Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR

MANUSIA KEBUTUHAN SIRKULASI

Oleh:

Ingka Fristi Ayu

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2023
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
KEBUTUHAN SIRKULASI

1. Definisi
Sistem sirkulasi adalah sistem transport yang mensuplai zart-zat yang
diabsorbsi dari saluran pencernaan dan oksigen ke jaringan, mengembalikan
CO ke paru-paru dan produk-produk metabolisme lainnya ke ginjal, berfungsi
dalam pengaturan temperature tubuh dan mendistribusikan hormon-hormon
dan zat-zat lain yang mengatur fungsi sel.
Sistem sirkulasi adalah sistem pengangkut yang menyalurkan O2 dan
berbagai zat yang diabsorbsi dari saluran cerna ke jaringan, serta membawa
kembali CO2 ke paru-paru dan hasil metabolisme lainnya ke ginjal. Sistem
sirkulasi juga berperan pada pengaturan suhu tubuh, dan mendistribusikan
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel. Sistem
kardiovaskuler adalah bagian dari sistem sirkulasi yang meliputi jantung,
pembuluh darah (arteri, kapiler, dan vena) dan darah yang mengalir di
dalamnya.
Menurut Ronny, Setiawan, dan Fatimah (2009) sirkulasi dibagi menjadi
tiga macam, diantaranya:
a. Sirkulasi sistemik
Sirkulasi sistemik merupakan sirkulasi dari jantung ke seluruh tubuh dan
kembali ke jantung.
b. Sirkulasi paru
Sirkulasi paru atau bisa disebut dengan sirkulasi pulmonal merupakan
sirkulasi dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung.
c. Sirkulasi khusus (sirkulasi pada janin dan koroner jantung)
Sirkulasi ini terjadi dari jantung untuk otot jantung sendiri

2. Etiologi
Penyebab terjadinya gangguan sirkulasi darah yaitu:
a. Makanan
Makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh,
misalnya kekurangan atau kelebihan sesuatu zat tertentu, maka dapat
mengganggu kenormalan sistem sirkulasi darah. Kekurangan zat bei (Fe)
sebagai contoh penyebab anemia, kelebihan lemak hewani menyebabkan
penyakit jantung, sclerosis, hipertensi, dan lain-lain.
b. Infeksi
Beberapa jenis infeksi dapat menyebabkan kelainan dan gangguan
pada sistem sirkulasi darah, misalnya infeksi plasmodium, cacing
tambang, virus HIV, dan lain-lain.
c. Keracunan
Beberapa zat kimia beracun dapat mencemari makanan, minuman,
dan udara dinapaskan, dan kemudian dapat menyebabkan gangguan pada
sistem sirkulasi darah. Bahkan beberapa jenis obat yang dikonsumsi tanpa
resep dokter dapat menyebabkan keracunan pada darah.
d. Radiasi
Suatu indikasi yang cukup meyakinkan bahwa radiasi dari sinar-
sinar radioaktif atau zat-zat yang bersifat radioaktif dapat menyebabkan
terjadinya kanker darah (leukemia).
e. Faktor genetik
Beberapa jenis dan penyakit pada sistem sirkulasi darah dapat terjadi
karena faktor keturunan. Penyakit yang demikian biasanya probabilitasnya
akan menjadi lebih besar jika perkawinan terjadi antar keluarga terdekat.
Makin dekat hubungan kekeluargaan, makin besarpun peluang untuk
munculnya kelainan tersebut.

