Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak.
Peresepan antibiotik di Indonesia yang cukup tinggi dan kurang bijak akan meningkatkan
kejadian resistensi sehingga dapat menyebabkan banyak penyakit yang sulit disembuhkan
dengan antibiotik salah satu penyakit terjadi akibat infeksi yaitu meningitis.

Meningitis adalah penyakit radang meninges selaput yang menutupi otak dan
sumsum tulang belakang. Itu inflamasi dan pembengkakan dapat memperpanjang melalui
membran pia mater, arachnoid atau subarachnoid (Mace, 2008).

Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada sistem saraf pusat (SSP).
Meningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus maupun jamur, protozoa, dan
toksin Juga merupakan penyebabnya. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran infeksi
dari tempat lain di tubuh, misalnya simnus, telinga, atau saluran nafas nagian atas.
Fraktur tengkorak basillar posterior disertai pecahnya gendang telinga juga dapat
menyebabkan meningitis. Pada meningitis bacterial, toksin yang dikeluarkan merusak
sel meningeal dan menstimulasi reaksi imun dan inflamasi.esefalitis dapat terjadi,
walaupun diobati, sebanyak 40% kasus meningitis bersifat fatal dan sebanyak 30%
individu individu mengalami komplikasi neurologis. (Corwin, 2009)

Ketika mahasiswa umumnya cenderung mengalami meningitis dibandingkan dengan


dewasa muda lainnya, pada kelompok usia tersebut subkelompok mahasiswa mengalami
peningkatan resiko. Secara khusus mahasiswa tingkat pertama yang tinggal diasrama
mengalami resiko 6 kali lipat lebih besar untuk mengalami meningitis meningokokus
dibandingkan mahasiswa yang tidak tinggal diasrama. (Corwin, 2009)

Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi menular dan penyakit tidak menular.


Meningitis menular bisa muncul dari pemberian obat tertentu seperti non- steroid anti-
inflammatory drugs, imunoglobulin atau beberapa antibiotik. Hal ini juga dapat
berkembang dari penyakit seperti sarkoidosis dan meningitis neoplastik. berjangkit
meningitis dapat lebih sub-dibagi ke non-bakteri dan bakteri (piogenik) meningitis.
Meningitis non-bakteri biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau jamur (Mace, 2008).

[1]
1.2 Tujuan
Tujuan umum:

Secara umum tujuannya untuk membantu mahasiswa bisa mengetahui tentang


penyakit meningitis dan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit meningitis.

Tujuan khusus:

Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah :

1.2.1 Mengetahui pengertian meningitis


1.2.2 Mengetahui klasifikasi / stadium meningitis
1.2.3 Mengetahui etiologi dari meningitis
1.2.4 Mengetahui patofisiologi dari meningitis
1.2.5 Mengetahui manifestasi klinik dari meningitis
1.2.6 Mengetahui penatalaksanaan dari meningitis, baik penatalaksanaan medik
maupun non medik.
1.2.7 Mengetahuipemeriksaanpenunjangdari meningitis
1.2.8 Mengetahuikomplikasidari meningitis
1.2.9 Mempelajari asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan meningitis

1.3 Manfaat
Adapun manfaat manfaat yang diperoleh dalam pembahasan askep meningitis ini
diantaranya :

1.3.1 Memberikan pengetahuan mengenai konsep medik penyakit meningitis


1.3.2 Memberikan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit meningitis

[2]
BAB 2

KONSEP MEDIS

2.1 Definisi
Meningitis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada orang dewasa
biasanya hanya terbatas di dalam ruang subaraknoit, namun pada bayi cenderung meluas
sampai ke rongga subdural sebagai suatu efusi atau empiema subdural (leptomeningitis),
atau bahkan kedalam otak (meningoensefalitis). (Satyanegara, 2010)

Meningitis adalah penyakit radang meninges selaput yang menutupi otak dan
sumsum tulang belakang. Itu inflamasi dan pembengkakan dapat memperpanjang melalui
membran pia mater, arachnoid atau subarachnoid (Mace, 2008)

Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges. Organisme penyebab meningitis


bakterial memasuki area secara langsung sebagai akibat cedera traumatik atau secara
tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan
serebrospinal (CSS). Berbagai agens dapat menimbulkan inflamasi pada meninges
termasuk bakteri, virus, jamur, dan zat kimia (Betz, 2009).

Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada sistem saraf pusat (SSP).
Meningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus maupun jamur, protozoa, dan
toksin Juga merupakan penyebabnya. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran infeksi
dari tempat lain di tubuh, misalnya simnus, telinga, atau saluran nafas nagian atas. Fraktur
tengkorak basillar posterior disertai pecahnya gendang telinga juga dapat menyebabkan
meningitis. (Elizabeth J. Corwin, 2009)

2.2 Klarifikasi

a. Meningtis Kriptokokal
Kriptokokal meningitis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur
berkapsul genus Cryptococcus yaitu Cryptococcus neoformans yang mengenai system
saraf pusat dengan gejala meningitis dan meningoensefalitis . Penyakit ini muncul
sebagai kasus sporadis yang tersebar di seluruh dunia, merupakan infeksi oportunistik
terutama terjadi pada individu immunocompromised (umumnya pada penderita
HIV/AIDS), tetapi kasus dapat juga terjadi pada individu yang imunokompeten.
(Efrida, Desiekawati. 2012)

