Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (CAIRAN DAN ELEKTROLIT)

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Konsep Dasar Profesi (KDP)

Leni Yulistiani

C.0105.17.021

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi

Program Studi Profesi Ners

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. PENGERTIAN
 CAIRAN

Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan
intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak
ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat
diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh
total.

Cairan Eksternal terdiri dari cairan tubuh total :


1. Cairan Interstitiel adalah bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembuluh darah.
Plasma darah.
2. Cairan Transeluler, yaitu cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam
pleura, perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahann yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri
jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.
a. Konsep Dasar Cairan
 Volume dan Distribusi Cairan Tubuh
a. Volume cairan
Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water = TBW) kira-
kira 60% dari BB pria dan 50% dari BB wanita. Usia juga berpengaruh
terhadap TBW di mana makin tua usia maka sedikit kandungan airnya. Jadi
jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Lemak jaringan sangat sedikit meyimpan cairan, dimana lemak pada
wanita lebih banyak daripada pria sehingga volume cairan lebih rendah dari
pria.
b. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara 2 kompartemen yaitu pada
intra seluler dan ekstraselular. Cairan Intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau
40% dari BB, sedangkan Cairan Ekstraseluler (CES) 20% dari BB. Cairan ini
terdiri atas plasma (Cairan Intravaskuler) 5%, Cairan Interstisial CIT (Cairan
disekitar tubuh seperti limfe) 10-15 % dan Cairan Transeluler (CTS)
(misalnya cairan cerebrospinalis, sinovial, cairan dalam peritoneum, cairan
dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3 %.

 Fungsi Cairan
 Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
 Transport nutrient ke sel
 Transport hasil sisa metabolisme
 Transport hormone
 Pelumas antar organ
 Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.

 Keseimbangan Cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake


cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara
1.800 – 2.500 ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari
makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200-

1.500 ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml.

 ELEKTROLIT

Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion
(-). Ada tiga cairan elektrolit yang paling esensial yaitu :
1. Natrium (sodium)

a. Merupaka kation paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel


(CES)
b. Na+ mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan
kontraksi otot.
c. Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran
urine. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (potassium)

a. Merupakan kation utama dalam CIS

b. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.

c. Diperlukan untuk pembentukan glikkogen, sintesa protein,


pengaturan keseibangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah
menjadi ion H+. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3. Kalsium

a. Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi jantung,


pembekuan darah serta pembentukan tulang dan gigi.
b. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan
tiroid.
c. Hormone paratiroid mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal,
sekresi melalui ginjal.
d. Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang.

Gejala klinis kekurangan elektrolit :


a. Haus
b. Anoreksia
c. Perubahan tanda-tanda vital
d. Lemas atau pucat
e. Anak rewel
f. Kejang-kejang

A. ETIOLOGI
1. Patofisiologis
a) Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
dan kehilangan dengan jalan evaferotif karena luka bakar
b) Berhubungan dengan keluaran urin yang berlebihan
c) Diabetes insipidus (ketidak adekuatan hormon diuretik)
d) Diabetes tak terkontrol
e) Berhubungan dengan kehilangan-kehilangan sekunder akibat :
f) Drainase abnormal
g) Luka
h) Demam atau peningkatan laju metabolic
i) Diare
j) Perikonitis

2. Situasional
a) mual muntah
b) makanan melalui selang dengan pelarut tinggi
c) masalah diet
d) kesulitan menelan atau makan sendiri sekunder, akibat nyeri
mulut, keletihan
e) penggunaan zat yang berlebihan
f) menurunnnya motivasi untuk minum cairan sekunder, akibat depresi,
keletihan
g) ketidakcukupan cairan untuk upaya olahraga atau kondisi cuaca
h) kehilangan melalui kateter indwelling atau drein
i) panas sinar matahari yang berlebihan kekeringan
3. Maturasional
a) Lansia
Berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder akibat
penurunan cairan dan penurunan sensasi haus.

b) Bayi/ anak
Berhubungan dengan peningkatan sekunder akibat penurunan
penerimaan cairan dan penurunan kemampuan untuk memekatkan
urin.