3. Klasifikasi Sirkulasi
a. Jantung
Fungsi jantung sebagai pompa, tiap siklus jantung terdiri atas systole
dan diastole secara berurutan dan teratur dengan adanya katup jantung
yang terbuka dan tertutup. Selama satu siklus kerja jantung
terjadi perubahan tekanan dalam jantung sehingga terdapat
perubahan tekanan. Perbedaan ini menyebabkan darah mengalir
dari rongga tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih
rendah. Fungsi katup atrioventrikuler (trikuspidalis dan bikuspidalis)
mencegah pengaliran balik darah dari ventrikel ke atrium selama sistol,
sedangkan katup semilunaris (aorta dan pulmonalis) mencegah aliran
balik dari aorta dan arteri pulmonalis kedalam ventrikel selama periode
diastole. Semua katp ini membuka dan menutup secara pasif.
b. Arteri
Arteri mentranspor darah diba'ah tekanan tinggi ke
jaringan.membawa darah meninggalkan jantung. Arteri mempunyai
dindingyang tebal dan kuat karena darah mengalir dengan cepat
padaarteri. Semua dinding arteri tersusun dari tiga lapisan; adventisia
terluar terdiri dari jaringan ikat fibrosa; media tengah terdiri dariotot polos
dan/atau serabut elastic; dan intima dalam, suatu tubatipis yanh terbentuk
dari sel-sel endothelial.
c. Kapiler
Saluran mikroskopik untuk pertukaran nutrient dan zat sisa
diantaranya darah dan jaringan. Kapiler menghubungkan artriol dan
venula. Semua jaringan memiliki kapiler, kecuali kartilago, rambut, kuku,
dan kornea mata. Pada sisi kapiler yang berasal dari satu srteriol, sebuah
stfinger prekapiler otot polos mengendalikan aliran darahnya masuk ke
jaringan-jaringan kapiler. Sfinger berkontraksi dan berelaksasi secara
intermiten (vasomotion) dan lebih sering terbuka pada jaringan yang aktif.
d. Vena
Saluran penampung mengangkut darah dari jaringan kembali ke
jantung. Oleh karena tekanan pada sistem vena sangat rendah, maka
dinding vena sangat tipis, tetapi dinding vena mempunyai otot untuk
berkontraksi sehingga darah ekstra dapat dikendalikan berdasarkan
kebutuhan tubuh. vena memiliki katup yang muncul seperti kelepak dari
lapisan terdalamnya untuk mencegah aliran balik. Sistem vena berawal
dari ujung vena jaringan-jaringan kapiler dengan venula postkapiler yang
menyatu menjadi venula, berfungsi mengumpulkan darah dari kapiler
secara bertahap dan bergabung menjadi vena kecil, sedang, dan vena
besar.
e.
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
a. Sering kesemutan
Gejala pertama yang dirasakan jika sampai peredaran darah tidak lancar
adalah kesemutan. Biasanya, kondisi ini terjadi jika ada salah satu bagian
tubuh tertekan atau berada di posisi yang tidak nyaman sehingga akhirnya
menghambat peredaran darah. Jika kita memperbaiki posisi tubuh, maka
gejala kesemutan akan hilang dengan sendirinya.
b. Sensasi dingin pada tangan dan kaki
Selain kesemutan, peredaran darah yang tidak lancar juga akan
menyebabkan sensasi dingin pada tangan atau kaki. Hal ini disebabkan
oleh pasokan darah yang menurun ke bagian-bagian tubuh tersebut.
c. Sulit berpikir dan berkonsentrasi
Jika sampai yang mengalami gangguan peredaran darah adalah otak, maka
organ ini pun tidak mendapatkan oksigen atau nutrisi yang sangat
dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya dengan maksimal. Otak pun
tidak mampu berpikir dengan jernih, berkonsentrasi, hingga menjadi
mudah lupa.
d. Mengalami kerontokan rambut
Jika gangguan peredaran darah ke bagian kepala sudah cukup parah, maka
hal ini bisa menyebabkan masalah kerontokan rambut. Hal ini disebabkan
oleh folikel rambut tak lagi mendapatkan nutrisi dengan cukup sehingga
akhirnya membuat akar rambut menjadi lebih lemah dan akhirnya memicu
kerontokan.
e. Mengalami masalah pencernaan
Pakar kesehatan menyebut gangguan pencernaan dan diare bisa jadi juga
terkait dengan masalah pada peredaran darah. Hal ini disebabkan oleh
sistem pencernaan yang juga membutuhkan asupan darah yang tinggi
oksigen dalam menyerap nutrisi makanan. Jika sampai peredaran darah ke
bagian pencernaan terhambat, maka asupan darah akan menurun sehingga
membuat fungsinya ikut menurun. Hal inilah yang kemudian berimbas
pada munculnya gangguan pencernaan.
f. Tubuh mudah lelah
Tubuh yang mudah lelah tak hanya disebabkan oleh masalah anemia atau
kurang tidur. Bisa jadi, hal ini juga dipicu oleh terganggunya peredaran
darah. Berbagai bagian tubuh tidak akan mendapatkan asupan nutrisi dan
oksigen dengan cukup sehingga akhirnya membuatnya tidak bisa berfungsi
dengan maksimal. Kita pun akan merasakan gejala lelah, badan lemas, dan
mudah mengantuk meski sudah tidur dengan cukup.
g. Mengalami disfungsi ereksi
Bagi kaum pria, gangguan peredaran darah juga bisa memicu masalah
seksual, tepatnya disfungsi ereksi atau yang lebih dikenal sebagai
impotensi. Hal ini disebabkan oleh penis yang tak lagi mendapatkan darah
dengan cukup sehingga akhirnya tidak lagi mampu mengalami ereksi.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Gula darah puasa (GDP)
Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena setelah puasa

selama sekurang-kurangnya 8 jam. Pasien terdiagnosis DM tipe II apabila

hasil gula darah puasa lebih dari, atau sama dengan, 126 mg/dL.