[3]
b. Viral meningitis
Termasuk penyakit ringan. gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan
umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya
meningkat di musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen
pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral meningitis. Antara lain
virus herpes dan virus penyebab flu . (anonim, 2007)

c. Bakterial meningitis
Pada individu dewasa imunokompeten, S. pneumonia dan N. meningitidis
adalah patogen utama penyebab MB, karena kedua bakteri tersebut memiliki
kemampuan kolonisasi nasofaring dan menembus sawar darah otak (SDO). Basil
gram negatif seperti Escherichia coli, Klebsiella spp, Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas spp biasanya merupakan penyebab
MB nosokomial, yang lebih mudah terjadi pada pasien kraniotomi, kateterisasi
ventrikel internal ataupun eksternal, dan trauma kepala. (Meisadona,dkk 2015)
d. Meningitis tuberkulosis generalisata
Meningitis Tuberkulosa (TB) adalah infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis
yang mengenai mening atau parenkim otak (Baron et al., 2007).
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah-muntah, di temukan tanda-
tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat
labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak mencekung dan gangguan saraf otak.
Meningitis ini di sebabkan oleh kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.
(Harsono, 2003)
e. Meningitis purulenta
Meningitis Purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang
meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumoniae (pneumokokus), Neisseria meningitis (meningokokus), Streptococcus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa (Satyanegara, 2010).
Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, kaku
kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan
umum, rasa nyeri pada punggung dan sendi. Meningitis ini disebabkan oleh
diplococus pneumoniae, neisseria, meningitidis, streptococus, haemolyticus,
hemofilus influensa dan pneudomonas aeruginosa. (Harsono 2003)

[4]
2.3 Etilogi

1. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah diplococcus pneumonia dan
Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative
2. Pada anak-anak bakteri tersering adalah hemophylus influenza, neiseria meningitidis
dan diplococcus pneimenia. (Satyanegara, 2010)

2.4 Patofisiologi

Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau
jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput
otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan
Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari
peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak,
Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran kuman
bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.
Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia
dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.

Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi;
dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat
yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag.

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron.
Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen menyebabkan
kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal
tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

2.5 Manifestasi klinis


Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya
otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam

[5]
sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran
menurun. Tanda Kernig’s dan Brudzinky positif. (Harsono., 2003)
a. Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare, tonus
otot melemah, menangis lemah.
b. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori,
kejang mudah terstimulasi foto fobia, delirium,, halusinasi, maniak, stupor, koma,
kaku, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal)
c. Ciri khas : penderita yang tampak sakit berat,demam akut yang tinggi, kesadaran
yang menurun (lethargi atau gaduh gelisah), nyeri kepala (rasa ini dapat menjalar
ketengkuk dan punggung) mual, muntah, penurunan berat badan dan kaku kuduk.

2.6 Pemeriksaan penunjang

1. Fungsi lumbal dan kultur CSS : jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar glukosa
darah menurun protein meningkat, tekanan cairam neningkat, asam laktat meningkat,
glukosa serum meningkat, identifikasi organisme penyebab.
Pungsi lumbal dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu penderita
diposisikan untuk tindakan, ditentukan lokasi dengan membuat garis imajiner melalui
titik tertinggi antara kedua ujung tulang spina iliaca superior anterior (SIAS) melalui
lumbal 4, palpasi garis tengah prosesus spinosus lumbal 3 hingga lumbal 5,
menentukan ruang antara lumbal 3 dan lumbal 4 atau antara lumbal 4 dan lumbal 5.
Lokasi penusukan pada bayi antara lumbal 2 dan lumbal 3, sedangkan pada anak yang
lebih besar di antara lumbal 3 dan lumbal 4 atau lumbal 4 dan lumbal 5 (Kneen dkk.,
2002; Michelson, 2006).
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Kultur nasofaring, untuk meningkatkan organisme penyebab
5. Elektrolit serum, meningkat jika ada dehidrasi ; Na+ naik dan K+ turun
6. Osmolaritas urin, meningkat dengan sekresi ADH
7. MRI, CT scan/angiografi

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 penatalaksanaan medis

[6]
A. Obat anti inflamasi
a. Meningitis tuberkulosa
- Isoniazid 10-20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1½
tahun
- Rifamfisin 10-15 mg/kg/24 jam oral, 1 kali sehari selama satu tahun
- Streptomosin sulfat 20-40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1-2 kali sehari,
selama 3 bulan.
b. Meningitis bakterial, umur <2 bulan
- Sefalosporin generasi ke-3
- Ampisilin 150-200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4-6 kali sehari.
c. Meningitis bakterial, umur > 2 bulan
- Ampisilin 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari
- Sefalosforin generasi ke-3.
B. Pengobatan simptomatis
a. Diazipam IV 0.2-0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4-0.6/mg/kg/dosis kemudian
dilanjutkan dengan fenitoin 5mh/kg/24 jam, 3 kali sehari
b. Turunkan demam dengan antipiretik parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis
sambil di kompres air
C. Pengobatan suportif
a. Cairan intravena
b. Pemberian O2 agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.
D. Pembedahan
Pembadahan dilakukan VP shunt (ventrikel peritoneal shunt) untuk membebaskan
intra kranial yang diakibatkan oleh terlalu banyaknya cairan scrbrospinal. Cairan
dialirkan dari ventrikel di otak menuju rongga peritoneum. Prosedur pembedhan ini
dilakukan didalam kamar operasi dengan anastesi umum sekitar 90 menit. Rambut
dibelakang telinga dicukur, lalu dibuat insisi tapal kuda dibelakang telinga dan insisi
kecil lainnya di dinding abdomen.