2. MEKANISME PERGERAKAN CAIRAN TUBUH


 Mekanisme terjadi melalui 3 proses yaitu ;
a. Difusi

Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dala cairan


bergerak rai konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi
keseimbangan. Cairan dan elektrolit didisfusikan menembus
membrane sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran moleku,
konsentrasi larutan, dan temperature.
b. Osmosis

Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui


membrane semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih
rendah ke kkonsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c. Transpor aktif

Merupakan proses partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke


tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

 Cara Pengeluaran Cairan


Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :

1) Ginjal
a) Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170
liter darah untuk disaring setiap hari.
b) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam

c) Pada orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.

d) Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron.

2) Kulit

a) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang menerima
rangsang aktivitas kelenjar keringat
b) Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperature lingkungan yang meningkat dan demam.
c) Disebut Insensible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam.

3) Paru – paru

a) Menhasilkan IWL sekitar 400 ml/hari

b) Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan


kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
4) Gastrointestinal

a) Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari
sekitar 100 – 200 ml.
b) Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1O C.

 Pengaturan Keseimbangan Cairan


a) Rasa dahaga

Mekanisme rasa dahaga :


Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang
pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neuron yang
bertanggungjawab terhadap sensasi haus. Osmoreseptor di
hipotalamus mendeteksi penigkatan tekanan osmotic dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa
dahaga.
b) Anti Diuretik Hormon (ADH)

ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neuro


hipofisisi dari hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH
adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel.
Hormone ini meningkatkan rearbsorbsi air pada duktus koligentes,
dengan demikian dapat menghemat air.
c) Aldosteron

Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja


pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absrsorsi natrium.
Pelepasan aldosteron dirangsang konsentrasi kalium, natrium serum
dan system angiotensin rennin serta sangat efektif dalam
mengendalikan hiperkalemia.

d) Prostaglandin

Adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak


jaringan dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian
tekanan darah, kontraksi uterus dan mobilitas gastro intestinal.
Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal,
respons natrium dan efek ginjal pada ADH.
e) Glukokortikoid

Menigkatkan rearbsorbsi natrium dan air, sehingga volume


darah naik dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar
glukokortikoid menyebabkan perubahan pada keseimbangan
cairan (volume darah).
3. KEBUTUHAN CAIRAN NORMAL MENURUT UMUR DAN BERAT
BADAN.

CAIRAN (ML/24
NO UMUR BB (KG)
JAM)
1 3 hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20 1800 – 2000
5 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6 14 tahun 45 2200 – 2700
7 18 tahun (Adult) 54 2200 - 2700

CARA MENGHITUNG INFUS

a. Dewasa (Makro dengan 20 tetes / menit) Tetesan


/ menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3

Atau tetesan / menit = Jumlah kebutuhan cairan x factor tetesan


Lama infuse (jam) x 60 menit

Catatan : factor tetesan infuse bermacam – macam, dapat dilihat pada label
infuse (10 per menit, 15 per menit, 20 tetes per menit).

b. Anak
Tetesan / menit (mikro) = Jumlah cairan yang masuk

Lamanya infuse (jam)

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

4. Usia

Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism


yang diperlukan dan berat badan.
5. Temperature lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat


kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
6. Diet

Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan


energi, proses ini menimblkan pergerakan carian dari interstitial ke
intraseluler.
7. Stres

Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi


darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium
dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan
produksi urine.

8. Sakit

Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung,


gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan.

5. JENIS GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


1) Hipovolemik

Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan


dapat terjadi kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada

hipovolemik adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi


jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone
ADH dan aldosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan
gagal ginjal akut.

Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus, gangguan
mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, suhu meningkat, turgor
kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda – tanda
penurunan brat badan akut , mata cekung pengosongan vena jugularis. Pada bayi
dan anak – anak adanya penurunana jumlah air mata.
2) Hipervolemia

Adalah penambaha/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada saat :

a) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air

b) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air

c) Kelebihan pembarian cairan

d) Perpindaha CIT ke plasma.

Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekana darah, nadi kuat,
asietes, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama gallop.

 ketidakseimbangan asam basa

1) Asidosis respiratorik

Disebabkan karena kegagalan system pernafasan dalam


membuang CO2 dari cairan tubuh. Kerusakan pernafasan, peningkatan PCO2
arteri diatas 45 mmHg dengan penurunan pH < 7,35.
Penyebab ; penyait obstruksi, retraksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas
pusat pernafasan (trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dll).
2) Alkalosis respiratorik

Disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan


yang lebih tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan
PCO2 arteri < 35 mmHg, pH > 7,45.
Penyebab : hiperventilasi alveolar, anxietas, demam, meningitis, keracunan
aspirin, pneumonia dan emboli paru.
3) Asidosis metabolic
Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan
basa. pH arteri < 7,35, HCO3 menurun diawah 22 mEq/lt.
Gejala ; pernafasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma.
4) Alkalosis metabolic

Disebabkan oleh kehilangan ion hidrigen atau penambahan basa


pada cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/ltd an pH arteri
> 7,45. Disebabkan oleh mencerna sebagian besar basa ( missal : BaHCO 3
antasid, soda kue) untuk mengatasi ulkus peptikumatau rasa kembung.
Gejala : apatis, lemah, gengguan mental, kram dan pusing

 Organ-organ yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit


a. Ginjal

Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur


kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai
pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan
garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan.
Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir
melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/bb/jam.
b. Kulit

Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait


dengaproses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas
yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol
kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas
dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara
pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda
yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang
lebih dingin).

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah


pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat
diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah
liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh
melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
c. Paru

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan


insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan
terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.

B. BATASAN KARAKTERISTIK

1. Data mayor

a. Ketidakcukupan masukan cairan

b. Penurunan berat badan

c. Kulit/ membran mukosa kering

d. Keseimbangan negatif antara masukan dan keluaran

e. Edema

f. Kulit menegang/mengilap

2. Data minor

a. Haus/ mual/ anoreksia

b. Peningkatan natrium serum

c. Penuruna turgor kulit

d. Penurunan keluaran urin atau keluaran urin berlebihan

e. Urin memekat atau sering berkemih

f. Asupan lebih banyak daripada keluaran

g. Sesak napas
h. Peningkatan berat badan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemia
2. Risiko hipovolemia
3. Hipervolemia
D. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
1 Hipovolemia Manajemen hypovolemia
Setelah diberikan intervensi selama 2x24 Observasi
Penyebab : jam maka status cairan membaik, dengan  Periksa tanda dan gejala hypovolemia
 Kehilangan cairan aktif kriteria hasil : (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
 Kegagalan mekanisme regulasi  Kekuatan nadi meningkat terba lemah, tekanan darah menurun,
 Peningkatan permiabelitas  Turgor kulit meningkat tekanan nadi menyempit, turgor kulit
kapiler  Ortopnea menurun menurun, membrane mukosa kering,

 Kekurangan intake cairan  Dyspnea menurun volume urin menurun, hematocrit

 Evaporasi meningkat, haus, lemah)


 Frekuensi nadi membaik
 Monitor intake dan output cairan
 Tekanan darah membaik
Gejala dan tanda Terapeutik
 Tekanan nadi membaik
Mayor  Hitung kebutuhan cairan
 Membrane mukosa membaik
Subjektif (tidak tersedia)  Berikan posisi mified tredelenburg
 Kadar hb membaik
Objektif  Berikan asupan cairan oral
 Kadar ht membaik
 Frekuensi nadi meningkat Edukasi
 Intake cairan membaik
 Nadi teraba lemah  Anjurkan memperbanyak asupan