b. Oral glucose tolerance test (OGTT)

Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena 2 jam setelah

pemberian beban glukosa oral 75 gr. Pasien terdiagnosis DM tipe II

apabila hasil gula darah 2 jam pasca beban lebih dari atau sama dengan

200 mg/dL.

c. Gula darah sewaktu (GDS)

Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena dan dapat

dilakukan sewaktu-waktu, tanpa persiapan. Pasien terdiagnosis DM tipe II

apabila hasil gula darah sewaktu lebih dari atau sama dengan 200 mg/dL.

d. Hemoglobin terglikasi (HbA1c)


Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena dengan metode

yang terstandarisasi oleh National Glycohemoglobin Standardization

Program (NGSP). Pasien terdiagnosis DM tipe II apabila kadar HbA1c

lebih dari atau sama dengan 6,5%

e. Diagnosa Banding
a. Perfusi perifer tidak afektif
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh.
Gejala dan tanda mayor :
a) Subjektif
- Tidak tersedia
b) Objektif
- Pengisian kapiler >3 detik
- Nadi perifer menurun atau tidak teraba
- Akral terasa dingin
- Warna kulit pucat
- Turgor kulit menurun
Gejala dan tanda minor :
a) Subjektif
- Parastesia
- Nyeri ekstremitas
b) Objektif
- Edema
- Penyembuhan luka lambat
- Indeks ankle-brachial <0,90
- Bruit femoral
Kondisi klinis terkait :
a) Tromboflebitis
b) Diabetes melitus
c) Anemia
d) Gagal jantung kongestif
e) Kelainan jantung kongenital
f) Thrombosis arteri
g) Verises
h) Thrombosis vena dalam
i) Sindrom kompartemen

f. Penatalaksanaan keperawatan
a. Penatalaksanaan farmakologi
Terapi farmakologi terdiri atas obat oral dan injeksi. Berdasarkan
cara kerjanya, obat hipoglikemik oral dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfniturea dan glinid
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin dan tiazolidindon
c) Penghambat absorbs glukosa di saluran pencernaan : penghambat
glucosidase alfa
d) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) 5) Penghambat SGLT-
2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)
b. Penatalaksanaan non farmakologi
a) Edukasi
Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah merupakan inti perubahan prilaku yang berhasil.
Adapun prilaku yang diinginkan antara lain adalah :
- Mengikuti pola makan sehat
- Meningkatkan kegiatan jasmani
- Menggunakan obat Diabetes pada keadaan khusus secara aman dan
teratur
- Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan data yang ada.
b) Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Salah satu pilar pengelolaan diabetes yaitu dengan terapi nutrisi
atau merencanakan pola makanan agar tidak meningkatkan indeks
glikemik kasus Diabetes Mellitus. Faktor yang dapat berpengaruh
terhadap respon glikemik makanan yaitu cara memasak, proses
penyiapan makanan, bentuk makanan serta komposisi yang terdapat
pada makanan (karbohidrat, lemak dan protein), yang dimaksud
dengan karbohidrat adalah gula, tepung dan serat.
c) Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar pengelolaan Diabetes
Mellitus. Latihan jasmani merupakan suatu gerakan yang dilakukan
oleh otot tubuh dan anggota gerak tubuh lainnya yang memerlukan
energi disebut dengan latihan jasmani. Latihan jasmani yang dilakukan
setiap hari dan teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30-45
menit) merupakan salah satu pilar dalam pengendalian Diabetes
Mellitus Tipe 2. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur
dan status kesegaran jasmani.
c. Penatalaksanaan komplementer
a) Terapi bekam
Melalui mekanisme kerja bekam yang dapat dijelaskan dari
berbagai Teori seperti Teori Taibah, Nitrit Oxide dan Bekam dapat
menjadi potensiator farmakologik yang atinya dapat dikombinasi
dengan obat-obatan medis dalam beberapa kasus. Sehingga terapi
farmakologik (obat anti diabetik) dapat ditingkatkan potensi kerjanya
dan tentu hal ini dapat memberikan hasil yang maksimal dalam
pengobatan pada kasus diabetes melitus.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sutaman
(2014), didapatkan bahwa responden yang melakukan bekam, kadar
gula darahnya turun cukup signifikan, baik bekam pada titik kahil
maupun pada titik pankreas. Setelah bekam di titik kahil besar
penurunan kadar gula darah mayoritas 51-100 mg/dl sebanyak 6 (40%)
responden, penurunan gula darah antara 101-150 mg/dl sebanyak 4
(27%) responden dan penurunan kadar gula darah lebih dari 150 mg/dl
sebanyak 3 (20%) orang responden. Adapun titik Bekam pada terapi
Diabetes Mellitus diantaranya adalah:
- Titik Az Zahrul Wasshati : Titik ini setentang dengan vertebra
posisi Liver, Lambung dan juga Kelenjar Pankreas. Liver juga
berperan dalam pemecahan glikogen (cadangan gula otot) menjadi
glukosa dan sebaliknya dengan bantuan enzim glikogen sinthase
dapat menyimpan kelebihan glukosa menjadi glikogen (simpanan
gula otot). Sehingga organ liver(hati) dapat menentukan kadar gula
darah.
- Titik Az Zahrul (titik ginjall) : Titik ini setentang vertebra lumbal 2
kanan dan kiri, merupakan posisi setentang dengan kelenjar adrenal
yang berada diatas organ ginjal, dimana adrenal berperan dalam
metabolisme karbohidrat dari perannya menghasilkan hormon
glukokortikoid (kortisol), dimana ia turut dalam glukoneogenesis
hepatik, dimana steroid ini meningkatkan sintesis glikogen di hati
dan juga menghasilkan glikogen sinthase yang dapat menurunkan
pemecahan glikogen menjadi glukosa, sehingga turut menentukan
kadar gula darah.tubuh.