2.7.2 penatalaksanaan non medis

a. dilakukan isolasi pada penderita meningitis

hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi bakteri


maupun virus terhadap orang lain

[7]
2.8 Komplikasi

a. disabilitasi permanen

b. kerusakan otak

c.esifalitis

d. kejang

e. hedrocefalus

[8]
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Pengkajian identitas klien terdiri atas nama, umur, agama, jenis kelamin, status,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
nomor register dan diagnosa medis. Selain identitas klien, perlu juga adanya
pengkajian tentang identitas penanggung jawab dari klien, yang terdiri dari nama,
umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan, dan alamat.

b. Status kesehatan
1. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa
anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah panas badan tinggi, kejang,
dan penurunan tingkat kesadaran.
2. Riwayat penyakit saat ini
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui jenis kuman penyebab. Pada
pengkajian klien dengan meningitis, biasanya didapatkan keluhan yang
berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan gejala
awal tersebut biasanya sakit kepala dan demam. Sakit kepala dihubungkan dengan
meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis
bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya
penyakit.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkingkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien
mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel
sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala, dan
adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.
c. Pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda vital (TTV). Pada klien
dengan meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal,
yaitu 38-41 o C, dimulai dari fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering,
berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi

[9]
meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut
nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK.
a. Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma
maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan
bahan evaluasi untuk memantau pemberian asuhan keperawatan.
b. Fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya rbicara
klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas motorik yang pada klien
meningitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
c. Pemeriksaan saraf kranial
1) Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan fungsi penciuman.
2) Saraf II.Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan
papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai
abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan
TIK.
3) Saraf III, IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien
meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kela9inan.
Pada tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda
perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang
tidak diketahui, klien meningitis mengeuh mengalami fotofobia atau sensitif
yang berlebihan terhadap cahaya.
4) Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot
wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
7) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya
usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk (regiditas
nukal)
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
d. Sistem motorik

[10]
Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada meningitis
tahap lanjut mengalami perubahan.
e. Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum
derajat refleks pada respons normal. Refleks patologis akan didapatkan pada klien
meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya refleks Babinski (+)
merupakan tanda adanya lesi UMN.
f. Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan distonia. Pada keadaan
tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan
meningitis disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan
TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi sekunder akibat area
fokal kortikal yang peka.
g. Sistem sensorik
Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan sensasi raba, nyeri,
dan suhu normal, tidak ada perasaan abnormal di permukaa tubuh. Sensasi
proprioseptif dan diskriminatif normal.
d. Pemeriksaa diagnostik
Pemeriksaan diagnostik rutin pada klien meningitis meliputi laboratorium klinik rutin
(Hb, leukosit, LED, trombosit, retikulosit, glukosa). Pemeriksaan faal hemostatis
diperlukan untuk mengetahui secara awal adanya DIC. Serum elektrolit dan serum
glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama
hiponatremia (Muttaqin, 2008).
3.2 Diagnosa
a. Nyeri
b. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
c. Ketidakefektifan pola nafas
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
e. Hipertermi
f. Kekurangan volume cairan

[11]
3.3 Intervensi dan Rasional

No Dx. Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Hipertermia(00007) NOC NIC


Thermoregulation Fever treatment
Domain 11:
Observasi
Keamanan/Perlindungan Observasi
Tujuan 1. Mengetahui penyakit
Kelas 6 :Termoregulasi 1. Monitor suhu sesering
Setelah dilakukan tindakan dengan nilai suhu dan
Definisi mungkin
keperawatan selama 3 x 24 jam membantu dalam
Peningkatan suhu tubuh di atas
hipertermia berkurang / teratasi menetapkan intervensi
kisaran normal.
dengan tindakan
Batasan karakteristik:
2. Mengetahui jumlah cairan
1. Kulit kemerahan 2. Monitor IWL
Kriteria Hasil yang hilang
2. Takikardia
1. Suhu tubuh pasien dalam 3. Perubahan pada warna dan
3. kejang 3. Monitor warna dan suhu
rentang normal (4) suhu kulit merupakan
4. Peningkatan suhu tubuh kulit
2. Nadi dan RR pasien indikasi demam
diatas kisaran normal
dalam rentang normal (4) 4. Dengan adanya panas
5. Kulit terasa hangat 4. Monitor tekanan darah,
3. klien merasa nyaman (4) berlebihan mengakibatkan
6. takipnea nadi, dan RR
4. tidak ada perubahan temodinamika di dalam
Factor Yang Berhubungan: warna kulit dan tidak ada tubuh terganggu
1. Penurunan rerspirasi pusing.(4) 5. Demam atau panas tinggi
5. Monitor penurunan dapat mengakibatkan

[12]
2. Dehidrasi tingkat kesadaran penurunan kesadaran karena
3. Penyakit catatan: termoregulasi pusat pengaturan suhu
4. Trauma 1=sangat terganggu/berat berada di otak tepatnya
5. Medikasi 2=banyak terganggu/cukup berat dihipotalamus
6. Aktifitas berlebihan 3=cukup terganggu/sedang 6. Mengetahui penyebab
4=sedikit terganggu/ringan 6. Monitor WBC, Hb, dan demam
5=tidak terganggu/tidak ada Hct 7. Mengetahui secara pasti
7. Monitor intake dan output makanan yang masuk dan
keluar dari tubuh
Mandiri :
1. Untuk menjaga pasien agar
Mandiri :
tetap hangat
1. Selimuti pasien
2. Dapat menurunkan
penguapan dan penurunan
2. Lakukan tapid sponge
suhu tubuh
3. Untuk merangsang
3. Kompres pasien pada lipat
penurunan panas melalui
paha dan aksila
efek kerja konduksi
Health Education :
1. Agar pasien dapat
Health Education : mengetahui dan dapat
melakukan pencegahan

