aspirasi (misalnya epilepsi), penyakit virus yang
baru terjadi (misalnya influenza), malnutrisi, ventilasi mekanik,
pascaoperasi (Jeremy, 2007; Misnadirly, 2008).
f. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien
ada yang mengalami hal yang sama dengan pasien atau apakah keluarga ada
yang mengalami penyakit degeneratif.
g. Pola pemeliharaan kesehatan
Merupakan pola kesehatan yang sering dilakukan misalnya :
1. Kebiasaan minum alkohol
2. Kebiasaan merokok
3. Menggunakan obat-obatan
4. Aktifitas atau olahraga
5. Stress
B1 Breathing
Inspeksi apakah terdapat batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot
bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan yang sering didapatkan
pada pasien pneumonia. Palpasi adanya ketidaksimetrisan pernapasan pada
klien. Perkusi seluruh dada dan lapang paru untuk menentukan letak gangguan
di paru sebelah mana. Auskultasi bunyi napas tambahan yaitu stridor maupun
ronkhi pada pasien pneumonia untuk menentukan pneumonia terletak pada
lobus paru sebelah mana.
B2 Blood
Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokonstriksi, kualitas darah
menurun. Berhubungan dengan adanya agen asing yang masuk di dalam tubuh.
B3 Brain
Pada klien dengan pneumonia pada fase akut dapat terjadi penurunan GCS,
refleks menurun atau normal, letargi. Terjadi karena virus atau bakteri di dalam
paru besirkulasi mengikuti aliran darah menuju sistem saraf pusat.
B4 Bladder
Pada pneumonia produksi dapat menurun atau normal. Observasi adanya
penurunan urin sebagai tanda terjadinya penurunan tekanan darah atau syok
hipovolemik.
B5 Bowel
Pneumonia kadang tidak mempengaruhi sistem pencernaan, feses normal atau
dapat terjadi mual dan muntah akibat terapi pengobatan dan anoreksia.
B6 Bone
Akibat gangguan pada ventilasi paru maka suplai O2 ke jaringan juga menurun
mengakibatkan penurunan tonus otot dan nyeri otot. Kulit nampak pucat,
sianosis, banyak keingat, suhu kulit meningkat serta kemerahan.
Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan penurunan difusi O2
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret pada bronkus
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan
saturasi O2
4. Nyeri akut berhubungan dengan cedera jaringan alveoli
5. Hipertermia berhubungan dengan invasi organisme penginfeksi
6. Intolerasi Aktivitas berhubungan dengan peningkatan metabolisme
Rencana tindakan keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan Pertukaran Gas NOC: NIC :
berhubungan dengan a. Respiratory Status : Gas 1. Posisikan pasien untuk 1. Memaksimalkan ventilasi
penurunan difusi O2 exchange (NOC: 433b) memaksimalkan ventilasi
(NANDA: 204) b. Electrolyte & Acid/Base 2. Pasang mayo bila perlu 2. Membuka jalan nafas
1. DS: Balance (NOC: 209-210b) 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 3. Membantu mengeluarkan sekret
a. sakit kepala ketika c. Respiratory Status : ventilation 4. Keluarkan sekret dengan batuk atau 4. Membantu mengeluarkan sekret
bangun (NOC: 434b) suction
b. Dyspnoe d. Vital Sign Status (NOC: 550b) 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya 5. Mnengetahui keadaan paru-paru
c. Gangguan penglihatan Setelah dilakukan tindakan suara tambahan
2. DO: keperawatan selama …. Gangguan 6. Berikan bronkodilator ; 6. Membuka jalan nafas melebarkan
a. Penurunan CO2 pertukaran pasien teratasi dengan 7. Barikan pelembab udara bronkus
b. Takikardi kriteria hasi: 8. Atur intake untuk cairan 7. Melembapkan saluran napas
c. Hiperkapnia - Mendemonstrasikan mengoptimalkan keseimbangan. 8. mengoptimalkan keseimbangan
d. Keletihan peningkatan ventilasi dan 9. Monitor respirasi dan status O2 9. memantau respirasi dan status O2
e. Iritabilitas oksigenasi yang adekuat 10. Catat pergerakan dada, amati 10. melihat respon non verbal
f. Hypoxia - Memelihara kebersihan paru kesimetrisan, penggunaan otot
g. kebingungan paru dan bebas dari tanda tanda tambahan, retraksi otot supraclavicular
h. sianosis distress pernafasan dan intercostal 11. memantau adanya obstruksi jalan
alveoli - pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui gambaran klinis
- Laporan secara verbal Setelah dilakukan tinfakan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
keperawatan selama …. Pasien tidak dan faktor presipitasi
DO:
- Posisi untuk menahan mengalami nyeri, dengan kriteria 2. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Memvalidasi ketidaknyamanan
- Gangguan tidur (mata penyebab nyeri, mampu 3. Bantu pasien dan keluarga untuk 3. Dukungan untuk kesembuhan
sayu, tampak capek, sulit menggunakan tehnik mencari dan menemukan dukungan klien
atau gerakan kacau, nonfarmakologi untuk 4. Kontrol lingkungan yang dapat 4. Memberikan kenyamanan klien
menyeringai) mengurangi nyeri, mencari mempengaruhi nyeri seperti suhu agar tidak fokus pada nyeri
sendiri b. Melaporkan bahwa nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri 5. Menghindari timbulnya nyeri
- Fokus menyempit berkurang dengan 6. Kaji tipe dan sumber nyeri 6. Untuk menentukan intervensi
(penurunan persepsi menggunakan manajemen nyeri 7. Ajarkan tentang teknik non 7. Memberikan kenyamanan klien
waktu, kerusakan proses c. Mampu mengenali nyeri (skala, farmakologi: napas dada, relaksasi, agar tidak fokus pada nyeri
berpikir, penurunan intensitas, frekuensi dan tanda distraksi, kompres hangat/ dingin
nyeri) 8. Bantuan farmakologis dasar
interaksi dengan orang d. Menyatakan rasa nyaman 8. Berikan analgetik untuk mengurangi 9. Mengurangi timbulnya nyeri
dan lingkungan) setelah nyeri berkurang nyeri: ……... 10. Meningkatkan koping diri klien
- Tingkah laku distraksi, e. Tanda vital dalam rentang 9. Tingkatkan istirahat
contoh : jalan-jalan, normal 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti
menemui orang lain f. Tidak mengalami gangguan penyebab nyeri, berapa lama nyeri
dan/atau aktivitas, tidur akan berkurang dan antisipasi
aktivitas berulang-ulang) ketidaknyamanan dari prosedur
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah,
perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
5. Hipertermia NOC : NIC:
berhubungan dengan Thermoregulation Temperature Regulation (Pengaturan
peningkatan metabolisme - Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas yang tidak perlu
DS: - Konservasi eneergi 2. Kaji adanya faktor yang 2. Mengurangi penyebab kelelahan
- Melaporkan secara Setelah dilakukan tindakan menyebabkan kelelahan 3. Meningkatkan energi dengan cara
verbal adanya keperawatan selama …. Pasien 3. Monitor nutrisi dan sumber energi meningkatkan nutrisi
kelelahan atau bertoleransi terhadap aktivitas yang adekuat 4. Monitor respon kardivaskuler
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Bulecked, G.M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United Sates
of America: Elsevier.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluan Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Penumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Moorhead, S., et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). United Sates of
America: Elsevier.
Pearce, E.C. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.
Jakarta: Erlangga.