 Tekanan darah menurun cairan oral

 Tekanan darah menyempit  Anjurkan menghindari perubahan

 Turgor kulit menurun posisi mendadak


 Membrane mukosa kering Kolaborasi
 Volume urin menurun  Kolaborasi pemberian cairan IV
 Hematocrit meningkat isotonis (mis. NaCl, RL)

Minor  Kolaborasi pemberiancairan IV


Subjektif hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl

 Merasa lemah 0,4%)

 Mengeluh haus  Kolaborasi pemberian cairan koloid

Objektif (mis. Albumin, plasmanate

 Pengisian vena menurun  Kolaborasi pemberian produk darah

 Status mental berubah


Manajemen syok hypovolemia
 Suhu tubuh meningkat
Observasi
 Konsentrasi urine meningkat
 Monitor status kardiopulmogonal
 Berat badan turun tiba-tiba
(frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi nafas, TD, MAP)
Kondisi klinis terkait
 Monitor status oksigenasi (oksimetri
 Penyakit adison
nadi, AGD)
 Trauma (pendarahan)
 Monitor status cairan (masukan dan
 Luka bakar
haluaran, turgor kulit, CRT)
 AIDS  Periksa tingkat kesadarajndan respon
 Penyakit crohn pupil
 Muntah  Periksa seluruh permukaan tubuh
 Diare terhadap adanya DOTS (deformity/
 Colitis ulseratif deformitas, open wound/luka terbuka,

 Hipoalbuminemia tenderness/nyeri tekan,


swelling/bengkak
Terapeutik
 Pertahankan jalan nafas paten
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
 Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
 Lakukan penekanan langsung (direct
pressure) pada perdarahan eksternal
 Berikan posisi syok (modified
tredelenberg)
 Pasang jalur IV berukuran besar (mis.
14 atau 16)
 Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
 Pasang selang nasogastric untuk
dekompresi lambung
 Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 1-2 L pada dewasa
 Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20 mL/kgBB pada anak
 Kolaborasi pemberian transfuse darah,
jika perlu
2 Risiko hypovolemia Manajemen hypovolemia
Faktor risiko Setelah diberikan intervensi selama 2x24 Observasi
 Kehilangan cairan secara aktif jam maka status cairan membaik, dengan  Periksa tanda dan gejala hypovolemia
 Gangguan absorbs cairan kriteria hasil : (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
 Usia lanjut  Kekuatan nadi meningkat terba lemah, tekanan darah menurun,

 Kelebihan berat badan  Turgor kulit meningkat tekanan nadi menyempit, turgor kulit

 Ortopnea menurun menurun, membrane mukosa kering,


 Status hipermetabolik
 Dyspnea menurun volume urin menurun, hematocrit
 Kegagalan mekanisme regulasi
meningkat, haus, lemah)
 Evaporasi  Frekuensi nadi membaik
 Monitor intake dan output cairan
 Kekurangan intake cairan  Tekanan darah membaik
Terapeutik
 Efek agen farmakologis  Tekanan nadi membaik
 Hitung kebutuhan cairan
 Membrane mukosa membaik
 Berikan posisi mified tredelenburg
Kondisi klinis terkait  Kadar hb membaik
 Penyakit Addison  Kadar ht membaik  Berikan asupan cairan oral
 Trauma/perdarahan  Intake cairan membaik Edukasi
 Luka bakar  Anjurkan memperbanyak asupan
 AIDS cairan oral

 Penyait Crohn  Anjurkan menghindari perubahan


posisi mendadak
 Muntah
Kolaborasi
 Diare
 Kolaborasi pemberian cairan IV
 Colitis ulseratif
isotonis (mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberiancairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. Albumin, plasmanate
 Kolaborasi pemberian produk darah