[13]
1. Ajarkan pada pasien cara terjadinya keletihan pada
mencegah keletihan akibat saat mengalami panas.
panas 2. Agar pasien mengetahui
gejala apa saja yang
ditimbulkan saat panas dan
2. Ajarkan indikasi dari mengetahui cara
hipertermi dan penangan penanganannya.
yang diperlukan. Kolaborasi :
1. Obat antipiretik bekerja
sebagai pengatur kembali
pusat pengatur panas
Kolaborasi :
2. Di gunakan untuk
1. Berikan antipiretik
mengurangi demam
dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus
2. Berikan pengobatan untuk
3. Pemberian cairan sangat
mengatasi penyebab
penting bagi pasien dengan
demam
suhu tubuh tinggi. Dan
untuk memenuhi
3. Kolaborasi pemberian
kebutuhan cairan pasien
cairan intravena

4. Untuk mencegah

[14]
terjadinya menggigil

Temperature regulation
4. Berikan pengobatan untuk Observasi :
mencegah terjadinya
1. Mengetahui perubahan
menggigil
suhu, suhu 38,9-42,1C
Temperature regulation
menunjukkan proses
Observasi :
inflamasi
1. Monitor suhu minimal tiap
2. TTV merupakan haluan
2 jam
untuk mengetahui keadaan
umum pasien
3. Untuk mengetahui
2. Monitoring TD, NADI,
perubahan warna dan suhu
dan RR
kulit
4. Membantu dalam
3. Monitor warna dan suhu
melaksanakan diagnosa
kulit
Mandiri :
1. Agar cairan dan nutrisi
4. Monitor tanda-tanda
terpenuhi sesuai kebutuhan
hipertermi dan hipotermi
Health Education :
Mandiri : 1. Untuk memberikan

[15]
Infeksi Jamur

1. Tingkatkan intake cairan informasi ke pasien


dan nutrisi tentang cara mencegah
keletihan akibat panas
Health Education :
2. Memberikan pedoman
1. Ajarkan pada pasien cara
untuk menangani
mencegah keletihan akibat
hipertermi dan hipotermi
panas
pada waktu yang tepat
3. Agar pasien dapat
2. Ajarkan indikasi dari
menangani keletihan itu
hipotermi dan penanganan
sendiri
yang di perlukan

3. Beritahukan tentang
4. Agar pasien dapat mengerti
indikasi terjadinya
apa efek negatif kedinginan
keletihan dan penanganan
emergency yang di
perlukan
4. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
1. Obat anti piretik dapat
suhu dan kemungkinan
mengatasi atau mengurangi
efek negative dari
demam
kedinginan

[16]
Kolaboratif
1. Berikan anti piretik jika
perlu

2. Nyeri akut (00132) NOC : NIC


Domain 12 : Kenyamanan  Pain Level Observasi
Kelas 1 :Kenyamanan  Pain control 1. Kaji nyeri, catat lokasi, 1. Nyeri merupakan
Fisik  Comfort level karakteristik (skala 0-10). pengalaman subjektif dan
Definisi : Tujuan: Laporkan perubahan harus dijelaskan oleh klien.
Pengalaman Sensori dan emosional Setelah dilakukan tindakan nyeri dengan tepat. Identifikasi karakteristik
tidak menyenangkan yang muncul keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri dan faktor yang
akibat kerusakan jaringan actual nyeri akut berkurang / teratasi berhubungan merupakan
atau potensial atau yang dengan suatu hal yang sangat
digambarkan sebaagai kerusakan Kriteria Hasil : penting untuk memilih
(Internasional Association for the 1. Mampu mengontrol nyeri intervensi yang cocok dan
Study of pain); awitan yang tiba- ( tahu penyebab nyeri, untuk mengevaluasi
tiba atau lambat dari intensitas mampu menggunaka keefektifan dari terapi
ringan hingga berat dengan akhir tehnik nonfarmakologi yang diberikan.
yang dapat diantisipasi atau untuk mengurangi nyeri, 2. Observasi adanya tanda- 2. Untuk mengetahui
diprediksi dan dengan durasi mencari bantuan) (4) tanda nyeri non verbal indikator/derajat nyeri
kurang dari 6 bulan 2. Melaporkan bahwa nyeri (ekspresi wajah, yang tidak dapat
Batasan Karakteristik: berkurang dengan meringis, dll). diungkapkan oleh pasien

[17]
1. Perubahan selera makan menggunakan secara langsung.
2. Perubahan prekuensi menejemen nyeri(4) Mandiri
pernafasan 3. Mampu mengenali nyeri 1. Anjurkan untuk 1. Menurunkan stimulasi
3. Laporan isyarat (skala, intensitas, beristirahat di tempat yang berlebihan yang dapat
4. Perilaku distraksi (mis: frekuensi dan tanda yang tenang. mengurangi rasa nyeri atau
berjalan mondar-mandir nyeri) (4) Mengurangi respon pasien
mencari orang lain, 4. Menyatakan rasa nyaman terhadap ketidaknyaman
aktivitas yang berulang) setelah nyeri berkurang karena rasa tidak nyaman
5. Mengekspresikan perilaku (4) dapat memperparah nyeri
mis; gelisah, merengek, yang dirasakan pasien
menangis) Catatan: kontrol nyeri 2. Ajarkan teknik 2. Teknik relaksasi (napas
6. Masker wajah (mis; mata 1=tidak pernah menunjukan relaksasi/napas dalam. dalam) dapat mening-
kurang bercahaya, tampak 2=jarang menunjukan katkan sup-lain O2 ke
kacau, gerakan mata 3=kadang-kadang menunjukan jaringan sehingga nyeri
berpencar atau tetap pada 4=sering menunjukan Health Edication berkurang.
satu fokus meringis) 5=secara konsisten menunjukan 1. Berikan informasi 1. informasi yang tepat dapat
7. Sikap melindungi nyeri tentang nyeri, seperti menurunkan tingkat
8. Focus meyempit (mis; penyebab nyeri, kecemasan pasien dan
gangguan persepsi nyeri berapa lama akan menambah pengetahuan
hambatan proses berfikir, berlangsung, dan pasien tentang nyeri dan
penurunanan interaksi antisipasi prosedur yang akan
dengan orang dan ketidaknyamanan dilakukan