Gambar 1. Titik bekam pada penderita DM

b) Terapi akupuntur
Penelitian telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh
elektrostimulasi pada amelioratif (memperbaiki manifestasi penyakit)
atau renoprotektif (melindungi ginjal) pada model tikus diabetes
menggunakan non-invasif (stimulasi listrik dengan elektroda magnetik
dan non-magnetik) dan invasif (menggunakan jarum). Penelitian
dilakukan pada tikus betina, yang dibagi dalam kelompok kontrol
normal, kelompok kontrol diabetes, kelompok perlakuan jarum,
kelompok perlakuan elektro stimulator dengan elektroda magnetik, dan
kelompok ES dengan elektroda non-magnetik (ES). Medan magnet 90
mT dilakukan pada dua titik akupuntur, Pishu (BL20) dan Shenshu
(BL23). Perlakuan diberikan sebanyak 12 kali dalam satu bulan,
dengan waktu terapi 6,6 menit per sesi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan stimulasi elektrik
dengan elektroda magnetik jarum invasif, non-invasif dan elektroda
non-magnetik secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah tikus
diabetes sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis diameter pulau
Langerhans mengungkapkan perbedaan yang signifikan antar
kelompok perlakuan. Analisis kadar kreatinin menunjukkan perbedaan
yang signifikan antar kelompok, namun kadar kreatinin pada
kelompok dengan elektroda magnetik (0,58±0,17 mg/dL) tidak
berbeda nyata dengan kelompok kontrol (0,58±0,07 mg/dL). Hasil tes
BUN menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan
kelompok kontrol diabetes, namun tidak ada perbedaan yang
signifikan dengan kelompok perlakuan elektroda magnetik
.