Pemantauan cairan
Observasi
 Monitor rekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan monitor waktu
pengisian kapiler
 Monitor turgor kulit
 Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
 Monitor kadar albumin dan protein
total
 Monitor hasil pemeriksaan urine
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
 Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
3 Hipervolemia Manajemen hypervolemia
Penyebab Setelah diberikan intervensi selama 2x24 Observasi
 Gangguan mekanisme regulasi jam maka keseimbangan cairan meningkat,  periksa tanda dan gejala hypervolemia
 Kelebihan asupan cairan dengan kriteria hasil :  identifikasi penyebab hypervolemia
 Kelebihan asupan natrium  asupan cairan meningkat  monitor status hemodinamik
 Gangguan aliran balik vena  haluaran urine meningkat  monitor intake dan output cairan
 Efek agen farmakologis  kelembaban membrane mukosa  monitor tanda hemokonsentrasi
Gejala dan tanda mayor meningkat  monitor tanda peningkatan tekanan
Subjektif  edema menurun onkotik plasma
 Ortopnea  dehidrasi menurun  monitor kecepatan infus secara ketat
 Dyspnea  tekanan darah membaik  monitor efek samping diuretic
 Paroxysmal nocturnal dyspnea  denyut nadi membaik Terapeutik
Objektif  membrane mukosa membaik  timbang berat badan setiap hari pada
 Edema anasarka dan/atau edema  berat badan membaik waktu yang sama
perifer  batasi asupan cairan dan garam
 Berat badan meningkat dalam  tinggikan keoala tempat tidur 30-40o
waktu sinngkat edukasi
 JVP atau CVP  anjurkan melapor jika haluaran urine
 Reflek hepatojugular positif <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
Gejala dan Tanda Minor  anjurkan melapor jika BB bertambah
Subjektif (tidak tersedia) >1 kg dalam sehari
Objektif  ajarkan cara mengukur dan mencatat
 Distensi vena jugularis asupan dan haluaran cairan
 Terdengar suara nafas tambahan  ajarkan cara membatasi cairan
 Hepaotomegali Kolaborasi
 Kadar Hb/Ht turun  kolaborasi pemberian diuretic

 Oliguria  kolaborasi penggantian kehilangan


 Intake lebih banyak dari output kalium akibat diuretic

 Kongesti paru  kolaborasi pemberian CRRT, bila

Kondisi klinis terkait perlu

 Penyakit ginjal
Pemantauan cairan
 Hipoalbuminemia
Observasi
 GJK
 Monitor rekuensi dan kekuatan nadi
 Kelainan hormone
 Monitor frekuensi napas
 Penyakit hati
 Monitor tekanan darah
 Penyakit vena perifer
 Monitor berat badanmonitor waktu
 imobilitas
pengisian kapiler
 Monitor turgor kulit
 Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
 Monitor kadar albumin dan protein
total
 Monitor hasil pemeriksaan urine
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hipervolemia
 Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
A. IMPLEMENTASI
Dilakukan berdasarkan interverensi

B. EVALUASI
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi
perawat dan analisi terhadap klien terhadap
responlangsung pada intervensi keperawatan),
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi
observasi dan analisis mengenai statuskesehatan klien
terhadap waktu) (Poer,2012)
DAFTAR PUSTAKA

- Carpenito, Juall, Lynda (2006), Buku Saku Diagnosis Keperawatan ,Edisi


10, Jakarta : EGC
- Tarwoto dan Wartonah (2006), Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : Salemba Medika
- Fhatimfhatim (2012), LAPORAN PENDAHULUAN PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT,
terdapat di: http://fhatimfhatim.wordpress.com/2012/07/24/cairan-dan-elektrolit/
diakses pada Selasa, 4 Juni 2013 pk. 09.00 WITA
- Lencana, Putra Satya (2012), Laporan Pendahuluan Kebutuhan
Cairan dan Elektrolit, terdapat di :
http://satyaexcel.blogspot.com/2012/07/laporan- pendahuluan-kebutuhan-
eliminasi.html diakses pada Minggu, 2 Juni 2013 pk.
09.57 WITA
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

Anda mungkin juga menyukai