[18]
lingkungan) akibat prosedur
9. Perubahan posisi untuk Kolaborasi
menghindari nyeri 1. Kolaborasi dengan 1. Analgetik adalah obat
10. Melaporkan nyeri secara dokter dalam yang dapat mengurangi
verbal pemberian analgetik rasa nyeri pada pasien
11. Gangguan tidur

Factor Yang Berhubungan:


1. Agen cedera (mis; biologis,
zar kimia, fisik, psikologis)

3. Gangguan Persepsi Sensori : NOC NIC


 Distrosi kendali pikir diri: Observasi :
Visual (Penglihatan) (00122)
1. Untuk mengetahui
 Status Neurologis: Fungsi 1. Kaji tingkat ketajaman
Domain : 5,Persepsi/Kognisi
kemampuan klien untuk
motorik/ Sensori penglihatan klien
Kelas : 3, Sensasi/Persepsi
memfokuskan atau melihat
 Fungsi sensori: Kutaneus
Definisi: Peubahan pada jumlah
sesuatu ataupun benda.
 Perilaku kompensasi
atau pola stimulus yang diterima,
2. Untuk mengetahui factor
penglihatan 2. Identifikasi faktor yang
yang disertai respon terhadap
pencetus sampai klen
Tujuan: menimbulkan gangguan
stimulus tersebut yang dihilangkan,
mengalami gangguan
Setelah dilakukan tindakan persepsi sensori seperti
dilebihkan, disampingkan, atau
penglihatan pada tempat
keperawatan selama ......x24 jam, deprivasi tidur, medikasi,
dirusakan
yang terang
gangguan persepsi penglihatan terapi, ketidakseimbangan
Batasan Karakteristik:
klien teratasi dengan elektrolit
3. Untuk mengatahui apakah

[19]
Subjektif : Kriteria Hasil: 3. Pantau kemampuan klien klien mengalami kelainan

1. Distorsi sensori Peningkatan komunikasi: untuk melihat benda dari atau susah untuk melihat
Defisit penglihatan: membantu jarak dekat sampai jauh benda jarak jauh atau jarak
Objektif:
pembelajaran dan penerimaan dekat atau kedua duanya
1. Perubahan perilaku
2. Perubahan ketajaman metode alternatif untuk 4. Identifikasi kebutuhan pada saat berada di tempat
sensorik penglihatan menjalani hidup dengan keamanan klien, yang terang
3. Perubahan respon yang
biasanya terhadap stimulus penurunan fungsi penglihatan(4) berdasarkan tingkat fungsi 4. Agar mengtahui kebutuhan
4. Disorientasi Manajemen Lingkungan: fisik apa saja yang dibutuhkan
5. Halusinasi
manipulasi lingkungan sekitar pasien untuk mengurangi
klien untuk manfaat resiko cedera pada pasien
Mandiri
terapeutik(4)
1. Jelaskan kepada klien
Pemantauan Neurologis: 1. Informasi yang tepat
penyebab terjadinya
mengumpulkan dan mengenai penyebab
gangguan penglihatan
menganalisis data klien untuk gangguan penglitan dapat
mencegah atau meminimalkan membuat klien tidak
komplikasi neurologis(4) merasa cemas dan berusaha
untuk menangani
Catatan: penyakitnya
2. Lakukan Uji Ketajaman
1=tidak pernah menunjukan 2. Untuk mengetahui
penglihatan klien
2=jarang menunjukan kemampuan lensa klien
3=kadang-kadang menunjukan dalam memfokuskan cahaya
4=sering menunjukan pada retina agar benda dapat

[20]
5=secara konsisten menunjukan terlihat dan mengukur
sejauh mana kerusakan
terjadi pada klien
3. Kurangi jumlah stimulus 3. Agar tidak memperberat
untuk mencapai input kondisi mata klien untuk
sensori yang sesuai berusaha meningkatkan
(misalnya lampu yang daya akomodasi mata, dank
redup, sediakan kamar lien dapat beristirahat
pribadi, batasi dengan nyaman
pengunjung, sediakan
waktu istirahat untuk
klien)
Health Education :
1. Yakinkan klien dan 1. Untuk mengurangi
keluarga bahwa defisit kecemasan klien dan
persepsi atau defisit keluarga dan untuk
sensori hanya sementara, meningkatkan kepercayaan
jika perlu. klien dan keluarga untuk
melakukan pengobatan
lebih lanjut
2. Informasikan pada 2. Memperbanyak asupan
pasien untuk sayuran dan buah dapat

[21]
mengonsumsi buah memaksimalkan nutrisi
dan sayuran sehingga dapat
memperbaiki imunitas
tubuh dan gangguan dapat
teratasi

1. Penggunaan kaca mata


Kolaborasi : hitam dengan lapisan
1. Kolaborasi dengan tim 100% UV protection
medis dalam pemberian saat beraktifitas
kaca mata hitam ditempat yang terang
dapat mengatasi
fhotophobia .