Gambar 2. Titik meridian pada penderita DM

g. Komplikasi
a. Hipertensi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah salah satu gangguan pada
sistem peredaran darah yang paling umum terjadi. Kondisi ini seringkali
tidak bergejala, tetapi jika muncul, gejalanya bisa berupa sakit
kepala, mimisan, dan sesak napas.
b. Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah kondisi ketika pembuluh darah menyempit dan
mengeras akibat penumpukan plak. Pada tahap awal, ateroklesosis tidak
menimbulkan gejala apa pun.
c. Serangan jantung
Serangan jantung adalah gangguan sistem peredaran darah yang
serius dan tergolong sebagai kegawatdaruratan medis. Kondisi ini terjadi
ketika jantung tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup.
d. Thrombosis vena dalam (deep vein thrombosis atau DVT)
Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis adalah kondisi
ketika pembuluh darah vena tersumbat oleh bekuan darah. Kondisi ini
paling sering terjadi pada area tungkai. DVT tidak boleh dibiarkan tanpa
penanganan karena bisa menyebabkan komplikasi serius berupa emboli
paru.
e. Iskemia
Iskemia adalah istilah medis yang digunakan jika jaringan tidak
mendapatkan suplai oksigen yang cukup, misalnya pada otot jantung.
Iskemia pada jantung biasanya disebabkan oleh penyempitan atau
penyumbatan satu atau lebih arteri koroner.
f. Stroke
Gangguan pada sistem peredaran darah lainnya adalah stroke.
Kondisi ini terjadi saat suplai darah menuju otak terhenti atau
terganggung. Salah satu penyebab stroke adalah adanya sumbatan di
pembuluh darah yang mengarah ke otak. Stroke yang disebabkan oleh
adanya sumbatan ini dikenal dengan sebutan stroke iskemik.

h. Proses Keperawatan
a. Pengkajian (fokus pengkajian)
a) Pemeriksaan paru
- Inspeksi bentuk dada.
- Palpasi adanya nyeri tekan pada dada.
- Perkusi paru (normal : sonor, pneumothoraks : hipersonor, jaringan
padat (jantung dan hati) : pekak, daerah berongga : timpani.
- Batas paru kiri : dari atas ke bawah ditemukan ics 7/8 (paru-
lambung)a
- Batas dada kanan ics 4/5 (paru hati)
- Dinding posterior : suprakapularis (3-4 jari di pundak) batas atas
paru
- Auskultasi (ronki : terdapat secret, wheezing : obstruksi jalan
napas).
b) Pemeriksaan jantung
- Inspeksi bentuk dada.
- Palpasi denyut apeks (letak dan kekuatan).
- Perkusi jantung normal pekak.
- Auskultasi bunyi I : penutupan katup mitral dan trikuspidalis =
LUB
- Auskultasi bunyi II : penutupan aorta dan pulmonal = DUB.
b. Diagnosa keperawatan
a) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi yang
ditandai dengan kesemutan pada ekstremitas (D.0009)

i. Perencanaan terapi komplementer

SDKI SLKI SIKI


Perfusi perifer tidak Perfusi perifer (L. 02011) Terapi bekam (I.02085)
efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
- Periksa riwayat pasien
dengan keperawatan selama 1x24
- Identifikasi
hiperglikemi yang jam diharapkan perfusi kontraindikasi
ditandai dengan perifer meningakt dengan - Lakukan pemeriksaan
fisik
kesemutan pada kriteria:
Terapeutik
ekstremitas Kriteria SA ST - Tentukan titik
(D.0009) Sensasi 2 4 pembekaman
Warna 2 4 - Tentukan jenis bekam
kulit pucat
yang akan dilakukan
Nyeri 2 4
ekstremitas - Baringkan pasien
Kram otor 2 4 senyaman mungkin
Akral 2 4 - Buka pakaian pasien
Keterangan: yang akan dilakukan
1: menurun pembekaman
2 : cukup menurun - Pasang sarung tangan
dan pelindung diri
3 : sedang - Desinfeksi daerah yang
4 : cukup meningkat akan dibekam
5 : meningkat menggunakan kapas
alkohol
- Olesi kulit dengan
minyak herbal untuk
meningkatkan peredaran
darah
- Lakukan pengekopan
dengan tarikan
secukupnya
- Lakukan penyayatan
pada area yang telah
dilakukan bekam kering
- Lakukan pengekopan
kembali setelah
dilakukan penyayatan
- Lakukan pembekaman
tidak lebih dari 5 menit
- Buka kop dan bersihkan
darah yang tertampung
- Bersihkan area yang
dilakukan pembekaman
- Hindari pembekaman
pada area mata, hidung,
mulut, areola mamae,
kelamin, dekat
pembuluh darah besar,
varises, dan jaringan
luka
- Lakukan sterilisasi pada
alat-alat bekam yang
telah digunakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur terapi bekam
- Anjurkan berpuasa
sebelum pembekaman
- Anjurkan tidak mandi 2-
3 jam pasca
pembekaman
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler: Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta :
Medication.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(Edisi ke-1). Jakarta: Dewan Pengurusu Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Edisi ke-1). Jakarta: Dewan Pengurusu Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(Edisi ke-1). Jakarta: Dewan Pengurusu Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai