Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

1. Konsep Kebutuhan Tidur dan Istirahat


1.1 Definisi kebutuhan tidur dan istirahat
Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun
dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar,
2011:203). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin
hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar,
2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah
menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006).

1.2 Fisiologi tidur dan istirahat


Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga
umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam.
Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung
dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4
mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye
Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga
keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang
biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan
ketegangan otot.

Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif,


baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak
mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM
dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada
tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses
mental dan kesehatan emosi.

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)


Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi
empat tahapan yaitu:
1) Tahap
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadarmenjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi
lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak kekiri dan kekanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) Dapat terbangun dengan mudah.
f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
g) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan
gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang
disebut gelombang tidur.

3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30
menit.Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam
bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).

b. Rapid Eye Movement (REM)


Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25
% dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan
yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang
berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20
menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

1.3 Faktor faktor yang mempengaruhi tidur dan istirahat


a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak
dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang
tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan
pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan
penyakit persarafan.

b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduhmaka akan
menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain
Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein
(Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan
Narkotika (Mensupresi REM).

1.4 Macam macam gangguan tidur dan istirahat


Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur dan istirahat terganggu yang menghasilkan salah satu dari
tiga masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau
ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari
( Maslow, 2005). Beberapa gangguan yang terjadi adalah sebagai berikut :
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek
atau tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Penyebabnya bisa
karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah
dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan
untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap
tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu
dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang
tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal,
enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada
siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi
seperti nyatayang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit
dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu
bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala
lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada
tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran.
Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep
Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah
(Groth, 2005), Namun sering terjadi juga pada wanita menopause, serta
wanita muda dan anak-anak (Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi
ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami
relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya,
mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea)
selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005).
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM

2. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan tidur istirahat


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
A. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien
dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan,
suku bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya,
hubungan antara pasien dengan penanggung jawab.
B. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang
menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara
tiba-tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-
hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat
mengganggu klien.

b) Riwayat Penyakit Sekarang


Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan
yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin
sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan
kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu
aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh
klien.Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau
penyakit keturunan.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama
kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.

C. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual


a. Bernapas
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat tidur
f. Berpakaian
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Personal Hygiene
i. Rasa Aman Nyaman
j. Komunikasi
k. Spiritual
l. Rekreasi
m. Bekerja
n. Pengetahuan atau belajar
2.1.2 Data Pengkajian Fisik
A. Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna
kulit.
B. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
C. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung,
mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.
D. Data fokus
Pada dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
Pada anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan,
enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap
permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti
permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama
orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.

Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan


dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :
Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi.

2.1.3 Data Pemeriksaan Penunjang


Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan
pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit. Menurut
Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan
atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik

Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang


disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram
(EEG), elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG)
sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama
tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi
merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. Klien dapat
memakai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur
selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi
waktu tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat
aktivitas dan istirahat (Buysse, 2005).

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :


a. Insomnia
b. Deprivasi tidur
c. Gangguan pola tidur

Diagnosa 1 : insomnia
2.2.1 Definisi
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang
menganggu fungsi (NANDA NIC-NOC,2012:435).
2.2.2 Batasan karakteristik
a. Afek tampak berubah
b. Tampak kurang energi
c. Pasien melaporkan perubahan alam perasaan
d. Pasien melaporkan penurunan status kesehatan
e. Pasien melaporkan penurunan kualitas hidup
f. Pasien melaporkan kesulitan untuk tidur
g. Pasien melaporkan kesulitan untuk tetap tidur
h. Pasien melaporkan ketidakpuasan dengan tidurnya (saat ini)
i. Pasien melaporkan tidur yang tidak mengembalikan kesegaran tubuh
j. Pasien melaporkan gangguan tidur yang memberi dampak pula pada
hari berikutnya
k. Pasien melaporkan terbangun terlalu dini
2.2.3 Faktor yang berhubungan
a. Ansietas
b. Depresi
c. Faktor lingkungan (misalnya suara bising lingkungan sekitar,
pencahayaan siang/malam hari, suhu/kelembapan lingkungan sekitar,
tatanan yang asing)
d. Ketakutan
e. Berduka
f. Konsumsi agen stimulant
g. Medikasi
h. Konsumsi alkohol
i. Ketidaknyamanan fisik (misalnya suhu tubuh, nyeri, nafas dangkal,
batuk, nausea, inkontenensia/urgensi)
j. Stress (misalnya termenung sebelum tidur)
k. Gangguan pola tidur normal (misalnya perjalanan, kerja, sif,
tanggung jawab sebagai orang tua, dibangunkan untuk kebutuhan
intervensi)

Diagnosa 2 : deprivasi tidur


2.2.4 Definisi
Periode waktu lama tanpa tidur (terputusnya kesadaran relative yang
periodik dan dialami secara terus menerus) ((NANDA NIC-
NOC,2012:714).
2.2.5 Batasan karakteristik
Subjektif
a. Ansietas
b. Mengantuk di siang hari
c. Keletihan
d. Halusinasi
e. Peingkatan sensitivitas terhadap nyeri
f. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
Objektif
a. Penurunan kemampuan fungsi
b. Tremor pada tangan
c. Lesu
d. Nistagmus
e. Gelisah
f. Reaksi lambat
g. Agitasi
h. Apati
i. Paranoia sementara
2.2.6 Faktor yang berhubungan
a. Perubahan tahap tidur yang berhubungan dengan proses penuaan
b. Demensia
c. Narkolepsi
d. Mimpi buruk
e. Keletihan
f. Praktik sebagai orang tua yang tidak mendukung tidur
g. Stimulasi lingkungan yang terus menerus
h. Ketidaknyaman fisik yang lama
i. Ketidaknyaman psikologis yang lama

Diagnosa 3 : gangguan pola tidur


2.2.7 Definisi
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522).Gangguan pola
tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal (NANDA NIC-NOC,2013:603).
2.2.8 Batasan karakteristik
Subjektif
a. Bangun lebih awal/lambat
b. Menyatakan tidak fresh setelah tidur
c. Merasa mengantuk di siang hari
Objektif
a. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
b. Reaksi lambat
c. Lesu
d. Penurunan kemampuan fungsi
e. Penurunan proporsi tidur
f. Jumlah tidur kurang dari normal sesuai dengan usia
2.2.9 Faktor yang berhubungan
a. Psikologis (misalnya usia tua, kecemasan, takut, kesendirian,
depresi, kelelahan).
b. Peningkatan suhu tubuh.
c. Peningkatan pola aktivitas.
d. Kurangya privasi kontrol tidur.
e. Medikasi (misalnya depresan, stimulan).
f. Lingkungan (misalnya kebisingan, kelembapan suhu )
g. Fisiologis (demam, mual, urgensi urin).

2.3 Perencanaan

No Diagno Tujuan & Kriteria Hasil


Intervensi (NIC) Rasional
. sa (NOC)
2. Insom Setelah dilakukan asuhan 1. Peningkatan Koping : Mengurangi tekanan
3. nia keperawatan selama... x 24 Membantu pasien untuk pada diri pasien.
1 jam diharapkan pasien tidak beradaptasi dengan
mengalami insomnia dengan persepsi, stressor,
kriteria hasil : perubahan atau ancaman
1. Jumlah jam tidur yang mengganggu
(sedikitnya 5 jam per 24 pemenuhan tuntutan dan
Kenyamanan membuat
jam untuk orang peran hidup.
2. Manajemen Lingkungan pasien relaksasi dan
dewasa.
2. Pola, kualitas dan Kenyamanan: membantu pasien
rutinitas tidur. Memanipulasi lingkungan santai.
3. Perasaan segar setelah
sekitar pasien untuk
tidur.
meningkatkan
4. Terbangun di waktu
kenyamanan yang
yang sesuai.
optimal, bisa dengan
Agar pasien mampu
mengajarkan teknik napas
membangun pola
dalam.
3. Peningkatan Tidur : tidur yang sesuai
Memfasilitasi siklus tidur-
terjaga yang teratur.
2. Depriv Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen Energi : 1. Menghilangkan
3. asi keperawatan selama Mengatur penggunaan pencetus deprivasi
2 Tidur ...X24 jam diharapkan energi untuk mengatasi tidur.
pasien tidak mengalami atau mencegah keletihan
deprivasi tidur dengan dan mengoptimalkan
2. Mengurangi
kriteria hasil : fungsi.
2. Manajemen Medikasi : gangguan tidur.
1. Menunjukkan Tidur,
Memfasilitasi penggunaan
yang dibuktikan
obat resep dan obat bebas 3. Membuat pasien lebih
oleh indikator
yang aman dan efektif. santai
berikut (gangguan
3. Manajemen Alam
ekstrem, berat,
Perasaan: Menciptakan
sedang, ringan, atau
keamanan , kestabilan,
tidak mengalami
pemulihan, dan
gangguan )
pemeliharaan pasien yang
- Perasaan segar
4. Agar pasien mampu
mengalami disfungsi alam
setelah tidur
membangun pola
- Pola dan perasaan baik depresi
tidur yang sesuai
kualitas tidur maupun peningkatan alam
- Rutinitas tidur
perasaan.
- Jumlah waktu
4. Peningkatan Tidur :
tidur yang
Memfasilitasi siklus tidur-
terobservasi
bangun yang teratur.
- Terjaga pada
waktu yang
tepat.
2. Melaporkan
penurunan gejala
Deprivasi tidur
(misalnya, konfusi,
ansietas, mengantuk
pada siang hari,
gangguan
perseptual, dan
kelelahan).
3. Mengidentifikasikan
dan melakukan
tindakan yang dapat
meningkatkan tidur
atau istirahat.
4. Mengidentifikasikan
faktor yang dapat
menimbulkan
Deprivasi tidur
(misalnya, nyeri,
ketidakadekuatan
aktivitas pada siang
hari)

2. Gangg Setelah dilakukan asuhan 1. Determinasi efek-efek 1. Mengetahui pengaruh


3. uan keperawatan selama... x 24 medikasi terhadap pola obat dengan pola tidur
3 Pola jam diharapkan px tidak tidur. pasien.
2. Jelaskan pentingnya tidur 2. Memberikan
Tidur terganggu saat tidur dengan
yang adekuat informasi kepada
kriteria hasil :
pasien dan keluarga
1. Jumlah jam tidur dalam
3. Fasilitas untuk pasien.
batas normal 6-8
3. Meningkatkan tidur.
mempertahankan aktivitas
jam/hari.
2. Pola tidur, kualitas dalam sebelum tidur (membaca)
batas normal. atau teknik distraksi.
4. Agar periode tidur
3. Perasaan segar sesudah 4. Ciptakan lingkungan yang
tidak terganggu dan
tidur atau istirahat. nyaman.
4. Mampu mengidentifikasi rileks.
5. Kolaborasi pemberian obat 5. Mengurangi
hal-hal yang
tidur. gangguan tidur.
meningkatkan tidur.
6. Diskusikan dengan pasien 6. Meningkatkan pola
dan keluarga tentang teknik tidur yang baik secara
tidur pasien. mandiri.
7. Instruksikan untuk 7. Mengetahui
memonitor tidur pasien. perkembangan pola
tidur pasien.
8. Monitor waktu makan dan
8. Mengetahui pengaruh
minum dengan waktu tidur.
waktu makan dan
minum terhadap pola
9. Monitor/catat kebutuhan
tidur pasien.
tidur pasien setiap hari dan 9. Mengetahui
jam. perkembangan pola
tidur pasien.

3. Daftar Pustaka

Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2012.BukuSaku Diagnosa Keperawatan Edisi


13.Jakarta:EGC

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014.Jakarta: EGC

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku


3. Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan


Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika


Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha


Publishing.
Banjarmasin, November 2016

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

( (
) )

Anda mungkin juga menyukai