4. resiko infeksi NOC NIC


Infection control
Definisi :  immune status
Observasi
mengalami peningkatan resiko  knowledge : infection
1. monitor tanda dan 1. Untuk mengetahui sejauh
terserang organisme patogenik control
gejala infeksi sistemik mana tingkat infeksi yang
 risk control
dan lokal terjadi pada pasien
faktor-faktor resiko :
2. monitor kerentanan 2. Untuk mengetahui tingkat
1. penyakit kronik
Tujuan: terhadap infeksi kerentanan pasien terhadap

[22]
a. diabetes melitus Setelah dilakukan tindakan Mandiri infeksi yang terjadi
b. obesitas keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Membersihkan 1. untuk menghidari adanya
2. pengetahuan yang tidak resiko infeksi berkurang/ teratasi lingkungan setelah kotoran atau
cukup untuk menghindari dengan dipakai pasien lain mikroorganisme yang
pemajanan patogen. Kriteria Hasil: tertinggal dan dapat
3. Pertahan tubuh yang tidak 2. Pertahankan teknik menginfeksi pasien lain
1. klien bebas dari tanda dan
adekuat isolasi 2. teknik isolasi dapat
gejala infeksi (4)
a. Gangguan peritalsis menurunka terjadinya
2. mendeskripsikan proses
b. Kerusakan integritas penyebaran infeksi kepada
penularan penyakit faktor
kulit 3. Cuci tangan setiap orang lain
yang mempengaruhi
c. Stasis cairan tubuh sebelum dan sesudah 3. Untuk menghidari
penularan serta
d. Trauma jaringan tindakan keperawatan kontaminasi yang dapat
penatalaksanaanya. (4)
4. Ketidak adekuatan pertahan dan Gunakan baju, menyebabkan infeksi
3. Menunjukan kemampuan
sekunder. sarung tangan sebagai perawat
untuk mencegah
a. Penurunan hemoglobin pelindung.
timbulnya infeksi(4)
b. Vaksinasi tidak adekuat 4. Pertahankan
4. Jumlah leukosit dalam
c. Pemajanan terhadap lingkungan aseptik 4. Lingkungan aseptik dapat
batasan normal(4)
patogen selama pemasangan meminimalisir terjadinya
5. Menunjukan perilaku
d. Prosedur invasif alat
hidup sehat. (4)
e. malnutrisi 5. Tingkatkan intake
nutrisi 5. Nutrisi yang baik dapat
membuat pertahanan tubuh

[23]
pasien menjadi kuat
sehingga pasien tidak
Catatan: keparahan infeksi
6. Inspeksi kulit dan mudah terserang infeksi
1=berat membran mukosa 6. Untuk melihat tampak
terhadap kemerahan, kemeran yang menandakan
2=cukup berat
panas, drainase infeksi
3=sedang 7. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah 7. Untuk melihat keadaan
4=ringan
luka apabila telah
5=tidak ada 8. Anjurkan pasien untuk dilakukan tindakan operasi
istrahat 8. Istirahat yang cukup dapat
memulihkan tenaga pasien
Health education
1. Memberitahukan agar
dapat membatasi 1. Pengujung yang banyak
pengunjung dapat membuat pasien
terganggu pada saat
2. Instruksikan pada beristirahat
pengunjung untuk 2. Agar pengunjung atau
mencuci tangan saat keluarga terhindar dari
berkunjung dan setelah infeksi karena
berkunjung atau meningitis adalah

[24]
meninggalkan pasien penyakit yang menular
3. Gunakan sabun
antimikroba untuk 3. Agar kebersihan dari
mencuci tangan tangan lebih terjamin
4. Instruksikan pasien dan resiko infeksi jugan
untuk minum akan menurun
antibiotik sesuai resep 4. Agar pasien meminum
5. Ajarkan pasien dan obatnya secara teratur
keluarga tanda dan 5. Agar pasien dan
gejala infeksi keluarga dapat segera
mengatakan kepada
perawat apabila terjadi
6. Ajarkan cara
tanda-tanda infeksi
menghindari infeksi
6. Agar pasien dan
keluarga dapat
Kolaborasi menghindari terjadinya
1. Berikan terapi infeksi
antibiotik bila perlu 1. Terapi anti biotic dapat
(proteksi terhadap membunuh atau
infeksi) melemahkan bakteri
yang dapat
menyebabkan infeksi

[25]
5. resiko ketidakefektifan perfusi NOC NIC
jaringan otak ( Periperal sensation
 Circulation
management (management
domain :  Tissue prefusion :
sensasi perifer)
cerebral
kelas : Observasi :
Kriteria hasil : 1. Monitor adanya daerah 1. Untuk mengetahui
definisi :
tertentu yang hanya adanya daerah tertentu
1. Mendemonstrasikan
berisiko mengalami penurunan peka terhadap yang peka terhadap
status sirkulasi yang
sirkulasi jaringan otak yang dapat panas/dingin/tajam/tu panas/dingin/tajam/tum
ditandai dengan :Tekanan
mengganggu kesehatan. mpul ul agar dapat dilakukan
sistole dan diastole dalam
penanganan lebih lanjut.
rentang yang
2. Monitor kemampuan 2. Untuk mengetahui
diharapkan(4)
Batasan karakteristik BAB apakah pasien
2. Tidak ada ortostatik
3. Monitor adanya mengalami konstipasi
1. Massa troboplastin parsial hipertensi(4)
trombopletibitis atau diare
2. Massa protrombin 3. Tidak ada tanda-tanda
3. Untuk mengetahui
abnormal sekmen ventrikel peningkatan tekanan
apabila terjadi
kiri akinetik intrakranial (tidak lebih
pembengkakan vena
3. Aterosklerosis aerotik dari 15 mmHg) (4)
Mandiri : (pembuluh darah balik)
4. Diseksi arteri 4. Berkomunikasi dengan
1. Letakan kepala dan pada pasien
5. Fibrilasi atrium jelas dan sesuai dengan

[26]
6. Tumor otak kemampuan(4) leher dalam posisi
7. Stenosis karotid 5. Membuat keputusan netral, hindari fleksi 1. Posisi yang netral dan
8. Aneurisme serebri dengan benar(4) pinggang yang gerakan yang tidak
9. Kardiomiopati dilatasi 6. Menunjukan fungsi berlebihan berlebihan dapat
10. Embolisme sensori motori cranial meringankan TIK dan
11. Trauma kepala yang utuh : tingkat kaku kuduk
12. Hipertensi kesadaran membaik, 2. Gunakan sarung 2. Agar perawat terhindar
13. Endokarditis infeksi tidak ada gerakan- tangan untuk proteksi dari kontaminasi
14. Katup prostetik mekanis gerakan involunter. (4) langsung dengan pasien
15. Neoplasma otak yang mengalami
16. Baru terjadi infak meningitis
Catatan: perfusi jaringan
miokardium Health education :
serebral
17. Sindrom sick sinus 1. Instruksikan keluarga 1. Agar keluarga dapat
18. Penyalahgunaan zat 1=devisiasi berat dari kisaran untuk mengobservasi mengatakan kepada
19. Terapi trombolitik normal kulit jika ada isi atau perawat apabila terjadi
20. Efek samping terkait terapi laserasi laserasi
2= devisiasi cukup berat dari
(bypass kardiopulmonal, 2. Instruksikan pada 2. Gerakan yang
kisaran normal
obat) pasien untuk batasi berlebihan dapat
3= devisiasi sedang dari kisaran gerakan pada kepala, memperparah terjadinya
normal leher dan punggung kaku kuduk pada pasien
Kolaborasi :
4= devisiasi ringan dari kisaran
1. Kolaborasi pemberian 1. Pemberian analgetik

[27]
normal analgetik yang benar dapat
menurunkan atau
5=tidak ada devisiasi dari kisaran
mengatasi nyeri kepala
normal
klien
2. Diskusikan dengan 2. Agar dapat mengetahui
dokter mengenai secara pasti penyebab
penyebab perubahan perubahan sensasi yang
sensasi. terjadi pada klien

6 Resiko Cedera (00035) NOC Observasi : Observasi :


 Risk Kontrol
Domain 11 : Keamanan / 1. Identifikasi kekurangan 1. Untuk mencegah klien
Perlindungan Tujuan: baik kognitif atau fisik sampai jatuh dan
Setelah dilakukan tindakan
Kelas 2 : Cedera Fisik keperawatan selama 3 x 24 jam dari pasien yang mungkin menyingkirkan benda” yang
Definisi : Rentan mengalami resiko cedera berkurang / teratasi meningkatkan potensi dapat menyebabkan resiko jatu
dengan
cedera fisik akibat kondisi Kriteria Hasil: jatuh pada lingkungan
lingkungan yang berinteraksi 1. Klien terbebas dari tertentu
cedera (4)
dengan sumber adaptif dan sumber 2. Identifikasi perilaku dan 2. Untuk mengetahui
2. Klien mampu
defensife individu, yang dapat menjelaskan cara/metode faktor yang mempengaruhi penyebab resiko jatuh klien
mengganggu kesehatan. untuk mencegah resiko jatuh diakibatkan karena hal apa.
Batasan Karakteristik : - injury/cedera (4) 3. Monitor gaya berjalan 3. Untuk mengetahui
3. Klien mampu
Faktor Resiko : menjelaskan factor (terutama kecepatan), kemampuan klien beraktivitas
 Hambatan sumber nutrisi resikodari lingkungan / keseimbangan dan tingkat saat mengalami gangguan

[28]
( mis. Vitamin dan tipe perilaku personal (4) kelelahan dengan ambulasi penglihatan
makanan) 4. Mampu memodifikasi Mandiri :
gaya hidup untuk
 Disfungsi biokimia mencegah cedera (4)
1. Beritahukan tentang 1. Agar klien tidak
 Disfungsi efektor 5. Menggunakan fasilitas kemungkinan yang mengalami syok saat
kesehatan yang ada (4) terjadi akibat terjadi komplikasi dan
 Disfungsi integrasi sensori
6. Mampu mengenali
 Gangguan sensasi ( Akibat penurunan tajam segera menanggulangi dan
perubahan status
diabetes melitus) kesehatann (4) penglihatan misalnya mencegah agar tidak terjadi
jatuh hal yang lebih parah
2. Batasi Aktivitas 2. Agar tidak terjadi hal hal
Catatan: fungsi sensori: seperti mengendarai yang tidak di inginkan
penglihatan kenderaan pada siang akibat penurunan

1=berat hari yang terik penglihatan seperti


kecelakaan.
2=cukup berat
3. Sediakan pencahayaan

3=sedang yang cukup dalam 3. Untuk mencegah resiko


rangka meningkatkan cedera akibat pencahayaan
4=ringan
pandangan ruangan yang gelap
5=tidak ada Health Education :
1. Instruksikan keluarga 1. Untuk mencegah resiko
akan pentingnya cedera akibat penglihatan
pegangan tangan untuk yang menurun.
tangga,kamar mandi

[29]
dan jalur untuk
berjalan
Kolaborasi :
1. Kolaborasikan dengan 1. Untuk memperjelas
dokter pengguanaan penglihatan klien dan
kacamata koreksi mencegah untuk terjadi
sesuai indikasi untuk cedera
mengurangi cedera

7 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC:


kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status: food Nutrion management
(00002) and fluit Observasi:
Domain : 2 Nutrisi  Intake 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk menghindari
Kelas : 1 Ingesti  Nutritional Status : makanan terjadinya alergi makanan
nutrient intake pada pasien
Definisi : Asupan nutrisi tidak  Weight control 2. Monitor adanya penurunan 2. Untuk mengetahui apabila
mencukupi untuk memenuhi Tujuan berat badan terjadi penurunan berat
kebutuhan metabolic. Setelah dilakukan tindakan badan
Batasan karakteristik: keperawatan selama….x 24jam 3. Monitor lingkungan 3. Agar pasien tidak merasa
1. Menghindari makanan ketidakseimbangan nutrisi selama makan terganggu saat makan
2. Mual kurang dari kebutuhan tubuh karena lingkungan yang
3. muntah pada klien dapat teratasi, dengan mengganggu

[30]
4. Menolak makan 4. Monitor mual 4. Untuk memantau rasa mual
5. Presepsi ketidak mampuan Kriteria hasil : pasien
untuk mencerna makanan. 1. Adanya peningkatan Berat 5. Monitor jumlah nutrisi dan 5. Untuk memantau jumlah
6. Melaporkan perubahan badan sesuai dengan kandungan kalori nutrisi dan kandungan
sensasi rasa tujuan(4) kalori agar sesuai dengan
7. Merasa cepat kenyang 2. Berat badan ideal sesuai keluar masuknya nutrisi
Tindakan mandiri :
setelah mengkomsusmsi dengan tinggi badan(4) 1. Mampu memberikan intake
1. Berikan makanan yang
makanan 3. Mampu mengidentifikasi nutrisi sesuai dengan
terpilih (dikonsultasikan
8. Pembuluh kapiler rapuh kebutuhan nutrisi(4) standar operasional dengan
dengan ahli gizi)
9. Diare atau staetore 4. Tidak ada tanda-tanda melakukan kolaborasi
10. Kehilangan rambut yang malnutrisi(4) dengan ahli gizi
berlebihan 5. Menunjukan peningkatan 2. Lingkungan yang bersih dan
2. Ciptakan lingkungan yang
11. BB 20% atau lebih dibawah fungsi pengecapan dari tidak ada bau yang
optimal pada saat
berat badan ideal menelan(4) menyengat dapat membuat
mengonsumsi makanan
12. Bising usus hiperaktif 6. Tidak terjadi penurunan pasien terhindari rasa jijik,
(bersih, bebas dari bau
13. Kurang informasi, berat badan yang berarti(4) mual bahkan muntah.
yang menyengat)
informasi yang salah Sehingga pasien lebih
14. Kurang minat terhadap Catatan :status nutrisi berselera untuk makan
makanan 1=sangat menyimpang dari 3. Untuk mencegah terjadi
3. Tawarkan makanan ringan
15. Membrane mukosa pucat rentang normal kekosongan pada labung
yang padat gizi
16. Tonus menurun 2= banyak menyimpang dari yang akan menimbul
17. Rongga mulut terluka rentang normal sensasi mual dan kebutuhan

[31]
(inflamasi) 3=cukup menyimpang dari gizi pasien juga akan lebih
18. Kelemahan otot yang rentang normal terpenuhi atau memicu
berfungsi untuk menelan 4= sedikit menyimpang dari nafsu makan pasien.
atau mengunyah rentang normal
5=tidak smenyimpang dari Healt education : 1. Agar pasien dapat
Faktor yang berhubungan : rentang normal 1. Ajarkan pasien membuat catatan
1. Faktor Biologis bagaimana membuat makanan harian
2. Faktor ekonomi catatan makanan
3. Ketidakmampuan harian 2. Agar pasien dapat
4. untumengabsorbsi nutrient 2. Berikan informasi mengetahui kebutuhan
Ketidakmampuan tentang kebutuhan nutrisi untuk tubuhnya
nutrisi
1. Agar perawat dapat
Kolaborasi:
menentukan jumlah
1. Kolaborasi dengan ahli
kalori dan nutrisi sesuai
gizi untuk menentukan
dengan pendapat ahli
jumlah kalori dan
gizi
nutrisi yang
dibutuhkan pasien

[32]
BAB 4

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Meningitis merupakan penyakit radang meninges selaput yang menutupi otak
dan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur
dimana meningitis ini juga merupakan suatu kasus kegawatdaruratan neurologik
dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.Oleh karena itu, diagnosis dan
terapi harus dilakukan secepatnya untuk mencegah keluaran yang buruk ataupun
kejadian yang tidak diinginkan. Diagnosis meningitis ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan penunjang seperti pungsi lumbal. Penatalaksanaan
meningitis memerlukan pemahaman tentang karakter pasien agar pemilihan
antibiotik dapat dilakukan dengan tepat agar pasien tidak mengalami resisten terhadap
bakteri yang menyerang orang tersebut. Penegakan diagnosis dan penentuan terapi
yang baik dapat memberi harapan kualitas hidup yang baik bagi pasien. Saat ini sudah
terdapat imunisasi untuk beberapa penyebab dari menungitis, sehingga angka kejadian
penyakit meningitis dapat diturunkan dari jumlah yang terjadi saat ini.
1.2 SARAN

[33]
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J.(2009) buku saku patofisiologi edisi revisi 3.EGC. Jakarta

Herdman, T.H.(2016) Diagnosa keperawatan definisi & klasifikasi 2015-2017 edisi 10.EGC.
Jakarta

Huda Nurarif, Amin.2015. Aplikasiasuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis &


NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 3. MediAction Publishing. Jogjakarta

Bulechek, Gloria M.,dkk. 2013 Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 6.


Indonesia:ELSEVIER Global Right.

Moorhead,Sue.,dkk. 2013 Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 5.


Indonesia:Elsevier Global Right.

[34]

Anda mungkin juga menyukai